Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

“BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA”

NURUL FARHANA NISYA


BT 1901021
II A

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2021

2021
I. KONSEP MEDIK
A. Definisi
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana
kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium
uretra (Smeltzer dan Bare, 2019).
BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum di
derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun ( Prabowo dkk, 2019).
a. Klasifikasi
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2019), klasifikasi BPH meliputi :
1. Derajat 1
Biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan
konservatif.
2. Derajat 2
Merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra ( trans urethral resection /
TUR ).
3. Derajat 3
Reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah
cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan
terbuka, melalui trans retropublik / perianal.
4. Derajat
Tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi
urine total dengan pemasangan kateter.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang
belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung
pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH
adalah proses penuaan (Smeltzer dan Bare, 2019).Ada beberapa faktor
BHP antara lain :

1) Dihydrotestoteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2) Perubahan hormon estrogen-testoteron
3) Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen
dan penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
4) Interaksi stroma – epitel.
5) Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor
dan penurunan transforming growth faktor beta menyebabkan
hiperplasi stroma dan epitel.
6) Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
7) Teori sel stem
Menerangkan bahwa terjadinya poliferasi abnormal sel stem
sehingga menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar
prostat menjadi berlebihan.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Haryono (2019) tanda dan gejala BPH meliputi:
1) Gejala obstruktif
a) Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali
disertai dengan mengejan.
b) Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan oleh ketidak mampuan otot destrussor dalam
mempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c) Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
d) Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di
uretra.
e) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belum puas.

2) Gejala iritasi
a) Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan
b) Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya
dapat terjadi pada malam dan siang hari.
c) Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.
D. Patifisiologi
Menurut ( Purnomo 2019) pembesaran prostat menyebabkan
penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran
urine.Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.Untuk
mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu.Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan
anatomik buli buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.Perubahan struktur
pada bulu-buli tersebut, oleh pasien disarankan sebagai keluhkan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS)
yang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus.Tekanan intravesikal yang
tinggi diteruskan ke seluruh bagian bulibuli tidak terkecuali pada kedua
muara ureter.Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko ureter.
Keadaan keadaan ini jIka berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal
ginjal. Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak
hanya disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra
posterior, tetapi juga disebabkan oleh tonus otot polos yang pada stroma
prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-buli. Otot polos itu
dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus.
Pathway
Pembesaran kelenjar prostat

BPH

Post op

Retensi urin Vesika urinari tak


mampu menampung
Merangsang kandung kemih
Vesika urinaria penuh
Diskontinuitas jaringan

Frekuensi miksi I
Nyeri Akut
Terbangun untuk miksi di
dimalam hari
Tindakan sistomi
Mengganggu pola istirahat
Luka sayatan dan tidur

Gangguan pola tidur


Port de entry

Kuman masuk Efek dari anestesi

Risiko Infeksi Irigasi

Peregangan

Nyeri
Gangguan mobilitas fisik

E. Komplikasi
Menurut Widijanto ( 2019 ) komplikasi BPH meliputi :
1) Aterosclerosis
2) Infark jantung
3) Impoten
4) Haemoragik post operasi
5) Fistula
6) struktur pasca operasi dan inconentia urin
7) Infeksi
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Haryono (2019) pemeriksaan penunjang BPH meliputi
1) Pemeriksaan Laboratorium, berupa :
Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar
gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum
klien.
2) PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai
kewaspadaan adanya keganasan.
3) Pemeriksaan colok dubur Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan
kesan keadaan tonus sfingter anus mukosa rectum kelainan lain seperti
benjolan dalam rectum dan prostat.
4) Ultrasonografi (USG) Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume
dan besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
5) Urinalisis dan kultur urine Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada
tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell) dalam urine yang
memanifestasikan adanya pendarahan atau hematuria
6) DPL (Deep Peritoneal Lavage) Pemeriksaan pendukung ini untuk
melihat ada tidaknya perdarahan internal dalam abdomen. Sampel
yang di ambil adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel darah
merahnya.
7) Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin Pemeriksaan ini untuk
menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data pendukung untuk
mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi.
Sampel jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk
mengetahui apakah hanya bersifat benigna atau maligna sehingga akan
menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
G. Penatalaksanaaan Medis
Menurut Haryono (2019) penatalaksaan BPH meliputi :
1) Observasi yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan
kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien.
2) Terapi medikamentosa
a) Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
b) Penghambat enzim, misalnya finasteride
c) Fitoterapi, misalnya eviprostat
3) Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung
beratnya gejala dan komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah
meliputi:
a) Prostatektomi
1) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode
mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi
yang di buat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat
diangkat dari atas.
2) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui
suatu insisi dalam perineum.
3) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum
di banding [endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih
rendah mendekati kelenjar prostat yaitu antara arkuspubis dan
kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
b) Insisi prostat transurethral (TUIP) Yaitu suatu prosedur menangani
BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra. Cara ini
diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr /
kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
c) Transuretral Reseksi Prostat (TURP) Adalah operasi pengangkatan
jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop dimana
resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan
counter yang di sambungkan dengan arus listrik.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Menurut ( Prabowo 2020) pengakajian yang dilakukan pada pasien yang
mengalami Benigna Hipertropi Prostat yaitu:
1) Anamnese:
a) Identitas : identitas digunakan untuk mengetahui klien yg
mengalami BPH yang sering dialami oleh laki –laki diatas umur 45
tahun
b) Keluhan Utama : pada klien post operasi BPH biasanya muncul
keluhan nyeri, sehingga yang perlu dikaji untk meringankan nyeri
(provocative/ paliative), rasa nyeri yang dirasakan (quality),
keganasan/intensitas (saverity) dan waktu serangan, lama
c) Riwayat penyakit sekarang: Keluhan yang sering dialami klien
BPH dengan istilah LUTS (Lower Urinary Tract Symtoms). Antara
lain: hesistansi, pancaran urin lemah, intermittensi, ada sisa urine
pasca miksi, frekuensi dan disuria (jika obstruksi meningkat).
d) Riwayat penyakit dahulu : tanyakan pada klien riwayat penyakit
yang pernah diderita, dikarenakan orang yang dulunya mengalami
ISK dan faal darah beresiko terjadinya penyulit pasca bedah
2) Pemeriksaan fisik Head to-toe
a) Keadaan Umum Keadaan umum klien mulai saat pertama kali
bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda
vital.Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis,
samnolen, delirium, semi koma atau koma.
b) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Tanda-tanda vital (tekanan darah,
nadi, respirasi, suhu) umumnya pasien menglami takikardi,
peningkatan tekanan darah, dapat juga terjadi hipotensi.
c) Pemeriksaan kepala dan muka
Inspeksi : Kebersihan kepala, warna rambut hitam keputihan,
tidak ada kelainan bentuk kepala, Pasien nampak
meringis menahan nyeri.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, mengkaji kerontokan dan
kebersihan rambut, kaji pembengkakan pada muka.
d) Mata
Inspeksi : Keadaan pupil isokor atau anisokor, refleks cahaya
tidak ada gangguan, konjungtiva anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau peningkatan tekanan
intraokuler pada kedua bola mata
e) Hidung
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat polip, tidak terdapat nafas
cuping hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung
f) Telinga
Inspeksi : simetris telinga kanan dan kiri, tidak ada luka,
telinga bersih tidak ada serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g) Mulut
Inspeksi : tidak ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, sianosis atau tidak, pembengkakkan,
lesi, amati adanya stomatitis pada mulut, amati
jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak,
dan kebersihan gigi.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada pipi dan mulut
bagian dalam.
h) Leher
Inspeksi : tidak ada luka, kesimetrisan, masa abnormal
Palpasi : mengkaji adanya distensi vena jugularis,
pembesaran kelenjar tiroid.
i) Thorak :
a.Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat luka, ekspansi dada simetri
Palpasi : Tidaknya nyeri tekan, vokal fremitussama antara
kanan dan kiri
Perkusi : normalnya berbunyi sonor.
Auskultasi : normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru.
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak Palpasi : Ictus cordis
teraba di ICS 4 & 5 mid clavicula sinistra.
Perkusi : normalya terdengar pekak
Auskultasi:normalnya terdengan tunggal suara jantung pertama
dan suara jantung kedua.
j) Abdomen
Inspeksi : tidak ada odema, tidak terdapat lesi
Auskultasi : dengarkan bising usus apakah normal 5-
20x/menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
Perkusi : kaji suara apakah timpani atau hipertimpani
k) Ekstremitas
a. Atas
Inspeksi : mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas
atas, Integritas ROM (Range Of Motion), kekuatan
dan tonus otot.
Palpasi : mengkaji bila terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas
b. Bawah
Inspeksi : mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas
atas, Integritas ROM (Range Of Motion), kekuatan
dan tonus otot.
Palpasi : mengkaji bila terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas
l) Integritas kulit
Inspeksi : warna kulit, kelembapan, akral hangat atau tidak
Palpasi : integritas kulit, CRT (Capilary Refil Time) pada jari
normalnya < 2 detik

m) Genetalia
Inspeksi : laki-laki, terpasang folley kateter 3 lubang (treeway
catheter) dengan Irigasi NaCl 0,9% (urine berwarna
merah muda kemerahan hingga merah muda jernih
setelah pembedahan).
B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai


respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan merupakan langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu
mengklasifikasi masalah kesehatan dalam lingkup keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon
seorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang actual atau potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon
klien individu, keluarga, dan komunitas terhadaps ituasi yang berkaitan
dengan kesehatan. Tujuan pencacatan diagnose keperawatan yaitu
sebagai alat komunikasi tentang masalah pasien yang sedang dialami
pasien saat ini dan merupakan tanggung jawab seorang perawat terhadap
masalah yang diidentifikasi berdasarkan data serta mengidentifikasi
pengembangan rencana intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2018).
Diagnosis keperawatan yang muncul pada Benigna Prostat
Hiperplasia menurut PPNI (2018) yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Gejala dan tanda mayor


DS:
a. Mengeluh nyeri
DO :
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
c. Gelisah
d. frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
DS : (Tidak tersedia)
DO :
a. Tekanan darah meningkat
b. Pola napas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berfikir terganggu
e. Menarik diri
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Gejala dan tanda mayor
DS :
a. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
DO :
a. Kekuatan otot menurun
b. Rentang gerak (ROM)
Gejala dan tanda minor
DS :
a. Nyeri saat bergerak
b. Enggan melakukan pergerakan
c. Merasa cemas saat bergerak
DO :
a. Sendi kaku
b. Gerakan terbatas
c. Fisik lemah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
Gejala dan tanda mayor
DS :
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengekuh sering terjaga
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh istirahat tidak cukup
DO :(Tidaktersedia)
Gejala dan tanda minor
DS :
a. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
DO :(Tidaktersedia)
4. Risiko infeksi ,ditandai dengan
Faktor risiko :

a. Penyaki tkronis (mis. Diabetes melitus )


b. Efek prosedur invasive
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
e. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
1) Ganguuan paristaltik
2) Kerusakan intergeritas kulit
3) Perubahan sekresi ph
4) Penurunan kerja siliaris
5) Merokok
6) Statis cairan
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresiresponinflamasi
C. INTERVENSI
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu,
kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kamampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara
hasil, implementasi dengan kriteria dan standar telah ditetapkan
untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil
sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Menurut Asmadi (2019), Metode evaluasi keperawatan
terbagi atas dua yaitu:
1) Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilkukan , sistem penulisan evaluasi
formatif ini ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan
sistem SOAP.
2) Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,
sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam banyak catatan naratif
atau laporan ringkasan
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2019). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC


Haryono, Rudi. (2019). Keperawatan medical bedah system
perkemihan.Yogyakarta :rapha publishing
Smeltzer dan Bare,( 2019).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth.Edisi 8. Jakarta: EGC

Prabowo Eko dan Pranata Eka.(2019) .Buku ajar asuhan keperawatan sistem
perkemihan.Yogyakarta : Nuha Medika

Purnomo.(2019). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV.Agung


PPNI.(2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1sted).Jakarta: DPP PPNI.

PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteri


HasilKeperawatan (1st ed).). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai