Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN


BPH (Benign Prostatic Hyperthropy) DI RUANG PINUS RSUD CARUBAN

DI SUSUN OLEH
NAMA : Yoyon Infanteri
NIM : S20042

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
BPH (Benign Prostatic Hyperthropy) atau bisa disebut Hipertrofi Prostat
Jinak merupakan kondisi yang belum diketahui penyebabnya, ditandai oleh
meningkatnya ukuran zona dalam (kelenjar periuretra) dari kelenjar prostat. BPH
adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra dan menyebabkan gejala
uritakaria.
Selain itu Hiperplasia Prostat Benigna adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan
berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Nuari, 2017).
Selain itu menurut Budaya (2019), BPH dikarakteristikkan sebagai peningkatan
jumlah sel-sel stroma dan epitel prostat di area periuretra yang merupakan suatu
hyperplasia dan bukan hipertrofi, selain itu secara etiologi pada BPH terjadi
peningkatan jumlah sel akibat dari proliferasi sel-sel stroma dan epitel prostat
atau terjadi penurunan kematian sel-sel prostat yang terprogram
Menurut Brunner (2013) kelenjar prostat membesar, meluas ke atas
menuju kandung kemih dan menghambat aliran keluarnya urine. Berkemih yang
tidak tuntas dan retensi urine yang memicu stasis urine dapat menyebabkan
hidronefrosis, hidroureter, dan infeksi saluran kemih. Dimana penyebab
gangguan tersebut tidak dipahami dengan baik, tetapi bukti menunjukkan adanya
pengaruh hormonal. BPH sering terjadi pada pria berusia lebih dari 40 tahun

2. Etiologi
Menurut Nuari (2017) & Duarsa (2020), penyebab BPH belum diketahui,
namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostat erat kaitannya
dengan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan proses penuaan. Selain faktor tersebut
ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulmya hyperplasia
antara lain:

1. Teori Dihydrotestosterone
Dihydrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat
pentng pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari
testosterone di dalam sel prostat oleh 5α- reduktase dengan bantuan
koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk berikatan dengan reseptor
androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan
selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi
pertumbuhan sel prostat. Peningkatan 5α-reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami
hiperplasi. Teori ini didukung pada praktek klinis dengan pemberian 5α-
reduktase inhibitor yang menghambat perubahan testosteron menjadi
dihidrotestosteron, dalam waktu 3-6 bulan akan membuat pengurangan
volume prostat 20-30%.

2. Ketidakseimbangan hormon estrogen-testosteron

Pada proses penuaan pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan


penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma. Diketahui
bahwa estrogen di dalam prostat berperan pada terjadinya proliferasi sel-
sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitiviras sel –sel prostat
terhadap rangsangan hormone androgen, meningkatkan jumlah reseptor
androgen, dan menurunkan jumlah kematian terprogram sel-sel prostat
(apoptosis). Sehingga meskipun rangsangan terbentuknya sel- sel baru
akibat rangsangan testosterone menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah
ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat menjadi
lebih besar.
3. Teori inflamasi kronis
Pada uji klinis oleh Medical Therapy of Prostatic Symptoms (MTOPS)
menunjukkan bahwa volume prostat dengan inflamasi cenderung tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan tanpa inflamasi.

3. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Nuari 2017, manifestasi klinis yang timbulkan oleh BPH disebut
sebagai syndroma prostatisme. Sindroma prostatisme ini dibagi menjadi dua, antara
lain:
1) Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destructor
buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan
intravesikel guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika
b. Intermittency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan oleh karena ketidakmampuan otot destrussor dalam
mempertahankan tekanan intravesikel sampai berakhirnya miksi
c. Terminal dribbling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing
d. Pancaran lemah yaitu kelemahan kekuatan dan pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belum puas
2) Gejala iritasi
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
b. Frequency yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (nocturia) dan pada siang hari
c. Dysuria yaitu nyeri pada waktu kencing

4. KLASIFIKASI

Menurut Sjamsuhidajat 2011, derajat BPH dibedakan menjadi empat, yaitu:

1) Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
2) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan
urine sampai habis, masih terasa kira-kira 60- 150 cc, ada rasa tidak
enak BAK atau dysuria dan menjadi nocturia.
3) Staudium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh paisen tampak kesakitan, urine
menetes secara periodic ontinen.
5. KOMPLIKASI

Komplikasi BPH dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu komplikasi pada
traktus urinarius dan komplikasi di luar traktus urinarius. Di dalam traktus urinarius
komplikasi BPH meliputi retensi urine berulang atau kronis, hematuria, infeksi
saluran kemih berulang, batu kandung kemih, perubahan patologi pada kandung
kemih (trabekulasi, sakulasi divertikel), hidroureteronefrosis bilateral dan gagal
ginjal. Sedangkan komplikasi di luar traktus urinarius adalah hernia dan hemoroid
(Budaya, 2019).
Selain itu menurut Harmilah (2020), komplikasi pembesaran prostat meliputi:
a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil mendadak (retensi urine). Pasien
memerlukan kateter yang dimasukkan ke kandung kemih untuk menampung
urine. Beberapa pria dengan pembesaran prostat membutuhkan pembedahan
untuk meredakan retensi urine.
b. Infeksi saluran kemih (ISK). Ketidakmampuan untuk mengososngkan
kandung kemih dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
c. Batu empedu. Ini umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk
sepenuhnya mengosongkan kandung kemih. Batu kandung kemih daoat
menyebabkan infeksi, iritasi kandung kemih, adanya darah dalam urine, dan
obstruksi saluran urine.
d. Kerusakan kandung kemih. Kandung kemih yang tidak dikosongkan
sepenuhnya dapat meregang dan melemah seiring waktu. Akibatnya dinidng
kandung kemih tidak lagi berkontraksi dengan baik.
e. Kerusakan ginjal. Tekanan di kandung kemih dari retensi urine langsung
dapat merusak ginjal atau memungkinkan infeksi kandung kemih mencapai
ginjal.

6. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasi, sejalan dengan
pertambahan usia. Jika prostat membesar, maka akan meluas ke atas kandung
kemih sehingga pada bagian dalam akan mempersempit saluran uretra prostatica
dan menyumbat aliran urine. Keadaan tersebut dapat meningkatkan tekanan
intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot
detrusor dan kandung kemih berkontraksi lebih kuat agar dapat memompa urine
keluar. Kontraksi yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan anatomi dari
kandung kemih berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,
sekula, dan divertikel kandung kemih Dimana tekanan intravesikel yang tinggi
diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter.
Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari
buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Keadaan tersebut jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal (Muttaqin, 2011).

PATHWAY
7. PENATALAKSANAAN

Menurut Nuari 2017, penatalaksanaan terapi BPH tergantung pada penyebab,


keparahan obstruksi, dan kondisi pasien. Berikut beberapa penatalaksanaan BPH
antara lain:
a Observasi (watchfull waiting)
Biasa dilakukan untuk pasien dengan keluhan ringan dan
biasanya pasien dianjurkan untuk mengurangi minum, setelah makan
malam untuk mengurangi nokturia menghindari obat- obatan
dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum
alkohol agar tidak terlalu sering miksi Setiap 3 bulan dilakukan kontrol
keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur.

b Terapi medikamentosa
a) Penghambat adrenergika (prazosin, tetrazosin): menghambat
reseptor pada otot polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi
relaksasi. Hal ini menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika
sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang
b) Penhambat enzim 5-a-reduktase, menghambat pembentukan DHT
sehingga prostat yang membesar akan mengecil
c) Terapi Bedah

Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut


untuk terapi bedah yaitu:
a. Retensi urine berulang
b. Hematuria
c. Tanda penurunan fungsi ginjal
d. Infeksi saluran kemih berulang
e. Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
f. Ada batu saluran kemih
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nursalam,

2012).

Pengkajian data dasar dalam pengkajian klien dengan Benigh Prostatic

Hyperplasia (BPH)dilakukan mulai dari 3 jam–sampai 3 hari adalah :

1.) pengkajian fisik

1) Kepala dan leher

Inspeksi : merintih, menahan sakit.


Rambut : Lurus/keriting, warna, Ketombe, kerontokan
Mata : Simetris/tidak, pupil isokhor, konjunctiva
tidak anemis
Hidung : Terdapat mukus/tidak, pernafasan cuping
hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus/tidak
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

2) Dada

Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu


pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa
panas, nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal
3) Abdomen

Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen region


inguinal
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah
inguinalis
Perkusi : Dullness
Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 per menit)
4) Ekstremitas

Atas : Simetris, tidak ada edema


Bawah : Simetris, tidak ada edema
5) Genetalia

Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan simetris, ada lesi

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernytaan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah actual atau resiko dalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi, menghilangkan, dan mencegah maslah keperawatan klien

yang ada pada tanggung jawabnya.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

a. Pre Operasi :
1)Ansietas b.d kurangnya pengetahuan dan informasi
2)Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
b. Post Operasi :
1)Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
2)Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
adekuatnya intake
3)Gangguan pola tidur b. perubahan status kesehatan
4)Resiko tinggi infeksi b.d pembedahan
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1. Nyeri akut SLKI SIKI
Definisi: Tingkat Nyeri : Manajemen Nyeri:
Pengalaman sensorik Tingkat nyeri 1. Observasi.
atau emosional yang menurun dengan a. Lokasi,
berkaitan dengan kriteria hasil: karakteristik,
kerusakan jaringan 1. Keluhan nyeri durasi, frekuensi,
aktual atau fungsional, menurun kualitas, intensitas
dengan onset 2. Fokus membaik nyeri.
mendadak atau lambat 3. Meringis b. Identitas skala
dan berintensitas menurun nyeri
ringan hingga berat 4. Sifat protektif c. Identitas respon
yang berlangsung menurun nyeri non verbal
kurang dari 3 bulan. 5. Gelisah menurun d. Identitas faktor
6. Kemampuan yang
Penyebab : menuntaskan memperberat dan
1. Agen pencedera aktivitas memperingan
fisiologis (mis. 7. Kesulitan tidur nyeri
Inflamasi, menurun e. Identitas
iskemia, 8. Berfokus pada pengetahuan dan
neoplasma). diri sendiri keyakinan tentang
2. Agen pencedera menurun nyeri
kimiawi (mis. f. Identifikasi
Terbakar, bahan pengaruh nyeri
kimia iritasi) pada kualitas
3. Agen pencedera
fisik (mis. Abses, hidup
trauma, amputasi, g. Monitor
terbakar, terpotong, keberhasilan
mengangkat berat, terapi
prosedur operasi, komplementer
trauma, latihan fisik yang sudah
berlebihan diberikan
2. Terapeutik.
Gejala dan Tanda a. Berikan teknik
Mayor: nonfarmakologis
Subjektif: untuk
a. Mengeluh nyeri mengurangi rasa
Objektif: nyeri (mis.
a. Tampak meringis Relaksasi
b. Bersikap protektif Benson)
(mis. Waspada, b. Control
posisi menghindari lingkungan yang
nyeri) memperberat rasa
c. Gelisah nyeri (mis. Suhu
d. Sulit tidur ruang,
pencahayaan,
Gejala dan Tanda kebisingan)
Minor: c. Fasilitasi istirahat
Subjektif: dan tidur
(Tidak tersedia) 3. Edukasi.
Objektif: a. Jelaskan
a. Tekanan darah penyebab,
meningat periode, dan
b. Pola nafas berubah pemicu nyeri
c. Nafsu makan b. Jelaskan strategi
berubah meredakan nyeri
d. Proses berfikir c. Anjurkan
terganggu memonitor nyeri
e. Menarik diri secara mandiri
4. Kolaborasi
Kondisi klinis terkait: a. Kolaborasi
a. Kondisi pembedahan pemberian
b. Cedera traumatis analgesik jika
c. Infeksi perlu
d. Sindrom koroner akut
e. Glaukoma
DAFTAR PUSTAKA

Detter. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan). Edisi 3. Jakarta : EGC.

Dinkes Muara Bungo Jambi Tahun 2016. Jumlah Kejadian Pasien BPH di

Dinas kesehatan bungo


Dinkes Provinsi Jambi Tahun 2018. Jumlah Kejadian Pasien BPH di Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi. Provinsi Jambi

Dongoes. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.


Riskesdas RI. 2016. Perawatan Maksimal Pasca Post Op BPH.Jurnal Kesehatan.
Dipublikasikan. Http://blogspot.com. (Diakses Tanggal 25 oktober 2022,
Pukul 20:30 WIB
Tanto. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai