Disusun Oleh:
1. Aliffia Deswizie (1082231034)
2. Dwi Indriani (1082231040)
3. Herma Mariani (1082231044)
4. Indi Saswita (1082231045)
2. Epidemiologi
Di As, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki 60-70 tahun mengalami
gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90% mengalami gejala
gejala BPH.
3. Etiologi
Penyebab BPH belum diketahui secara pasti, tetapi dapat dikaitkan dengan
keberadaan hormonal yaitu hormon laki-laki (androgen yaitu testosterone).
Diketahui bahwa hormon estrogen juga ikut berperan sebagai penyebab BPH. Hal
ini, didasarkan pada fakta bahwa BPH terjadi Ketika seorang laki-laki kadar
hormon estrogen meningkat dan kadar hormon testosterone menurun, dan Ketika
jaringan prostat menjadi lebih sensitif terhadap estrogen serta kurang responsif
terhadap :Dihydrotestosterone (DHT), yang merupakan testosterone eksogen. Hasil
riset di China menunjukkan bahwa laki-laki di daerah pedesaan sangat rendah
terkena BPH disbanding dengan laki-laki yang hidup di daerah perkotaan. Hal
initerkait dengan gaya hidup seseorang. Laki-laki yang bergaya hidup seperti orang
barat berisiko lebih tinggi terkena gejala BPH disbanding dengan laki-laki yang
bergaya hidup tradisional atau pedesaan
4. Patofisilogi/ Pathway
Pembesaran prostat merupakan hyperplasia, yang akan menekan aliran urine
dalam kandung kemih. Hiperplasia prostat adalah pembesaran prostat yang
mengelilingi dan menekan uretra, sehingga terjadi obstruksi dan menyebabkan
disfungsi kandung kemih, yang pada akhirnya menimbulkan gejala pada traktus
urinarius bagian bawah. Kandung kemih akan melemah dan kehilangan
kemampuan untuk mengeluarkan urine secara sempurna akibatnya terjadi
peningkatan residu urine dan retensi urine akut ataupun kronik (setiati, 2015).
Obstruksi saluran keluar dari kandung kemih akan menyebabkan hipertopi
otot detrusor dan penebalan kandung kemih akibat peningkatan beban melawan
retensi jalan keluar. Akibatnya penebalan dinding kandung kemih, selain terjadi
peningkatan tekanan detrusor, pembengkakan trakula, saccule dan dwertikel pada
kandung kemih(seiati, 2015)
5. Manifestasi klinis
Gejala-gejala BPH dapat diklafisikasikan karena obstruksi dan iritasi gejala-gejala
obstuksi meliputi hesitancy,intermitten, pengeluaran urin yang tidak tuntas, aliran
urin yang buruk, dan retensi urin. Gejala-gejala iritasi meliputi sering
berkemih,sering berkemih dimalam hari (nocturia), dan urgency (dorongan ingi
berkemih ) Dengan adanya statis urin didalam kandung kemih akan berisiko
terjadinya infeksi saluran kemih dan batu kandung kemih. Batu kandung kemih
terbentuk dari kristalisasi dari garam-garam di dalam urin residu.
Manifestasi Klinis klien dengan BPH adalah:
a. polihuria (sering buang air kemih), karena kandung kemih hanya mampu
mengeluarkan sedikit air kemih.
b. Aliran air kemih menjadi terhambat, karena terjadi penyempitar uretra.
c. Hematutia (air kemih mengandung darah), akibat kongesti basis kandung
kemih.
d. Retensi urin
e. Hidronefrosis dan kegagalan ginjal, terjadi akibat tekanan balik melewati
ureter ke ginjal.
6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Rektum: yaitu melakukan palpasi pada prostat melalui rektum
atau rectal toucher, untuk mengetahui pembesaran prostat.
b. Urinalisis: untuk mendeteksi adanya protein atau darah dalam air kemih,
berat badan jenis dan osmolalitas, serta pemeriksaan mikroskopik air kemih.
c. Pemeriksaan laboratorium (darah) yaitu untuk mengetahui adanya
peningkatan kasar prostatespecific antigen (PSA)
d. Cystoscopy: untuk melihat gambaran pembesaran prostat dan perubahan
dinding kandung kemih
e. Transrectal ultrasonography, dilakukan untuk mengetahui pembesaran dan
adanya hidronefrosis
f. Intravenous pyelography (IVP): untuk mengetahui struktur kaliks, pelvis dan
ureter. Struktur ini akan mengalami distorsi bentuk apabila terjadi kista, lesi
dan obstruksi.