Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) BANDUNG DI


RS MUHAMADIYAH

Untuk memenuhi tugas pada stase KMB Prodi Neurs

Disusun oleh:

Rayati

NPM. 402018073

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
TAHUN 2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)

I Definisi

Benign prostate hyperplasia atau sering disebut pembesaran prostat jinak adalah
sebuah penyakit yang sering terjadi pada pria dewasa di Amerika dimana terjadi
pembesaran prostat (Dipiro et al, 2015). BPH terjadi pada zona transisi prostat,
dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi
oleh hormon seks dan respon sitokin. Pada penderita BPH hormon dihidrotestosteron
(DHT) sangat tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin dapat memicu respon inflamasi
dengan menginduksi epitel. Prostat membesar mengakibatkan penyempitan uretra
sehingga terjadi gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung kemih, inflamasi,
pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016).
Benign prostate hyperplasia (BPH) dikaitkan dengan gejala saluran kemih
bawah, Gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat
jinak yaitu nookturia, inkontinensia urin, aliran urin tersendat-sendat, mengeluarkan
urin disertai darah, dan merasa tidak tuntas setelah berkemih (Dipiro et al, 2015).

II. Etiologi

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya BPH,
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis
yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH adalah :
a. Teori dihidrotestosteron (DHT) DHT adalah metabolit androgen yang sangat
penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron di
dalam sel prostat oleh enzim 5alfa-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH.
DHT yang telah terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk
kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growht
factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat (Purnomo, 2011).

2
b. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron Pada pria dengan usia yang
semakin tua, kadar estrogen dalam serum relatif meningkat dibandingkan kadar
testosteron. Pasien dengan BPH cenderung memiliki kadar estradiol yang lebih
tinggi dalam sirkulasi perifer. Dalam the Olmsted County cohort, tingkat
estradiol serum berkorelasi positif dengan volum prostat. Estrogen di dalam
prostat berperan pada proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara
meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen,
meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-
sel prostat (apoptosis) (Roehborn et al., 2007).
c. Interaksi stroma-epitel Interaksi stroma-epitel berperan penting dalam regulasi
hormonal, seluler, dan molekuler pada perkembangan prostat normal dan
neoplastik. Proses peningkatan usia menyebabkan akumulasi bertahap dari
massa prostat. Sebuah studi yang dilakukan oleh Cunha et al. menunjukkan
bahwa sel stroma memiliki kemampuan untuk memodulasi diferensiasi sel epitel
prostat normal. Penelitian lain juga telah menunjukkan bahwa faktor
pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel epitel dan stroma dapat meregulasi sel-sel
prostat baru. Penyimpangan dari faktor pertumbuhan peptida atau reseptornya
dapat langsung memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan prostat yang tidak
terkendali yang menyebabkan BPH (Jie, et al., 2009).
d. Homeostasis pada kelenjar yang normal terjadi karena adanya
keseimbangan antara inhibitor pertumbuhan dan mitogens, yang masingmasing
menghambat atau menginduksi proliferasi sel tetapi juga mencegah atau
memodulasi kematian sel (apoptosis). Pada pasien BPH, terjadi pertumbuhan
abnormal (hiperplasia) pada prostat yang mungkin disebabkan oleh faktor
pertumbuhan lokal atau reseptor faktor pertumbuhan yang abnormal, yang
menyebabkan meningkatnya proliferasi atau menurunnya kematian sel
(apoptosis) (Roehborn et al., 2007).
e. Teori sel stem Ukuran prostat dapat menggambarkan adanya jumlah absolut
sel stem pada kelenjar prostat. Lonjakan hormon androgen postnatal akan
membentuk jaringan prostat sehingga menginduksi pertumbuhan prostat
berikutnya. Sama seperti regulasi hormon jaringan prostat pada dewasa, hormon

3
seks steroid dapat memberikan efek pembentukan jaringan prostat secara
langsung atau tidak langsung melalui serangkaian jalur yang kompleks
(Roehborn et al., 2007).

III. Tanda dan Gejala

keluhan pada saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian
atas, dan gejala di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
a) Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih
sehingga urin tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi
lemah, Intermiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes
setelah miksi)
b) Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi
yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
2) Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat hiperplasi prostat pada
sluran kemih bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang,
benjolan dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang
merupakan tanda infeksi atau urosepsis.
3) Gejala diluar saluran kemih Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit
hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering
mengejan pada saan miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal.
Adapun gejala dan tanda lain yang tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan
prostat didapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia,
mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi
dengan retensi kronis dan volume residual yang besar.

4
IV. Patofisiologi
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia  30-40 tahun.
Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi
anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan
hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular  pada prostat.
 Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel
prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan
inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg
disebabkan oleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau
aabsolut. Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan  hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (b-
FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih
besar pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi
oleh enzim 5-a-reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi,
ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan
mesenkim sinus urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi
pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat,
serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.
Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut,
maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat
menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi
dari masing-masing gejala yaitu :

5
a. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah
gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang
terjadi pada prostat yang membesar.
b. Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.

c. Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat


mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum
puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.

d. Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan
yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.

e. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan


normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama
tidur.

f. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat
miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga
terjadi kontraksi involunter,

g. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya


penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli
mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik
melebihi tekanan spingter.

h. Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah


submukosa pada prostat yang membesar.

i.  Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau


uretra prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi
urin. Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis)
secara bertahap, serta gagal ginjal.

6
j. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin
tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme
infektif.

k. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-
buli, Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu
tersebut dapat pula menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi
pielonefritis.

l. Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan hernia dan hemoroid.

7
BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

Pathway BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

8
IV. Penatalaksanaan Medis

9
Pemberian obat-obatan antara lain Alfa 1-blocker seperti : doxazosin, prazosin
tamsulosin dan terazosin. Obat-obat tersebut menyebabkan pengenduran otot-otot
pada kandung kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih. Finasterid, obat ini
menyebabkan meningkatnya laju aliran kemih dan mengurangi gejala. Efek samping
dari obat ini adalah berkurangnya gairah seksual. Untuk prostatitis kronis diberikan
antibiotik.
Pembedahan:
1. Trans Urethral Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur pembedahan
yang dilakukan melalui endoskopi TUR dilaksanakan bila pembesaran terjadi
pada lobus tengah yang langsung melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya
sedikit jaringan yang mengalami reseksi sehingga pendarahan yang besar dapat
dicegah dan kebutuhan waktu untuk bedah tidak terlalu lama.
2. Prostatektomi suprapubis adalah salah satu metode mengangkat kelenjar
prostat dari uretra melalui kandung kemih.
3. Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar prostat melalui suatu
insisi dalam perineum yaitu diantara skrotum dan rektum.
4. Prostatektomi retropubik adalah insisi abdomen mendekati kelenjar prostat,
yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
5. Insisi prostat transuretral (TUIP) adalah prosedur pembedahan dengan cara
memasukkan instrumen melalui uretra.
6. Trans Uretral Needle Ablation ( TUNA ), alat yang dimasukkan melalui
uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang
dapat menusuk adenoma dan  mengalirkan panas sehingga terjadi koagulasi
sepanjang jarum yang menancap dijaringan prostat.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner and Suddart, (2012)
1. Mandi air hangat
2.   Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul
3. Menghindari minuman beralkohol
4. Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari
5. Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam
sebelum tidur.
V. Asuhan Keperawatan

10
1. Pengkajian
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
b. Pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi/metabolik
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola istirahat dan tidur
6) Pola kognitif – perseptual
7) Pola persepsi konsep diri
8) Pola hubungan peran
9) Pola seksualitas resproduksi
10) Pola mekanisme koping
11) Pola nilai dan kepercayaan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan/penampilan umum
2) Kepala
3) Muka
4) Leher
5) Dada
6) Abdomen
7) Genetalia
8) Rektum
9) Ekstremitas

d. Pemeriksaan penunjang (Diagnostik/ laboratorium)

11
1) Laboratorium: Sedimen Urin, Kultur Urin
2) Pencitraan: Foto polos abdomen, IVP (Intra Vena Pielografi),
Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal), dan Systocopy
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
2) Resiko infeksi
3) Defisit pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

12
Anonim.2011. Pedoman Penatalaksanaan BPH Di Indonesia. (PDF)
Sunardi. 2008. Benign Prostate Hyperplasia (PDF)
Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2012. Buku saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta. EGC
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 2008. Nursing Intervention Classsification
(NIC). Mosby, St. Louise.
NANDA, 2014. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2014-2015),
Philadelphia.
Anonim.2011. Pedoman Penatalaksanaan BPH Di Indonesia. (PDF)
Sunardi. 2008. Benign Prostate Hyperplasia (PDF)
Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2012. Buku saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta. EGC
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 2008. Nursing Intervention Classsification
(NIC). Mosby, St. Louise.
NANDA, 2014. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2014-2015),
Philadelphia.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.”S”

13
DENGAN ABSES PERIANAL DI RUANGAN MULTJAM 2
RS MUHAMADIYAH BANDUNG

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny.”S”
Tanggal : 16 Januari 1975
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Amat : Jl Cigiringsiung Rt.06/04 Kec Ujungberung Kota
Bandung
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Pendidikan :S1
Status Marital : Menikah
No.RM : 787875
Diagnosa Medis : Abes Perianal
Tanggal Pengkajian : 10 April 2019
Tanggal Masuk RS : 10 April 2019

2. Identitas Penanggung jawab


Nama : Tn.”J”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan :S1
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Jl Cigiringsiung Rt.06/04 Kec Ujungberung
Kota Bandung

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama

14
Ny.S mengatakan nyeri di sekitar sekitar Anus.

2. Klien Riwayat Kesehatan Sekarang


4 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh nyeri keluar benjolan disekitar
anus semakin hari semakin membesar, demam hilang timbul sejak muncul
benjolan. Riwayat BAB berdarah sejak 1 minggu dan 3 hari sebelum
masuk RS belum BAB. Berobat ke Klinik di Arcamanik dan dirujuk ke RS
Muhammadiyah.

3. Riwayat Kesehatan dahulu


Pasien mengatakan belum pernah punya penyakit seperti saat ini hanya
punya riwayat penyakit haemorok, Sejak 10 tahun yang lain, dan pasien
tidak mempunyai penyakit seperti penyakit jantung, tulang, paru hati, ginjal
Diabetes Militus, Hipertensi.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.

C. Riwayat Psikososial Spiritual

1. Data Psikologis (Konsep diri, emosional)


Pasien seorang PNS di IPDN Jatinangor sebagai staf pengajar, pasien
belum paham mengenai penyakit yang dialami dan pasien belum mengatuhi
pengobatan yang harus dijalani, Pasien belum bisa mengatur pola makan
yang baik, pasien merasa penyakitnya bukan penyakit yang parah pasien
merasa bingung terkadang cemas dengan kondisi sekarang, pasien masih
bisa berkomunikasi secara kooperatif.

2. Data Sosial.
Pasien mempunyai suami yang kedua dan pernah mengalami kekagalan
berumah tangga dan mempunyai seorang anak. Pasien jarang aktifitas

15
olahraga serta pasien jarang terlibat dalam kegiatan social dikarenakan
kesibukan dalam bekerja.

3. Data Spiritual.
Pasien beragama Islam selama sakit masih menjalankan Sholat 5 waktu,
jarang mengikuti kegiatan keagaaan pasien merasa sakit yang dialami
sebagai musibah dan ujian. Pasien merasa sakit yang dialami akibat jarang
aktifitas olahraga banyak duduk, pola makan yang tidak teratur. Pasien
meras bingung tentang penyakit yang dideritanya, pasien mendapatkan
dukungan dari Keluarga dan teman-temannya terbukti dengan banyaknya
yang menengok. Secara ekonomi pasien tidak merasa kesulitan terkait
pengobatan. Menjalani ibadah hanya kewajiban saja dan jarang melakukan
ibadah sunah lainya, pasien berharap sakitnya akan sembuh.

D. Riwayat Activity Daily Living (ADL)

NO Kebiasaaan Di rumah Di rumah sakit

1. Nutrisi
a. Makan  Nasi, Sayur ayam  Mengkonsusmsi
 Jenis ikan makanan dari RS
 Frekwensi  3x/hari  3x/hari
 Porsi  1 porsi habis  1/2 porsi habis
 Keluhan  Tidak ada keluhan  Tidak ada keluhan
 Minum
b. Minum  Air putih, susu, teh  Air putih, susu
 Jenis  8 gelas/hari  8 gelas x sesuai
 Frekwensi  900-1500cc kurang pasien
 Jumlah (cc) lebih  800-1500cc kurang
 Keluhan  Tidak ada lebih

16
2. Eliminasi
a. BAB  2x sehari  Sudah BAB
 Frekwensi  Kuning  Tidak dilihat
 Warna  Berbentuk  Tidak dilihat
 Konsistensi  Sakit BAB  Tidak ada
 Keluhan
b. BAK
 Frekwensi  Jarang  Jarang
 Warna  Kuning  Kuning
 Jumlah (cc)  Banyak  Banyak
 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada
3. Istirahat dan tidur
a. Waktu tidur  Tidak tentu  21.00 kurang lebih 3-
o Malam, Pukul  Tidak tentu 4 jam
o Siang, Pukul  1-2 jam  Tidak tentu
 Lamanya  Tidak ada  1 Jam
 Keluhan  Tidak ada
b. Kebiasaaan diri
 Mandi  2x/hari 2x sehari
 Perawatan rambut  Tiap hari Belum

 Perawatan kuku  3x/hari Belum

 Tidak tentu Mandiri

 Perawtan Gigi  Mandiri


 Ketergantungan  Tidak ada
 Keluhan
E. Pemeriksaan Fisik

1. Status Kesehatan Umum


a. Keadaan Umum : Nyeri
b. Kesadaran : Composmenpis
c. Tanda-tanda Vital : TD = 130/80

17
HR = 88 kali/menit
RR = 19 kali/menit
S = 36 0C
Status Antopometri : BB = 70 kg
TB = 155 cm
IMT = 29,6

2. Data Pemeriksaan Fisik

a. Kepala dan Leher


Kebersihan kulit kepala bersih, rambut bersih, kedua mata simetrris,
pupil, sclera tidak intentrik, Konjuctiva pink, visis jelas, tidak ada
nyeri tekanan bola mata, tidak ada edema periorbitasl. Passage
hidung lancer, masih bisa membedakan rasa di lidah dan aroma
hidung, tidak terdapat nyeri sinus, tidak ada kesulitan menelan dan
mengunyah, mukosa bibir lembab, fungsi pendengaran masih
terdengar normal dan tidak ada nyeri di area telinga, kebersihan
telinga bersih. Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar
teroid tidak ada, tidak terdapat peningkatan distensi vena jugularis

b. Dada Anterior
Dada anterior tidak ada lesi, pengembangan paru simetris, fremitus
tactile +/+, perkusi resonan di intercosta kanan dullness di LCS 2- IC
5 kali tidak ada pembesaran batas jantung, suara napas vesikuler,
terdengar bunyi jantung S1 dan S2, bunyi jantung tambahan (-)

c. Abdomen
Bising usus aktif,tidak ada lesi,tidak teraba hepar,lien tidak
teraba,ginjal tidak teraba,distensi (-),nyeri tekan (-) nyeri lepas (-) .

d. Genital

18
BAB 1 kali/hari padat berwarna kecoklatan ada hemoroid melena(-),
BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih, disurian (-)

e. Ekstrimitas atas
Tidak ada lesi, Edema (-), Terpasang IV line dilengan kiri, CRT ≤ 3
detik. Kekuatan otot Ektremitas 5I5.

f. Ekstremitas bawah
Tidak ada Lesi, puting Edema (-) Akral hanta CRT ≤ 2 detik
kekuatan otot Ekstrimitas 5I5.

F. Pemeriksaan Diagnostik

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1 Hemoglobin 13 g/dl 12,0 – 16.0 g/gl

2 Hematokrit 40,8 % 37,0 – 48,0 %

3 Leucosit 23.000 /ul 4000 – 10000 /ul

4 Gula Darah ……. 102 mg/dl 70 -123 mg/dl

G. Program Terapi

No Nama Obat Cara Pemberian Dosis Jam Pemberian


1 Ringer Laktat IV 2000 cc/24 jam
2 x/ 24 Jam
2 Ketorolak IV 1 Ampul

19
3. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

DS : Pasien mengatakan Agen Fisik dan bahan Nyeri akut berhubungan


Nyeri disekitar Anus kimia dengan Agen Ing…
seperti di tusuk-tusuk ( Biologi kimia fisik)
kerusakan jaringan
DO. Nampak meringis Iritasi
dan gelisah menjauhi dan
melindungi area yang
nyeri (Abses Perianal) Kerusakan Jaringan

Mengalami peradangan
Lokal

Darah mengalir ke Jona


Plasmatik

Leukosit menempel pada


Epitel

20
Emigrasi leukosit
kedalam ruang Extra
Vaskuler

Melambatnya aliran darah


akibat Hypertermia

Permeabilitas
meningkaynya Vaskuler

Plasma keluar jaringan –


sel darah tertinggal di
pembuluh darah

Akumulasi cairan Exsudat


dalam rongga ekstra
Vaskuler Edema

Regangan distori jaringan


dan tekanan Pus akibat
Edema

Mediator Nyeri,
Bradikinin,
Prostaglandinn dan
serotinin

Merangsang ujung saraf


nyeri

21
Medula Spanlist

Dihantarkan
kehipotalamus

Kortek Serebri

Nyeri di persepsikan

nyeri akut

2. DS : Klien mengatakan Kuman masuk ke tubuh Kerusakan Integritis Kulit


Abses sudah pecah
Inflamasi
DO : Terdapat Lesi,
terdapat Pus, tampak Perusakan Jaringan
Edema/Kulit
berwarna Adanya Debris
kemerahan ,kulit
disekitar abses terasa Debris di Fagosit
panas (Perianal
Sinistra ± 2 cm) Rongga untuk Abses
legmon

Inflamasi Kronik

Pus Kekuningan

Kerusakan jaringan kulit

22
4. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama Pasien : Ny. “S”


No. Medrek : 787845
Ruangan : Multazam 2
Diagnosa Medis : Abses Perianal

Tanggal 10 April 2019

23
24
4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny “S” Ruangan : Multazam 2
No. Medrek : 787845 Diagnosa Medis : Abses Perianal

Tanggal : 10 April 2019

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubung dengan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji nyeri klien catat 1) Sediakan informasi
Agen Enjuri (Biologi, Kimia, keperawatan selama 24 jam pasien karakteristik lokasi dan mengenai kebutuhan
Fisik Psikologi) Kerusakan tidak mengalami nyeri/dengan intensitas (Skala 0-10) efektivitas intervensi
Jaringan criteria hasil: 2) Kaji tanda-tanda vital 2) Dapat mengindikasikan rasa
 Mampu mengontrol (tahu 3) Berikan Informasi mengenai nyeri akut dan
DS : Pasien mengatakan penyebab nyeri, mampu sifat ketidaknyamanan sesuai ketidaknyamanan
Nyeri disekitar Anus menggunakan teknik indikasi 3) Mengurangi rasa sakit dan
Seperti ditusuk-tusuk Farmakologi untuk mengutangi 4) Lakukan reposisi sesuai meningkatkan sirkulasi
Nyeri petunjuk misalnya semi posisi semi fowler dapat
DO : Nampak meringis dan  Melaporkan bahwa berkurang fowler/miring mengurangi ketegangan otot
Gelisah menjauhi dan dengan menggunakan 5) Berikan obat sesuai petunjuk abdomen dan otot punggung
melindungi area yang manajemen nyeri dokter 23 tritis dan mengurangi
Nyeri  Mampu mengenali skala nyeri tekanan dorsal
intensitas frekwensi tanda nyeri 4) Analgesik IV waktu dengan

25
 Mengatakan rasa nyaman segera mencapai pusat rasa
setelah nyeri berkurang sakit menimbulkan
 Tanda-tanda Vital dalam batas penghilangan yang lebih
normal efektif dengan obat dosis
 Tidak mengalami gangguan kecil
tidur
2. Kerusakan Integritas jaringan 1) Setelah diberikan asuhan 1) Anjurkan pasien untuk 1) Agar keringat tidak terjebak
kulit berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam menggunakan pakaian yang di dalam kulit yang tertutup
interupsi mekanis pada diharapkan pasien. Pasien teratasi longgar pakaian dan justru
jaringan perubahan dengan keterangan hasil 2) Jaga kulit agar tetap bersih menimbulkan masalah
sirkulis/adanya abses dan Pus 2) Perfusi jaringan normal dan kering kesehatan yang lain
3) Tidak ada tanda-tanda Infeksi 3) Observasi luka lokasi, 2) Meningkatkan aliran vena
DS : Pasien mengatakan 4) Ketebalan tekstur jaringan dimensi kedalaman luka dan menurunkan embentukan
benjolannya sudah Normal karakteristik cairan granulasi, edema
pecah 5) Mengajukan pemahaman dalam jaringan nektorik, tanda- 3) Untuk mencegah Infeksi
abses, perbaikan kulit untuk tanda infeksi (fomasi traktur) 4) Menurunnya cairan
DO : Terdapat Lesi terdapat mencegah terjadinya cedera 4) Kaji jaikl dan karakteristik menandakan evolusi dan
Pus/ Tampak edema berulang cairan abdomen proses penyembuhan apa bila
kulit berwarna 6) Menunjukan terjadinya proses pengeluaran cairan terus
kemerahan sekitar penyembuhan luka menerus adanya edema yang
abses tersa panas bau menunjukan terjadinya

26
(Perianal sinistra ± 2 komplikasi (misalnya
cm) pembentukan fistula
pendarahan/Infeksi)

5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama Pasien : Ny “S” Ruangan : Multazam 2
No. Medrek : 787845 Diagnosa Medis : Abses Perianal

Diagram Implementasi dan catatan


Hari/tanggal Waktu Evaluasi Faraf
keperawatan perkembangan

Kamis/11- 16.00 I 1. Mengukur tanda-tanda Vital S : Pasien menyatakan bahwa Rayati


04-2019 2. Menanyakan tingkat nyeri nyeri berkurang bahkan sesekali
klien dan keluhan klien hilang

27
O : PAsien tampak tenang
TD : 120/80
N : 88 x/menit
R : 19 x/menit
S : 36,8 0C
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Implementasi

1. Melakukan keperawatan luka S : (-) Rayati


2. - Mengobservasi karakteristik O : Paerawatan luka (+)
luka Kemerahan (+)
- Menganjurkan klien untuk Edema (+)
menggunakan pakaian Pus (+)
longggar anggar tetap bersih Bau (-)
dan kering A :: masalah teratasi sebagian

P : Lanjutjan intervensi
Perawatan luka di rumah atau
kepuskesmas

28
Pasien pulang tidak jadi operasi
dikarenakan Plafon BPJS tidak
mencukupi

29

Anda mungkin juga menyukai