HIPERTROFI PROSTAT
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
P031914472005
A. Latar Belakang
Pengertian dari Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran
kelenjar dan jaringan selular kelenjar prostat yang berhubungan dengan
perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah
kelenjar yang berlapis kapsula dengan perubahan endokrin berkenaan
dengan proses penuaan (Madjid dan Suharyanto, 2009)Benigna Prostat
Hipertropi adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra, menyebabkan
gejala urinaria (Nursalam dan Fransisca, 2006).
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang
bermakna pada populasi pria lanjut usia. Gejalanya merupakan keluhan
yang umum dalam bidang bedah urologi. Hiperplasia prostat merupakan
salah satu masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan
berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa sepertiga dari pria berusia antara 50 dan 79 tahun
mengalami hiperplasia prostat. Adanya hiperplasia ini akan menyebabkan
terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan
yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat
yaitu operasi (Smeltezr, 2000). Dengan teknologi dan kemajuan ilmu yang
semakin canggih dalam kehidupan ini banyak membawa dampak negatif
pada kehidupan masyarakat terhadap peningkatan kualitas hidup, status
kesehatan, umur dan harapan hidup. Dengan kondisi tersebut merubah
kondisi status penyakit infeksi yang dulu menjadi urutan pertama kini
bergeser pada penyakit degeneratif yang menjadi urutan pertama.
Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki
usia 60-70 tahun mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun
sebanyak 90% mengalami gejala-gejala BPH. Hasil riset menunjukkan
bahwa laki-laki di daerah pedesaan sangat rendah terkena BPH dibanding
dengan laki-laki yang hidup di daerah perkotaan. Hal ini terkait dengan gaya
hidup seseorang.Laki-laki yang bergaya hidup modern kebih besar terkena
BPH dibanding dengan laki-laki pedesaan (Madjid dan Suharyanto, 2009).
Di Indonesia pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran
prostat benigna. Keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun
dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun (Nursalam dan Fransisca,
2006). Menurut pengamatan peneliti selama praktek 1 bulan di Rumah Sakit
Umum Daerah Sukoharjo pada tanggal 12 november 2010, di ruang rawat
inap khususnya bangsal bedah Anggrek, dari 30 pasien terdapat 5 pasien
yang menderita BPH rata-rata penderita berusia di atas 50 tahun dan
berjenis kelamin laki-laki.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari BPH ?
2. Apa etiologi dari BPH ?
3. Apa anatomi fisiologi dari BPH ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dar BPH ?
5. Bagaimana Patifisiologi dan pathway dari BPH ?
6. Apa Penatalaksanaan medis dari BPH ?
7. Apa saja Komplikasi dari BPH ?
8. Bagaimana Konsep keperawatan pada BPH ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari BPH ?
2. Untuk mengetahui etiologi dari BPH ?
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari BPH ?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dar BPH ?
5. Untuk mengetahui bagaiman patifisiologi dari BPH ?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari BPH ?
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari BPH ?
8. Untuk mengetahui bagaimana Konsep keperawatan pada BPH ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat
membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan
hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi
kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya
bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi
gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna
hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat
sudah umum dipakai. Sedangkan Menurut para ahli, ada beberapa defenisi
BPH, diantaranya :
1. Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi
berupa hiperplasia kelenjar atau hiperplasia fibromuskular. Namun
orang sering menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara
histologi yang dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David C,1994)
2. BPH adalah pembesaran adenomatous dari kelenjar prostat, lebih dari
setengahnya dan orang yang usianya diatas 50 tahun dan 75 % pria
yang usianya 70 tahun menderita pembesaran prostat (C. Long, 1996 :
331).
3. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh
penuaan. Price&Wilson (2005)
4. Hiperplasi prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
( secara umum pada pria > 50 tahun) yang menyebabkan berbagai
derajat obstruksi uretra dan pembiasan aliran urinarius. (Doenges,
1999)
5. BPH adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium uretra (Brunner and
Suddart, 2001).
6. BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran
memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin
dengan cara men utupi orifisium uretra. (Smeltzer dan Bare, 2002).
Kesimpulan BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat
mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.
B. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab
terjadinya BPH, namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat
kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses
menua. Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria
usia 30-40 tahun. Bilaperubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka
kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar
80%, dan usia 90 tahun sekitar 100% (Purnomo, 2011).
Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesis yang
diduga menjadi penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH
menurut Purnomo (2011) meliputi :
C. Anatomi fisiologi
Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar
Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang
dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar
4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:Lobus medius
1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2
buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus
posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus
medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini
tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti
susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada
posterior kelenjar prostat terdiri dari:
- Kapsul anatomis
- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan
muskuler- Jaringan kelenjar yangterbagi atas 3 kelompok bagian:
1. Bagian luar disebut kelenjar sebenarnyaa
2. Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga
sebagai adenomatus zone
3. Di sekitar uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran
dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis
yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum
teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba
dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang
tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik.
Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan,
konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang
terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu
ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang
bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan
cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra
dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga
penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan
kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari
vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.
D. Patofisiologi
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah
Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan
hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya
adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau
mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan
kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma
cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi
pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk
mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon
hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada
beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi
kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup
berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat
peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik
dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan
urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan
drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan
edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada
awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini,
akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan
ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat
kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan
hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi
secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada
tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis
yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian
detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat
detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam
mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balokbalok yang tampai (trabekulasi).
Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat
menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan
mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut
diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila
berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi
retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas.
E. Pathway
Obstruksi uretra Penumpukan urin dlm VU Pembedahan/prostatektomi
Kompensasi otot destrusor Spasme otot spincter Merangsang nociseptor
Hipotalamus Dekompensasi otot destrusor Potensi urinTek intravesikal
Refluk urin ke ginjalTek ureter & ginjal meningkat Gagal ginjal Retensi
urinPort de entrée mikroorganisme kateterisasi Luka insisi Resiko disfungsi
seksual Nyeri Resti infeksi Resiko kekurangan vol cairan Resiko
perdarahan: resiko syok hipovolemik Hilangnya fungsi tbh Perub pola
eliminasi Kurang informasi ttg penyakitnya Kurang pengetahuan
Hyperplasia periuretralUsia lanjut Ketidakseimbangan endokrin BPH
F. MANIFESTASI KLINIS
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua,
tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal
yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih2.
Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak
pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya
atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi
kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi
harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g.
Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang
mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali
dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-
kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih
sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam
kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak
ginjal.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan
pemeriksaan:
1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes
sensitivitas dan biakan urin
2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct
Scanning, cystoscopy, fotopolos abdomen. Indikasi sistogram retrogras
dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan
secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra
Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi
dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan
keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat
dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah,
tetapi kandung kemih tidakdibuka, hanya ditarik dan jaringan
adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat
dibuang melalui perineum.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi
kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis,
gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada
waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga
menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan
BPH tergantung pada stadiumstadium dari gambaran klinis
a. Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah,
diberikan pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor
alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek
positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses
hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak
dianjurkan untuk pemakaian lama.
b. Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan
biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
c. Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan
selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka.
Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik
dan perineal.
d. Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan
penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau
sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok
melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau
pembedahan terbuka.
Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan
dilakukan pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan
memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan
konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang
menekan produksi LH. Menurut Mansjoer (2000) dan Purnomo (2000),
penatalaksanaan pada BPH dapat dilakukan dengan:
a. Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan,
kurangi kopi, hindari alkohol, tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa
kencing dan colok dubur.
b. Medikamentosa
• Mengharnbat adrenoreseptor α
• Obat anti androgen
• Penghambat enzim α -2 reduktase
• Fisioterapi
c. Terapi Bedah
Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan
fungsi ginjal, infeksi saluran kemih berulang, divertikel batu saluran
kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis pembedahan:
2) Prostatektomi Suprapubis
3) Prostatektomi retropubis
4) Prostatektomi Peritoneal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah
insisi diantara skrotum dan rektum.
A. PENGKAJIAN
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post
Prostatektomi dapat penulis kelompokkan menjadi:
a. Data subyektif :
- Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.o Pasien mengatakan tidak
bisa melakukan hubungan seksual.
- Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukano Pasien
mengatakan buang air kecil tidak terasa.
b. Data Obyektif :
- Terdapat luka insisial
- Takikardi
- Gelisah
- Tekanan darah meningkat
- Ekspresi wajah ketakutan
- Terpasang kateter
B. Diagnosa keperawatan
Kriteria hasil :
Intervensi :
Intervensi:
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari
Kriteria :
Intervensi :
A. Kesimpulan
BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran
memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin
dengan cara menutupi orifisium uretra
B. Saran
Diharapkan klien dapat memotivasi dirinya sendiri dan mengubah pola
hidup yang lebih sehat agar terhindar dari komplikasi penyakit
BenignaProstatHiperplasi(BPH).
Diharapkan keluarga klien dapat respon yang positif bagi klien demi
peningkatan status kesehatan klien dan diharapkan keluarga klien waspada
terhadap resiko pada keluarga klien sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi.
Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
4. Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga
University Press. Surabaya
5. Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta