NPM : 2015750009
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
B. Rentang Respon
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain
C. Proses Terjadinya Masalah
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep
diri terdiri atas komponen : citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan
identitas personal. Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi
sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladatif.
Dalam tinjauan Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :
a. Perkembangan individu yang meliputi :
Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula
untuk mencintai orang lain.
Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang atau
orang tua yang penting/dekat dengan individu yang bersangkutan.
Sikap orang tua yang over protectif, anak merasa tidak berguna, orang
tua atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu
Anak menjadi frustasi, putus asa, merasa tidak berguna dan merasa
rendah hati.
b. Ideal diri
Individu selalu dituntut untuk berhasil
Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah
Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya harga diri rendah
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti :
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga merasa malu dan
rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya
fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon terhadap trauma
pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah
represi dan denial.
c. Perilaku
Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan klien, misalnya kebersihan, dandanan dan
pakaian. Kemudian perawat mendiskusikannya dengan klienuntuk
mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya. Gangguan
perilaku pada gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :
Perilaku hubungan dengan harga diri rendah merupakan masalah bagi
banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif, seperti
membeci dirinya sendiri dan menolak diri sendiri.
D. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri
rendah (Fitria, 2009), adalah:
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
5. Risiko perilaku kekerasan
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah
(Fitria, 2009 dan Yosep, 2009), adalah:
1. Data subyektif
a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias,
makan atau toileting).
2. Data obyektif
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi
i. Berkurang selera makan
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
E. Pohon Masalah
Resiko Isolasi Sosial (Effect)
Gangguan peran
Gangguan identitas (Causa)
Gangguan ideal diri
Gangguan citra tubuh
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping terasuk pertahanan koping jangka pendek atau panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Stuart, 2006).
Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari identitas diri, misalnya :
koser musik, menonton televisi secara obsesif.
2. Aktifitas yang memberikan identitas penggantian sementara, misalnya : ikut
serta dalam kegiatan sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau geng.
3. Aktifitas yang sementara mengantarkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu, misalnya : olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas.
4. Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini, misalnya : penyalahgunaan
obat.
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negatif yang tidak sesuaidengan nilai dan harapan yang diterima
masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi pengalihan (displacement) spiriting berbalik merah terhadap diri sendiri
dan amok (Stuart, 2006).
1. Disosiasi
Pemisahan setiap kelompok proses perilaku atau mental dari sisa kesadaran
atau identitas. Contoh : Seorang pria yang dibawa ke ruang kedaruratan oleh
polisi tidak mampu menjelaskan siapa dirinya, dimana rumahnya atau tempat
kerjanya.
2. Isolasi
Memisahkan komponen emosional dari pikiran yang dapat bersifat sementara
atau jangka panjang. Contoh : Mahasiswa kedokteran tingkat dua membedah
mayat pada kelas anatominya tanpa terganggu oleh pikiran tentang kematian.
3. Proyeksi
Mengaitkan pikiran atau implus diri terutama keinginan, perasaan emosional
atau motivasi yang tidak dapat di toleransi kepada orang lain. Contoh :
Seorang wanita muda yang enyangkal bahwa dia memiliki perasaan seksual
pada temen sekantornya dan menuduh temannya yang mencoba untuk
merayunya.
4. Displacement
Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda
tertentu ke benda atau orang biasanya netral atau tidak membahayakan.
Contoh : Seorang anak berusia 4 thn marah karena dia dihukum oleh ibunya
akibat menggabar dinding kamar tidurnya. Ia mulai bermain perang-perangan
dengan boneka tentaranya dan membiarkan bertarung satu sama lain
(Maramis, 2009 hal 96)
RENCANA TINDAKAN
DX TINDAKAN
TUJUAN KRITERIA RASIONAL
KEP KEPERAWATAN
EVALUASI
Harga TUM :
Diri Klien
Rendah memiliki
konsep
diri yang
positif