TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi BPH
kemih atas.
6
7
berkemih.
dan proses menua. Teori tentang penyebab BPH meliputi: Teori DHT,
a. Teori Dehidrotestosteron(DHT)
dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan
kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim
5alfa –reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH.
Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive terhadap
prostat normal.
terus meningkat dan umur sel prostat dewasa menjadi lebih panjang
lebih besar.
stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien
dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada
antara sel yang baru dengan sel prostat yang mengalami apoptosis maka
baru. Istilah tersebut di dalam kelenjar prostat dikenal dengan suatu sel
3. Patofisiologi
dalam darah. Proses sintesis ini dibantu oleh enzim 5a-reduktase tipe 2.
tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada
BPH, aktivitas enzim 5alfa –reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih
banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih
melebihi normal, maka akan terjadi desakan traktus urinarius (Prabowo &
TURP yang dapat menimbulkan retensi urin yang sering terjadi karena
4. Pathway
Ketidakseimbangan produksi hormon
Peningkatan kadar Dihydrotestosteron (DHT)
estrogen dan testosteron
BPH
11
12
5. Manifestasi Klinis
semakin parah, menjadi stabil, atau semakin buruk secara spontan (Elin,
dibedakan menjadi:
a. Gejala Obstruktif :
kecil.
b. Gejala iritasi
1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
hari.
6. Komplikasi
1) Sindrom TUR
selama operasi
2) Perdarahan
darah vena.
3) Infeksi-Bakteremia
terjadinya infeksi.
1) Ejakulasi retrograd
Kondisi ini terjadi pada 65% pasien. Saat ejakulasi terjadi, semen
tidak berbahaya. Semen akan dikeluarkan saat pasien buang air kecil.
2) Disfungsi ereksi
kelenjar prostat. Nervus ini bisa saja rusak saat operasi dilakukan.
7. Pemeriksaan Penunjang
perdarahan / hematuria.
terlihat bagaimana siklus rutinitas miksi dari pasien. Data ini menjadi
f. Uroflometri
pada traktus urinarius. Selain itu, volume residu urine juga harus
diukur. Normalnya residual urine < 100ml. Namun, residual yang tinggi
1) Rectal grading
0-1 cm : Grade 0
1-2 cm : Grade 1
2-3 cm : Grade 2
3-4 cm : Grade 3
Lebih 4 cm : Grade 4
2) Clinical grading
8. Penatalaksanaan
a. Terapi medikamentosa
yaitu:
hidronefrosis
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
(Nursallam, 2011).
20
pembedahan
dapat muncul pada pasien post operasi BPH, pada karya tulis ini penulis
spasme-reflek sfingter.
trauma (Selius & Subedi, 2008). Penyebab retensi urin dibagi menurut
1) Supravesikal
2) Vesikal
(trauma obstetrik).
c. Batasan karakteristik
2) Objektif
c) Inkontinensia overflow
d) Residu urin
destrusor
4) Sfingter kuat
3. Perencanaan
tindakan yang ringan. Karena itu, pendidikan pasien seta keluarga dan
keperawatan pada pasien dengan masalah retensi urine pada pasien post
a. Tujuan :
b. Kriteria Hasil :
1) Eliminasi Urine
No Indikator Skala
Awal Tujuan
1 Jumlah urine 2 5
2 Warna urine 2 5
3 Mengosongkan kandung kemih 2 5
sepenuhnya
4 Retensi urin 2 5
Keterangan Skala:
1: Sangat terganggu
2: Banyak terganggu
3: Cukup terganggu
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu
sebelumnya)
sesuai kebutuhan
perkusi
2) Kateterisasi urine
tepat
tepat
berkala
4. Implementasi
koping (Nursalam,2011).
(2016) adalah:
kebutuhan
tepat
ke kandung kemih.
sterilized water for irrigation. Kedua jenis cairan ini lazim digunakan di
Jumlah tetesan cairan irigasi setelah operasi biasanya guyur. Hari pertama
sekitar 60 tetes permenit. Hari kedua sekitar 40 tetes permenit. Hari ketiga
sekitar 20 tetes permenit (Syah, 2010). Ada beberapa tipe irigasi kateter,
antara lain:
a. Irigasi sistemtertutup
b. Irigasi sistemTerbuka
(misalnya setiap 8 jam) dan tidak ada bekuan darah kecil dan mukus di
kandungkemih.
5. Evaluasi
pasien dapat berkemih dengan jumlah normal tanpa retensi urine kembali