OLEH:
70300117020
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi
pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
hyperplasia adalah pembesaran dari prostat yang biasanya terjadi pada orang
pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat
pula dianggap undangan (counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi
Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun2004 etiologi dari Benigna Prostat
Ketidakseimbangan endokrin.
Penyebab BPH tidak diketahui secara pasti (idiopatik), tetapi biasanya disebabkan oleh
keadaan testis dan usia lanjut.
C. Patofisiologi
gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian
dalam kandung kemih. Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat,
terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan
sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat
progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini
berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada
Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solut lainya meningkatkan diuresis ini,
untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan
perlahan-lahan.
Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat. Resistansi pada leher buli-buli
dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau diverkel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase
kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
Penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah
Hesitancy terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi
Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal
dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretraberkurang selama tidur.
Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan
detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.
Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin
keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai compliance
maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan sfingter.
D.Manifestasi klinis
Obstruksi :
Distensi abdomen
Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih.
Gejala pada saluran kemih bagian atas Nyeri pinggang, demam (infeksi),
hidronefrosis.
prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi
2004).
Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu
disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat
Hipertrofi:
Retensi urin (urine tertahan di kandung kemih, sehingga urin tidak bisa keluar).
Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi
dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik (Brunner & Suddarth, 2001).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dapat menentukan adanya leukosituria dan hematuria.
Apabila ditemukan hematuria, maka perlu dicari penyebabnya. Bila dicurigai adanya
infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine.
Rekomendasi berdasarkan urinalisis:
LE GR
Urinalisis harus dilakukan untuk penegakan diagnosis pada pasien pria
dengan keluhan LUTS 3 A
LE GR
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan
cancer specific. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada
keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi
urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua.
Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam
hal ini jika kadar PSA tinggi berarti:
LE GR
LE GR
Uroflowmetry disarankan untuk penegakan diagnosis awal dan harus
dilakukan sebelum terapi. 2b B
5. Residu urine
Residu urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine di kandung
kemih setelah berkemih. Jumlah residu urine pada pria normal rata-rata 12 mL.
Pemeriksaan residu urine dapat dilakukan dengan cara USG, bladder scan
atau dengan kateter uretra. Pengukuran dengan kateter ini lebih akurat dibandingkan
USG, tetapi tidak nyaman bagi pasien, dapat menimbulkan cedera uretra, infeksi
saluran kemih, hingga bakteremia.
Peningkatan volume residu urine dapat disebabkan oleh obstruksi saluran
kemih bagian bawah atau kelemahan kontraksi otot detrusor. Volume residu urine
yang banyak pada pemeriksaan awal berkaitan dengan peningkatan risiko perburukan
gejala. Peningkatan volume residu urine pada pemantauan berkala berkaitan dengan
risiko terjadinya retensi urine.
LE GR
Pengukuran volume residu urine pada pasien LUTS harus rutin dilakukan 3 B
F. Komplikasi
Menurut Arifiyanto (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat
adalah:
Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi.
Hematuria.
Disfungsi seksual.
yang tidak dapat dihindari). Pada kebanyakan kasus, aktivitas seksual dapat dilakukan
kembali dalam 6 sampai 8 Minggu, karena saat ini fossa prostatik telah sembuh. Setelah
ejakulasi, maka cairan seminal mengalir ke dalam kandung kemih dan diekskresikan
Obstruksi kateter
Disfungsi seksual
G. Penatalaksanaan
ringan, sedang, sedang dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang
1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin
rendam duduk.
meliputi:
Pengosongan urine yang keruh setelah hubungan intim dan kemandulan sementara
(jumlah sperma sedikit) disebabkan oleh ejakulasi dini kedalam kandung kemih.
H.Prognosis
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post Prostatektomi
dapat penulis kelompokkan menjadi:
1.Data subyektif :
Pasien mengeluh sakit pada luka insisi, karakteristik luka, luka berwarna
merah.
Data Obyektif:
Gelisah.
Terpasang kateter.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dan
fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA)
dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini
keganasan. Bila nilai SPA < 4mg / ml tidak perlu biopsy. Sedangkan bila nilai
SPA 4–10 mg / ml, hitunglah Prostat Spesific Antigen Density (PSAD) yaitu PSA
serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15 maka sebaiknya
dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 mg/ml.
Pemeriksaan Radiologis
urine, mencari kelainan patologi lain, baik yang berhubungan maupun yang
Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada batu traktus urinarius,
pembesaran ginjal atau buli – buli.
Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,
mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli – buli.
Pemeriksaan Diagnostik.
pseudomonas, e.coli.
lokal.
(R.Sjamsuhidayat, 2004).
B.Diagnosa Keperawatan
otot spincter.
sekunder.
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri suprapubik berhubungan dengan spasme
otot spincter.
nadi).
keefektifan intervensi.
bawah.
sekunder.
Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan
teknik steril.
Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan
tertutup.
kemih.
Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai
seluruh tubuh. Risiko terjadinya ISK dikurangi bila aliran urine encer
pascaoperasi.
Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada
kontra indikasi.
seluruh tubuh. Risiko terjadinya ISK dikurangi bila aliran urine encer
seksual.
aktivitas.
Monitor TTV
aktivitas.
mempengaruhi pasien.
luka operasi.
LAMPIRAN
Referensi