PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Di dalam buku Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan : Arif
Muttaqin & Kumala Sari menyebutkan bahwa hiperplasia prostat atau BPH (Benigna
Prostate Hiperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak
(secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat
obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (dikutip dari buku Rencana Asuhan
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah (kapita
selekta, 2000) (dikutip dari buku Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Perkemihan)
Prostat hipertropi merupakan kelainan yang sering dijumpai di klinik urologi di
Indonesia di Jakarta prostat hipertropi merupakan kelainan kedua tersring setelah batu
saluran kemih (dikutip dari buku Kumpulan Ilmu Bedah : Bagian Bedah Staf
disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliput
prostatika.
Muttaqin & Kumala Sari menyebutkan bahwa prostat adalah organ genitalia pria yang
terletak di sebelah inferior kandung kemih, di depan rektum dan membungkus uretra
posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya
kurang lebih 20 gram. Secara histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen
1
kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh
cairan ejakulasi. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekrotorius dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat
ejekulasi. Volume cairan prostat merupakan lebih kurang 25% dari seluruh volume
ejakulat.
Prostat terdapat inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari pleksus
parasimpatik dari korda spinalis S2-4 dan simpatik dari nerves hipogastrikus (T10 –
L2).
Stimulasi parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat,
uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatik memberikan inervasi pada
otot – otot prostat, kapsula prostat, dan leher kandung kemih. Pada tempat – tempat
tonus otot polos tersebut dipertahankan. Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak
atau berubah menjadi kanker ganas dapat membuat uretra posterior menjadi buntu
C. ETIOLOGI
Di dalam buku Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan : Arif
Muttaqin & Kumala Sari menyatakan bahwa penyebab yang pasti dari terjadinya BPH
2
samai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
E. KLASIFIKASI
Benigna Prostatic Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan
klinisnya :
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa
urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit
berlebih
2. Derajat II
Ada retensi urin tapi kandung kemih mampu mengeluarkan urin walau tidak
sampai habis, masih tersisa kira – kira 6- 150 cc. Disuria dan nocturia.
3. Derajat III
Setiap BAK urin tersisa 150 cc
4. Derajat IV
Retensi urin total, kandung kemih penuh, pasien tampak kesakitan, urin menetes
F. PATOFISIOLOGI
Sejalan dengan pertambahan umum, kelenjer prostat akan mengalami
hiperplasia. Jika prostat membesar, maka akan meluas ke atas (kandung kemih)
sehingga pada bagian dalam akan mempersempit saluran uretra prostatica dan
terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan kandung kemih
berkontraksi lebih kuat agar dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus –
menerus menyebabkan perubahan anatomi dari kandung kemih berupa hipertropi otot
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko –
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh kedalam gagal ginjal. (Dikutip dari buku
4
Patofisiologi lainnya menurut Mansjoer Arif (2000), pembesaran prostat terjadi
secara perlahan – lahan pada traktur urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran
daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya, serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat
detrusor kedalam mukosa buli – buli akan terlihat sebagai balok – balok yang tampai
(trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat
menerobos keluar diantara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang
apabila lebih kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase
penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan
menjadi lelah dan akhirnya akan menjadi dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
kontraksi, sehingga terjadi retensi urine total yang berlanjut pada hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas. (Dikutip dari buku Keperawatan Medikal Bedah :
Sistem Perkemihan)
G. WOC
Symtoms (LUTS), yang dibedakan menjadi (Dikutip dari buku Keperawatan Medical
mengejan yang disebabkan oleh otot detrusor buli – buli memerlukan waktu
6
beberapa lama untuk meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
pars pospatika bertambah panjang, oleh karena fiksasi ductus ejakulatorius maka
kompensasi, dimana muscle fibro menebal ini didapatkan bagian yang mengalami
depresi (lekukan) yang disebut potensial divertikula. Pada proses yang lebih lama
akan terjadi dekompensasi otot – otot yang hypertropi dan akibatnya terjadi atonia
post prostatika pouch, atau kantong yang terdapat pada kandung kemih dibelakang
medial lobe.
Post prostatika adalah sumber terbentuknya residual urin (urin yang tersisa) dan
pada post prostatika pouch ini juga selalu didapati adanya batu – batu di kandung
kemih.
7
c. Terhadap ureter dan ginjal
Kalau keadaan urethra vesica valve baik, tekanan ke ekstra vesikel tidak
diteruskan ke atas. Namun bila vaalve ini rusak maka tekanan diteruskan ke atas.
Akibatnya, otot – otot calcyces, pelvis, ureter sendiri mengalami hipertropy dan
sistem skoring secara subjektif dapat diisi dan dihitung oleh pasien.
Dari skore 1 – P 35 dapat dikelompokan gejalanya dalam 3 derajat yaitu :
a. Ringan 0 – 7.
b. Sedang 8 – 19.
c. Berat 20 – 35.
Derajat berat obstruksi dapat diukur juga dengan menentukan jumlah sisa
urine setelah miksi spontan. Bila sisa urine lebih dari 100 CC biasanya dianggap
gejala obstruksi antara lain ; nyeri pinggang, benjolan dipinggang (yang merupakan
tanda dari Hydroneprhosis) atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau
urosepsis.
3. Gejala diluar saluran kemih.
Tidak jarang pasien berobat kedokter karena mengeluh adanya hernia
inguinalis dan hemoroid akibat sering mengejan pada saat meningkatkan tekanan
intra abdomen. Selain itu pada pemeriksaan fisik mungkin di dapat buli -– buli
8
yang terisi penuh dan teraba massa kistik di daerah supra simphisis akibat retensi
urine. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan konsistensi prostat kenyal seperti
mraba ujung hidung, lotus kanan dan kiri simetris dan tidak di dapatkan nodul.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Colok Dubur (dikutip dari buku Keperawatan Medical Bedah :
Sistem Perkemihan)
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaaan tonus sfingter
anus, mukosa rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur dapat
apakah batas – batas dapat diraba. Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan
menentukan jumlah sisa urin setelah miksi spontan. Sisa miksi ditentukan dengan
9
mengukur urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula
Sebab bila buli – buli penuh dapat terjadi kesalahan dalam penilaian. Dengan
Biasanya pada grade 3 dan 4 batas dari prostat tidak dapat diraba karena
10
dapatkan kesan besar dan beratnya prostat dan juga penting untuk menetukan
macam tindakan operasi yang akan dilakukan. Bila kecil (grade 1) maka terapi
yang baik adalah TURP (Trans Urethal Resection Prostat). Bila prostat besar
b. Clinical gading
Pada pengukuran ini yang menjadi patokan adalah banyaknya sisa urin.
Pengukuran ini dilakukan dengan cara meminta pasien berkemih sampai selesai
saat bangun tidur pagi, kemudian memasukan kateter ke dalam kandung kemih
Pengukuran ini harus dapat dilihat dengan penedeskopy dan sudah menjadi
2.Pemeriksaan laboratorium
a. Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum
kreatinin
b. Bila perlu Prostate Spesifik Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsi.
3.Pemeriksaan radiologi
a. Fo0to polos
b. BNO – IVP
11
c. Sytoscopy/sytografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada
dari atas aapabila darah datang dari muara ureter atau batu radiolusen di daalam
vesica. Selain itu, sitoscopi dapat juga memberi keterangan mengenai besar prostat
dengan mengukur panjang urethra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat
ke dalam urethra.
4. USG (ultrasonografi)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume, dan besar prostat juga
keadaan buli – buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
hidronefrosis.
Pemeriksaan diagnostik menurut buku Rencana Asuhan Keperawatan
Doenges,dkk adalah
a. Urinalisa. Warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang (berdarah).
selular dan pengaruh hormonal pada kanker prostat (dapat mengindikasi metastase
tulang)
f. SDP mungkin lebih besar dari 11.000, mengindikasi infeksi bila pasien tidak
imunosupresi
g. Penentuan kecepatan aliran urine. Mengkaji derajat obstruksi kandung kemih.
12
h. IVP dengan film pasca – berkemih. Menunjukkan pelambatan pengosongan
kandung kemih.
i. Sistouretrografi berkemih. Digunakan sebagai ganti IVP untuk memvisualisasikan
perubahan dinding kandung kemih (kontraindikasi pada adanya ISK akut sehubung
J. KOMPLIKASI
Menurut buku Keperawatan Medikal Bedah : sistem perkemihan. Komlikasi
berikut :
1. Inkontinensia Paradoks
2. Batu Kandung Kemih
3. Hematuria
4. Sistitis
5. Pielonefritis
6. Retensi Urin Akut Atau Kronik
7. Refluks Vesiko-Ureter
8. Hidroureter
9. Hidronefrosis
10.Gagal Ginjal
K. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan pasien BPH menurut buku Keperawatan Medikal Bedah : Sistem
perkemihan adalah :
a) Terapi medikamentosa
13
Pengahambat andrenergik minsalnya, prasozin, doxasozin, alfluzosin, atau
tamsulosin
Penghambat enzim 5 alfa reduktase, minsalnya finasteride (poscar)
Fototerapi, minsalnya eviprostat
b) Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
minum kopi, dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi.
14
Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan
b) Medikamentosa
Tujuan teraapi medikamentosa adalah untuk :
1. Mengurangi resistensi leher buli – buli dengan obat – obatan golongan alfaa
testosteron/dehidrotestoteron (DHT)
Obat penghambat adrenergik alfa
Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos
alpha adrenergik.
Obat penghambat enzim 5 alpha reduktase
Obat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5
yang digunakan untuk pengobatan BPH adalah serenoa repens atau saw
dalam hal :
Frekuensi nokturia berkurang
Aliran kencing bertambah lancar
Volume rsidu dikandung kencing berkurang
Gejala kurang enak dalam mekanisme urinaria berkurang
androgen
Bersifat aantinflamasi dan anti oedema dengaan cara menghambaat
c) Terapi operatif
Tindakan operasi ditujakn pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan
penyulit tertentu, antara lain : retensi urin, batu saluraan kemih, hematuria, infeksi
saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang
15
Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi
transuretra.
1. Prostatektomi terbuka
Ada berbagai macam prostatektomi yang dapat dilakukan. Masing –
abdomen, yaitu suatu insisi yang dibuat ke dalam kandung kemih dan
kelenjar prostat diangkat dari atas. Pendekatan ini dilakukan untuk kelenjar
lainnya adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua prosedur
abdomen mayor, seperti kontrol perdarahan lebih sulit, urin dapat bocor
disekitar tuba suprpubis, serta pemulihan lebih lama, dan tidak nyaman.
Cara ini lebih praktis dibanding cara yang lain, yang sangat berguna untuk
insiden syok lebih rendah, serta ideal bagi pasien dengan prostat yang besar,
resiko bedah buruk bagi pasien sangat tuah atau rangkih. Pada pascaoperatif,
16
Prostatektomi retropubik
Adalah suatu teknik yang lebih umum dibanding pendekatan
yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih. Prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam
pubis. Meskipun darah yang keluar dapat dikontrol dengan baik dan letak
bedah lebih mudah dilihat, infeksi dapat cepat terjadi dalam ruang
venosa. Keuntungan yang lain adalah periode pemulihan lebih singkat serta
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra dilengkapi dengan alat pemotong dan
pembiusan umum maupun spinal dan merupakan tindakan invasif yang masih
reseksi. Cairan irigasi digunakan secara terus – menerus dengan cara isotonis
granulasi dan reepitelasisai uretra pars prostatika (Anonim, FK, UI, 1995).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter foley tiga saluran no.24 yang
kandung kemih. Irigasi kandung kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam
bila tidak keluar bekuan darah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai
17
jernih. Kateter diangkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah
gejala dari sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien
cukup sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah
(50-90 %), impotensi (4-40 %). Oleh karena pembedahan tidak mengobati
kemudian.
instrumen melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan
kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi
kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil
(30 gram/kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini
dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angaka komplikasi lebih
18
rendah dibanding cara yang lainnya. (dikutip dari buku Keperawatan Medikal
ukuran prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu
besar dan pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode
tersebut atau incisi leher buli – buli atau Bladder Neck Incision (BNI) pada jam
5 dan 7. Terapi ini juga dilakukaan secara endoskopik yaitu dengan menyayat
memakai alat seperti yang dipakai pada TURP tetapi memakai alat pemotong
yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara ureter
sampai dekat ke verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul
prostat.
Kelebihan daari metode ini adalah lebih cepat dari pada TUR dan
dengan TUMT dan TURF belum dapat memberikan hasil yang sebaik dengan
operasi maka dicoba cara operasi yang dapat dilakukan hampir tanpa
pendarahan.
Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2 – 4 menit
untuk masing – masing lobus prostat (lobus lateralis kaanan, kiri, dan medius).
Pada waktu ablasi akan ditemukan pop corn effect sehingga tampak melalui
sistoskop terjadi ablasi pada permukaan prostat, sehingga uretra pars prostatika
akan segera menjadi lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi
minggu sehingga hasil akhir nanti akan terkjadi rongga di dalam prostat
d) Invasif minimal
a. Trans Urethral Microwave thermotherapy (TUMT)
19
Cara memanaskan prostat sampai 44,5 0C - 470C ini mulai diperkenalkan
vakuolisasi dan nekrosis jaaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan
tonus otot polos dan kapsul prostat sehingga tekanan uretra menurun sehingga
obstruksi berkurang.
Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat
pada antene akan lebih tinggi maka perlu dilengkapi dengan surface costing
agar tidak merusak mucosa ureter. Dengan proses pendindingaan ini memang
daaripada tebalnya prostat juga arah dari gelombang radio frequency dapat
diarahkan oleh elektrode yang ditempel diluar (pada pangkal paha) sehingga
efek panasnya dapat menetrasi sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain
pemanasan bisa lebih lama, dan selama pemanasan urine tetap dapat mengalir
keluar.
20
b. Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD)
Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini jula – mula dikerjakan
dengan jalan melakukan commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan
Mekanismenya adalah :
a. Kapsul prostat diregangkan
b. Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut
c. Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika
dirusak.
c. Trans Uretra Needle Ablation (TUNA)
Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk
menghasilkan ablasi termal pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang
21
d. Stent Urethra
Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya
saja kateter tersebut dipasang ada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada spiral
dibuat dari logam bercampur emas yang dipasang diujung kateter (prostach).
panjang uretra pars prostatika diukur dengaan USG dan kemudian dipilih alat
yang panjangnya sesuai, lalu alat tersbut dimasukkan dengan kateter pendorong
dan bila letak sudah benar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
22
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (iyer at al, 1996).
sesuai dengan kebutuhan individu. oleh karena itu pengkajian yang akurat,
sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar
hal : 17).
2. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya :
Nama :
Umur : (50 tahun keatas)
Jenis kelamin : (menyerang laki – laki)
Pekerjaan :
Alamat :
No register :
Suku/bangsa :
Agama :
Tingkat pendidikan :
3. Riwayat kesehatan/keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pasien BPH adalah, biasanya pasien dengan BPH akan
mengeluh adanya kesulitan saat berkemih atau nyeri saat berkemih, klien
juga mengeluh sulitnya untuk kencing. Pada saat mengkaji keluhan utama
pancaran mikisi melemah, keluhan miksi tidak puas, keluhan miksi menetes,
keluhan sangat ingin miksi dan keluhan rasa sakit sewaktu miksi mulai
dirasakan.
23
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, diantaranya klien mengeluh ingin kencing tapi tidak jadi (hesistensi),
klien mengeluh jika ingin kencing harus menunggu lama, klien mengeluh
saat kencing aliran urinnya terputus – putus tidak lancar, klien mengeluh
pancaran urinnya melemah, tidak lancar, dan volume sedikit, klien mengeluh
tidak puas setelah buang air kecil, klien juga mengeluh ingin buang air kecil
tapi sulit ditahan, klien mengeluh sering terbangun di malam hari untuk
klien mengeluh adanya perasaan belum selesai saat berkemih dan kantong
tempat menampung urinnya tersa belum kosong, klien juga mengatakan nyri
saat kencing, klien mengeluh nyeri pada pinggang saat kencing, klien
mengeluh pada saat kencing sering mengedan, klien mengeluh merasa letih,
BPH perlu kita kaji adanya riwayat merokok, menyukai makanan yang
obat – obatan yang meningkatkan libido pada waktu mudanya dari golongan
24
faal darah dapat memperbesar resiko terjadinya penyulit pasca bedah
4. Pemeriksaan fisik
Di dalam buku Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan
dapat meningkat pada kedaan kesakitan, pada retensi urine akut, dehidrasi
sampai syok pada retensi urine, serta urosepsis sampai syok septik.
Pada pemeriksaan pengaruh penyempitan lumen uretra memberikan
manifestasi pada tanda – tanda obstruksi dan iritasi saluran kemih. Tanda
intermitensi, daan menetes setelah miksi. Sementara itu tanda iritasi, meliputi
keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi teraba adanya ballotement dan
klien akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya
25
Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali
urin. Evaluasi warna urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah,
keruh, gelap dengan bekuan. Selain terjadi gangguan eliminasi urin, juga
kemih)
Adanya nyeri tekan pada kandung kemih
Adanya kemungkinan ditemukan hernia ingualis : hemoroid
muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu dikaji adalah awasi
26
ginjal. Penurunan tekanan darah; peningkatan nadi sering dijumpai pada.
karena anasteshinya
f) Sistem integumen
Turgor kulit jelek
Mukosa bibir kering
Membran mukosa pucat
5. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut buku Rencana Asuhan Keperawatan
Doenges,dkk adalah :
a. Urinalisa. Warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang (berdarah).
imunosupresi
g. Penentuan kecepatan aliran urine. Mengkaji derajat obstruksi kandung
kemih.
h. IVP dengan film pasca – berkemih. Menunjukkan pelambatan pengosongan
27
pembesaran prostat, divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
i. Sistouretrografi berkemih. Digunakan sebagai ganti IVP untuk
6. Analisa data
28
NO DATA PATOFISIOLOGI MASALAH
prosedur pembedahan)
b) Post operatif
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis (adanya insisi
pembedahan/TURP)
2. Gangguan Eliminasi Urine Berhubungan Dengan Obstruksi Anatomik
(Bekuan Darah, Oedem, Trauma, Prosedur Bedah, Tekanan Dan Iritasi Pada
Ballon
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (alat selama
30
kandung partikel pantau waktu eliminasi
kemih Balance cairan kemih terakhir
Menetes selama 24 jam anjurkan pasien untuk
Disuria minum 8 gelas per hari
Urin dapat keluar
Sering membantu pasien dalam
tanpa kesakitan
berkemih toileting
Inkontinensi anjurkan pasien
a urine mengosong kan kandung
berlebih kemih sebelum prosedur
Residu urine yang relevan
Sensasi catat waktu prosedur
kandung berkemih pertama
kemih enuh batasi cairan sesuai
Berkemih kebutuhan
sedikit anjurkan pasien memantau
Faktor tanda – tanda infeksi
berhubungan : saluran kemih
urinary retention care
Hambatan
Tekanan melakukan penilaian
ureter tinggi kemih komprehensif
Inhibisi berfokus pada
arkus refleks inkontinensia
Sfingter kuat memantau penggunaan
agen nonprescription
dengan antikolinergik atau
alfa-agonis-sifat \
memonitor efek dari obat-
obatan yang diresepkan,
seperti calcium channel
blockers dan antikolinergik
Sediakan privacy untuk
eliminasi
31
Gunakan sugesti dengan
menghidupkan kran air
Stimulasi reflex kencing
dengan memberikan media
dingin di perut atau
mengaliri genital dengan
air
Sediakan waktu untuk
pengosongan bladder ( 10
menit )
Lakukan katerisasi
Catat pengeluaran urin
Anjurkan pasien untuk
mencegh terjadinya
impaksi atau kontsipasi
Monitor derajat didtensi
bladder
Monitor intake dan output
cairan
Lakukan pemasangan
kateter secara intermitent
Rujuk ke spesialis urologi
2. Nyeri akut NOC : NIC :
32
jaringan actual nyeri, mampu Gunakan teknik komunikasi
atau potensial menggunakan terapeutik untuk
atau tehnik mengetahui pengalaman
digambarkan nonfarmakologi nyeri pasien
dalam hal untuk mengurangi Kaji kultur yang
kerusakan nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
sedemikian rupa bantuan) Evaluasi pengalaman nyeri
(International Melap masa lampau
Association for orkan bahwa nyeri Evaluasi bersama pasien
study of pain) : berkurang dengan dan tim kesehatan lain
awitan yang menggunakan tentang ketidakefektifan
tiba - tiba atau manajemen nyeri kontrol nyeri masa lampau
lambat dari Mamp Bantu pasien dan keluarga
intensitas ringan u mengenali nyeri untuk mencari dan
hingga berat (skala, intensitas, menemukan dukungan
dengan akhir frekuensi dan Kontrol lingkungan yang
yang dapat tanda nyeri) dapat mempengaruhi nyeri
diantisipasi atau Menya seperti suhu ruangan,
diprediksi dan takan rasa nyaman pencahayaan dan
berlangsung setelah nyeri kebisingan
selama > 6 berkurang Kurangi faktor presipitasi
bulan Tanda nyeri
vital dalam Pilih dan lakukan
Batasan
rentang normal penanganan nyeri
karakteristik :
(farmakologi, non
Melaporkan farmakologi dan inter
nyeri secara personal)
verbal Kaji tipe dan sumber nyeri
Gangguan untuk menentukan
tidur (mata intervensi
capek, Ajarkan tentang teknik non
tampak sayu, farmakologi (relaksasi, tarik
33
sulit atau nafas dalam, terapi musik)
gerakan Evaluasi keefektifan
kacau dan kontrol nyeri
meringis) Tingkatkan istirahat
Diaforesis Kolaborasikan dengan
Perubahan dokter jika ada keluhan dan
tekanan tindakan nyeri tidak
darah berhasil
Perubahan Monitor penerimaan pasien
frekuensi tentang manajemen nyeri
pernafasan Analgesic Administration
Perubahan
Tentukan lokasi,
selera makan
karakteristik, kualitas, dan
Tingkah laku
derajat nyeri sebelum
ekspresif
pemberian obat
(gelisah,
Cek instruksi dokter tentang
marah,
jenis obat, dosis, dan
menangis,
frekuensi. Obatnya
merintih,
(antibiotika dosis tinggi
waspada,
secara oral maupun
nafas
suntikan, anti tetanus
panjang,
serum dan toksoid, anti
iritabel)
inflamasi,
Indikasi
Cek riwayat alergi
nyeri yang
Pilih analgesik yang
dapat
diperlukan atau kombinasi
diamati
dari analgesik ketika
Faktor yang
pemberian lebih dari satu
berhubungan :
Tentukan pilihan analgesik
Agen cedera tergantung tipe dan
(minsalnya beratnya nyeri
biologis, zat Tentukan analgesik pilihan,
34
kimia, fisik, dan rute pemberian, dan dosis
psikologis) optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
3. Ansietas NOC : NIC :
35
bahaya. Hal ini cemas menemani anak
merupakan Vital sign Lakukan back / neck rub
isyarat dalam batas Dengarkan dengan penuh
kewaspadaan normal perhatian
yang Postur tubuh, Identifikasi tingkat
memperingatka ekspresi kecemasan
n individu akan wajah, bahasa Bantu pasien mengenal
adanya bahaya tubuh dan situasi yang menimbulkan
dan tingkat kecemasan
memampukan aktivitas Dorong pasien untuk
individu untuk menunjukkan mengungkapkan
bertindak berkurangnya perasaan, ketakutan,
menghadapi kecemasan persepsi
ancaman. Instruksikan pasien
karakteristik: relaksasi
Barikan obat untuk
Perilaku
mengurangi kecemasan
Penuruna
n
produktifi
tas
Mengeksp
resikan
kekhawati
ran karena
perubahan
dalam
peristiwa
hidup
Gerakan
yang
irelevan
Gelisah
36
Melihat
sepintas
Insomnia
Kontak
mata yang
buruk
Agitasi
Mengintai
Tampak
waspada
Afektif
Gelisah
Kesedihan
yang
mendalam
Distress
Ketakutan
Perasaan
tidak
adekuat
Berfokus
pada diri
sendiri
Peningkata
n
kewaspada
an
Iritabilitas
Gugup
Senang
berlebihan
Rasa nyeri
yang
meningkatk
an
ketidakberd
ayaan
37
Peningkata
n rasa
ketidakberd
ayaan yang
persisten
Bingung
Menyesal
Ragu/tidak
percaya diri
Khawatir
Fisiologis
Wajah
tegang
Tremor
tangan
Peningkata
n keringat
Peningkata
n
ketegangan
Gemetar
Tremor
Suara
bergetar
Simpatik
Anoreksia
Eksitabilita
s
Diare
Mulut
kering
Wajah
merah
Jantung
38
berdebar-
debar
Peningkata
n tekanan
darah
Peningkata
n denyut
nadi
Peningkata
n refleks
Peningkata
n frekuensi
pernafasan
Pupil
melebar
Kesulitan
bernapas
Vasokonstri
ksi
superficial
Kedutan
pada otot
Lemah
Parasimpatik
Nyeri
abdomen
Penurunan
tekanan
darah
Penurunan
denyut nadi
Diare
Vertigo
Letih
Mual
Gangguan
tidur
39
Kesemutan
pada
ekstremitas
Sering
berkemih
Anyang-
anyangan
Dorongan
berkemih
(keinginan
mendesak
untuk
berkemih)
Kognitif
Menyadari
gejala
fisilogis
Bloking
pikiran
Konfusi
Penurunan
lapang
persepsi
Kesulitan
berkonsentr
asi
Penurunan
kemampua
n untuk
belajar
Penurunan
kemampua
n untuk
memecahka
n masalah
40
Ketakutan
terhadap
konsekuens
i yang tidak
spesifik
Lupa
Gangguan
perhatian
Khawatir
Melamun
Cenderung
menyalahk
an orang
lain
Faktor yang
berhubungan:
Perubahan
dalam:
Status
ekonomi
Lingkun
gan
Status
kesehata
n
Pola
interaksi
Fungsi
peran
Status
peran
Pemajanan
toksin
Terkait
keluarga
Herediter
41
Infeksi/kon
taminan
interperson
al
Penularan
penyakit
interperson
al
Krisis
maturasi
Krisis
situsiona
l
Stress
Penyala
hgunaan
zat
Ancama
n
kematia
n
Ancama
n pada:
- Statu
s
ekon
omi
- Ling
kung
an
- Statu
s
kese
hata
n
- Pola
42
inter
aksi
- Fung
si
pera
n
- Statu
s
pera
n
- Kon
sep
diri
-
4. gangguan NOC : NIC :
eliminasi
Symptom severity Urinary Elimination
urinarius
Urinary Management
defenisi elimination
memantau eliminasi urin
disfungsi pada termasuk frekuensi,
eliminasi urine Kriteria hasil : konsistensi, bau, volume,
dan warna yang sesuai
batasan Pengosongan
memantau tanda dan gejala
karakteristik bladder
retensi urin
secara sempurna
Disuria mengajarkan pasien untuk
Warna urin dbn
Sering menegtahui tanda gejala
Bau urin dbn
berkemih adanya infeksi saluran
Urin terbebas dari
Anyang – kemih
partikel
anyangan pantau waktu eliminasi
Balance cairan
Nokturia kemih terakhir
selama 24 jam
Retensi anjurkan pasien untuk
Urin dapat keluar
Dorongan minum 8 gelas per hari
tanpa kesakitan
Faktor yang membantu pasien dalam
berhubungan toileting
43
Obstruksi anjurkan pasien
anatomik mengosong kan kandung
Penyebab kemih sebelum prosedur
multipel yang relevan
Gangguan catat waktu prosedur
sensori berkemih pertama
motorik batasi cairan sesuai
Infeksi kebutuhan
saluran anjurkan pasien memantau
kemih tanda – tanda infeksi
saluran kemih
bladder irrigation
44
resiko Infection infeksi)
masuknya control
Bersihkan lingkungan
organisme Risk control
setelah dipakai pasien lain
patogen Kriteria Hasil :
Pertahankan teknik isolasi
Klien bebas Batasi pengunjung bila
dari tanda dan perlu
Faktor-faktor
gejala infeksi Instruksikan pada
resiko :
Menunjukkan pengunjung untuk
- Prosedur kemampuan mencuci tangan saat
Infasif untuk berkunjung dan setelah
- Ketidakcuk mencegah berkunjung meninggalkan
upan timbulnya pasien
pengetahua infeksi Gunakan sabun
n untuk Jumlah leukosit antimikrobia untuk cuci
menghindar dalam batas tangan
i paparan normal Cuci tangan setiap
patogen Menunjukkan sebelum dan sesudah
- Trauma perilaku hidup tindakan kperawtan
- Kerusakan sehat
Gunakan baju, sarung
jaringan
tangan sebagai alat
dan
pelindung
peningkatan
Pertahankan lingkungan
paparan
aseptik selama
lingkungan
pemasangan alat
- Ruptur
Ganti letak IV perifer dan
membran
line central dan dressing
amnion
sesuai dengan petunjuk
- Agen
umum
farmasi
Gunakan kateter
(imunosupr
intermiten untuk
esan)
menurunkan infeksi
- Malnutrisi
45
- Peningkata kandung kencing
n paparan Tingktkan intake nutrisi
lingkungan Berikan terapi antibiotik
patogen bila perlu
- Imonusupre
si
Infection Protection
- Ketidakade
(proteksi terhadap infeksi)
kuatan
imum Monitor tanda dan gejala
buatan infeksi sistemik dan lokal
- Tidak Monitor hitung
adekuat granulosit, WBC
pertahanan Monitor kerentanan
sekunder terhadap infeksi
(penurunan Batasi pengunjung
Hb,
Saring pengunjung
Leukopenia
terhadap penyakit
, penekanan
menular
respon
Partahankan teknik
inflamasi)
aspesis pada pasien yang
- Tidak
beresiko
adekuat
Pertahankan teknik isolasi
pertahanan
k/p
tubuh
Berikan perawatan kuliat
primer
pada area epidema
(kulit tidak
Inspeksi kulit dan
utuh,
membran mukosa
trauma
terhadap kemerahan,
jaringan,
panas, drainase
penurunan
Ispeksi kondisi luka /
kerja silia,
insisi bedah
cairan
Dorong masukkan nutrisi
46
tubuh statis, yang cukup
perubahan Dorong masukan cairan
sekresi pH, Dorong istirahat
perubahan Instruksikan pasien untuk
peristaltik) minum antibiotik sesuai
- Penyakit resep
kronik Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
BAB III
LAPORAN KASUS
I. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.B
47
Umur : 84 tahun
Penyambungan
No MR : 422940
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny.A
Umur : 58 tahun
c. Keluhan Utama
keluhan nyeri ketika buang air kecil (BAK) disertai ada darah
beku.
d. Riwayat Kesehatan
48
Klien mengeluhkan sakit ketika BAK dan terdapat darah di
yaitu Ambroxol.
49
Klien mengatakan tidak mengerti dengan penyakitnya,
kg dari 48 kg ke 45 kg.
g. Pola eliminasi
Klien mengatakan BAK tidak lancar karena nyeri dan susah untuk
kateter dan eliminasi urin mulai lancar dan perut sudah tidak
Menghabiskan sehari
menghabiska
n ½ porsi
Diit ML
Klien
mengatakn
nafsu makan
menurun
Minum Minum air putih 4- Minum air
50
gelas / hari
Mandi 2x dalam sehari Selama
dirawat di
rumah sakit
klien tidak
ada mandi
tetapi hanya
di lap saja
Berpakaian/berdandan Dapat berpakaian Dibantu oleh
sendiri keluarga
Mobilisasi di tempat Dapat dilakukan Dibantu oleh
keluarga terpasang
folley cateter
dan spooling
dengan NaCl
Berpindah Dapat dilakukan Dibantu oleh
sendiri keluarga
Berjalan Hanya ditempat Tidak ada
tidur berjalan
hanya di
tempat tidur
Eliminasi
terbangun di
malam hari
51
Klien dalam keadaan sadar, bicara jelas dan mampu berkomunikasi
j. Pemeriksaan Fisik
TD : 110/70 mmHg
N : 78x/i
S :36,7oC
P : 22x/i
1. Kepala
terlihat bersih
rambut halus
2. Mata
visus.
3. Hidung
cairan
52
P : tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
pendengaran kurang
5. Mulut
pecah-pecah
6. Leher
7. Dada
Thorak
P : sonor
Jantung
53
I : iktus cordis tidak terlihat
P : pulsasi teraba
jantung
8. Abdomen
P : bunyi timpany
9. Ekstremitas
2222 2222
10. Genitalia
h. Pemeriksaan penunjang
54
Natrium : 133,6 ( 135-147 ) mEq/l
i. Analisa Data
55
NO DATA PATOFISIOLOGI MASALAH
1. Retensi urine berhubungan dengan tekanan urine tinggi, dan sfingter kuat
prosedur pembedahan)
4. Gangguan Eliminasi Urine Berhubungan Dengan Obstruksi Anatomik
(Bekuan Darah, Oedem, Trauma, Prosedur Bedah, Tekanan Dan Iritasi Pada
Ballon
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
57
Inkontinensia selama 24 jam yang relevan
urine berlebih Urin dapat catat waktu prosedur berkemih
Residu urine keluar tanpa pertama
Sensasi kesakitan batasi cairan sesuai kebutuhan
kandung kemih anjurkan pasien memantau tanda –
enuh tanda infeksi saluran kemih
Berkemih urinary retention care
sedikit
melakukan penilaian kemih
Faktor
komprehensif berfokus pada
berhubungan :
inkontinensia
Hambatan memantau penggunaan agen
Tekanan ureter nonprescription dengan
tinggi antikolinergik atau alfa-agonis-sifat
Inhibisi arkus \
refleks memonitor efek dari obat-obatan
Sfingter kuat yang diresepkan, seperti calcium
channel blockers dan antikolinergik
Sediakan privacy untuk eliminasi
Gunakan sugesti dengan
menghidupkan kran air
Stimulasi reflex kencing dengan
memberikan media dingin di perut
atau mengaliri genital dengan air
Sediakan waktu untuk
pengosongan bladder ( 10 menit )
Lakukan katerisasi
Catat pengeluaran urin
Anjurkan pasien untuk mencegh
terjadinya impaksi atau kontsipasi
Monitor derajat didtensi bladder
Monitor intake dan output cairan
Lakukan pemasangan kateter
secara intermitent
Rujuk ke spesialis urologi
58
2. Nyeri akut NOC : NIC :
59
(mata capek, M Tingkatkan istirahat
tampak sayu, enyatakan rasa Kolaborasikan dengan dokter jika
sulit atau nyaman ada keluhan dan tindakan nyeri
gerakan kacau setelah nyeri tidak berhasil
dan meringis) berkurang Monitor penerimaan pasien tentang
Diaforesis Ta manajemen nyeri
Perubahan nda vital Analgesic Administration
tekanan darah dalam rentang
Tentukan lokasi, karakteristik,
Perubahan normal
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
frekuensi
pemberian obat
pernafasan
Cek instruksi dokter tentang jenis
Perubahan
obat, dosis, dan frekuensi. Obatnya
selera makan
(antibiotika dosis tinggi secara
Tingkah laku
oral maupun suntikan, anti
ekspresif
tetanus serum dan toksoid, anti
(gelisah, marah,
inflamasi,
menangis,
Cek riwayat alergi
merintih,
Pilih analgesik yang diperlukan atau
waspada, nafas
kombinasi dari analgesik ketika
panjang,
pemberian lebih dari satu
iritabel)
Indikasi nyeri Tentukan pilihan analgesik
60
3. Ansietas NOC : NIC :
control kecemasan)
perasaan tidak
Coping Gunakan pendekatan yang
nyaman atau
Kriteria Hasil : menenangkan
kekhawatiran yang
Nyatakan dengan jelas harapan
samar disertai Klien
terhadap pelaku pasien
respons autonom mampu
Jelaskan semua prosedur dan apa
(sumber sering kali mengide
tidak spesifik atau ntifikasi yang dirasakan selama prosedur
61
n karena tubuh
perubahan dan
dalam tingkat
peristiwa aktivitas
hidup menunju
Gerakan
kkan
yang
berkuran
irelevan
gnya
Gelisah
Melihat kecemasa
sepintas n
Insomnia
Kontak mata
yang buruk
Agitasi
Mengintai
Tampak
waspada
Afektif
Gelisah
Kesedihan
yang
mendalam
Distress
Ketakutan
Perasaan tidak
adekuat
Berfokus pada
diri sendiri
Peningkatan
kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup
Senang
berlebihan
Rasa nyeri
yang
meningkatkan
ketidakberday
aan
Peningkatan
62
rasa
ketidakberday
aan yang
persisten
Bingung
Menyesal
Ragu/tidak
percaya diri
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang
Tremor tangan
Peningkatan
keringat
Peningkatan
ketegangan
Gemetar
Tremor
Suara bergetar
Simpatik
Anoreksia
Eksitabilitas
Diare
Mulut kering
Wajah merah
Jantung
berdebar-
debar
Peningkatan
tekanan darah
Peningkatan
denyut nadi
Peningkatan
refleks
Peningkatan
frekuensi
pernafasan
Pupil melebar
Kesulitan
63
bernapas
Vasokonstriksi
superficial
Kedutan pada
otot
Lemah
Parasimpatik
Nyeri
abdomen
Penurunan
tekanan darah
Penurunan
denyut nadi
Diare
Vertigo
Letih
Mual
Gangguan
tidur
Kesemutan
pada
ekstremitas
Sering
berkemih
Anyang-
anyangan
Dorongan
berkemih
(keinginan
mendesak
untuk
berkemih)
Kognitif
Menyadari
gejala fisilogis
Bloking
pikiran
Konfusi
Penurunan
lapang
64
persepsi
Kesulitan
berkonsentrasi
Penurunan
kemampuan
untuk belajar
Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
Ketakutan
terhadap
konsekuensi
yang tidak
spesifik
Lupa
Gangguan
perhatian
Khawatir
Melamun
Cenderung
menyalahkan
orang lain
Faktor yang
berhubungan:
Perubahan
dalam:
Status
ekonomi
Lingkunga
n
Status
kesehatan
Pola
interaksi
Fungsi
peran
Status
65
peran
Pemajanan
toksin
Terkait
keluarga
Herediter
Infeksi/konta
minan
interpersonal
Penularan
penyakit
interpersonal
Krisis
maturasi
Krisis
situsional
Stress
Penyalahg
unaan zat
Ancaman
kematian
Ancaman
pada:
- Status
ekono
mi
- Lingku
ngan
- Status
keseha
tan
- Pola
interak
si
- Fungsi
peran
- Status
peran
- Konse
p diri
66
4. gangguan eliminasi NOC : NIC :
urinarius
Symptom Urinary Elimination Management
defenisi severity
memantau eliminasi urin termasuk
Urinary
disfungsi pada frekuensi, konsistensi, bau,
elimination
eliminasi urine volume, dan warna yang sesuai
memantau tanda dan gejala retensi
batasan
Kriteria hasil : urin
karakteristik
mengajarkan pasien untuk
Pengosongan
Disuria menegtahui tanda gejala adanya
bladder
Sering infeksi saluran kemih
secara
berkemih pantau waktu eliminasi kemih
sempurna
Anyang – terakhir
Warna urin
anyangan anjurkan pasien untuk minum 8
dbn
Nokturia gelas per hari
Bau urin dbn
Retensi membantu pasien dalam toileting
Urin terbebas
Dorongan anjurkan pasien mengosong kan
dari partikel
Faktor yang kandung kemih sebelum prosedur
Balance cairan
berhubungan yang relevan
selama 24 jam
Obstruksi Urin dapat catat waktu prosedur berkemih
keluar tanpa pertama
anatomik
Penyebab kesakitan batasi cairan sesuai kebutuhan
multipel anjurkan pasien memantau tanda –
Gangguan tanda infeksi saluran kemih
Infeksi saluran
Tentukan apakah irigasi akan
kemih
dilakukan secara berkelanjutan atau
hanya sementara
Jelaskan tujuan tindakan kepada
klien
Sediakan perlatan irigasi streril
sesuai protokol
membersihkan tempat masuk atau
67
akhir Y - konektor dengan alkohol
Monitor dan jaga aliran irigasi
sesuai indikasi
Catat jumlah cairan yang
digunakan, karakteristik cairan,
jumlah pengeluaran dan respon
pasien
68