A. DEFENISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
(Moenajat,2001).Kerusakan/kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Prognosis penderita diramalkan
jelek bila luas luka bakar + umur penderita > 80 (dr.med Puruhito).
Luka bakar adalah keadaan sakit yang dapat membawa penderitaan pada
morbiditas yang sangat kompleks dan merupakan trauma yang paling berpotensi
menyebabakan gangguan berat integritas penampakan dan psikologis apabila
berpotensi menyebabkan gangguan berat integritas(Teddy O.H SMF Bedah plastik).
Tindakan pertama yang dilakukan pada penderita :
Menyelamatkan penderita dengan mengatasi syok dan rasa nyeri
Usaha menyembuhkan/menghindarkan hilangnya fungsi dari organ yang terbakar.
B. ETIOLOGI
Luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yaitu :
o Kulit terpajan suhu tinggi
o Listrik
o Bahan kimia
o Air panas
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Penyebab
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia
Luka bakar karena listrik
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena petir.
Usia (TAHUN)
Lokasi
0-1 1-4 5-9 10-15 Dewasa
Kepala 19 17 23 20 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada & perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
Pantat kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantat kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1
Lengan atas kanan 4 4 4 4 4
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4
Lengan bawah
3 3 3 3 3
kanan
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5
Paha kiri 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5
Tungkai bawah 5 5 5,5 6 7
kiri
Tungkai bawah 5 5 5,5 6 7
kanan
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PATOFISIOLOGI
Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya terpapar,
area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi
penyakit sebelumnya.
Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian; derajat satu (superficial) yaitu
hanya mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih
utuh, dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24
jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari. Derajat dua (partial) adalah
mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula
dan bula, nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase penyembuhan tanpa
infeksi 7-21 hari. Derajat tiga atau ketebalan penuh yaitu mengenai seluruh lapisan
epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi
kembali daerah yang rusak, hilangnya rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan
putih, mengenai jaringan termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang).
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi
kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena
hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang
dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit
tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit.
Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan
cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan
respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat
terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk
menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap
injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal,
dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan
oliguri.
Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan
menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital.
Kerusakan pada sel daerah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang
kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi.
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada
saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel
dan cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium
keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam
intravaskuler.
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada
anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah injury thermal.
Luka Bakar
Hipovolemi
Syok
Compartement intravaskular
MK:
Biologis LUKA BAKAR Psikologis
Gangguan
Konsep diri
Kurang
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit pengetahuan
Anxietas
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Hari kedua:
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnosa medis
2. Pemeriksaan dignostik
Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum,
Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah
(bila diperlukan).
Rontgen : Foto Thorax
EKG
CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar
lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
H. KOMLPIKASI
Dehidrasi
Cacat
Kontaktor
Emboli paru
Gagal ginjal
Infark myocardium.
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan
Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
Gangguan massa otot, perubahan tonus.
2) Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi (syok)
Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokonstriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok
listrik).
Takikardia (syok/ansietas/nyeri)
Distrimia (syok listrik)
Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
3) Integritas Ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
4) Eliminasi
Tanda : haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat. Warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam
Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi)
Penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
besar dari 20% sebagai stress penurunan motilitas/peristaltik gastric.
5) Makanan/Cairan
Tanda : edema jaringan umum
Anoreksia, mual/muntah
6) Neurosensori
Gejala : area kebas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku
Penurunan reflex tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas
Aktivitas kejang (syok listrik).
Laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok
listrik)
Ruptur membran timpanik (syok listrik)
Paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara ekstrem
sensitive untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara respons pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan unjung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8) Pernapasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi)
Tanda : serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum , ketidakmampuan
sekresi oral, dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
9) Keamanan
Tanda : Kulit: Umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama
3-5 hari sehubungan dengan proses tombus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Tidak efektif bersihkan jalan nafas dan gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan edema paru, injury pulmonal sekunder dari smoke Inhalation, karbon
monoksida atau hipoksia
2) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan luka bakar
3) Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskular ke dalam rongga interstisial dan hilangnya cairan secara
evaporasi
4) Nyeri berhubungan dengan rusaknya ujung-ujung syaraf, trauma dan edema
karena injury luka bakar, dan prosedur
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar, injury thermal
6) Risiko infeksi berhubungan dengan hilangnya lapisan pelindung kulit
sekunder dari luka bakar, atau luka yang terkontaminasi.
7) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme dan peningkatan kebutuhan kalori dan protein.
8) Risiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka bakar, nyeri,
gangguan pergerakan sendi, dan adanya pembentukan skar.
9) Risiko tidak efektif termuregulator berhubungan dengan hilangnya panas dan
perubahan mekanisme kulit untuk mempertahankan suhu tubuh.
10) Gangguan citra tubuh, perubahan proses keluarga, tidak efektif coping
keluarga, dan kurangnya pengetahuan berhubungan dengan luka bakar.
3. Perencanaan
1) Kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan yang ditandai dengan saturasi
oksigen dalam batas normal, jalan nafas dan bunyi nafas bersih.
2) Anak akan menunjukkan pengeluaran urine lebih kurang atau sama dengan 1
ml/kg berat badan/jam untuk 24 jam pertama setelah injury dan tetap
terpantau.
3) Anak akan memperlihatkan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4) Anak merasakan nyeri berkungan yang ditandai dengan anak dapat beristirahat
dan beraktivitas sesuai kebutuhan.
5) Luka bakar akan sembuh tanpa infeksi.
6) Luka bakar akan mengalami penyembuhan tanpa infeksi, tidak ada sepsis, dan
tidak ada infeksi pulmonal.
7) Status metabolisme seimbang yang ditandai dengan berat badan stabil, serum
elektrolit normal, penyembuhan luka yang cepat, intake makanan dapat
dipertahankan 90% sesuai kebutuhan.
8) Anak akan mencapai fungsi aktivitas yang optimum.
9) Fungsi termuregulator dapat dipertahankan yang ditandai dengan suhu tubuh
dalam batas normal.
10) Klien dan keluarganya mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak,
pengobatan, prosedur dan partisipasi dalam perawatan anak.
4. Implementasi
1) Mempertahankan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas;
Kaji status pernafasan setiap jam untuk 72 jam pertama.
Monitor analisa gas darah.
Monitor pulse oximetry
Pemberian oksigen sesuai program
Latihan nafas dalam dan batuk efektif setiap 1-2 jam sekali bila tidak
tidur.
Tinggikan posisi kepala 15-30 derajat.
Pengisapan (suction) lendir bila perlu.
2) Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat;
Berikan cairan intravena dan oral sesuai dengan kebutuhan dan pantau
secara ketat.
Monitor urine output (pengeluaran urine) dan catat bila kurang dari 1
ml/kg berat badan jam dan lapor ke penanggung jawab.
Kaji tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit; hypokalemia dan
hyperkalemia, hyponatremia dan hypernatremia, hypochloremia,
hypercalcemia dan hypocalcemia.
Monitor status neurology
Monitor nadi perifer dan nadi bagian distal serta catat adanya perubahan
dan lakukan kolaborasi.
3) Mempertahankan volume cairan dalam batas normal
Monitor tanda-tanda vital sampai stabil
Monitor pemasukan dan pengeluaran.
Timbang berat badan setiap hari.
Monitor elektrolit, Hgb dan Hct.
Pemberian terapi intravena dan oral.
Pemberian kalium bila kalium rendah.
4) Mengurangi rasa nyeri;
Kaji tingkat nyeri dengan skala 1-10
Catat HR, tekanan darah dan pernafasan
Pemberian obat nyeri 20-30 menit sebelum prosedur perawatan luka
Hati-hati dalam perawatan kulit.
Gunakan kontak taktil
Gunakan terapi distraksi
Kurangi hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri.
Lakukan pergerakan aktif dan pasif
Pengaturan posisi yang tepat.
5) Meningkatkan penyembuhan luka dan integritas kulit;
Kaji luka pada fase akut: perubahan warna, kulit, membran mukosa dan
kuku.
Rubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan klien terutama bagian
tulang-tulang yang resiko menimbulkan decubitus.
Cegah adanya gesekan pada kulit.
Support dengan bantal pada bagian tertentu yang dibutuhkan.
Lakukan perawatan luka dengan steril; menggunakan sarung tangan, baju
khusus, gunakan larutan normal saline yang steril untuk membersihkan
luka.
Jaga agar kulit tetap kering.
6) Mencegah infeksi
Kaji luka selama mengganti balutan.
Gunakan teknis steril saat melakukan perawatan luka.
Kaji adanya sepsis; perubahan status neurology, hypothermia, demam
oliguria.
Angkat eschar secara hati-hati.
Mencuci tangan dengan teknik aseptic setiap akan menyentuh
Bersihkan luka dengan larutan steril (normal saline)
Gunakan standar pencegahan universal; baju khusus, mencuci tangan,
menggunakan masker (semua personel yang mendekati anak).
Pantau tanda-tanda vital; suhu, nadi.
Observasi luka; purulent dan drainage.
Pemberian antibiotik sesuai program.
7) Meningkatkan status nutrisi yang optimum
Jelaskan pentingnya latihan dan lakukan latihan pergerakan aktif dan pasif.
Observasi kontriksi eschar khususnya persendian; kontraktor.
Ajarkan cara meningkatkan penggunaan fungsi pergerakan.
Pemberian analgetik sebelum melakukan aktivitas, bila perlu.
Tingkatkan aktivitas diri
Libatkan keluarga untuk melakukan pergerakan persendian, fleksi,
ekstensi, rotasi, abduksi-abduksi.
8) Meningkatkan fungsi aktivitas
Jelaskan pentingnya latihan dan lakukan latihan pergerakan aktif dan pasif.
Observasi kontriksi eschar khususnya persendian; kontraktor.
Ajarkan cara meningkatkan penggunaan fungsi pergerakan.
Pemberian analgetik sebelum melakukan aktivitas, bila perlu.
Tingkatkan aktivitas diri
Libatkan keluarga untuk melakukan pergerakan persendian, fleksi,
ekstensi, rotasi, abduksi-abduksi
9) Meningkatkan fungsi termuregulator
Monitor tanda vital seperti suhu
Kaji kulit, dingin, perubahan warna dan pengisian kembali kapiler
(capillary refill).
Observasi demam dan menggigil.
Hindari stress yang dingin
10) Meningkatkan konsep diri, koping yang positif dan pemahaman kondisi dan
pengobatan
Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan.
Jelaskan tentang kondisi luka bakar, perawatan dan pengobatannya dan
jelaskan apa yang dapat dilakukan oleh keluarga.
Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan termasuk alasannya.
Kaji support sistem keluarga.
Demonstrasikan cara merawat luka dengan teknik aseptik.
5. Perencanaan Pulang
Nasehat pada saat pulang ke rumah:
Jelaskan resiko terjadinya luka bakar, dan pencegahannya.
Instruksikan untuk meningkatkan status nutrisi dengan mengkonsumsi
makanan tinggi protein dan kalori, pemberian mineral dan vitamin.
Informasikan gejala-gejala komplikasi.
Tekankan pentingnya terapi fisik dan latihan yang teratur.
Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan.
Jelaskan hal penting dengan terjadinya perubahan kondisi; komplikasi dan
segera lapor ke dokter atau perawat.
Jelaskan mungkin perlu dilakukan bedah plastik dan konsul ke ahli bedah
plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilyn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany.
Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing
Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.
Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit
Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC