Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat
sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi)
(30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).(Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU
BEDAH, hal. 171).
Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,
darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat
dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary baradero,SPC,MN & Yakobus
Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Batu terbentuk di
traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat,
dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencangkup pH urin dan statuscairan pasien (batu
cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).(Brunner & Suddarth 2002, Keperawatan medikal
bedah, hal 1460).

B. Etilogi
Secara epidemiologis terdapat dua factor yang mempengaruhi terjadinya batu pada
saluran kemih seseorang. Faktor-faktor ini adalah faktor intrinsic, yang merupakan keadaan
yang berasal dari tubuh seseorang, dan faktor eksrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan disekitarnya.
1. Faktor intrinsik antara lain adalah :
a. Penyakit batu saluran kemih paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
b. Herediter (keturunan). Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. Dilaporkan bahwa
pada orang yang secara genetika berbakat terkena penyakit batu saluran kemih, konsumsi
vitamin C yang mana dalam vitamin C tersebut banyak mengandung kalsium oksalat yang
tinggi akan memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, begitu pula dengan konsumsi
vitamin D dosis tinggi, karena vitamin D menyebabkan absorbsi kalsium dalam usus
meningkat.
c. Jenis kelamin. Jumlah laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding dengan perempuan.
2. Faktor ekstrinsiknya antara lain adalah :
a. Asupan air. Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
b. Diet obat sitostatik untuk penderita kanker juga memudahkan terbentuknya batu saluran
kemih, karena obat sitostatik bersifat meningkatkan asam urat dalam tubuh. Diet banyak
purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.
c. Iklim dan temperatur. Individu yang menetap didaerah yang beriklim panas dengan paparan
sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi
vitamin D3 (emicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran
kemih akan meningkat.
d. Pekerjaan. Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaanya banyak duduk atau
kurang beraktifitas.
e. Istirahat (bedrest) yang terlalu lama, misalnya karena sakit juga dapat menyebabkan
terjadinya penyakit batu saluran kemih.

C. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain :
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan
sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin
dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika
cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan
pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu
yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma
pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari
dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena
dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal.

D. Maninfestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi dan edema.
a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
 Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi
dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara
perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
 Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
 Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
 Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
 Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
 Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan muncul
Mual dan muntah.
 Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari
reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
c. Batu yang terjebak di ureter
 Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia.
 Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
 Hematuri akibat aksi abrasi batu.
 Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
d. Batu yang terjebak di kandung kemih
 Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
 Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel
darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan,
mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin
meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas
pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk
kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan
efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

F. Komplikasi
1. Obstruksi Ginjal
2. Perdarahan
3. Infeksi
4. Hidronefrosis

G. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
 Obstruksi jalan kemih
 Infeksi
 Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
 Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
 Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri
sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah
syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat
bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal
jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke
bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan
urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada
ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu.
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi
perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke
dalam parenkim ginjal.
e. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui
sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik
atau ultrasound kemudian diangkat.
f. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain
dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
g. Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada
ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau
hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada
ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika
batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung
kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut
sistolitolapaksi.

Anda mungkin juga menyukai