Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK STASE KDP DI RUANGAN DAHLIA RUMAH SAKIT BEN MBOI

RUTENG

Di Susun Oleh :

ADELA HELNES NONI

NPM : 23203015

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan yang dilakukan kepada Tn. D, oleh Adelaha H. Noni telah disetujui
pada tanggal

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Hiperplasia prostat benigna adalah perbesaran atau hipertofi prostat, kelenjar
prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat
aliran keluar urine dapat mengakibatkan hidronefosis dan hidroureter (Brunner &
Suddarth, 2000).
Hyperplasia prostat benigna adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra,
menyebabkan gejala urinaria dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari
buli-buli (Nursalam, 2006).
Benigna prostatic hyperplasia atau BPH adalah pembesaran prostaat yang
jinakbervariasa berupa hyperplasia kelenjat atau hyperplasia fibromuskular. Namum
banyak orang sering meneyebutnya dengan hipertropi prostat. Tetapi secara histopatologi
yang dominan adalah hyperplasia (Sabison, David C,2005).

2. Anatomi Fisiologi
Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak disebelah inferior buli-buli, di
depan rectum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan
ukuran 4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan
fibromuskular dan grandular yang terbagi dalam beberapa daerah yaitu
perifer,,sntral,transisional,prepostatik sfingter dan anterior. Secara histopatologik kelenjar
prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stromaa ini terdiri atas oto
polos,fibroblast,pembuluh darah,saraf,dan jaringan penyangga yang lain (Purmono
basuki,2011).
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari
cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktud sekretorius dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lainpada saat
ejakulasi. Volume cairan prostat merupakan kurang lebih 25% dari seluruh volume
ejakulat (purmono basuki, 2011).

3. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon andogen. Faktor lain
yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor penyebab
antara lain:
 Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
 Perubahan keseimbangan hormon estrogen-testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormone estrogen dan
penurunan testoteron yang mengakibatkan hipeplasi stroma.
 Interaksi stroma-epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transmorning growth factor beta menyebabkan hiperplasi
stroma dab epitel.
 Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat mengakibatkan peningkatan lama hidup stroma
dan epitel dari kelenjar prostat.
 Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.

4. Patofisiologi dan patoflowdiagram


Ketika seorang berusia diatas 50 tahun, maka semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya gangguan atau kerusakan pada organ-organ tubuh. Pada pria ketika menginjak
usia 50 tahun ke atas maka terjadi penurunan fungsi testis. Akibatnya adalah
ketidakseimbangan hormon testosteron dan dehidrotestosteron sehingga memacu
pertumbuhan atau pembesaran prostat (dalam hal ini prostat dapat mencapai 60-100 gram
atau bahkan lebih). Pembesaran kelenjar prostat dapat meluas kearah atas (bladder)
sehingga mempersempit saluran uretra yang pada akhirnya akan menyumbat urin dan
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan di dalam bladder. Sebagai kompensasi
terhadap tekanan uretra prostatika maka otot-otot destrusor dan buli-buli berkontasi lebih
kuat guna melawan tahanan ini. Kontarsi secara teruss menerus menyebabkan perubahan
anatomik dari buli-buli. Tekana intarvesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh
bagian buli-buli tidak kecuali pada kedua muara ureter. Jika keadaan ini berlangsung
terus-menerus dapat menyebabakan gagal ginjal. pada klien benigna prostat hiperplasia
urin yang dikeluarkan tidak tuntas sehingga tersisahlah urin didalam buli-buli saat proses
miksi, sehingga seseorang cenderung mengejan untuk mengeluarkan urin tersebut dan
menyebabkan meningkatnya tekana intar abdomen sehingga dapat menimbulkan hernia
dan hemoroid.
Pembesaran prostat ini akan menimbulkan keluhan atau tanda daan gejala seperti
sulit memulai miksi, nonktrua (bangun tengah malam untuk berkemih), sehingga
berkemih ayang-ayang, abdomen tegang, pancaran urin menurun dan harus mengejan
saat berkemih, aliran urin tidak lancar, dribling (urin menetes terus setelah berkemih),
rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan baik, sakit atau nyeri ketika berkemih,
retensi urin akut (bila lebih dari 60 ml urin tetap berada dalam kandung kemih setelah
berkemih), anoreksia, mual dan muntah. Apabila tidak segera ditangani, dapat
menimbulkan komplikasi antara lain gagal ginjal, hemoroid dan hernia bahkan kematian.
5. Manifestasi klinik
a) Gejala iritatif meliputi:
 Peningkatan frekuensi berkemih
 Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
 Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
 Nyeri pada saat miksi (disuria)
b) Gejala obstruktif meliputi:
 Pancaran utin melemah
 Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
 Kalau mau miksi harus menunggu lama
 Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
 Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
 Urin terus menetes setelah berkemih

6. Pemeriksaan diagnostik
a) Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit,
sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan
adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran
kemih, walaipun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri.
b) Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua efek
pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai
penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan
harus dikaji.
c) Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG dan sitoskopi.
tujuan pencitraan untuk memeperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli dan
volume resude urin.

7. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnyaBPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu
melewati prostat. Hal ini dapa menyebabkan infeksi saluran kemih dan apabila tidak
diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam
resiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan
hematuria (Sjamsuhidajat, 2005).
BAB II

SISTEMATIKA LAPORAN KASUS

Tinjauan Kasus Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas
BPH merupakan pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria
lebih tua dari 50 tahun) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Muttaqin, 2012).
b) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien pada umumnya adalah nyeri pada saat
kencing atau disebut dengan disuria, hesistensi yaitu memulai kencing dalam waktu
yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan disebabkan karena otot detrusor
buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intraversikal guna
mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika dan setelah post operasi TUR-P
pasien biasanya mengalami nyeri dibagian genetalianya. Untuk penilaian nyeri
berdasarkan PQRST yaitu
P: oleh luka insisi
Q: seperti ditusuk-tusuk/disayat-sayat pisau/terbakar panas
R:didaerah genetalia bekas insisi
S:dari kategori 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan, 4-6=nyeri sedang, 7-9=nyeri berat,
10=sangat berat tidak bisa ditoleransi.
T: sering timbul/tidak sering/sangat sering (Muttaqin, 2012).
c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan adanya keluhan nyeri tekan pada kandung kemih, terdapat
benjolan massa otot yang padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih),
adanya hernia ingunalisis atau hemoroid yang menyebabkan meningkatnya tekanan
abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih dalam mengatasi tahanan
(Dongoes,2012).
d) Riwayat pengakit dahulu
Pasien dengan BPH biasanya mengonsumsi obat-obatan seperti anthipetensif atau
antidepresan, obat antibiotic urinaria atau agen antibiotic, obat yang dijual bebas
untuk flu/alergi serta obat yang mengandung simpatomimetik (Dongoes,2012).
e) Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker prostat, hipertensi dan penyakit
ginjal (Dongoes, 2012)
f) Keadaan umum
Keadaan klien BPH biasanya mengalami kelemahan setelah dilakukan tindakan post
operasi prostatektomi, untuk tingkata kesadaran composmentis, tanda-tanda vital:
tekanan darah meningkat, nadi meningkat akibat nyeri yang dirasakan oleh klien, RR
umumnya dalam batas normal 18—20x/menit.
g) Pemeriksaan fisik
 B1 (breathing)
Inspeksi: bentuk hidung simentris keadaan bersih dan tidak ada
secret,pergerakan daad simetis,irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul
kemungkinan dapat terjdi nafas pendek dan cepat dan tidak ada retraksi otot
bantu nafas, tidak ada nafas cuping hidung,frekuensi pernafasan dalam batas
normal 18-20x/mnt.
Palpasi: taktil fermitus antara kanan dan kiri simetris
Perkulsi:pada thoraks didapatkan hasil sonor
Auskultasi:suara nafas paru vesikular
 B2 (blood)
Inspeksi:tidak terdapat sianosis,tekanan darah meningkat,tidak ada
varises,phelbritis maupun oedem pada ektremitas.
Palpasi:denyut nadi meningkat akibat nyeri saat
pembedahan,akralhangat,CRT<3 detik,tidak ada vena jugularis dan tidak ada
clubbing finger pada kuku.
Perkusi:terdengar dullness
Aukultasi:BJ tunggal terdengar di ICS 2Mid klavikula kiri dan mid sternalis
kiri,BJ 2 tunggal terdengar di ICS 5 sternalis kiri dan kanan.
 B3 (brain)
Inspeksi: kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, bentuk wajah simetris,pupil
isokor
Palpasi:tidak ada nyeri kepala
 B4 (bladder)
Inspeksi: terdapat bekas luka post operasi TURP di daerah genetalia, bisa
terjadi retensi urin karena adanya kloting, terpasang kateter DC yang
terhubung urin bag,warna urin bisa kemerahanakibat bercampur dengan
darah,umumnya pasien juga terpasang drainase dibawah umbilicus sebelaha
kanan.
Palpasi: terdapat nyeri tekana dibagian genetalia
 B5 (bowel)
Inspeksi:nabsu makan klien baik,bentuk abdomen simetis,tidak ada
asites,terdapat luka jahit di area supra pubic,tidak mual muntah,tonsil tidak
oedem dan mukosa bibir lembab,anus tidak terdapat hemoroid
Perkusi:terdengar suara tympani
Auskultasi:bising usus normal 15—35x/menit
 B6 (bone)
Inspeksi:terdapat luka insisi di bagian supra pubis akibat operasi prostat klien
umumnya tidak memiliki gangguan pada system musculoskeletal tetapi tetap
perlu dikaji kekuatan otot ektremitas atas dan bawah dengan berdasarkan pada
nilai kekuatan otot 0-5, di kaji juga adanya kekuatan otot atau keterbatasan
gerak,warna kulit normal,kaji keadaan luka apa terdapat pus atau tidak,kaji
adanya infeksi dan kaji keadaan luka bersih atau tidak.
Palpasi:turgor kulit elastic,akral teraba hangat
 B7 (indera)
Inspeksi: kelima pancaindra dalam keadaan normal
alpasi:pada telinga tidak tidak ditemukan nyeri tekan dan tidak terdapat luka
serta pada hidung tidak ada nyeri tekan maupun luka
 B8 (endokrin)
Inspeksi:terlihat dari postur tubuh klien proposional sesuai jenis kelamin dan
usianya, tidak terlihat hiperpigmentasi kulit,terdapat jakun pada klien,tidak
ada pembesaran payudara,tidak terdapat pembesaran abdomen karena
lemak,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,GDS dalam batas normal.
Palpasi:tidak ada nyeri tekan kecuali pada supra pubis akibat insisi.
2. Pemeriksaan Penunjang
 USG prostat, untuk mengetahui ukuran prostat
 Tes urin (urinalisis), untuk menyampungkan kemungkinan adanya infeksi atau
penyakit lain yang gejalanya mirip dengan BPH
 Tes darah, untuk memeriksa apakah ada gangguan pada ginjal
 Tes pengukuran kadar antigen (PSA) dalam darah, dimana kadar PSA akan
meningkat jika pasien mengalami BPH
 Tes kecepatan aliran urin, untuk mengukur volume dan kecepatan aliran urin
 Biopsy, untuk mengetahu apakah ada sel kanker dengan mengambil sampel
jaringan pasien

3. Analisis Data
Analisis data adalah upaya untuk memberikan pembuktian kebenaran pada data yang
telah diberikan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan objektif yang
dikumpulkan dari pengkajian sebagai sumber berdasarkan standart nilai normal, untuk
menemukan kemungkinan pengkajian ulang atau pengkajian tambahan tentang data yang
ada (hidayat,2005).

4. Diagnosa keperawatan yang muncul


Diganosa keperawatan yang muncul pada pre operasi:
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
 Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra
Diganosa keperawatan yang mungkin muncul pada post operasi:
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
 Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
5. Rencana tindakan sesuai masalah tindakan
No Dignosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan tindakan keperawatan
dengan agen selama …x… jam Observasi
pencedera diharapkan nyeri 1.identifikasi
menurun dengan lokasi,karakterisstik,durasi,frekuensi,
kriteria hasil kualitas, intsitas nyeri
1.kemampuan pasien 2.ideentifikasi skala nyeri
untuk menuntaskan 3.identifikasi respon nyeri non verbal
aktivitas menurun 4.identifikasi faktor yang pemperberat dan
2.keluhan nyeri pemperingan nyeri
menurun 5.identifikasi pengetahuan dan keyakinan
3.pasien tampak tentang nyeri
meringismenurun 6.identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
4.frekuensi nadi hidup
membaik 7.monitor keberhasilan terapi
5.pola nafas membaik komplementer yang sudah diberikan
6.tekanan darah 8.monitor efek samping penggunaan
membaik analgesic
7.funsi berkemih
membaik Terapeutik
8.perilaku membaik 9.berikan teknik nonfarmakologis untuk
9.pola tidur membaik mengurangi rasa nyeri(synopsis,
TENS,terapi music,teknik imajinasi
terbimbing,hypnosi).
10.kompres hangat/dingin
11.kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
12.fasilitasi istirahat
13.pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan startegis meredakan nyeri

Edukasi
14.Jelaskan penyebab,periode dan pemicu
nyeri
15.jelaskan staregi meredakan nyeri
16.anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17.anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
18.ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
19.kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu
2 Retensi urin setelah dilakukan Manajemen eliminasi urin
berhubungan tindakan keperawatan
dengan …x….jam Observasi
peningkatan kemmapuan 1.identifikasi penyebab retensi urin
tekanan uretra berkembih membaik 2.monitor intake dan output cairan
dengan kriteria hasil 3.monitor distensi kandung kemih dengan
1.sensai berkemih palpasi/perkusi pasang kateter urin,jika
meningkat perlu
2.desakan kandung
kemih menurun Terapeutik:
3.distensi kandung 4.catat waktu dan haluaran berkemih
kemih menurun 5.batasi asupan cairan
4.berkemih tidak 6.ambil sampel urin tenga/kultur edukasi
tuntas menurun
5.nocturia menurun Edukasi;
6.dysuri menurun 7.jelaskan penyebab retensi urin
7.frekuensi BAK 8.anjurkan pasien atau keluarga mencatat
membaik output urin
8.karakteristik urin 9.ajarkan caraa melakukan rangsangan
membaik berkeemih

3 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemn nyeri


berhubungan tindakan keperawatan
dengan agen selama ..x… jam Observasi
pencedera diharapkan nyeri 1.identifikasi lokasi,karakteristik
menurun dengan durasi,kualitas,intensitas nyeri
kriteria hasil 2.identifikasi sakla nyeri
1.kemampuan pasien 3.identifikasi responnyeri non verbal
untuk menuntaskan 4.identifikasi faktor yang memperberaat
aktifitas menurun dan memperingan nyeri
2.keluhan nyeri 5.monitor efek samping penggunaan
menurun anlegetik
3.pasien tampak
meringis Terapeutik:
4.frekuensi nadi 6.berikan teknik nonfarmakolgis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri(synopsis,
5.pola nafas membaik TENS,terapi music,teknik imajinasi
6.tekanan darah terbimbing,hypnosi).
membaik 7.kompres haangaat atau dingin
7.fungsi berkemih
membaik Edukasi:
8.perilaku membaik 8.jelaskaan penyebab,periode,dan pemidu
9.pola tidur membaik nyeri
9.jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
10.kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu.
4 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
perdarahan tindakan selama ..x..
berhubungan jam diharapakan Observasi
dengan tindakan tingkat perdarahan 1.monitor tanda dan gejala perdarah
pembedahan menurun dengan 2.monitor nilai hematokrit/hemoglobin
kriteria hasil sebelum dan sesudah kehilangan
1.kelembapan perdarahan
membrane mukosa 3.monitor tanda-tanda vital
meningkat 4.monitor koagulasi
2.kelembapan kulit
meningkat Terapeutik
3.hematemeesis 5.pertahankan bedrest selama perdarahan
menurun 6.batasi tindakan invasive,jika perlu
4.hematuria menurun
5.distensi abdomen Edukasi
menurun 7.jelaskan tanda dan gejala perdarahan
6.tekanan darah 8.anjurkan meningkatkan asupan cairan
membaik 9.anjurkan meningkatkan asupan makan
dan vitamin K

Kolaborasi
10.kolaborasi pemberiaan obat pengontrol
perdarahan
11.kolaborasi pemberian produk darah jika
perlu

6. Implementasi
Pedoman impelemntasi keperawatan menurut dermawan (2012) tindakan yang dilakukan
konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi rencana. Validasi
menetukan apakah rencana masih relevan, masalah mendesak, berdasarkan pada rasional
yang baik dan individualisasikan.

7. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalaha kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (manurung,2011).evaluasi keperawatan
adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji
ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (deswani,2009).

DAFTAR PUSTAKA
Adam J, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Dalam: Dislipidemia, Jakarta:
Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Pp.1948-1954.

Bruner & Suddarth, 2000. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Terjemahan Suzanne
C. Smeltzer. Edisi 8.Vol 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.

Corwin,Elizabeth J, 2001, Buku Saku Patofisiologi, Ahli Bahasa, Braham U. Pendit,


Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Dongoes, 2008. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta.

Dongoes M. (2011), rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta, EGC.

Nursalam, (2006), Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System


Perkemihan Ed 1. Jakarta: Salemba Medika.

ASKEP
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DENGAN MASALAH KEBUTUHAN DASAR

1. Pengkajian
1. Identitas
a. identitas pasien
Nama : Tn.D
Umur : 66 tahun
Agama : katolik
Jenis kelamin : laki-laki
Status : sudah menikah
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : petani
Suku bangsa : manggarai
Alamat : ros
Tanggal masuk : 3 oktober 2023
Tanggal pengkajian : 4 oktober 2023
No.register : 250609
Diagnose medis : BPH (Hiperplasia prostat benigna)
b. identitas penanggung jawab
Nama : melkior mamonja
Umur : 42 tahun
Hub. Dengan pasien : anak klien
Pekerjaan : petani
Alamat : satarmese barat
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Klien mengeluh perutnya membesar, susah BAK/BAK sedikit-sedikit, klien
merasa nyeri yang sangat hebat di kandung kemihnya sehingga klien
menggigil.
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini
Alasan klien masuk rumah sakit yaitu karena klien tidak tahan dengan nyeri
yang dialaminya, yang menyebabkan klien tidak bisa BAK dengan baik/lancar.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan tidak ada upaya yang dilakukan, sehingga segera ke rumah
sakit
b. Status kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan bahwa ia pernah menderita DM dan rajin untuk mengontrol
di puskesmas terdekat.
2. Pernah dirawat
Klien mengatakan kalau ia pernah di rawat di Rs 2 minggu yang lalu terkait
penyakit DM yang diderita.
3. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi yang dirasakan
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol/dll)
Klien adalah perokok aktif, sering mengonsumsi alcohol, kopi, tidak
mengontrol makanan yang dimakan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarganya menderita penyakit hipertensi, untuk mengontrol
penyakitnya hanya waktu sakit saja.
d. Diagnose medis dan terapy
Klien didiagnosa DM, serta petugas kesehatan menganjurkan klien mengonsumsi
makanan yang rendah gula serta rajin berolah raga agar berkeringat.
3. Pola kebutuhan dasar (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan (sebelum sakit dan setelah sakit)
Pola persepsi dan manajemen kesehatan kesehatan sebelum sakit klien sangat
pekerja keras sebagai petani yang aktif di kebun, setelah sakit klien banyak
beristirahat dan tinggal dirumah, tidak aktif ke kebun lagi.
b. Pola nutrisi metabolic (sebelum sakit dan setelah sakit)
Pola nutrisi metabolic sebelum sakit, klien mengatakan mengonsumsi apa saja tanpa
ada pantangan, serta jarang makan dan minum karena sibuk bekerja dikebun,
setelah sakit klien diminta untuk mengontrol makanannya.
c. Pola eliminasi
1. BAB
Sebelum sakit pola BAB klien mengatakan lancar, 1-3 kali per hari. Setelah sakit
klien mengatakan BABnya 1 kali saja karena klien merasa nyeri di kandung
kemihnya.
2. Saat sakit :BAK
Sebelum sakit pola berkemih pasien berkisar 6-7 kali dalam 24 jam. Setelah sakit,
pola berkemih klien sangat susah,sehingga dibantu dengan pemasangan kateter urin
dan urinnya bercampur darah.
d. Pola aktivitas dan latihan
1. Aktivitas selama sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


(ADL)
Makan dan minum 
Mandi 

Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0:mandiri 1:alat bantu 2:dibantu orang lain 3:dibantu orang lain dan alat bantu
4:tergantung total
2. Latihan
Latihan sebelum sakit klien sangat aktif bekerja di kebun, setelah sakit klien
susah untuk berjalan dan hanya berbaring ditempat tidur.
e. Pola kognitif dan persepsi pasien tentang keadaan/sakit, sebelum sakit klien
mengatakan ruting mengecek gula darahnya, tetapi tidak mengikuti saran yang
diberikan oleh petugas kesehatan, agar gula darahnya turun. selama sakit klien
sangat mengatur makanan yang akan dikonsumsi sesuai petunjuk dari petugas
kesehatan.
f. pola persepsi-konsep diri (terkit dengan pandangan pasien tentang konsep diri)
untuk pola persepri-konsep diri klien mengatan sebelum dan setelah sakit aktivitas
bersosialnya berjalan dengan baik, tidak ada masalah, ia selalu bilang pasti ada
jalan kalau kita mau sungguh-sungguh untuk sembuh.
g. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit klien mengatakan pola tidurnya tepat waktu yaitu 8 jam, setelah
sakit, klien mengatakan pola tidurnya tidak dapat terkontrol dengan baik akibat
nyeri yang dirasakan. Setelah sakit klien dapat tidur 4 -5 jam dan sering
terbangun/tidur tidak nyenyak.
h. Pola peran-hubungan
Hubungan klien dan kelurga sangat baik, dimana ketika klien sakit keluarganya
selalu menemani di RS.
i. Pola seksual-reproduksi
Klien memiliki 1 istri dan anak 4.
j. Pola toleransi stress-koping
Pasien mengatakan bahwa ia menerima sakitnya dan mencoba untuk
menyembuhkannnya dengan mengikuti segala proses pengobatan.
k. Pola nilai-kepercayaan
Klien selalu berdoa ketika sebelum makan dan minum serta menyerahkan
semuanya pada kuasa Tuhan

4.pengkajian fisik

a. keadaan umum : pasien tampak lemah dan pucat

tingkat kesadaran :

GCS: 15 mata:4 verbal:5 psikomotorik:6

b.pengukuran blance cairan: batasan cairan 24 tpm=20 tetes/1cc/24 jam

c.tanda-tanda vital
TD:110/80 mmHg suhu:360c nadi:97x/mnt rr: 20x/mnt spo2:98%

d.keadaan fisik:

1.kepala dan leher

Inspeksi:konjungtifa merah muda,sclera tidak ikterus,pupil isokor,mata tampak cekung,tidak


terdapat tanda-tanda radang, reaksi terhadap cahaya baik.

Palpasi: tidak adanya benjolan

Perkusi: keadaan normal

Auskultasi: keadaan normal

2.dada

Paru:

Inspeksi:dada simetris kiri dan kanan

Palpasi:tidak ada nyeri tekan saat bernafas

Perkusi:terkesan pekak pada seluruh area lapang paru

Auskultasi:bunyi nafas normal,dan irama nafas teratur

Jantung:

Inspeksi:tidak terjadi distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri dan tidak ada sianosis

Palpasi: normal

Perkusi:tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema

Auskultasi:bunyi jantung normal, tidak terdengar bunyi tambahan

3.integumen

Inspeksi:kulit kepala tampak bersih,rambut berwana putih dan sedikit hitam, kuku tangan
dan kaki panjang tidan bersih

Palpasi:turgor kulit baik.

f.pemeriksaan penunjang

1. data laboratorium yang berhubungan


Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Faal lemak,chol total 168mg% s/d 200 mg%
HDL chol 34mg% >65mg%
LDI chol 110mg% <150mg%
Triglicerida 119mg% s/d 200 mg%
Faal ginjal bun
Urea s 70,6mg% 2-20 mg%
Uric Acid 1,6mg% 10-50mg%
Albumin 5,7mg% 0,6-1,1mg%
Protein 3,4s/d-7,0mg%
Gula darah 3,6-4,4mg%
GDA 166mg% 4,6-8mg%
Faal hati SGOT 24,2mg% s/d 31
SGPT 31,0mg% s/d 31
Bill total 0,31mg% s/d 1.0 mg%
Bil direct 0,13mg% s/d o,28 mg%
Elektrolit Na 130,6mg% 136-146 mmol
Cla
Cl 105,8mg% 98—106 mmol
k 2,8mg% 3,5-5,10 mmol

5.terapi

Obat Gol Indikasi Efek samping


Rl 20 tpm Kristaloid Menggantikan Pembengkakan
cairan yang hilang dan edema jika
dan untuk digunakan secara
membantu prosedur berlebihan
intavena tertentu.

NaCl 0,9% 14 tpm Suplemen mineral Mengembalikan Nyeri,kulit


keseimbangan terkelupas.
elektolit pada
dehidrasi

Cefadroxil 2x19 K Untuk infeksi Reaksi


saluran kemih hipersensitivitas,
termasuk
anafilaksis.
Astranoksenat 3x

6.analisa data
Data Etiologi Masalah
DS: Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
1. pasien mengatakan
nyeri pada ujung penis
yang terpasang kateter
DO:
1. ekspresi wajah
menahan nyeri
2. TD: 115/68 mmHg
Nadi :27x/mnt
Suhu 360c

DS: Efek pemasangan kateter Resiko infeksi


1. Pasien mengatakan
masih terpasang kateter
2. Pasien mengatakan urin
masih berwarna merah
DO:
1. Ekspresi wajah
menahan nyeri
2. TD:127/78 mmHg
Nadi:78x/mnt
Suhu : 36,60c

B. daftar tabel diganosa keperawatan

Tanggal/jam ditemukan Diagnose keperawatan


03/10/2023 Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik

C. rencana tindakan keperawatan

Diganosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 1.manajemen nyeri
agen pencedera fisik 24 jam maka diharapkan a.observasi
(terkait pemasangan tingkat nyeri menurun -identifikasi karakteristik nyeri
kateter) dan control nyeri -identifikasi skala nyeri
meningkat dengan -identifikasi respon nyeri non verbal
kriteria hasil: -identifikasi faktor yang memperberat
1.tingkat nyeri dan memperingan nyeri
Keluhan nyeri menurun -identifikasi pengetahuan budaya
(5) terhadap respon nyeri
Meringis menurun (5) -monitor keberhasilan terapi
Gelisah menurun (5) komplementer yang sudah diberikan
2.kontrol nyeri -monitor efeksamping penggunaan
Keluhan nyeru menurun analgetik
Penggunaan analgesit 2.teraapeutik
menurun(5) -kontrol lingkungan yang
Melaporkan nyeri memperberat rasa nyeri
terkontrol meningkat(5) -fasilitasi lingkungan dan tidur
Kemampuan mengenali -pertimbangan jenis dan sumber nyeri
meningkat (5) dalam strategis meredakan nyeri
3.edukasi
-jelaskan periode dan pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan nyeri
-anjurkan memonitor nyeri secara
tepat
-ajarkan teknik
nonfarmakologis,mobilisasi diri untuk
mengurangi nyeri
4.kolaborasi
-kolaborasi pemberian analgesic.

D. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan Evaluasi (SOAP) Paraf


1.menganjurkan pasien S:
menilai skala nyeri 0-10 pasien mengatakan ujung penisnya
(skala pasien 5) nyeri,dengan sekala 5
2.menganjurkan napas
panjang dan mengalihkan O:
perhatian bila nyeri timbul -pasien masih terpasang kateter
3.mengobservasi tanda- -pasien tampak meringis menahan nyeri
tanda vital -bila beraktifitas klien melindungi bagian
yang terpsanag kateter
-TD:115/68 mmHg
N:72x/mnt
S:36,80c

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan

RESUME
NAMA PASIEN :Ny. N HARI/TGL : 03 OKTOBER 2023
NO. REKAM MEDIS: 250292 RUANGAN : DAHLIA
DIAGNOSA MEDIS : HERNIA CI RUANGAN :

S O A P I E
-Pasien Pasien tampak Nyeri akut Setelah Manjemen S:pasien
mengatakan menahan rasa berhubunga dilakukan nyeri mengatakanye
nyeri perut sakit n dengan tindakan Observasi: riperut seperti
seperti TD:110/66mmH agen keperawatan - tertuduk,
ditusuk- g pencedera selama 3x24 identifikasi Mual dan
tusuk,mual N:97 fisiologis jam lokasi muntah.
dan muntah S:36 dibuktikan diharapkan nyeri,karak O:
diketahui RR:20x/mnt dengan kriteria teristik TD:120/80
pasien ada tanda dan hasil: - N:98
benjolan pada gejala -meringis durasi,frek S:36
perut sejak 2 Mengeluh menurun uensi SPO2:99
tahun yang nyeri,tampa -sikap kualitas,int RR:22x
lalu,namun k meringis menghindari ensitas P:
pasien belum nyeri nyeri Lanjutkan
pernah menurun - pemberian
control -gelisah identifikasi analgetik
-klien menurun skala nyeri
mengatakan -kesulitan -
takut untuk tidur identifikasi
bergerak,klien menurun skala nyeri
mengatakan Terpeutik;
semua Nyeri akut -berikan
aktifitas berhubunga teknik
dibantu oleh n dengan nonfarmak
keluarganya agen ologis
pencedera untuk
fisiologis mengurang
i rasa nyeri
-kontrol
lingkungan
yang
memperber
at nyeri
Edukasi :
-jelaskan
penyebab
periode,dan
pemicu
nyeri
Jelaskn
strategis
meredakan
nyeri

Kolaborasi;
Pemberian
analgetik
-pasien Kesadaran Gangguan Setelah Dukungan S:
mengatakan umum:lemah mobilitas dilakukan mobilisasi Pasien
takut bergerak Tampak fisik tindakan Observasi; mengatakan
-pasien berbaring berhubunga selama 3x24 - takut bergerak
mengatakan ditempat n dengan jam identifikasi cukup
semua tidur,klien gangguan diharapkan adanya membaik
aktifitasnya Nampak neuromuscu kriteria nyeri atau Pasien
oleh dibantu gelisah,klien lar hasil: keluhan mengatakan
oleh susah bergerak Ditandai -pergerakan fisik sedik demi
keluraganya TD:110/66 dengan ekstremitas lainnya sedikit
N:97 -mengeluh meningkat Terapeutik: kebutuhannya
S:36 sulit -kekuatan -fasilitasi bisa dilakukan
RR:20x/mnt menggerakk otot aktifitas sendiri
an meningkat mobilisasi TD:120/80
ekstremitas -rentang dengan alat N:97
-kekuatan gerak bantu S:36
otot meningkat -fasilitas RR:20X
menurun -nyeri melakukan Kesadaran
-rentang mundur gerakan Composmenti
gerak -kecemasan Edukasi: s
-nyeri saat menurun -jelaskan A:
bergerak tujuan dan Gangguan
prosedur mobilitas fisik
mobilisasi belum teratasi
-anjurkan P:
melakukan Ajarkan
mobilisasi pasien
dini melakukan
mobilisasi/per
gerakan

Anda mungkin juga menyukai