Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KUTIPAN DAN DAFTAR

ACUAN

DISUSUN OLEH ;

RAYATI
Kelas. B 2

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES AISYIYAH BANDUNG
TA 2017
No Uraian tugas
1. Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang
berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah
timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi
merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan dengan baik.
(Sudjaswandi, 2002, h. 17).

2. Menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu
maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka
adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara,
duduk, berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi
berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya (h. 56).

3.  Sudjaswandi (2002) menyatakan “Darah tinggi atau hipertensi merupakan


suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal.
Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu
tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan
dan memerlukan penanggulangan dengan baik”. (h 17).

 Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya


140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional
tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama
tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson, 2006, h 582).

 Mansjoer (2000) menyatakan “Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau


istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah “ (FKUI, 2001, h.453)

 Kodim dan Nasrin (2003) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan


peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan
atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg. 

 Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik


lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95 mmHg. (Kodim & Nasrin,2003).

 Arif, Mansjoer dan Susan (2000). Tuberkulosis adalah  penyakit akibat kuman
Mycobakterium  tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer.

 Arif dkk (2000). Tuberkulosis adalah  penyakit akibat kuman Mycobakterium


tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
 Tuberkulosis  paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne, Brenda & Scott,
2001).

 Tuberkulosis  paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang


parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dkk 2001).

 Smeltzer dkk (2001). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang


terutama menyerang parenkim paru.

 Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang


parenkim paru (Smeltzer dkk 2001).

 Jones (2012) Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun kuantitas


tidur yang menyebabkan terjadinya migren, Jones (2012) Pada fase 1 dan 2
terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika kita terbangun ketika berada di
fase REM (fase dimana bola mata tampak bergerak-gerak meskipun kelopak
mata tertutup), maka kita akan mengalami migren saat terbangun dari tidur.

 Jones (2012a, 2012b) Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun


kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya migren, Jones (2013) Pada fase
1 dan 2 terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika kita terbangun ketika
berada di fase REM (fase dimana bola mata tampak bergerak-gerak meskipun
kelopak mata tertutup), maka kita akan mengalami migren saat terbangun dari
tidur.

 Smeltzer (2001), Jones (2012a, 2012b). Tuberkulosis paru adalah penyakit


infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Gangguan tidur berupa
berkurangnya kualitas maupun kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya
migren. Pada fase 1 dan 2 terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika kita
terbangun ketika berada di fase REM (fase dimana bola mata tampak
bergerak-gerak meskipun kelopak mata tertutup), maka kita akan mengalami
migren saat terbangun dari tidur.

 Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang


parenkim paru. Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun
kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya migren. Pada fase 1 dan 2
terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika kita terbangun ketika berada di
fase REM (fase dimana bola mata tampak bergerak-gerak meskipun kelopak
mata tertutup), maka kita akan mengalami migren saat terbangun dari tidur
(Smeltzer 2001; Jones, 2012a, 2012b).
 Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun kuantitas tidur yang
menyebabkan terjadinya migren (Jones, 2012), Pada fase 1 dan 2 terdapat
fase tambahan yaitu fase REM , jika kita terbangun ketika berada di fase REM
(fase dimana bola mata tampak bergerak-gerak meskipun kelopak mata
tertutup), maka kita akan mengalami migren saat terbangun dari tidur (Jones,
2013).

 D.M. Jones (2012) dan P Jones (2013). Gangguan tidur berupa berkurangnya
kualitas maupun kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya migren.
Pada fase 1 dan 2 terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika kita terbangun
ketika berada di fase REM (fase dimana bola mata tampak bergerak-gerak
meskipun kelopak mata tertutup), maka kita akan mengalami migren saat
terbangun dari tidur .

 Sevilla et. al., (1960, h.182) rumus

 Meskipun akne vulgaris tidak menimbulkan fatalitas, tetapi akne vulgaris cukup
merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat
berkurangnya keindahan pada wajah penderita (American Family Physician,
2004).

 Salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan
dewasa muda adalah jerawat atau akne vulgaris (Adhi, t.t.).

 International Nursing Review, (INR 1999). Professional nursing in Brazil.

 Professional nursing in Brazil (International Nursing Review, (INR) 1999).

 INR (1999) Professional nursing in Brazil.

 Professional nursing in Brazil (INR, 1999).

 Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang (2006), Laporan program


penanggulangan tuberkulosis paru tahun 2005, Semarang

 Laporan program penanggulangan tuberkulosis paru tahun 2005, Semarang


(Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2006).

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan. 

 Penyakit yang diare yang disebabkan dari Banjir pada musim hujan
(Wawancara dengan Cucu, 17 Desember 2017)
 (Efendi, 2017, h. 12) Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah
jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran besar kecil
jerawat atau kondisi peradangan jerawat.

4  Rahmawati (2012) Menyatakan Dalam kondisi stres peluang untuk


mendapatkan akne vulgaris cenderung meningkat, terlebih pada remaja
menghadapi beban belajar dan tugas yang tinggi, jadwal yang padat dan pola
tidur yang tidak teratur menyebabkan mereka mengalami kondisi yang
tertekan ataupun 3 stres. Selain stres, membersihkan wajah juga merupakan
faktor yang berhubungan dengan timbulnya akne vulgaris.(h.132).

 Kebutuhan tidur yang cukup tidak hanya ditentukan oleh faktor jam tidur
(kuantitas tidur), tetapi juga oleh kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur
meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang
diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti
kedalaman dan kepulasan tidur. Kualitas tidur dikatakan baik jika tidak
menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah
dalam tidur, kualitas tidur yang buruk merupakan faktor resiko terjadinya
masalah fisik dan psikologis. Masalah fisik yang dapat ditimbulkan antara lain
kelelahan, nyeri kepala primer, dan penurunan sistem imun (Redline, 2007, h.
53).

 Sadock, (2010) menyatakan Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur,


mudah reversibel yang ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan
tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimulus eksternal
dibandingkan dengan keadaan terjaga Waktu tidurnya kurang dari 3 jam dalam
24 jam dapat menyebabkan seseorang mudah marah dan cakupan
perhatiannya berkurang. Kurang tidur dalam waktu lama menyebabkan
kesulitan berkonsentrasi, kemunduran performa umum, mudah terpengaruh
dan bisa terjadi halusinasi (Puri K, 2011).

 Guyyton dan Hall, (2007). Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui
pemeriksaan laboratorium yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari
otak. Perekaman listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat
menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini
sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan
tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang
EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta

 Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium


yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik
dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya
aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi
oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga
atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan
sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta (Guyyton & Hall, 2007).
 Andrew H, Potter dan Peter JG (2013) Sirkadian menemukan bahwa orang
dengan jam sirkadian yang lebih pendek dapat tidur lebih awal dan bangun
dipagi hari juga lebih awal karena mereka mendapat istirahat yang cukup di
malam hari. Sedangkan mereka dengan jam sirkadian yang lebih panjang,
ritme internal membuat mereka tidur lebih lambat di malam hari. Mereka juga
kesulitan bangun di pagi hari karena mereka tidak mendapatkan waktu yang
cukup untuk istirahat dimalam hari. Jam sirkadian cenderung lebih lama di
masa remaja dan lebih menurun di usia tua.

 Andrew H dkk.(2013) Sirkadian menemukan bahwa orang dengan jam


sirkadian yang lebih pendek dapat tidur lebih awal dan bangun dipagi hari juga
lebih awal karena mereka mendapat istirahat yang cukup di malam hari.
Sedangkan mereka dengan jam sirkadian yang lebih panjang, ritme internal
membuat mereka tidur lebih lambat di malam hari. Mereka juga kesulitan
bangun di pagi hari karena mereka tidak mendapatkan waktu yang cukup
untuk istirahat dimalam hari. Jam sirkadian cenderung lebih lama di masa
remaja dan lebih menurun di usia tua.

 Sirkadian menemukan bahwa orang dengan jam sirkadian yang lebih pendek
dapat tidur lebih awal dan bangun dipagi hari juga lebih awal karena mereka
mendapat istirahat yang cukup di malam hari. Sedangkan mereka dengan jam
sirkadian yang lebih panjang, ritme internal membuat mereka tidur lebih lambat
di malam hari. Mereka juga kesulitan bangun di pagi hari karena mereka tidak
mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat dimalam hari. Jam sirkadian
cenderung lebih lama di masa remaja dan lebih menurun di usia tua. (Andrew
H, Potter & Peter JG, 2013).

 Sirkadian menemukan bahwa orang dengan jam sirkadian yang lebih pendek
dapat tidur lebih awal dan bangun dipagi hari juga lebih awal karena mereka
mendapat istirahat yang cukup di malam hari. Sedangkan mereka dengan jam
sirkadian yang lebih panjang, ritme internal membuat mereka tidur lebih lambat
di malam hari. Mereka juga kesulitan bangun di pagi hari karena mereka tidak
mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat dimalam hari. Jam sirkadian
cenderung lebih lama di masa remaja dan lebih menurun di usia tua. (Andrew
H dkk. 2013)

 Dandona, dkk. (2005). Kriteria sindrom metabolik menurut definisi NCEP-ATP


III terdiri dari hipertensi, tingginya kadar trigliserida, rendahnya kadar HDL
kolesterol, tingginya kadar glukosa puasa serta obesitas sentral melalui
pengukuran lingkar pinggang. Obesitas sentral di sini akan didapatkan lebih
banyak asam lemak bebas yang akan menyebabkan terjadinya resistensi
insulin, yang secara berkelanjutan dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan trigliserida serta penurunan HDL kolesterol.
 Kriteria sindrom metabolik menurut definisi NCEP-ATP III terdiri dari hipertensi,
tingginya kadar trigliserida, rendahnya kadar HDL kolesterol, tingginya kadar
glukosa puasa serta obesitas sentral melalui pengukuran lingkar pinggang.
Obesitas sentral di sini akan didapatkan lebih banyak asam lemak bebas yang
akan menyebabkan terjadinya resistensi insulin, yang secara berkelanjutan
dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan trigliserida serta penurunan HDL
kolesterol. (Dandona, dkk, 2005).

 Lipoeto (2007). Obesitas merupakan sebuah kelainan metabolisme yang saat


ini menjadi masalah terbesar dengan penderita yang semakin tahun semakin
meningkat, dimana jumlah penderita obesitas terbanyak yaitu wanita, karena
wanita dengan usia di atas 40 tahun merupakan kelompok yang cenderung
lebih cepat gemuk dan sulit untuk menurunkan berat badan dibandingkan pria.
Ahli gizi terkemuka di Amerika telah menemukan bahwa wanita menjadi lebih
cepat gemuk setelah berusia 40 tahun. Metabolisme tubuh secara alami akan
melambat dan mobilitas yang rendah mempercepat proses penggantian
massa otot dengan lemak tubuh dikarenakan terjadinya proses penuaan. Oleh
karena itu wanita di atas usia 40 tahun akan beresiko mengalami obesitas
Lipoeto (2007).Obesitas didefenisikan sebagai penimbunan lemak berlebihan
dalam jaringan tubuh. Penimbunan ini dapat terjadi di seluruh tubuh atau di
tempat-tempat tertentu misalnya di daerah perut yang lebih sering disebut
sebagai obesitas sentral atau obesitas abdominal. Dalam kasus obesitas pada
wanita usia di atas 40 tahun penumpukan adiposa (jaringan lemak tubuh)
terjadi karena hasil penurunan massa jaringan otot .

 Lipoeto (2007a, 2007b). Obesitas merupakan sebuah kelainan metabolisme


yang saat ini menjadi masalah terbesar dengan penderita yang semakin tahun
semakin meningkat, dimana jumlah penderita obesitas terbanyak yaitu wanita,
karena wanita dengan usia di atas 40 tahun merupakan kelompok yang
cenderung lebih cepat gemuk dan sulit untuk menurunkan berat badan
dibandingkan pria. Ahli gizi terkemuka di Amerika telah menemukan bahwa
wanita menjadi lebih cepat gemuk setelah berusia 40 tahun. Metabolisme
tubuh secara alami akan melambat dan mobilitas yang rendah mempercepat
proses penggantian massa otot dengan lemak tubuh dikarenakan terjadinya
proses penuaan. Oleh karena itu wanita di atas usia 40 tahun akan beresiko
mengalami obesitas. Obesitas didefenisikan sebagai penimbunan lemak
berlebihan dalam jaringan tubuh. Penimbunan ini dapat terjadi di seluruh tubuh
atau di tempat-tempat tertentu misalnya di daerah perut yang lebih sering
disebut sebagai obesitas sentral atau obesitas abdominal. Dalam kasus
obesitas pada wanita usia di atas 40 tahun penumpukan adiposa (jaringan
lemak tubuh) terjadi karena hasil penurunan massa jaringan otot.

 Sadock, (2010), Lipoeto (2007a, 2007b). menyatakan Tidur adalah suatu


keadaan berulang, teratur, mudah reversibel yang ditandai dengan keadaan
relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respon terhadap
stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga waktu tidurnya
kurang dari 3 jam dalam 24 jam dapat menyebabkan seseorang mudah marah
dan cakupan perhatiannya berkurang. Obesitas merupakan sebuah kelainan
metabolisme yang saat ini menjadi masalah terbesar dengan penderita yang
semakin tahun semakin meningkat, dimana jumlah penderita obesitas
terbanyak yaitu wanita, karena wanita dengan usia di atas 40 tahun
merupakan kelompok yang cenderung lebih cepat gemuk dan sulit untuk
menurunkan berat badan dibandingkan pria. Ahli gizi terkemuka di Amerika
telah menemukan bahwa wanita menjadi lebih cepat gemuk setelah berusia 40
tahun. Metabolisme tubuh secara alami akan melambat dan mobilitas yang
rendah mempercepat proses penggantian massa otot dengan lemak tubuh
dikarenakan terjadinya proses penuaan. Oleh karena itu wanita di atas usia 40
tahun akan beresiko mengalami obesitas. Obesitas didefenisikan sebagai
penimbunan lemak berlebihan dalam jaringan tubuh. Penimbunan ini dapat
terjadi di seluruh tubuh atau di tempat-tempat tertentu misalnya di daerah
perut yang lebih sering disebut sebagai obesitas sentral atau obesitas
abdominal. Dalam kasus obesitas pada wanita usia di atas 40 tahun
penumpukan adiposa (jaringan lemak tubuh) terjadi karena hasil penurunan
massa jaringan otot.

 Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversibel yang ditandai
dengan keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang
respon terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga
waktu tidurnya kurang dari 3 jam dalam 24 jam dapat menyebabkan
seseorang mudah marah dan cakupan perhatiannya berkurang. Obesitas
merupakan sebuah kelainan metabolisme yang saat ini menjadi masalah
terbesar dengan penderita yang semakin tahun semakin meningkat, dimana
jumlah penderita obesitas terbanyak yaitu wanita, karena wanita dengan usia
di atas 40 tahun merupakan kelompok yang cenderung lebih cepat gemuk dan
sulit untuk menurunkan berat badan dibandingkan pria. Ahli gizi terkemuka di
Amerika telah menemukan bahwa wanita menjadi lebih cepat gemuk setelah
berusia 40 tahun. Metabolisme tubuh secara alami akan melambat dan
mobilitas yang rendah mempercepat proses penggantian massa otot dengan
lemak tubuh dikarenakan terjadinya proses penuaan. Oleh karena itu wanita di
atas usia 40 tahun akan beresiko mengalami obesitas. Obesitas didefenisikan
sebagai penimbunan lemak berlebihan dalam jaringan tubuh. Penimbunan ini
dapat terjadi di seluruh tubuh atau di tempat-tempat tertentu misalnya di
daerah perut yang lebih sering disebut sebagai obesitas sentral atau obesitas
abdominal. Dalam kasus obesitas pada wanita usia di atas 40 tahun
penumpukan adiposa (jaringan lemak tubuh) terjadi karena hasil penurunan
massa jaringan otot. (Sadock, 2010; Lipoeto, 2007a, 2007b).

 Saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita
obesitas. WHO (World Health Organization) mencatat dalam laporan Statistik
Kesehatan Dunia 2012 bahwa saat ini, setengah miliar orang atau sekitar 12%
orang tergolong menderita obesitas. Di Indonesia terjadi peningkatan jumlah
penderita obesitas yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dimana
prevalensi perempuan meningkat dibandingkan laki-laki (Depkes, 2012)

 Seseorang dikatakan mengalami obesitas saat jumlah lemak dalam tubuhnya


sudah mengalami kelebihan menurut ukuran ideal. Pria dikatakan obesitas
ketika lemak tubuhnya mencapai minimal berlebih 25 persen dari ukuran ideal.
Sementara pada wanita, disebut obesitas jika jumlah lemaknya mencapai lebih
dari 30 persen dari takaran ideal (Times of India, t.t.)

 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan


Kesehatan. 

 Pelayanan kesehatan untuk seluruh warga Negara Republik Indonesia


merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, yang di aktulaisasikan
dengan proram Jaminan kesehatan nasional dengan menyentuh aspek
masyarakat di pelosaok Indonesia (Wawancara dengan dr. T B. Ahmad Idrus,
15 Maret 2018)

5  Kodim dan Nasrin (2003) Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan


sistolik lebih besar. 

 penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar


(Kodim & Nasrin,2003).

 Arif, Mansjoer dan Susan (2000). Tuberkulosis adalah  penyakit akibat kuman
Mycobakterium  tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ
tubuh.

 Arif dkk (2000). Tuberkulosis adalah  penyakit akibat kuman Mycobakterium


tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh.

 Tuberkulosis  paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang


parenkim paru. dapat juga ditularkan ke meningen, ginjal, tulang, dan nodus
limfe (Suzanne, Brenda & Scott, 2001).

 Tuberkulosis  paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang


parenkim paru. dapat juga ditularkan ke meningen, ginjal, tulang, dan nodus
limfe (Suzanne dkk 2001).

 Smeltzer dkk (2001). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang


terutama menyerang parenkim paru.

 Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang


parenkim paru (Smeltzer dkk 2001).
 Jones (2012) Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun kuantitas
tidur yang menyebabkan terjadinya migren, Jones (2012) Pada fase 1 dan 2
terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika kita terbangun ketika berada di
fase REM maka kita akan mengalami migren saat terbangun dari tidur.

 Jones (2012a, 2012b) Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun


kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya migren, Jones (2013) Pada fase
1 dan 2 terdapat fase tambahan yaitu fase REM, maka kita akan mengalami
migren saat terbangun dari tidur.

 Smeltzer (2001), Jones (2012a, 2012b). Tuberkulosis paru adalah penyakit


infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Gangguan tidur berupa
berkurangnya kualitas maupun kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya
migren. Pada fase 1 dan 2 terdapat fase tambahan yaitu fase REM, maka kita
akan mengalami migren saat terbangun dari tidur.

 Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang


parenkim paru. Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun
kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya migren. Pada fase 1 dan 2
terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika kita terbangun ketika berada di
fase REM (fase dimana bola mata tampak bergerak-gerak meskipun kelopak
mata tertutup), maka kita akan mengalami migren saat terbangun dari tidur
(Smeltzer 2001; Jones, 2012a, 2012b).

 Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun kuantitas tidur yang


menyebabkan terjadinya migren (Jones, 2012), Pada fase 1 dan 2 terdapat
fase tambahan yaitu fase REM , jika terbangun maka kita akan mengalami
migren saat terbangun dari tidur (Jones, 2013).

 D.M. Jones (2012) dan P Jones (2013). Gangguan tidur berupa berkurangnya
kualitas maupun kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya migren.
Pada fase 1 dan 2 terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika terbangun
maka kita akan mengalami migren saat terbangun dari tidur .

 Sevilla et. al., (1960, h.182) rumus

 Salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan
dewasa muda adalah jerawat atau akne vulgaris (Adhi, t.t.).

 International Nursing Review, (INR 1999). Professional nursing in Brazil.

 Professional nursing in Brazil (International Nursing Review, (INR) 1999).


 INR (1999) Professional nursing in Brazil.

 Professional nursing in Brazil (INR, 1999).

 Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang (2006), Laporan program


penanggulangan tuberkulosis paru tahun 2005, Semarang

 Laporan program penanggulangan tuberkulosis paru tahun 2005, Semarang


(Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2006).

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan. 

 Penyakit yang diare yang disebabkan dari Banjir pada musim hujan
(Wawancara dengan Cucu, 17 Desember 2017)

 (Efendi, 2017, h. 12) Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah


jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran besar kecil
jerawat atau kondisi peradangan jerawat.

Daftar Acuan

 Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @


tempointeraktif.com, 2003.

 Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI Media Aescullapius.

 Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar  Keperawatan


Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC.

 Jones, H, Royden Jr; Srinivasan, Jayashri; Allam, Gregory J; Baker, Richard A,


2012. Netter’s Neurology 2 Edition, Saunders, Elseviers Inc

 Professional nursing in Brazil (International Nursing Review, (INR) 1999).

 INR (1999) Professional nursing in Brazil.

 Professional nursing in Brazil (INR, 1999).

 Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang (2006), Laporan program


penanggulangan tuberkulosis paru tahun 2005, Semarang

 Laporan program penanggulangan tuberkulosis paru tahun 2005, Semarang


(Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2006).
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. 

 Penyakit yang diare yang disebabkan dari Banjir pada musim hujan
(Wawancara dengan Cucu, 17 Desember 2017)

Anda mungkin juga menyukai