PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif. (Wong, 2003)
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterlnemia. Kadang- kadang terdapat hematuria, hipertensi
dan penurunan fungsi ginjal.
2. ETIOLOGI
Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap sebagi
suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya
dibagimenjadi 4 kelompok :
1. Sindroma nefrotik bawaan.
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom
menyebabkan sindrom nefrotik
2. Sindroma nefrotik sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria,
penyakit kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion,
penisilamin, garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain
3. Sindroma nefrotik idiopati
Berdasarkan histopatologis Sindro nefrotik idiopati dibagi dalm beberapa golongan
(Churg dkk)
a. Kelainan minimal
b. Nefropati membranosa
c. Glomerulonefritis poliferatif
3
3. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma
menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah
aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi
aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air,
akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik
plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam
urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia
4. MANIFESTASI KLINIK
a. Edema
b. Proteinuria
c. Hipoalbuminemia
d. Hiperkolesterolemia.
e. Oliguria
f. Beta 1C globin (C3) normal
4
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi :
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Emboli pulmoner
4. Peritonitis
5. Gagal ginjal kronis
6. Dehidrasi
7. Venous trombosis
8. Aterosklerosis
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Analisa urine : Adanya protein, silinder, sel darah merah
b. Analisa darah : Protein serum (total albumin, globulin, kolestrol)
B. KONSEP KEPERAWATAN
Proses keperawatan di anggap sebagai suatu dasar huku praktik keperawatan.
Menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam mengembangkan standar
praktik keperawatan,
Proses keperawatan telah di gunakan sebagai suatu kerangka konsep kurikulum
keperawatan, yang terdiri atas lima tahap yaitu: pengkajian, diagnose, interfensi, implemenasi
dan evaluasi. Tahap- tahap tersebut tidak dapat di pisahkan dan saling berhubungan yang
dapat di jadikan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan keperawatan yaitu meningkatkan,
mempertahankan kesehatan dan membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada
paien terminal serta memungkinkan pasien atau keluarga dapat mengatur kesehatannya
sendiri menjadi lebih baik. (Basford & Slevin, 2006)
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
keperawatan yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data unruk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien ( Basford & Slevin, 2006).
a. Pengumpulan data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang klien
yang di lakukan secara sistematis untuk menentukan masalah- masalah serta kebutuhan klien,
biasanya menggunakan anamnesa, atau wawancara, obserfasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi, data dapat di peroleh dari klien sendiri, keluarga klien atau orang lain yang ada
hubungannya dengan klien, catatan medic serta tim kesehatan lain (Basford & Slevin, 2006)
1. Biodata
a. Identitas Klien.
Meliputi Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua atau orang yang bertanggung jawab.
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah hal yang paling dirasakan saat dilakukan pengkajian.Biasanya
keluhan utama pasien adalah badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan
menurun.
8
2) Riwayat Keluhan Uatma.
Menggambarkan informasi yang berkaitan dengan keluhan utama dengan
menggunakan metode PQRST yaitu:
i. Paliatif/Profokatif (P): apakah ada peristiwa yang menjadi factor timbulnya keluhan dan
bertambah atau berkurangnya keluhan.
ii. Quqlitatif/quantitas (Q): bagaimana bentuk dan gambaran keluhan dan sejauh mana
tingkat keluhan
iii. Region/Radiasi ( R ) : lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya.
v. Timing/time ( T ): kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa lama kejadian ini
berlangsung, serta pada saat apa serangan terjadi
3) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Riwayat yang menjelaskan tentang alasan klien masuk rumah sakit, termaksut
kronologis terjadinya penyebab tersebut.
d) Sistem Indra
1. Mata : Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.
2. Telinga : Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
3. Hidung :Penciuman baik Mulut : Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang
tanggal, mukosa bibir biasanya kering, pucat.
e) Sistem pernapasan
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan
ekspansi paru sama atau tidak. Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
f) Sistem kardiovaskuler
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali. Adanya distensi vena
jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja jantung.Pembengkakan pada
area bawah, peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia,
distensi vena leher (pada kasus berat), adanya nyeri tekan pada bagian dada.
g) Sistem pencernaan
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering,
pucat. Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali, abdomen simetris dan bising usus positif.
Nafsu makan menurun, peningkatan berat badan menunjukan udema (bronhkitis) Rectum
atau anus masi berfungsi dengan baik. Refleks muntah aktif.
10
h) Sistem perkemihan
Pembengkakan pada labia atau skrotum, biasanya tidak ada nyeri tekan serta lesi pada
penis,jumlah urin yang di produksi 600-700 ml/ hari. Adanya hematuria dan poliuria.
i) Sistem endokrin
Biasanya kelenjar tidak teraba. Tiroid dan nodus tidak teraba.
j) Sistem integumen
Biasanya kulit pasien ditemukan berwarna pucat karena kekurangan darah, dan biasanya
kasar. Adanya pembengkakan disebagian tubuh.
k) Sistem reproduksi
Pembengkakan pada labia atau skrotum, biasanya tidak ada nyeri tekan serta lesi pada penis,
tidak ada rabas fagina.
l) Sistem musculoskeletal
Keletihan, insomnia, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari,
penurunan kemampuan
m) Sistem imun
Daya tahan tubuh lemah karena penurunan metabolisme sel.
n) Sistem persarafan
Pada klien PPOK biasanya tidak ditemukan gangguan persarafan GCS biasanya normal, E5
V5 M5
7. Pemeriksaan Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria
mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal sklerosis
glomerulus fokal). Albumin plasma rendah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat,
sedangkan IgG menurun. Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Contoh diagnose yang akan mungkin muncul pada penderita sindrom nefrotik yaitu :
a. Kelebihan folume cairan
b. Ketidak efektifan pola hafas
c. Resiko infeksi
d. Kerusakan integritas kulit
e. Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload, kontraktilitas dan frekuensi jantung
11
f. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
g. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
h. Hambatan mobilitas fisik
i. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
3. INTERFENSI
Rencana keperawatan adalah penentuan bagaimana dapat membantu klien dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pemulihan, pemeliharaan, atau promosi
kesehatan ( Paula J. Christensen Janet W. Kenney, 2009).
15
4. IMPEMENTASI
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Tindakan
keperawatan dibedakan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
profesional(Nursalam. 2011).
5. EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau
tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif /
evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap
hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat
mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a. Folume cairan tubuh normal
b. Pola hafas efektif
c. Resiko infeksi teratasi atau tidak terjadi infeksi
d. Integritas kulit normal
e. Curah jantung dan frekuensi jantung normal
f. Tidak terjadi bersihan jalan nafas
g. Perfusi jaringan perifer efektif
h. Tidak ada hambatan mobilitas fisik
i. Pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal
Evalasi tersebut berdasarkan SOAPIE.
1. S (subjektif) adalah data yang di peroleh dari pasien dan keluarga melalui wawancara.
2. O (objektif) adalah data yang di peroleh perawat melalui obserfasi ataupun pemeriksaan fisik
3. A (analisis)
4. P (plening)
5. I (Implementasi)
6. E (evaluasi)
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif. (Wong, 2003)
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterlnemia. Kadang- kadang terdapat hematuria, hipertensi
dan penurunan fungsi ginjal.
Umumnya dibagimenjadi 4 kelompok :
a. Sindroma nefrotik bawaan.
b. Sindroma nefrotik sekunder
c. Sindroma nefrotik idiopati
d. Glumerulosklerosis fokal segmental
Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut:
1. Kenaikan berat badan
2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun
di pagi hari dan berkurang di siang hari
3. Pembengkakan abdomen (asites)
4. Efusi pleura
5. Pembengkakan labia atau skrotum
6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi
intestinal buruk
B. SARAN
a. Bagi institusi pendidikan
Setiap institusi pendidikan di harapkan dapat menjadikan makalah ini sebagai
masukan ilmu pengetahuan dalam proses belajar mengajar ataupun perkuliahan
b. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep
keperawatan, serta dapat menjadikannya sebagai panduan belajar
Namun Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari kesempuranaan sehingga
tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu, kami menghargai dan
bahkan mengharapkan segala bentuk masukan dan kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain
untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan kami sehingga lebih bijaksana
17
DAFTAR PUSTAKA