Oleh A11-B
Kelompok 6
DENPASAR
2019
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Defenisi BPH (Benign Prostatic Hypertopi)
BPH (Benign Prostatic Hypertopi)merupakan penyakit yang biasa terjadi pada
laki-laki usia lanjut, yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat pada epitel
prostat dan daerah transisi jaringan fibromuskular pada daerah periuretral yang bisa
menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urine yang tertahan. Benigna Prostat
Hiperplasia atau lebih dikenal dengan BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan retriksi pada jalan urine (uretra),
(Setih Setio). Secara histologi, BPH dapat didefinisikan sebagai pembesaran nodular
secara regional dengan kombinasi poliferasistromadangrandular yang berbeda
(Smeltzer, 2010)
BPH (Benign Prostatic Hypertopi) adalah pembesaran prostat yang mengenai
uretra, menyebakan gejala urinaria (Nursalam & Fransisca, 2009)
BPH (Benign Prostatic Hypertopi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat,
bersifat jinak di sebabkan oleh hypertropi beberapa atau semua komponen prostat
yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Arif Muttaqin & Kumala
Sari, 2009)
3. Etiologi
Hipotetsis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah
adanya perubahan keseimbangan antara hormone testoterone dan estrogen pada usia
lanjut. Apabila peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat akan meningkatkan lama hidup sel-sel prostat karena kekeurangan sel
yang mati. Teori sel menerangkan bahwa terjadi poliferasi abnormals sel stem
menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar prostat. Akibatnya uretra
prostatic menjadi terekam dan sempit yang menyebabkan kandung kemih menjadi
kencang untuk bekerja lebih keras mengeluarkan urine. Normalnya jaringan yang
tipis dan fibrous pada permukaan kapsul prostat menjadi spons menebal dan
membesar menimbulkan efek obstruksi yang lama dapat menyebabkan tegangan
dinding kandung kemih dan menurun elastisitasnya.
Beberapa penyebab timbulnya BPH yaitu :
1) Adanya perubahan kesimbangan antara hormon testosteron dan esterogen pada
usia lanjut
2) Peranan dari faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat
3) Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
4) Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi yang normal sel stem
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat
menjadi berlebihan.
4. Manifestasi Klinik
Kompleks gejala obstruktif dan iritatif mencangkup peningkatan frekuensi
berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih, abdomen tegang, volume urine
menurun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urine tidak lancar, dimana urine
uterus meets setelah berkemih (dribbling), rasa seperti kandung kemih tidak kissing
dengan baik, retensi urine akut (bila lebih dari 60 ml urine tetap berada dalam
kandung kemih setelah berkemih) dan kekambuhan infeksi saluran kemih. Pada
akhirnya, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal
dengan retensi urine kronis dan volume residu yang besar.Gejala generalisata juga
mungkin tampak termasuk keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.(Smeltzer, 2010)
5. Komplikasi
1) Retensi Urine
Kesulitan miksi karena kegagalan mengeluarkan urin dari vesikaurinaria
2) Hidronefrosis
Pelebaran pasu pada ginjal serta pengerutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan
aliran balik ureter ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi
menampung urine dan urine tidak bisa dikeluarkan
3) Pielonefritis
Infeksi pada ginjal yang diakibatkan oleh bakteri yang masuk ke ginjal dan
kandung kemih
4) Azotemia
Ditandai dengan terjadinya peningkatan ureum, fenolamin dan metabolik lain
serta racun-racun sisa metabolisme
5) Uremia
Peningkatan ureum di dalam darah akibat ketidakmampuan ginjal menyaring
hasil metabolisme ureum
6) Anemia
Terjadi karena pendarahan massif dan terus-menerus dari saluran kemih yang
mengalami iritasi dan pecahnya pembuluh darah akibat penegangan berlebihan
oleh kelenjar prostat. (Arief Mansjoer, 2008)
6. Patofisiologis
Proses pembesaran prostat ini terjadi secara perlahan seiring bertambahnya usia
sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi reduksi testoteron
menjadi dehidrotestoteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya
penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA
sehingga menyebabkan terjadinya sistensis protein yang kemudian menjadi
hyperplansia kelenjar prostat
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi
penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli
harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tekanan tersebut, sehingga akan terjadi
resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat, secara otot detrusor menebal
dan merenggang sehingga timbul sirkulasi atau devertikel. Fase penebalan detrusor
ini disebut fase kompensasi. Apabila kedua berlanjut, maka detrusor menjadi lelah
dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak ampu lagi berkontraksi sehingga
terjadi retensi urine (Basuki B Purnomo, 2011).
Tekanan intravesikal yang tinggi akan diteruskan keseluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli
ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus
menerus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi
gagal ginjal. (Arif Muttaqin & Kurmala Sari, 2011).
7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksaan Medis
1 Terapi Medikamentosa
Penghambat adrenergic alfa contoh : Prazosin, Doxazosin, Terazosin,
alfluzosin
Terapi pengobatan contohnya : Tramadol, ranitidine, As.Tranexamat,
Cefoprazone, NaCL/RL
2 Fototerapi
Pengobatan fototerapi yang ada di Indonesia antara lain : eviprostat,
substansinya misalnya pygeum afrisnium, sawpalmetto: serenoa
repelus
3 Terapi Bedah
a. TURP
b. TUIP
c. Prostatekomi terbuka
4 Terapi Invasive Minimal
a. TUMT (Trans Uretral Micro web Thermotherapy)
b. Dilatasi balon trans uretra (TUBD)
c. High intensity focus ultrasound
d. Ablasi jarum trans uretra dan stent prostat
2) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mandi air hangat
2. Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul
3. Menghindari minuman beralkohol
4. Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari
5. Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa
jam sebelum tidur.
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel
leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus
diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih,
batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan
hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar
dari fungsi ginjal dan status metabolik.Pemeriksaan prostate spesific antigen
(PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi
dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila
nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu
PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya
dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
2) Pemeriksaan Darah Lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka
semua defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan
biasanya menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka
fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT,
BT, golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3) Pemeriksaan Radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan
sitoskopi. Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat
disfungsi buli, dan volume residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya
batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga
dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta
osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat
supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran
ureter berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat
diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu
urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah
terlihat bayangan radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat
mengetahui fungsi ginjal apakah ada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli
dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya dikencingkan. Sebelum
kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing (viding
cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah
untuk menilai residual urin
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesia pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan,
pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama
penanggung jawab
2) Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan factor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.Biasanya pada pasien
dengan BPH didapatkan keluhan nyeri, aliran urine tidak lancer.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan masalah BPH biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti obstruktif dan iritatif mencangkup peningkatan
frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih, abdomen
tegang, volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih,
aliran urine tidak lancar, dimana urine uterus meets setelah berkemih
(dribbling), rasa seperti kandung kemih tidak kissing dengan baik.
Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhan tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk Rumah Sakit, penyakit
yang pernah diderita misalnya infeksi saluran kencing dan BPH
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien mengalami mengalami gangguan saluran
perkemihan
3). Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
3. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah
data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencangkup tindakan yang di
laksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya.Dari informasi yang terkumpul didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang di hadapi klien.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien dengan masalah BPH (Benign
Prostatic Hypertopi) adalah :
1. Retensi urine berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra, kerusakan
arkus reflek, blok spingter yang ditandai dengan rensasi penuh pada
kandung kemih, distensi kandung kemih, dribbling, inkontinesia berlebih
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pancedera kimiawi yang ditandai
dengan terasa nyeri panas saat BAK dan pasien tampak meringis
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive yang ditandai
dengan pemakaian kateter
Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi, Symtom)dengan
cara penyususnan diagnose keperawatan yaitu : Problem berhubungan dengan
Etiologi yang di tandai dengan Symtom yang diperoleh dari DS dan DO
5. Intervensi
Andre, yessie. 2017. KMB1 Keperawatan Medikal Bedah (keperawatan dewasa). Yogyakarta:
NuhaMedika
Muttaqin, Arif & Sari Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer, Arief. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku Kedokteran
Nursalam & Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry . 2006. BukuAjar Fundamental Keperawatan Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC
Muttaqin.A. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika
Tim Pokja Potter &Perry . 2006. BukuAjar Fundamental Keperawatan Edisi 4, Volume 2 .SDKI
DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Defenisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI