{ Prostat
Benigna (HPB)
DEFINISI
Hipertrofi Prostat Benigna (HPB) adalah kelainan histologis yang khas di tandai
dengan poliferasi sel-sel prostat. Hipertrofi prostat jinak (benign prostatic
hyperthropy; BPH) merupakan kondisi yang belum diketahui penyebabnya,
ditandai oleh meningkatnya ukuran zona dalam (kelenra periuretra) dari kelenjar
prostat (pierce,2006).
ANATOMI & FISIOLOGI PROSTAT
ANATOMI
Menurut Wibowo dan Paryana (2009). Kelenjar prostat terletak dibawah kandung
kemih, mengelilingi uretra posterior dan disebelah proksimalnya berhubungan dengan
buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma
urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul.
Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah walnut atau buah
kenari besar. Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang
lebih 2 - 3 cm dengan berat sekitar 20 gram. Bagian- bagian prostat terdiri dari 50 70 %
jaringan kelenjar, 30 50 % adalah jaringan stroma (penyangga) dan kapsul/muskuler.
LANJUTAN..
Menurut Purnomo (2011) fisiologi prostat adalah suatu alat tubuh yang tergantung
kepada pengaruh endokrin. Pengetahuan mengenai sifat endokrin ini masih belum
pasti. Bagian yang peka terhadap estrogen adalah bagian tengah, sedangkan bagian tepi
peka terhadap androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang
mengalami hiperplasi karena sekresi androgen berkurang sehingga kadar estrogen
relatif bertambah. Sel-sel kelenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang
paling aktif bekerja pada pH 5.
Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu dan bersifat
alkalis. Cairan prostat merupakan 70% volume cairan ejakulat dan berfungsi
memberikan makanan spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di
dalam tubuh wanita, dimana sekret vagina sangat asam (pH: 3,5-4). Cairan ini dialirkan
melalui duktus skretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian
dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.
Patogenesis
1. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien dianjurkan
untuk mengurangi minum setelah makan malam yang ditujukan agar tidak
terjadi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan (parasimpatolitik),
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak
terlalu sering miksi. Pasien dianjurkan untuk menghindari mengangkat barang
yang berat agar perdarahan dapat dicegah. Ajurkan pasien agar sering
mengosongkan kandung kemih (jangan menahan kencing terlalu lama) untuk
menghindari distensi kandung kemih dan hipertrofi kandung kemih. Secara
periodik pasien dianjurkan untuk melakukan control keluhan, pemeriksaan
laboratorium, sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur
residual urin dan pancaran urin:
A. Residual urin, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin dapat
diukur dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan
dengan pemeriksaan USG setelah miksi.
B. Pancaran urin (flow rate), dapat dihitung dengan cara menghitung
jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau
dengan alat urofometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin.
2. Terapi medikamentosa
Menurut Baradero dkk (2007) tujuan dari obat-obat yang diberikan pada
penderita BPH adalah :
a. Mengurangi pembesaran prostat dan membuat otot-otot berelaksasi
untuk mengurangi tekanan pada uretra
b. Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan
alfa blocker (penghambat alfa adrenergenik)
c. Mengurangi volum prostat dengan menentuan kadar hormone
testosterone/ dehidrotestosteron (DHT).
a. Demografi
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Pola kesehatan fungsional
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting
b) Pemeriksaan faal ginjal
c) Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA)
2. Radiologis/pencitraan
a) Foto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adanya
b) Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ),
c) Pemeriksaan USG transektal
DIAGNOSA
Observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan
kekuatan. pilihanintervensi
Awasi dan catat waktu tiap berkemih dan retensi urine meningkatkan tekanan dalam
jumlah tiap berkemih, perhatikan penurunan saluran perkemihan atas, yang dapat
haluaran urin dan perubahan berat jenis. mempengaruhi fungsi ginjal. Adanya deficit
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan perkusi/palpasi suprapubik distensi kandung kemih dapat dirasakan
diarea suprapubik
Kaji tipe nyeri, perhatikan lokasi, intensitas Memberikan informasi untuk membantu
(skala 0-10) lamanya. dalam menentukan pilihan/keefektifan
intervensi
INTERVENSI RASIONAL
Dorong menggunakan rendam duduk, Meningkatkan relaksasi otot
gunakan sabun hangat
untuk perineum
Kolaborasi pemberian obat pereda nyeri Menurunkan adanya nyeri, dan kaji 30
( analgetik) menit kemudian untuk mengetahui
keefektivitasnya.
c. Ansietas/cemas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan,
kekhawatiran tentang pengaruhnya pada ADL atau menghadapi prosedur bedah.
Tujuan : pasien tampak rileks.
Kriteria Hasil : menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi, menunjukkan
rentang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut
INTERVENSI RASIONAL
Damping pasien dan bina hubungan saling menunjukkan perhatian dan keinginan
percaya untuk
membantu.
INTERVENSI RASIONAL
Dorong pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi, mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi ginjal
batasi cairan pada malam hari setelah kateter dilepas untuk aliran urine penjadwalan masukan cairan
menurunkan
kebutuhan berkemih/gangguan tidur selama malam
hari.
Pertahankan irigasi kandung kemih continue mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris
(continous bladderirrigation)/CBI sesuai indikasi pada untuk mempertahankan patensi kateter.
periode pascaoperasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada
pembedahan, dan pemasangan kateter.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang
2) Ekspresi wajah pasien tenang
3) Pasien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi.
4) Pasien akan tidur / istirahat dengan tepat.
5) Tanda tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) nyeri tajam, intermitten dengan dorongan berkemih sekitar
kateter menunjukkan spasme kandung kemih.
Jelaskan pada pasien tentang gejala dini spasmus Kien dapat mendeteksi gajala dini spasmus kandung
kandung kemih kemih.
Pertahankan patensi kateter dan system drainase. mempertahankan fungsi kateter dan drainase system.
Pertahankan selang bebas dari lekukan dan Menurunkan resiko distensi/spasme kandung kemih
bekuan
Berikan informasi yang akurat tentang kateter, menghilangkan ansietas dan meningkatkan kerjasama.
drainase, dan spasme kandung kemih
Kolaborasi pemberian antispasmodic contoh : 1. merilekskan otot polos, untuk memberikan penurunan
(1) Oksibutinin klorida (Ditropan), supositoria spasme dan nyeri
(2) Propantelin bromide (pro-bantanin) 2. menghilangkan spasme kandung kemih oleh kerja
antikolinergik
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan insisi area bedah vaskuler (tindakan
pembedahan) , reseksi bladder, kelainan profil darah
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria Hasil :
1) Pasien tidak menunjukkan tanda tanda perdarahan
2) Tanda tanda vital dalam batas normal .
INTERVENSI RASIONAL
3) Urine lancar lewat kateter
Jelaskan pada pasien tentang sebab terjadi perdarahan Menurunkan kecemasan pasien dan mengetahui tanda
setelah pembedahan dan tanda tanda perdarahan . tanda perdarahan
Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalm Gumpalan dapat menyumbat kateter, menyebabkan
saluran kateter peregangan dan perdarahan kandung kemih
Sediakan diet makanan tinggi serat dan memberi obat Dengan peningkatan tekanan pada fosa prostatic yang
untuk memudahkan defekasi akan mengendapkan perdarahan
INTERVENSI RASIONAL
Pertahankan sistem kateter steril, berikan Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi.
perawatan kateterdengan steril.
Anjurkan intake cairan yang cukup (2500 Meningkatkan output urine sehingga
3000 ) sehingga dapat menurunkan resiko terjadi ISK dikurangi dan
potensial infeksi. mempertahankan fungsi ginjal
INTERVENSI RASIONAL
Observasi tanda tanda vital, laporkan Mencegah sebelum terjadi shock.
tanda tanda shock dan demam.
INTERVENSI RASIONAL
2) Berikan informasi yang tepat tentang impotensi fisiologis terjadi bila syaraf
harapan kembalinya fungsi seksual perineal dipotong selama prosedur radikal.
INTERVENSI RASIONAL
3. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama