HYPERPLASIA (BPH)
OLEH
KELOMPOK 7:
ANJELICA DEFITA (203210244)
ELVINAWATI (203210251)
SHERLY MARIANA (203210272)
SILVIA PRADEFI (203210273)
YOSIL INDAH PURNAMA SARI (203210278)
DESEN PEMBIMBING:
NS. ANITA MIRAWATI,M.Kep
Pengertian
Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan
perbesaran kelenjar prostat, memanjang ke
atas kedalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urin dengan menutupi orifisium uretra
akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter)
dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap
(Smeltzer dan Bare, 2002).
Tahapan Perkembangan Penyakit BPH
1) Eliminasi
2) Pola nutrisi dan metabolisme
3) Pola tidur dan istirahat
4) Nyeri/kenyamanan
5) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
6) Pola aktifitas
7) Seksualitas
8) Pola persepsi dan konsep diri
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting dilakukan
untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri dan infeksi. Pemeriksaan kultur
urin berguna untuk menegtahui kuman penyebab infeksi dan sensitivitas
kuman terhadap beberapa
antimikroba.
b) Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyulit yang menegenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit, kadar
ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsin ginjal
dan status metabolic.
c) Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai
PSA <4ng/ml tidak perlu dilakukan biopsy. Sedangkan bila nilai PSA 4-10
ng/ml, hitunglah prostate specific antigen density (PSAD) lebih besar sama
dengan 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsy prostat, demikian pula bila
nila PSA > 10 ng/ml.
2) Radiologis/pencitraan
Menurut Purnomo (2011) pemeriksaan radiologis bertujuan untuk memperkirakan volume
BPH, menentukan derajat disfungsi bulibuli dan volume residu urin serta untuk mencari
kelainan patologi lain, baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan BPH.
a) Foto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adanya batu opak di saluran
kemih, adanya batu/kalkulosa prostat, dan adanya bayangan buli-buli yang penuh dengan
urin sebagai tandaadanya retensi urin. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda
metastasis dari keganasan prostat, serta osteoporosis
akbibat kegagalan ginjal.
b) Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan
pada ginjal maupun ureter yang berupa hidroureter atau hidronefrosis. Dan memperkirakan
besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan adanya indentasi prostat (pendesakan
buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter dibagian distal yang berbentuk seperti mata kail
(hooked fish)/gambaran ureter berbelok-belok di vesika, penyulit yang terjadi pada buli-buli
yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli-buli.
c) Pemeriksaan USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat, memeriksa masa
ginjal, menentukan jumlah residual urine, menentukan volum buli-buli, mengukur sisa urin
dan batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli, dan mencari kelainan yang mungkin ada
buli-buli.
pathway
DS:
P : Klien mengatakan nyeri, nyeri
semakin terasa ketika kecing
dan bergerak, nyeri hilang
ketika tidur.
Q : Klien mengatakan nyeri seperti
disayat benda tajam (perih) dan
terasa seperti terbakar.
R : Klien mengatakan nyeri pada
alat kelaminnya.
S : Klien mengatakan skala nyeri 5
menggunakan skala nyeri
numerik.
T :Klien mengatakan nyeri hilang
timbul saat merasa ingin
kencing.
DO:
Keadaan umum: Cukup
Kesadaran composmentis
GCS : 4-5-6
TTV:
- TD: 130/80 mmHg
- N: 88 x/menit
- S:36,30C
- RR: 20 x/menit
Klien post operasi TUR-P
Klien terpasang kateter 3 saluran berukuran 22
Pada ujung penis tertutup kassa
dan terdapat darah
Di ruangan dilakukan spooling
Ns 1000 ml grojok, sisa 300 ml,
produksi 1.200 ml, warna urine
kemerahan, tidak terdapat
gumpalan darah.
Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera( biologis,zat kimia,fisik dan psikologis)
Kriteria hasil:
j)Skala nyeri
berkurang
k) Tanda vital dalam
rentang normal
TD : 100-140/
60- 90 mmHg
N : 60-100x/menit
S : 36,5 -37,5°C
RR : 16-24x/menit
l)Dapat mengidentifikasi (skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
ketika berlangsung
m) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi seperti teknik distraksi dan
relaksasi, kompres hangat,
imajinasi terbimbing, dan hypnosis diri untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
n) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
o) Tidak terdapat gangguan konsentrasi
p)Klien tidak terbangun karena nyeri
q)Wajah menjadi segar dan tidak meringis kesakitan
r)Tidak takut terjadinya cidera
Tujuan :
Diharapkan nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3×24 jam.