TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
memanjang keatas, kedalam kandung kemih dan menghambat aliran urine menutupi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) Jadi prostat adalah organ perkemihan yang
sering mengalami neoplasma benigna. Pembesaran prostat yang bersifat jinak didapatkan
diatas 50 tahun, dan didapatkan pula pada hamper 90 % pria di atas umur 80 tahun
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah kondisi patologis yang paling umum
pada pria da penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria diatas
prostat secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun menyebabkan berbagai derajat
2. Anatomi Fisiologi
reproduksi pria terdiri atas, penis, testis dalam kantong skrotum sistem ductus ejakulatif,
uretra dan glandula asesoria yang terdiri dari vesikaseminalis kelenjar prostat dan
kelenjar bulboretralis.Testis bagian dalam atas lobulus yang terdiri dari lobus
seminiferus, sel seltralis dan sel leyding, produksi sperma atau spermatogenesis terjadi
pada lobulus seminiferus (ductus untuk aliran keluar) dari testis dan bagian ekornya terus
berlanjut ke vas deveres adalah ductus estratorius testis yang membentang hingga
selanjutnya bergabung dengan utretra yang merupakan saluran yang bersama sama baik
untuk seperma maupun kemih. Kelenjar bulboretralis terletak dekat miatus, uretra penis
terdiri dari 3 jaringan masa erektil berbentuk selinder memanjang yang memberi bentuk
pada penis, lapisan dalam adalah korpus espongiosum yang membungakus uretra dan dua
masa pararel di bagian luarnya yaitu korpus kanvernosum ujung distal penis, dikenal
sebagai glans di tutup oleh prepusium (kulup) dapat dilepas dengan pembedaan (sirkum
sisi).
3. Etiologi
Etiologi belum jelas namun terdapat faktor resiko umur dan hormon androgen,
perubahan mikroskop pada prostat telah terjadi pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopi berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada pada pria usia
50 tahun, angkah kejadian sekitar 50%, usia 80 tahun sekitar 80%, dan 90 tahun 100%
4. Insiden
Benigna prostat hiperplasia (BPH) sering ditemukan pada orang lanjut usia oleh
karena itu tidak ada pencegahan utamanya pria atau yang mengalami hipogonat sebelum
puberitas atau pria awal dewasa jarang mengalami benigna prostat hiperplasia (BPH).
Insiden meningkat pada pria kulit hitam dan kurang pria asia (Ake, 2003).
5. Patofisiologi
Pembesaran prostat yang besifat jinak adalah peningkatan secara abnormal jumlah
sel normal (hiperplasia) dalam prostat, agaknya juga terjadi pembesaran sel-sel prostat
dan menekan pada sekeliling jaringan prostat normal yang mendorong kelenjar kedepan
Hiperplasia (BPH) termasuk hambatan aliran urine dan juga akan mengakibatkan
terjadinya urinary refluks (beck word flow). Yang akan menyebabkan dekompensasi
kemih yang lama. Menipisnya kandung kemih akibat peregangan dapat memudahkan
Akibat tekanan kandung kemih, uretra akan mengalami tekanan dan obstruksi sehingga
Akibatnya piala ginjal dan kaliks mengalami distensi dan jaringan parenkim ginjal akan
mengalami atropi. Selanjutnya obstruksi yang terjadi bila berlangsung lama akan
6. Manifestasi Klinis
a. Grade 1 Congestic
1) Mula-mula pasien berbulan- bulan atau beberapa tahun susah buang ari kecil.
5) Buang air kecil lebih lama dari normal, libido dari normal.
6) Sistoskopi kelihatan hipermia dan orifisium uretra internal lambat dan menjadi
b. Grade 11 Residual
1) Icturia paradorsal
2) Inkontinensia paradorsal
d. Grade IV
3) Air kencing menetes secra periodik yang disebut overflow incontinensia urine.
4) Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah atau merabah pada tumor
5) Dengan adanya infeksi penderita biasanya mengigil dan panas sekitar 400C- 410C.
c. Touche rectal, umum mengetahui pembesaran lobus prostat lateral dari kelenjar
8. Penanganan Medis
Tujuan penanganan medis, yaitu memperbaiki aliran urine dari kandung kemih,
a. Pengobatan
dari pengobatan ini adalah disfungsi ereksi, dimana ditemukan 10% dari klien
gejalah. Pemasangan kateter dalam waktu yang lama agar dihindari guna mencega
c. Sungical Teraphy
Tindakan pembedahan di lakukan guna mengurangi adanya obstruksi urine sehingga
2) Nyeri hebat
5) Adanya batu kandung kemih, sebagai bukti adanya, obstruksi yang lama
6) Obstruksi yang lama dengan adanya hydronefrosis yang menggu fungsi ginjal
membesar yaitu :
kedalam prostat, yang kemudian dapat dilihat secara langsung. Kelenjar di angkat
dalam irisan kecil dengan loop pemotongan listrik. Prosedur ini yang tidak
memerlukan insisi, dan digunakan untuk ukuran yang beragam dari ideal bagi
pasien yang mempunyai keluarga kecil yang di pertimbangkan mempunyai resik
Pendekatan ini mempersingkat hari rawat, namun demikian sering timbul struktur
menyebabkan cairan seminal megalir kerah belakang keadaan kandung kemih dan
Dilakukan pada klien dengan resiko tinggi, juga pada obstruksi ringan, atau pada
klien usia mudah, insisi di lakukan kedalam jaringan prostat guna menguragi
obstruksi pada begian leher kandung kemih, insis dapat dibuat secara uni lateral
3) SP (Suprapubic Prostaktectomy)
Pengkatan pada masa jaringan dilakuan secara luas (diatas 60 gr) yang bisa di
lakukn pada kanker prostat. Ensisi dilakukan pada bagian bawah garis tegah
abdomen melalui kendung kemih sampai pada bagian depan prostat. Tindakan ini
kandung kemih.
Setelah pembedahan dipasang kateter pada bagian supra pubis dipasang melalu
insisi abdominal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tekanan pada jahitan
dan memungkinkan penyembuhan. Indewelling kateter yang dipaseng melalui
4) RP (Retropubic Prostatektomy)
Digunakan untuk mengangkat secara radial yang dilakukan pada kanker prostat.
Insis pada bagian bawah garis abdomen sampai pada kelenjar prostat setelah
Dipasang drain pada daerah insisi abdomen gguna mengeluarkan cairan melalui
uretra tersebut. Pada tingkatan ini tidak dilakukan insisis kandung kemih,
prosedur ini berisiko terjadinya pendaraan pada klien yang kegemukan agak sulit,
5) PR (Perineal Rection)
Tindakan ini jarang dilakukan, tetapi dilakuakan pada kenker prostat. Insisi dibuat
melaui antara skrotum dan anus. Oleh karena kemungkinan dapat meluas karena
rectum maka klien sebelumnya dilakukan hukna, diberi anti biaotik dan diet
rendah serat.
pada daerah insisi. Dilakukn penggantian balutan setiap kali desinfeksi guna
9. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Inkontinensia
d. Retinsio urine
e. Impotensi
f. Epididimitis