Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN KOMUNITAS

79. Perawat komunitas sedang melakukan musyawarah masyarakat desa (MMD) untuk
mempresentasikan hasil pengkajian yang telah dilakukan selama 4 hari di RW 02.
Moderator mempersilahkan pemateri MMD untuk memaparkan hasil pengkajian. Setelah
presentasi, perawat mengajak warga yang hadir untuk berpartisipasi aktif dalam
merumuskan masalah keperawatan, menentukan prioritas masalah, serta membuat daftar
kegiatan yang akan dilakukan. Apakah prinsip etik yang diterapkan oleh perawat tersebut
?
a. Veracity
b. Non Maleficience
c. Autonomy
d. Beneficience
e. Justice

Jawaban: C

Pembahasan:
Data fokus : perawat mempresentasikan hasil pengkajian pada MMD, setelah selesai
presentasi perawat mengajak warga yang hadir untuk berpartisipasi aktif dalam membuat
diagnosis keperawatan, menentukan prioritas masalah, serta membuat daftar kegiatan
yang akan dilakukan. Berdasarkan data maka jawaban yang tepat adalah Autonomy.
Autonomy adalah Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk
menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang
mempunyai harga diri dan martabat (Ngesti W Utami, dkk. 2016). Karena masalah
keperawatan yang ditemukan merupakan masalah dari warga masyarakat setempat, maka
mereka yang berhak untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan, perawat
hanya sebagai fasilitator dalam kegiatan tersebut.

80. Hasil survey perawat di wilayah binaannya didapatkan 35% lansia mengami hipertensi,
15% menderita diabetes melitus, 30% mengalami nyeri sendi dan 65% lansia jarang
memeriksakan kesehatannya. Perawat memberikan motivasi dan mendorong pada kader
serta lansia untuk berpartisipasi aktif melakukan posyandu lansia.
Apakah strategi yang digunakan oleh perawat ?
a. Proses kelompok
b. Kemitraan
c. Health promotion
d. Pendidikan kesehatan
e. Community empowerment

Jawaban: E

Pembahasan :
Data fokus : Memberikan motivasi dan dorongan pada kader dan lansia untuk
berpartisipasi aktif melakukan posyandu lansia merupakan suatu bentuk strategi
intervensi pemberdayaan masyarakat atau community empowerment (Nies & McEwen,
2019)
Strategi intervensi dalam komunitas ada 4 (Nies & McEwen, 2019) :
1. Pemberdayaaan masyarakat/ Community Empowerment adalah pemberian dorongan
kepada masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam memelihara kesehatanny contoh:
kegiatan posyandu, posbindu, dan kegiatan UKBM lainnya
2. Kemitraan adalah hubungan kerja sama yang saling menguntugkan dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit.
3. pendidikan kesehatan (health promotion) : Upaya pembelajaran pada masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan untuk meningkatkan dan memilihara
kesehatannya.
4. proses kelompok : Penyelesaian masalah dengan membentuk kelompok

81. Seorang klien datang berkunjung ke puskesmas untuk mengetahui kondisi penyakitnya.
Setelah selesai melakukan pemeriksaan kesehatan, perawat memanggil klien selanjutnya.
Klien kedua menanyakan penyakit klien pertama dan perawat memberitahukan diagnosis
klien pertama pada klien yang kedua. Apakah prinsip etik yang dilanggar perawat?
a. Confidentiality
b. non maleficience
c. justice
d. veracity
e. fidelity

Jawaban : A

Pembahasan :
Perawat memberitahukan diagnosis klien pertama pada klien kedua. Berdasarkan data
yang diperoleh maka pilihan yang tepat adalah confidentiality karena perawat
memberitahukan data rahasia pasien yang seharusnya tidak boleh diketahui oleh orang
lain.
Tinjauan opsi lain:
Non Maleficience (Tidak Tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan perawat
merugikan klien dan membahayakan klien.
Fidelity (Tidak Tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa perawat tidak
menepati janjinya kepada pasien
Justice (Tidak Tepat) karena tidak ada data yang menjelskan perawat tidak berlaku adil
terhdap klien

Veracity (Tidak Tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa perawat
membohongi klien.

82. Perawat komunitas pertama kali mengunjungi sebuah desa terpencil. Pada saat
pertemuan, 80% warga mengeluhkan bagaimana cara menjaga kesehatan ibu hamil dan
balita agar tetap sehat karena banyak ibu hamil yang banyak mengalami keguguran.
Apakah diagnosis keperawatan yang tepat ?
a. Kesiapan peningkatan koping komunitas
b. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
c. Defisit kesehatan komunitas
d. Defisit pengetahuan
e. Kesiapan manajemen kesehatan

Jawaban: D
Pembahasan
80% warga mengeluhkan bagaimana cara menjaga kesehatan ibu hamil dan balita tetap
sehat. Data ini sesuai dengan diagnosa “Defisit pengetahuan”. Defisit pengetahuan
adalah ketiadaan atau jurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Tinjauan opsi lain
Opsi “Kesiapan peningkatan koping komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang
menjelaskan bahwa komunitas melakukan pemecahan masalah.
Opsi “Perilaku kesehatan cenderung berisiko”(tidak tepat) karena tidak ada data yang
menjelaskan bahwa klien/komunitas memiliki hambatan kemampuan dalam mengubah
gaya hidup/perilaku untuk memperbaiki status kesehatan
Opsi “Defisit kesehatan komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa terdapat masalah kesehatan di komunitas
Opsi “Kesiapan manajemen kesehatan” (tida tepat) karena tidak ada data masyarakat
mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahanya serta
pilihan hidup sehari-hari yang tepat untuk mengikuti progam.

83. Perawat akan melakukan evaluasi terhadap kelompok PPOK setelah 1 bulan diberikan
penyuluhan kesehatan mengenai PPOK. 3 dari 5 penderita PPOK mengatakan memiliki
keinginan untuk hidup sehat, mengurangi komsumsi rokok dan rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?
a. Kesiapan peningkatan koping komunitas
b. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
c. Defisit kesehatan komunitas
d. Defisit pengetahuan
e. Kesiapan manajemen kesehatan

Jawabab yang benar : E

Pembahasan :
Data : 3 dari 5 penderita PPOK mengatakan memiliki keinginan untuk hidup sehat,
mengurangi komsumsi rokok dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Data data
yang ada pada kasus sesuai dengan data diagnosis “Kesiapan manajemen kesehatan”,
yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian program kesehatan ke dalam kehidupan
sehari-hari yang cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan. Data
pendukung yaitu adanya keinginan untuk mengelola masalah.
Tinjaun opsi lain
Opsi “Kesiapan peningkatan koping komunitas” (kurang tepat) karena tidak ada data
yang menjelaskan bahwa komunitas melakukan pemecahan masalah.
Opsi “Perilaku kesehatan cenderung berisiko”(tidak tepat) karena tidak ada data yang
menjelaskan bahwa klien/komunitas memiliki hambatan kemampuan dalam mengubah
gaya hidup/perilaku untuk memperbaiki status kesehatan
Opsi “Defisit kesehatan komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa terdapat masalah kesehatan di pabrik
Opsi “Defisit pengetahuan” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa
buruh maupun pemilik pabrik menanyakan masalah yang dihadapi.

84. Perawat komunitas mengunjungi sebuah pesantren. Hasil kunjungan ; bulan Agustus
2016 terjadi kasus DBD pada 10% santri, 7 bulan lalu terjadi kasus yang sama pada 15%
santri. Hasil pengamatan terdapat genangan air pada pot-pot dan kaleng bekas minuman
dan selokan yang tidak tertutup. Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat
komunitas ?
a. Melakukan P3M
b. Melindungi warga pesantren dari gigitan nyamuk dengan mengunakan lotion anti
nyamuk
c. Bersama sama warga pesantren membersihkan lingkungan
d. Melakukan fogging terhadap lingkungan pesantren
e. Memberikan kelambu pada warga pesantren

Jawaban : A

Pembahasan
Data fokus masalah; bulan Agustus 2016 terjadi kasus DBD pada 10% santri, 7 bulan
lalu terjadi kasus yang sama pada 15% santri. Hasil pengamatan terdapat genangan air
pada pot-pot dan kaleng bekas minuman dan selokan yang tidak tertutup. Pada kasus
menunjukkan terjadinya kasus DBD secara berulang, hal ini menunjukkan adanya
penanganan penyebab penyakit yang tidak tuntas, yaitu pemberantasan vektor penyebab
DBD. Tindakan yang tepat dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan jangka
panjang yaitu pemberantasan vektor dengan cara melakukan P3M.
Pemberantasan Vektor
1. Pemberantasan vektor Jangka Panjang (pencegahan)
Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan
sarang nyamuk dengan cara P3M
2. Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah
DHF, maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu:
a. Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk, menggunakannya yaitu dengan
cara ditaburkan di dalam bak mandi.
b. Fogging dengan Malathion atau Fonitrothion, yaitu dengan cara disemprotkan ke
rumah-rumah penduduk dan di sekitar rumah.
c. Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah
Kegiatan Puskesmas adalah membantu :
a. Tim Propinsi / Diti II untuk survai larva dan nyamuk.
b. Membantu penyiapan rumah penduduk untuk difogging.

85. Seorang perawat Komunitas melakukan skrining kesehatan di sebuah Rutan. Hasil
skrining menemukan 5 orang menderita TB dan 3 diantaranya positif HIV.
Apa tindakan keperawatan yang tepat ?
A. Melakukan Tes BTA
B. Melakukan Tes HIV
C. Memberikan Penyuluhan TB HIV
D. Bekerjasama dengan Rutan untuk pengendalian TB dan HIV
E. Merujuk Pasien

Jawaban : D

PEMBAHASAN
A dan B Tidak Tepat karena pada kasus telah dilakukan pemeriksaan BTA dan HIV
Opsi C Tidak Tepat karena penyuluhan telah dilaksanakan selama kegiatan skrining
ksehatan
E Tidak Tepat karena sebelum melakukan rujukan, perawat terlebih dahulu bekerjasama
dengan Rutan untuk pengendalian TB HIV

86. Seorang perawat komunitas ditugaskan untuk mengumpulkan data berupa sejarah atau
riwayat daerah, demografi, tipe keluarga, status perkawinan, statistik vital dan agama di
sebuah wilayah. Apakah jenis data yang dikumpulkan oleh perawat tersebut ?
a. Data persepsi
b. Data inti komunitas
c. Data subsitem komunitas
d. Data kualitatif
e. Data kuantitaf

Jawaban : B

Pembahasan :
Data fokus : data berupa sejarah atau riwayat daerah, demografi, tipe keluarga, status
perkawinan, statistik vital dan agama
Jenis data pengkajian dalam komunitas (IPKKI,2017):
1. Data inti komunitas : data berupa sejarah atau riwayat daerah, demografi, tipe
keluarga, status perkawinan, statistik vital dan agama.
2. Data subsistem komunitas : data berupa lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan
sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan, rekreasi.
3. Data persepsi :
📌Persepsi masayarakat : seperti, bagaimana perasaan masyarakat tentang kehidupan
bermasyarakat yang dirasakan di lingkungan tempat tinggal mereka
📌Persepsi perawat : berupa, penyataan umum tentang kondisi kesehatan dari
masayarakat, apa yang masalah potensial yang dapat diidentifikasi dan apa yang menjadi
kekuatan dari kondisi kesehatan masyarakat tersebut.

87. Terjadi 5 kasus baru Filariasis di sebuah Desa dan puskesmas melakukan POPM
Filariasis kepada seluruh warga selama 5 tahun berturut-turut. Obat yang diberikan yaitu
DEC 6mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400mg. Pada tahun ke-2, 45%
warga tidak mau minum obat. Apakah tindakan yang harus dilakukan perawat?
a. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap warga Desa
b. Pemeriksaan darah tepi terhadap seluruh warga
c. Pengobatan ulang terhadap seluruh warga
d. Pendidikan kesehatan tentang keteraturan obat
e. Membiarkan masalah yang terjadi

Jawaban : D

Pembahasan
DO : Terjadi kasus baru Filariasis di Desa X sebanyak 5 orang, Pada tahun ke-2, 45%
warga tidak mau minum obat. Berdasarkan data yang diperoleh maka diagnosis
keperawatanya adalah “Ketidakpatuhan”. Implementasi dari ketidakpatuhan adalah
memberikan pendidikan kesehatan tentang keteraturan obat

Tinjauan opsi lain:


🌻Opsi “Melakukan pemeriksaan ulang terhadap warga Desa X” (salah) karena masalah
yang ada pada kasus adalah warga tidak mau minum obat. Tindakan ini dilakukan jika
terjadi kesalahan dalam pemeriksaan
🌻Opsi “Pemeriksaan darah tepi terhadap seluruh warga” (salah), kegiatan ini dilakukan
untuk deteksi awal menentukan microfilaria.
🌻Opsi “membiarkan masalah yang terjadi” (salah) karena seorang perawat tidak
melaksanakan peran dan fungsi sebagai perawat komunitas

88. Seorang perawat melakukan penilaian terhadap keberhasilan intervensi yang telah
dilakukan. Perawat mendapatkan bahwa penderita diabetes memperhatikan kalori harian
yang masuk, memilih makanan sesuai kebutuhan dan menyiapkan makanan harian sesuai
rekomendasi. Apakah outcome keperawatan yang telah dicapai?
a. Kualitas Diet
b. Perilaku kapatuhan diet sehat
c. Pengetahuan diet
d. Ketahanan diet
e. Manajemen diet

Jawaban : B

Pembahasan
Indikator pencapaian yang ditemukan berupa 1. penyeimbangan kalori masuk 2. Memilih
jenis makanan sesuai kebutuhan . 3. Menyiapkan makanan yang dimakan sesuai
rekomendasi. Indikator tersebut digunakan untuk menilai perilaku kepatuhan diet sehat

89. Seorang perawat melakukan penilaian terhadap keberhasilan intervensi yang telah
dilakukan. Perawat mendapatkan bahwa penderita diabetes memperhatikan kalori harian
yang masuk, memilih makanan sesuai kebutuhan dan menyiapkan makanan harian sesuai
rekomendasi. Apakah outcome keperawatan yang telah dicapai?
a. Kualitas Diet
b. Perilaku kapatuhan diet sehat
c. Pengetahuan diet
d. Ketahanan diet
e. Manajemen diet

Jawaban : B

Pembahasan
Indikator pencapaian yang ditemukan berupa 1. penyeimbangan kalori masuk 2. Memilih
jenis makanan sesuai kebutuhan . 3. Menyiapkan makanan yang dimakan sesuai
rekomendasi. Indikator tersebut digunakan untuk menilai perilaku kepatuhan diet sehat

90. Seorang perawat mengumpulkan data terkait kejadian cholera di suatu kota. Perawat
mendapatkan data-data seperti usia dan jenis kelamin dari pelaporan yang dilakukan
perawat puskesmas di masing-masing kecamatan dan kelurahan. Apakah bentuk tindakan
yang sedang perawat komunitas lakukan ?
a. Surveilans komunitas
b. Interpreatasi data
c. Supervisi staf
d. Monitor kualitas
e. Manajemen penyakit akut

Jawaban : A

Pembahasan
Intervensi yang biasa dilakukan perawat komunitas adalah surveilans komunitas;
Surveilans komunitas merupakan bentuk akuisisi, interpretasi dan sintesis data yang
dilakukan terus menerus oleh perawat komunitas. Aktivitas dapat berupa Pelaporan data
yang dapat berupa pengumpulan data aktif dan data pasif. Aktif jika perawat secara
langsung mengumpulkan data dan pasif jika perawat menggunakan sistem pengumpulan
pelaporan.

91. Seorang perawat dikirim puskesmas untuk mengikuti loka karya mini kelurahan. Perawat
memberikan pengajuan program pemenuhan bantuan transportasi bagi penderita TB
dengan kondisi ekonomi tidak mampu yang diharapkan dapat dikeluarkan dari dana
kelurahan Apakah peran perawat puskesmas dalam situasi tersebut ?
a. Manajer
b. Pendidik kesehatan
c. Pembuat kebijakan
d. Pemberi layanan kesehatan
e. Advokator

Jawaban : E

Pembahasan
Terdapat beberapa peran perawat komunitas :
a. Pendidik kesehatan : perawat berperan memberikan pendidikan kesehatan dan
informasi kesehatan.
b. Pemberi layanan kesehatan : perawat memberikan layanan keperawatan dalam
penyelesaian permasalahan kesehatan.
c. Pembuat kebijakan : perawat membuat program dan kebijakan yang dapat mencapai
perubahan perilaku sehat.
d. Manajer : perawat melakukan pengeloalan program dan tim kerja dalam
memyelesaikan permasalahan kesehatan.
e. Advokator : perawat mengadvokasi/mewakili menyuarakan hak-hak dan kebutuhan
populasi yang harus dipenuhiuntuk penyelesaian permsalahan kesehatan dan peningkatan
status kesehatan.

Jawaban tepat : Advokator (perawat mewakili kebutuhan pasien TB untuk mendapat


bantuan transportasi dalam program pengobatan).

92. Tim perawat puskesmas melakukan survei lingkungan ke suatu desa pedalaman. Hasil
pengkajian : sebagian besar warga memiliki jamban yang pembuangannya tidak ke
septik tank. Ada warga yang mengaliri pembuangan toiletnya ke kolam dan ada yang
menampungnya dengan lobang galian yang terbuka. Apakah tindakan keperawatan yang
tepat dilakukan pertama kali ?
a. Memberikan penjelasan kepada warga tentang cara pembuatan jamban yang sehat
b. Menfasilitasi warga untuk membuat jamban yang sehat dan baik
c. Mengajukan permohonan program jamban sehat kepada pemerintah setempat
d. Bergotong royong bersama warga untuk membuat jamban sehat
e. Mengajukan permohonan untuk pembuatan wc umum yang sehat ke pemerintah
setempat

Jawaban : A

Pembahasan
Pada kasus ini sebagian besar warga memiliki jamban yang tidak sehat yang tentunya
akan merusak lingkungan, dan warga menganggap hal ini biasa saja karena tidak
mengetahui akibat dari hal tersebut. Sebagai seorang perawat komunitas, perawat harus
mampu memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadarannya
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara mandiri. Sehingga tim petugas
kesehatan perlu memberikan penjelasan dan pengarahan tentang bagaimana pembuatan
jamban yang sehat.

93. Seorang perawat komunitas melakukan winshield survey di salah satu wilayah pedesaan.
Hasil pengkajian : terdapat jumlah lansia sebanyak 80 orang dan 40% diantaranya
mengeluh nyeri pada ekstremitas dengan kadar asam urat yang tinggi. Para lansia juga
jarang memeriksakan dirinya ke puskesmas dengan alasan malas. Apakah tindakan
preventif keperawatan yang tepat dilakukan ?
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada lansia tentang penyakit asam urat’
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada lansia dengan menggunakan
KMS lansia
c. Menganjurkan lansia untuk berobat secara rutin ke fasilitas layanan kesehatan
terdekat
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada lansia tentang perawatan penyakit asam
urat tinggi
e. Berkolaborasi dengan tim medis untuk melakukan pengobatan kepada lansia di daerah
tersebut

Jawaban : B

Pembahasan
Tindakan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit. Berdasarkan kasus, tindakan preventif yang tepat dilakukan kepada
lansia yaitu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada lansia dengan
menggunakan KMS lansia
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

131.Seorang pasien (43 tahun) dirawat di ruangan penyakit dalam. Hasil pengkajian:
frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas 28x/menit dengan keluhan sesak napas. Hasil
analisa gas darah menunjukkan pH arteri 7,31, PCO2 50 mmHg, PaO2 82 mmHg, HCO3
25 meq/L, saturasi O2 : 90%.
Apakah hasil analisa gas darah pasien?
a. Alkalosis metabolic
b. Asidosis Respiratorik
c. Alkalosis Respiratorik
d. Asidosis Metabolik
e. Alkalosis respiratorik terkompensasi

Jawaban: B. Asidosis Respiratorik

Pembahasan:
DS : Pasien mengeluh sesak napas

DO : pH 7,31, PCO2 50 mmHg, HCO3 25 meq/L

o Rentang normal pH : 7,35 – 7,45. Jika pH dibawah 7,35 berarti menunjukkan


“Asidosis”, dan jika diatas 7,45 menunjukkan “Alkalosis”. Pada soal nilai pH adalah
7,31 yang menunjukkan pasien mengalami asidosis.
o Rentang normal PCO2 adalah 35 – 45 mmHg. Jika dibawah 35 menunjukkan
“asidosis”, dan jika diatas 45 menunjukkan “respiratorik”. Pada soal nilai PCO2
adalah 50 mmHg yang menunjukkan pasien mengalami respiratorik.
o Rentang normal HCO3 adalah 22-26 meq/L. Dibawah 22 menunjukkan “Asidosis”
dan diatas 26 menunjukkan “Alkalosis” pada soal nilai HCO3 adalah 25 meq/L yang
menunjukkan “normal” à tidak terkompensasi
Maka dapat disimpulkan hasil interpretasi pasien tersebut adalah asidosis respiratorik (B).

132.Seorang laki-laki (33 tahun) dirawat dengan gagal jantung dan hipertensi emergency hari
ke-5 dalam keadaan koma. Hasil pengkajian: frekuensi nadi: 46x/menit, frekuensi napas:
33x/menit, tekanan darah 55/35 mmHg dan suhu tubuh: 34 C.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Gangguan ventilasi spontan
b. Penurunan curah jantung
c. Gangguan sirkulasi spontan
d. Hipotermia
e. Pola napas tidak efektif
Jawaban: C. Gangguan sirkulasi spontan

Pembahasan:
DS : -
DO :
- kesadaran pasien coma (penurunan kesadaran)
- frekuensi nadi: 46x/menit (bradikardi)
- frekuensi napas: 33x/menit (takipnea)
- tekanan darah: 55/35 mmHg (hipotensi)
- suhu tubuh: 34°C (hipotermia)
Berdasarkan data diatas, maka masalah keperawatan yang tepat adalah “Gangguan
sirkulasi spontan” (C). Definisi : Ketidakmampuan untuk mempertahankan sirkulasi
yang adekuat untuk menunjang kehidupan.

133.Seorang laki-laki (32 tahun) dirawat hari ke-4 karena mengalami sepsis. Hasil
pengkajian: Frekuensi nadi 98x/menit, frekuensi napas 22x/menit, suhu tubuh 37,9 °C.
Pasien diberi terapi antibiotik levofloxacin 250 mg/iv. Sediaan dari farmasi adalah 1
botol 500mg/20 ml.
Berapakah dosis obat yang tepat diberikan kepada pasien?
a. 5 ml
b. 7,5 ml
c. 10 ml
d. 15 ml
e. 20 ml

Jawaban: C. 10 ml

Pembahasan:
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
yang parah, yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Septisemia
menunujukan munculnya infeksi sistemik yang disebabkan oleh penggadaan
mikroorganisme secara cepat atau zat-zat racunnya, yang dapat mengakibatkan
perubahan psikologis yang sangat besar. Sepsis adalah kumpulan gejala–gejala
patofisologis seperti; demam, tachycardia hyperventilasi dan leukositosis yang dikenal
dengan Systemic Inflammatory Respone Syndrome (SIRS), dan disebut dengan sepsis
apabila ditemukan infeksi yang terdokumentasi.
Salah satu manajemen terapi pada pasien sepsis yaitu dengan memberikan antibiotik
sesegera mungkin. Pada kasus, pasien mendapatkan antibiotik levofloxacin 250 mg/iv.
Sedangkan sediaan yang ada yaitu 500mg/20 ml, maka dosis yang diberikan kepada
pasien adalah :
Dosis yang diberikan
= Dosis yang diinginkan
------------------------------ x sediaan
Dosis yang tersedia
= 250 mg
------------ x 20 ml
500 mg
= 10 ml, Maka dosis yang diberikan kepada pasien adalah 10 ml.
134.Seorang laki-laki (29 tahun) dirawat dengan diagnosis Suspect HIV. Hasil pengkajian:
pasien demam, terjadi pembengkakan getah bening, berat badan menurun drastis dan
pemeriksaan ELISA (+). Pasien meminta perawat untuk menyembunyikan penyakitnya
dari keluarganya dan perawat tersebut menyetujui permintaan pasien tersebut.
Apakah prinsip etik yang diterapkan oleh perawat tersebut?
a. Fidelity
b. Veracity
c. Beneficience
d. Justice
e. non maleficience
Jawaban: A. fidelity

Pembahasan:
Prinsip Etik Keperawatan
1. Autonomy (otonomi)
Prinsip autonomy menjelaskan bahwa perawat memberikan kebebasan pada pasien dan
keluarga untuk menyetujui atau tidak terhadap tindakan yang akan dilakukan setelah
diberi penjelasan tentang tindakan tersebut.
2. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi/penanganan yang sama dan adil terhadap
pasien/keluarga yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi/penanganan
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
3. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada pasien tidak menimbulkan
bahaya/cedera secara fisik dan psikologik.
4. Accountability
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. Dalam penerapannya, perawat
harus dapat menilai apakah keputusan mencegah konsekuensi bahaya, tindakan ini
bermanfaat, apakah keputusan ini adil, dan melihat penting atau tidaknya pemberian
tindakan tersebut kepada pasien. Bekerja sesuai SOP
5. Fidelity (Menepati janji)
Tanggung jawab seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan pasien. Untuk mencapai hal
tersebut, perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya
kepada pasien.
6. Confidentiality (Kerahasiaan)
Prinsip ini menekankan bahwa informasi tentang pasien haruslah dijaga kerahasiannya.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan pasien hanya bisa digunakan untuk keperluan
pengobatan dan peningkatan kesehatan pasien. Diskusi tentang pasien diluar area
pelayanan harus dihindari.
7. Beneficience
Prinsip yang menekankan keharusan untuk berbuat baik kepada pasien dimana setiap
tindakan medis dan keperawatan harus ditujukan untk kebaikan pasien. Berarti
melakukan yang baik yaitu mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan pasien
dan keluarga.

135.Seorang laki-laki (21 tahun) dirawat di RS dengan demam tinggi. Hasil pengkajian:
pasien mengeluh nyeri perut, kembung, mual dan muntah, diare, rasa tidak nyaman di
abdomen, batuk kering dan lidah tampak kotor dibagian tengah, tepi dan ujung.
Apakah pemeriksaan penunjang untuk melengkapi pengkajian kasus diatas ?
a. pemeriksaan SAAG
b. pemeriksaan Uji Widal
c. pemeriksaan HbA1c
d. pemeriksaan Troponin T
e. pemeriksaan ureum, kreatnin

Jawaban: B. pemeriksaan Uji Widal


Pembahasan:
Data fokus:
- Pasien mengeluh demam tinggi.
- pasien mengeluh nyeri perut, kembung, mual dan muntah, diare,rasa tidak nyaman di
abdominal, batuk kering
- lidah tampak kotor dibagian tengah, tepi dan ujung
pemeriksaan penunjang yang tepat adalah pemeriksaan uji widal.
Pemeriksaan tes widal dan Anti Salmonela (TuBex) merupakan uji serologis dalam
mendiagnosis demam tifoid, yang ditandai dengan tanda gejala: influenza-like symptom
disertai dengan menggigil, sakit kepala di bagian frontal, anoreksia, nausea, rasa tidak
nyaman di abdominal, batuk kering dan myalgia. Dari pemeriksaan fisik akan didapatkan
nyeri tekan pada abdominal, hepatomegali dan splenomegali.

Tinjauan opsi lain:


Opsi pemeriksaan SAAG (tidak tepat) merupakan pemeriksaan penunjang pada pasien
dengan sites
Opsi pemeriksaan HbA1c (tidak tepat) merupakan untuk mengukur rata-rata jumlah
hemoglobin A1c yang berikatan dengan gula darah (glukosa) selama tiga bulan terakhir
Opsi pemeriksaan T3,T4 dan TSH (tidak tepat) merupakan pemeriksaan penunjang pada
pasien dengan hipertiroidisme.
Opsi pemeriksaan Troponin T (tidak tepat) merupakan pemeriksaan troponin seringkali
dilakukan untuk mendiagnosis serangan jantung atau kondisi lain yang dapat
menyebabkan kerusakan jantung.

136.Seorang perempuan (45 tahun) dirawat karena Sindrom Uremik. Hasil pengkajian :
pasien mengalami penurunan kesadaran, tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi napas
24x/menit frekuensi nadi 98x/menit, suhu tubuh 37 C, tampak kemerahan pada daerah
bokong dan skor skala braden 15.
Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?
a. Mengubah posisi pasien miring kana-kiri
b. Mengencangkan linen tempat tidur
c. Melakukan ROM
d. Membantu ADL
e. Mengoleskan lotion pada kulit yang kemerahan

Jawaban: A. Mengubah posisi pasien miring kana-kiri

Pembahasan:
Dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan yang
disebabkan oleh tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan, pergeseran, gesekan,
atau kombinasi dari beberapa hal tersebut (NPUAP, 2014). Luka dekubitus merupakan
dampak dari tekanan yang terlalu lama pada area permukaan tulang yang menonjol dan
mengakibakan berkurangnya sirkulasi darah pada area yang tertekan dan lama kelamaan
jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia dan berkembang menjadi nekrosis.

Data fokus pengkajian : tampak kemerahan pada daerah sacrum. Hal ini menunjukkan
klien mengalami luka dekubitus derajat I (nonblachable Erythema). Kulit yang masih
utuh yang menunjukkan adanya tanda-tanda akan terjadi luka. Seperti : perubahan
temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih
keras atau lunak), dan perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit
putih luka akan terlihat sebagai kemerahan yang menetap, sedangkan pada orang kulit
gelap, luka akan terlihat sebagai warna merah yang menetap, biru, atau ungu.

Opsi jawaban a “Mengubah posisi pasien miring kanan-kiri” (Tepat) Teknik posisi
sangat penting dalam penanganan ulkus dekubitus. Pasien yang imobilisasi harus
ditempatkan pada 30 ° posisi miring ke kiri atau kanan, bergantian setiap 2 jam minimal.
Pasien harus diangkat dan bukan diseret di tempat tidur, menggunakan perangkat seperti
trapeze atau alas tempat tidur, Repositioning harus dilakukan sesering mungkin untuk
menjaga kondisi pasien.

Opsi jawaban b “Mengencangkan linen tempat tidur” (Kurang tepat). Mengencangkan


linen tempat tidur merupakan tindakan umum untuk mencegah terjadinya luka tekan
pada pasien di rumah sakit.

Opsi jawaban c “Melakukan ROM” (Tidak tepat). Latihan Range of Motion (ROM)
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

Opsi jawaban d “Membantu ADL” (Tidak tepat). Pasien mengalami penurunan


kesadaran, namun data pengkajian menunjukkan intervensi untuk mengatasi masalah
luka tekan lebih utama dilakukan.

Opsi jawaban e “Mengoleskan lotion” (Kurang tepat). Penggunaan lotion/pelembab kulit


ditujukan untuk melembabkan kulit kering untuk mengurangi risiko kerusakan kulit.

137.Seorang perempuan (48 tahun) dirawat di RS hari ke-3. Hasil pengkajian: tampak adanya
phlebitis pada lokasi pemasangan infus saat ini. Perawat akan mengganti lokasi
penusukan infus. Saat ini perawat telah memasang torniquet diatas area penusukan dan
meminta pasien mengepalkan tangan.
Apakah prosedur tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan perawat ?
a. Memasang handscoon steril
b. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
c. Melakukan penusukkan IV cath pada vena dengan sudut 15 derajat
d. Memasang perlak dan pengalas
e. Mendekatkan peralatan ke dekat pasien

Jawaban: A. Memasang handscoon steril

Pembahasan:
Prosedur pemasangan infus:
1. Cuci tangan.
2. Dekatkan alat, tempatkan standard infus di sisi ekstremitas (lokasi insersi) dengan
tinggi 90 cm dari bed.
3. Buka infus set, periksa kelengkapan dan fungsi bagian-bagiannya, letakkan klem 1/3
atas dalam posisi terkunci dan biarkan ujung selang tertutup dengan penutup yang
tersedia.
4. Hubungan selang infus dengan botol cairan, gantungkan pada standard infus, isi
tabung 1/2 bagian, keluarkan udara dari selang infus dengan mengalirkan cairan dan
kunci kembali klem. Tutup ujung selang infus dengan jarum penutup, letakkan pada
standard infus.
5. Pilih vena yang akan diinsersi dan letakkan pengalas di daerah yang akan ditusuk
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet 10 – 12 cm di atas area penusukan dan
anjurkan pasien untuk menggenggam.
7. Pasang handscoon, desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan swab alkohol secara
melingkar dari dalam ke luar dengan diameter 5 cm.
8. Buka IV cath, lalu tusukkan pada vena dengan posisi jarum mengarah ke atas, dengan
sudut 20 – 30 derajat.
9. Bila jarum berhasil masuk ke pembuluh vena, akan terlihat darah mengalir masuk
pada IV cath, tarik jarum perlahan sambil mendorong kanul ke dalam vena. Ketika kanul
sudah berada dalam vena, sambungkan pangkal IV cath dengan selang infus, longgarkan
tourniquet.
10. Alirkan/atur tetesan infus sesuai dengan program terapi.
11. Observasi bila ada edema pada ujung kanul yang sudah masuk ke vena.
12. Fiksasi pangkal IV cath dengan plester secara menyilang, tutup tempat penusukan
dengan IV dressing (balutan) transparan atau kassa steril*. Tulis tanggal pemasangan
infus dan tempelkan di area penusukan.
13. Pada anak, anggota gerak yang dipasang infus dipasangkan bidai (spalk) supaya
jarum tidak mudah bergeser.
14. Bereskan alat dan lepaskan handscoon.
15. Cuci tangan
16. Dokumentasikan tindakan, seperti waktu cairan infus dimulai, jumlah, jenis, dan
tetesan cairan yang diberikan, ukuran jarum, serta respons pasien.
17. Periksa secara berkala apakah ada bengkak, nyeri, kepucatan, dingin pada kulit
sekitar, kebocoran atau perdarahan dari lokasi penusukan dan perubahan kecepatan
tetesan atau tidak
138.Seorang perempuan (49 tahun) dirawat di ranap jantung dengan ADHF hari ke-7. Saat ini
pasien akan direncanakan pulang. Pasien akan berpindah ke kursi roda dan saat ini
perawat membantu pasien berdiri pada hitungan ke tiga
Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya?
a. Memastikan kursi roda dalam keadaan terkunci
b. Tekuk lutut dan pinggul perawat segaris dengan lulut pasien
c. Berputar pada kaki yang paling jauh dari kursi roda
d. Memasukkan tangan melewati bawah aksila pasien dan letakkan tangan pada scapula
e. Posisikan pasien dengan benar pada kursi roda

Jawaban: C. Berputar pada kaki yang paling jauh dari kursi roda

Pembahasan:
Prosedur mobilisasi pasien dari bed ke kursi roda
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien dan intruksikan apa yang harus dilakukan
3. Rendahkan posisi bed
4. Dekatkan kursi roda ke samping bed, pada sudut 45 derajat terhadap bed
5. Pastikan kursi roda dalam keadaan terkunci dan pijakan kursi roda dinaikkan
6. Bantu pasien duduk di tepi bed
7. Lebarkan kaki perawat
8. Tekuk lutut dan pinggul perawat segaris dengan lulut pasien
9. Masukkan tangan melewati bawah aksila pasien dan letakkan tangan pada skapula
10. Bantu pasien berdiri pada hitungan ketiga sambil meluruskan pinggul dan lutut
perawat
11. Berputar pada kaki yang paling jauh dari kursi roda.
12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan kursi roda sebagai topangan
13. Tekuk pinggul dan lutut perawat, serta dudukkan pasien di kursi roda.
14. Posisikan pasien dengan benar pada posisi (duduk bersandar ke kursi roda dan
menaruh kaki pada pijakan kursi roda)
15. Pasang seat belt jika tersedia
16. Cuci tangan

139.Seorang perempuan (54 tahun) dirawat dengan Ca. Mamae stage IV. Hasil pengkajian:
pasien menangis dan mengeluh nyeri seperti terbakar, napas sesak dengan frekuensi
28x/menit, pasien terpasang oksigen NRM 5L/menit dan IVFD RL 20 TPM. Pasien
mendapatkan terapi morphin sulfat i.v.
Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?
a. Mempersiapkan obat
b. Menjelaskan efek obat yang akan diberikan kepada keluarga
c. Berkolaborasi dengan dokter untuk mempertimbangkan efek depresan dari obat
d. Tidak melakukan anjuran dokter
e. Lakukan pemeriksaan ulang tanda-tanda vital pasien

Jawaban: C. Berkolaborasi dengan dokter untuk mempertimbangkan efek depresan dari


obat

Pembahasan:
Pada kasus pasien dengan Ca. Mamae stage IV, pasien menangis dan mengeluh nyeri
yang dirasakan seperti terbakar, napas sesak dengan frekuensi 28x/menit, pasien
terpasang oksigen NRM 5l/menit dan mendapatkan terapi morphin sulfat sebagai
analgetik. Dalam kasus seperti ini perawat harus menerapkan prinsip akuntabilitas
dengan cara berkolaborasi dengan dokter untuk mempertimbangkan pemberian terapi
morphin sulfat untuk mengendalikan nyeri hebat yang dapat beresiko memberikan efek
depresan yang dapat menekan pusat pernapasan pasien.

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. Dalam penerapannya, perawat
harus dapat menilai apakah keputusan tersebut mencegah konsekuensi bahaya, apakah
tindakan tersebut bermanfaat, apakah keputusan itu adil dan melihat penting atau
tidaknya pemberian tindakan tersebut kepada pasien.

140.Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat di RS dengan luka bakar grade IIa dengan luas 36%.
Hasil pengkajian: pasien mengeluh nyeri pada luka, badannya lemas, frekuensi nadi
120x/menit dengan denyut teraba lemah serta pasien terpasang kateter tetap dengan urine
berwarna pekat.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan ?
a. Mengkaji tanda-tanda infeksi
b. Mengajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam
c. Memonitor asupan dan haluaran cairan tiap 4 jam
d. Memberikan terapi antibiotik sesuai indikasi
e. Membatasi jumlah pengunjung
Jawaban: C. Memonitor asupan dan haluaran cairan tiap 4 jam

Pembahasan:
Combustio atau luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari
suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002).Secara sederhana luka bakar dapat diartikan
sebagi luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang sifatnya membakar
Berdasarkan kedalaman luka, luka bakar di klasifikasikan menjadi 4 derajat :
a. Derajat I
Luka bakar merusak sebagian epidermis dan biasanya disebabkan sibar matahari atau
tersiram air mendidih yang singka. Kulit yang terbakar berwarna kemerah-merahan dan
dapat terjadi edema ringan. Efek sistemik jarang terjadi. Rasa sakit terasa dalam 48-72
jam dan penyembuhan akan terjadi dalam 5-10 hari

b. Derajat II a
Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut dan kelenjar keringat
utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau kuning, lepuh, luka basah, lama
sembuh kurang lebih 7 – 14 hari dan hasil kulit kembali normal atau pucat.

c. Derajat II b
Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar keringat saja yang utuh.
Tanda klinis sama dengan derajat IIa, lama sembuh kurang lebih 14 – 21 hari. Hasil kulit
pucat, memgkilap, kadang ada cikatrik atau hipertrofi.

d. Derajat III
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat, abu – abu gelap
atau hitam, tampak retak – retak atau kulit tampak terkelupas, avaskuler. sering dengan
bayangan trombosis vena, tidak disertai rasa nyeri. Lama sembuh >21 hari dan hasil
kulitnya menjadi sikatrik dan hipertropi.

Data fokus : pasien tampak lemah, frekuensi nadi 120x/menit dengan denyut teraba
lemah serta tampak urine berwarna pekat.Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan
masalah keperawatan hipovolemia.

Hipovolemia adalah penurunan volume cairan untravaskular, interstitial dan/ atau


intraselular (SDKI, 2017). Pada pasien dengan combustio / luka bakar, kehilangan
cairan tubuh dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor antara lain: peningkatan
mineralokortikoid (retensi air, natrium, klorida, ekskresi kalium), peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, perbedaan tekanan osmotik intra dan ekstra sel.
Intervensi untuk diagnosis hipovolemia ditujukan untuk meningkatkan volume cairan
dan pencegahan komplikasi dengan salah satu tindakan keperawatannya adalah
memantau asupan dan haluaran urin pada pasien. Sedangkan opsi jawaban lainnya
bukanlah intervensi untuk diagnosis hipovolemia.

141.Seorang pasien (18 tahun) dibawa ke IGD setelah terjatuh saat berolahraga. Saat
pemeriksaan, perawat menggunakan penlight dan menggerakannya dari arah samping
menuju pupil. Perawat kemudian memperhatikan respon pupil ketika disorot cahaya dan
tidak disorot cahaya.
Apakah fungsi saraf kranial yang sedang diperiksa oleh perawat?
a. Optik
b. Okulomotor
c. Vagus
d. Trochlear
e. Olfaktori

Jawaban: B. Okulomotor

Pembahasan:
perawat menggunakan cahaya dari penlight dan menggerakannya dari arah samping ke
arah pupil lalu memperhatikan respon dari pupil yang diterangi dan respon pupil yang
tidak diterangi = pemeriksaan saraf kranial III, okulomotor (opsi B)

Nervus III, Okulomotorikus adalah nervus motorik yang berfungsi mengatur pergerakan
mata ekstraokular, elevasi kelompak mata, konstriksi pupil, bentuk lensa.

Tinjauan Opsi lain :


- Opsi Nervus Optik (NII) : Berikan pencahayaan yang memadai dan minta klien
membaca dari bahan bacaan yang disediakan pada jarak 36 cm.
- Opsi Nervus Vagus (NX) : Minta pasien menelan dan berbicara (perhatikan adanya
suara serak)
- Opsi Nervus Trochlear (NIV) : Pegang senter 1 kaki di depan mata klien. Minta klien
untuk mengikuti gerakan senter hanya dengan mata. Pindahkan senter ke atas, ke bawah,
ke samping dan diagonal.
- Opsi Nervus Olfaktori (NI) : Minta klien untuk mencium dan mengidentifikasi berbagai
aroma bau-bauan dengan masing-masing lubang hidung secara terpisah dan dengan mata
tertutup

142.Seorang laki-laki (57 tahun) dirawat di RS Ca. Colorectal post colostomi. Perawat
melakukan perawatan kolostomi pada pasien saat ini. Perawat telah membuka kantong
kolostomi dengan pelan kemudian membersihkan kotoran yang menempel dan menutup
stoma dengan kassa lembab.
Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan perawat ?
a. Mengkaji kondisi stoma
b. Menggunting kantong kolostomi sesuai ukuran
c. Mengoleskan zinc salf pada kulit disekitar stoma
d. Mengosongkan kantong kolostomi
e. Membersihkan kulit di sekitar stoma

Jawaban: E. Membersihkan kulit di sekitar stoma

Pembahasan:
Prosedur perawatan kolostomi
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Ambil semua peralatan yang diperlukan dan letakkan di dekat perawat
3. Cuci tangan dan pakai handscoon
4. Berikan privasi dan bantu pasien pada posisi yang nyaman (fowler, semifowler,berdiri
atau duduk di kamar mandi)
5. Kosongkan kantong yang sudah terisi sebagian ke dalam pispot bila kantung tersebut
mempunyai saluran pembuangan
6. Lepaskan kantong secara perlahan mulai dari bagian atas sambil mengencangkan kulit
perut. Jika ada tahanan, gunakan air hangat atau zat anti perekat untuk memudahkan
pelepasan
7. Gunakan kertas tissue untuk mengangkat sisa feses dari stoma. Tutup stoma dengan
kassa
8. Bersihkan dan keringkan kulit di sekitar stoma secara perlahan. Sabun dan zat
pembersih ringan dapat digunakan sesuai peraturan institusi
9. Periksa tampilan kulit di sekitar stoma dan stoma itu sendiri. Stoma berwarna pink
kemerahan dan agak basah dianggap normal
10.Oleskan pelindung kulit jenis pasta (Zink oksida) jika diperlukan dan biarkan pasta
mengering selama 1 – 2 menit
11. Tempelkan pelindung kulit dan kantung secara bersamaan
a. Pilih ukuran lubang stoma dengan memakai panduan ukuran stoma
b. Samakan dengan ukuran lingkaran pada bagian belakang tengah pelapis kulit
c. Gunakan gunting untuk memotong lubang 6 mm atau 3 mm lebih besar dari stoma
d. Lepaskan bagian belakang pelapis kulit untuk memaparkan bagian yang lengket
e. Angkat kasa yang menutupi stoma
f. Rekatkan pelapis kulit dan kantung stoma dan tekan ke kulit secara perlahan sambil
meratakan kerutan. Tahan kantung pada tempatnya selama 5 menit.
12. Masukkan pengharum ke dalam kantong jika perlu
13. Tutup kantung bila ada saluran pembuangnya dengan cara melipat ujungnya ke atas
dan gunakan klem atau penjepit sesuai petunjuk
14. Buang pada tempatnya peralatan yang sudah dipakai, buang handscoon, dan cuci
tangan
15. Dokumentasikan penampakan stoma, kondisi kulit di sekitar stoma, dan respon
pasien terhadap prosedur.

143.Seorang perempuan (23 tahun) datang ke klinik keperawatan setelah tersiram soda api di
rumahnya. Hasil pengkajian: tampak luka pada tangan kanan pasien berwarna putih dan
bengkak berair di beberapa bagian. Pasien tidak tampak meringis kecuali jika luka
ditekan.
Berapakah derajat luka bakar yang dialami pasien?
a. Derajat I
b. Derajat II A
c. Derajat II B
d. Derajat III
e. Derajat IV

Jawaban: C. Derajat II B

Pembahasan:
Data fokus:
- Luka bakar pada tangan kanan pasien
- Luka berwarna putih
- Terdapat bullae
- nyeri saat ditekan

Klasifikasi derajat kedalaman luka bakar yang sesuai dengan data pengkajian pada
pasien adalah luka bakar derajat IIB
Derajat kedalaman luka bakar:
1. Derajat I (superfisial):
- Kulit kering, hiperemik berupa eritema
- Tidak dijumpai bula
- Nyeri karena ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5 – 10 hari

2. Derajat II A (partial thickness/dangkal):


- Dijumpai bula
- Luka berwarna merah muda
- Pasien mengeluh nyeri
- Penyembuhan terjadi secara spontan umumnya 10 – 14 hari

3. Derajat II B (full thickness/dalam):


- Luka berwarna putih pucat
- Nyeri bila ditekan
- Dijumpai bula
- Penyembuhan terjadi lebih lama (lebih dari 3 minggu atau lebih lama)

4. Derajat III:
- Tidak dijumpai bula
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering, letaknya lebih rendah
dibanding kulit sekitar akibat koagulasi protein
- Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung serabut saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan sensorik rusak.

144.Seorang laki-laki (49 tahun) kontrol ke poliklinik pasca serangan fraktur tibia dextra
sinistra terbuka 1 bulan lalu. Pasien beraktivitas menggunakan kursi roda dan merasa
masih sulit menyesuaikan diri. Pasien mengatakan, ia menjadi kesulitan BAK sejak
memakai kursi roda. Pasien seringkali ngompol karena terlalu lama berpindah dari kursi
roda ke toilet.
Apakah masalah keperawatan utama pada pasien?
a. Inkontinensia urin fungsional
b. Inkontinensia urin urgensi
c. Inkontinensia urin berlanjut
d. Inkotinensia urin stres
e. Inkontinensia urin berlebih

Jawaban: A. Inkontinensia urin fungsional

Pembahasan:
Data Fokus:
- P/ mengeluh kesulitan BAK sejak memakai kursi roda
- P/ mengeluh ngompol terlalu lama berpindah dari kursi roda ke toilet
- Pasien mengalami kesulitan gerak post fraktur

Jawaban tepat: D. Inkontinensia urin fungsional yaitu à pengeluaran urin karena


kesulitan dan tidak mampu mencapai toilet tepat waktu. Hal ini disebabkan karena pasien
menggunakan kursi roda dan ada keterbatasan gerak. Refleks BAK dan menahan BAK
pasien masih baik, tetapi karena keterbatasan tubuhnya saat ini, pasien sering terlambat
mencapai toilet.
Jawaban tidak tepat:
- Opsi Inkontinensia urin urgensi: tidak tepat karena pasien tidak merasakan keinginan
berkemih (kebelet) yang tidak dapat tertahan BAKnya

- Opsi Inkontinensia urin stres: tidak tepat karena kondisi ini terjadi jika pasien
mengalami kebocoran urin mendadak akibat aktivitas yang meningkatkan tekanan intra-
abdominal.

- Opsi Inkontinensia urin berlanjut: tidak terjadi pengeluaran urin tidak terkendali dan
terus menerus tanpa distensi atau perasaan penuh pada kandung kemih

- Opsi Inkontinensia urin berlebih: tidak tepat karena tidak ada overdistensi kandung
kemih pada pasien

145.Seorang laki-laki (33 tahun) dirawat dengan Tuberkulosis Paru. Hasil pengkajian: pasien
merasa sesak dan napas cuping hidung (+), batuk produktif, saturasi oksigen 95%,
frekuensi nadi 110x/menit. AGD menunjukkan PO2 78 mmHg, PCO2 50 mmHg. Pasien
mengalami Cachexia dengan BMI 15,8 dan mengalami kesulitan menelan dan mata
tampak cekung.
Apakah masalah keperawatan utama pada pasien?
a. Pola napas tidak efektif
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
c. Gangguan ventilasi spontan
d. Gangguan Pertukaran Gas
e. Defisit nutrisi

Jawaban: D. Gangguan Pertukaran Gas

Pembahasan:
Data mayor:
- p/ mengeluh sesak napas
- PO2 78 mmHg -> menurun
- PCO2 50 mmHg -> meningkat
- Frekuensi nadi 110x/menit
- pH (tidak disebutkan) -> dianggap dalam batas normal. Pada kondisi ini biasanya pH
sudah terkompensasi.

Data minor:
- pernapasan cuping hidung (+)

MK yang tepat adalah Gangguan pertukaran gas b.d ketidaseimbangan rasio perfusi-
ventilasi d.d dyspnea, takikardi, AGD abnormal

Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus kapiler (SDKI, 2017). Tuberkulosis
paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis

Jawaban tidak tepat:


- pola napas tidak efektif (tidak tepat): pasien memang mengalami sesak napas diikuti
dengan pernapasan cuping hidung. Namun kondisi ini juga diikuti dengan abnormalitas
AGD yang menandakan ketidaefektifan pola napas sudah diikuti dengan gangguan
pertukaran gas.
- Bersihan jalan napas tidak efektif (tidak tepat): pasien memang mengalami batuk
produktif, tetapi tidak mengungkapkan adanya masalah dalam mengeluarkan dahak
tersebut
- Gangguan ventilasi spontan (tidak tepat): nilai SaO2 masih dalam batas normal
- Defisit nutrisi (kurang tepat): pada pasin memang sudah aktual terjadi deficit nutrisi
ditandai dengan adanya cachexia dan BMI 15,8. Namun ditinjau dari prioritasnya, maka
gangguan pertukaran gas lebih utama (Breathing)

146.Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat hari pertama dengan DD sirosis hepatis. Hasil
pengkajian: Tekanan darah 70/80 mmHg, frekuensi nadi 112x/menit, Hb 10 gr/dl, Ht
32%. Pasien beberapa kali muntah darah sejak dua hari lalu. Hasil endoskopi tampak
adanya varises gaster terisolasi tipe 2 dengan red sign. Pasien sering meracau dan
mengatakan dirinya takut menghadapi kematian.
Apakah masalah keperawatan utama pada pasien?
a. Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif
b. Resiko perdarahan
c. Kecemasan
d. Hipovolemia
e. Resiko syok

Jawaban: E. Resiko syok

Pembahasan:
Data fokus:
- p/ muntah darah sejak 2 hari yang lalu
- tekanan darah 70/80 mmHg
- frekuensi nadi 112x/menit- Hb 10 gr/dl -> Hb menurun
- Ht 32% -> Ht menurun
- pasien meracau -> penurunan kesadaran
- endoskopi: varises gaster terisolasi tipe 2 dengan red sign -> adanya varises sangat
memungkinkan pembuluh darah pecah selama perjalanan penyakitnya ditambah dengan
red sign yang menandakan bahwa sudah pernah terjadi perdarahan baru-baru ini atau bisa
berpotensi pecah

MK yang tepat: Resiko syok d.d perdarahan aktif, muntah darah, TD turun, FN naik, Hb
turun, Ht, turun, penurunan kesadaran, red sign pada varises gaster terisolasi type
1Varises gaster adalah terdapat varises pada pembuluh darah di area gaster atau
gastroesofageal, dapat terjadi akibat komplikasi sirosis hepatis. Varises gaster
diklasifikasikan atas:
- Gastroesophageal varix (GOV) type 1: varises pada kurvatura minor
- Gastroesophageal varix type 2: Extension of esophageal varices along great curve
- Isolated gastric varix (IGV) type 1
- Isolated gastric varix type 2: Varices in stomach or duodenum.

Jawaban tidak tepat:


- Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif: tidak tepat karena sudah terjadi gangguan
perfusi pada gaster dibuktikan dengan adanya varises
- Resiko perdarahan: tidak tepat karena pasien sudah mengalami perdarahan dibuktikan
dengan adanya muntah darah dan endoskopi menunjukkan varises dengan red sign
(pernah terjadi perdarahan)
- Kecemasan: tidak tepat. pasien memang mengatakan takut menghadapi kematian,
namun kondisi isiologis pasien saat ini mengancam nyawa sehingga perlu diintervensi
terlebih dahulu.
- Hipovolemia: kurang tepat. perdarahan aktif dapat menyebabkan hipovolemia, tetapi
koncisi pasien sudah mengarah kepada syok sehingga resiko syok lebih aktual pada
pasien ini

147.Seorang perempuan (43 tahun) dirawat dengan ulkus decubitus stage III akibat tirah
baring lama pasca stroke dengan riwayat DM. Hasil pengkajian: tampak luka di bokong
mencapai otot, ada pus kehijauan dan berbau. Perawat akan membersihkan luka
sekaligus melakukan pengambilan kultur. Keluarga sebelumnya menaburkan serbuk
tetrasiklin pada luka saat di rumah.
Apakah yang harus dilakukan perawat sebelum pengambilan specimen?
a. Mengirigasi luka dengan NaCl
b. Mengoleskan krim antibiotik pada luka
c. Menutup luka dengan kasa steril
d. Melakukan swab pada pus yang tampak pada luka
e. Asesmen kondisi luka dekubitus

Jawaban: A. Mengirigasi luka dengan NaCl

Pembahasan:
Data fokus:
- Tampak luka di bokong
- Luka mencapai otot (stage III)
- Terdapat pus kehijauan pada luka dan berbau
- Luka ditaburi serbuk tetrasiklin saat di rumah

Masalah keperawatan pada pasien adalah Gangguan integritas jaringan yang dibuktikan
dengan adanya ulkus decubitus yang mencapai lapisan otot.

Luka tampak mengalami infeksi dan akan dilakukan pengambilan kultur yang biasanya
bertujuan untuk menentukan antibiotic yang sesuai (Berman et al., 2015). Pengambilan
kultur dilakukan berbarengan dengan perawatan kua decubitus. Perawatan luka berjalan
sesuai dengan prosedurnya. Pada tahap pengambilan specimen, ada hal yang
diperhatikan yaitu penggunaan krim atau agen antimikroba yang digunakan sebelumnya.
Jika luka terpapar agen antimikroba, maka luka harus diirigasi dengan tujuan untuk
menyingkirkan sisa agen antimikroba agar hasil kultur yang didapatkan sesuai dengan
kondisi luka sebenarnya.

Maka sesuai dengan kondisi pasien, tindakan yang tepat adalah e. mengirigasi luka
dengan NaCl untuk menyingkirkan sisa bubuk tetrasiklin yang ditaburkan pada luka
tersebut saat pasien masih dirawat di rumah.

Tinjauan opsi lainya:


- Asesmen luka decubitus: tidak tepat karena asesmen sudah dilakukan sehingga
didapatkan data terkait karakteristik luka decubitus yang dialami pasien
- Mengoleskan krim antibiotic: tidak tepat karena akan membuat hasil kultur tidak sesuai
standar
- Menutup luka dengan kasa steril: tidak tepat karena tindakan ini biasanya dilakukan
setelah irigasi luka untuk menyerap sisa cairan yang digunakan untuk membersihkan
luka.
- Melakukan swab pada pus yang tampak: tidak tepat karena swab tidak boleh dilakukan
terhadap pus yang sudah keluar karena sudah banyak kontaminasi dengan agen selain
mikroba penyebab infeksi. Swab dilakukan pada jaringan yang sudah dibersihkan dan
terdapat pengeluaran pus pada jaringan tersebut.

148.Seorang perempuan (20 tahun) dirawat di RS dengan Typoid Abdominalis. Hasil


pengkajian : pasien tampak lemas, wajahnya memerah, tidak nafsu makan dan muntah
setelah makan. Kulit teraba hangat dengan suhu 40 C dan saat ini terpasang infus NaCl
21 TPM.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan ?
a. Menganjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
b. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik sebelum makan
c. Memberikan obat penurun panas tubuh
d. Melakukan pemberian kompres
e. Meningkatkan laju tetesan infus

Jawaban: C. Memberikan obat penurun panas tubuh

Pembahasan:
Data fokus masalah :
- Pasien dirawat dengan Typoid Abdominalis
- tidak nafsu makan,
- muntah setelah makan,
- pasien tampak lemah,
- wajah memerah, kulit hangat, suhu tubuh 40 C.

Masalah Keperawatan “Hipertermia”. Menurut SDKI 2016, yaitu suhu tubuh meningkat
di atas rentang normal tubuh. Salah satu intervensi hipertemia yaitu pengobatan demam.
Tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan perawat pada suhu 40 C adalah
dengan memberikan antipiretik untuk menurunkan demam secara cepat dan efektif.

Tinjauan opsi lain:


- opsi Menganjurkan pasien makan sedikit tetapi sering kurang tepat, dapat dianjurkan
untuk mengatasi mual muntah, namun dapat ditunda setelah pemberian antipiretik
- opsi Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik sebelum makan kurang tepat, dapat
dilakukan untuk mengatasi mual sehingga muntah dapat terhindarkan, namun untuk saat
ini dapat ditunda
- opsi Melakukan pemberian kompres kurang tepat, dapat dilakukan sebagai pendukung
pemberian antipiretik, jika hanya kompres akan kurang efektif karena suhu mencapai 40
C
- opsi Meningkatkan laju tetesan infus perlu dikaji kembali dengan memperhatikan
hemodinamik terlebih dahulu
MANAJEMEN KEPERAWATAN

166.Seorang perempuan (55 tahun) dirawat di RS dengan penurunan kesadaran. Perawat akan
melakukan pemasangan NGT untuk pemenuhan nutrisi, namun keluarga pasien menolak
untuk dilakukan pemasangan NGT.
Apakah dilema etik yang dialami oleh perawat tersebut ?
a. Autonomy vs non-maleficence
b. Autonomy vs beneficence
c. Autonomy vs fidelity
d. Autonomy vs veracity
e, non- malefience vs beneficence

Jawaban : B. Autonomy vs beneficence

Pembahasan :
Data Fokus:
- Perawat akan melakukan pemasangan NGT untuk pemenuhan nutrisi (Beneficence)
- namun keluarga pasien menolak untuk dilakukan pemasangan NGT (Autonomy)
Berdasarkan data diatas dilema etik yang dialami perawat tersebut adalah Autonomy dan
Beneficence.
- Beneficience merupakan prinsip yang menekankan keharusan untuk berbuat baik
kepada pasien dimana setiap tindakan medis dan keperawatan harus ditujukan untk
kebaikan pasien. Berarti melakukan yang baik yaitu mengimplementasikan tindakan
yang menguntungkan pasien dan keluarga.
- Autonomy (otonomi) menjelaskan bahwa perawat memberikan kebebasan pada pasien
dan keluarga untuk menyetujui atau tidak terhadap tindakan yang akan dilakukan
setelah diberi penjelasan tentang tindakan tersebut.

167.Seorang kepala ruangan rawat sedang memberikan supervisi terkait dengan adanya
masalah ketidakefektifan proses timbang terima yang dilakukan di ruangan. Kepala
ruangan tersebut tampak memotivasi dan memfasilitasi anggotanya agar bisa
berkolaborasi untuk proses timbang terima yang efektif kedepannya.
Apakah fungsi manajer yang dilakukan oleh kepala ruangan ?
a. Planning
b. Organizing
c. Staffing
d. Directing
e. Controlling

Jawaban : D. Directing

Pembahasan :
Peran dan fungsi manajemen keperawatan :
1. Planning.
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan
peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan, kemudian membuat perkiraan
proyeksi jangka pendek dan jangka panjang serta menentukan jumlah biaya dan
mengatur adanya perubahan berencana.
2. Organizing.
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan struktur organisasi,
menentukan model penugasan keperawatan sesuai dengan keadaan klien dan ketenagaan,
mengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam
struktur organisasi yang telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan kekuasaan
dan otoritas yang sesuai.
3. Staffing.
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya adalah
rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan mengsosialisasikan
pegawai baru serta pengembangan staf.
4. Directing.
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian, cara
berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.
5. Controlling.
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban keuangan,
pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian
profesionalisme asuhan keperawatan.

168.Pada bulan Juli 2020 di ruang rawat inap suatu rumah sakit diketahui beberapa orang
pasien yang dirawat yakni : pada tanggal 10 Juli sebanyak 12 orang, 11 Juli 10 orang, 12
juli 15 orang, 13 juli 14 orang dan 14 juli ada 9 orang. Jumlah tempat tidur di RS tersebut
21 unit tempat tidur dengan 1 tempat tidurnya tidak bisa digunakan karena rusak.
Berapakah Bed Occupancy Rate (BOR) ruangan tersebut ?
a. 50%
b. 55%
c. 60%
d. 65%
e. 70%

Jawaban : C. 60%

Pembahasan :
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Depkes RI, 2005).
Cara perhitungan BOR berdasarkan soal ini:
BOR = (Jumlah hari perawatan)/(Jumlah tempat tidur x jumlah periode hari) x 100%
Pada kasus diketahui :
Jumlah hari perawatan: (jumlah pasien dari tanggal 10-14 Juli) = (12 orang + 10 orang +
15 orang + 14 orang + 9 orang) = 60 orang.
Jumlah tempat tidur aktif di RS = 21 – 1 (kondisi rusak) = 20 tempat tidur
Jumlah periode hari : 5 hari
Maka:
BOR = 60/(20 x 5) x 100%
BOR = 60%

169.Suatu ruangan RS memiliki kapasitas 30 unit tempat tidur. Hasil pengkajian bulan Juli
2020 ; jumlah pasien keluar dalam kondisi hidup sebanyak 90 orang dan jumlah pasien
yang meninggal 10 orang. Total hari rawatan pasien di ruangan adalah 500 hari.
Berapakah Average Length of Stay (AVLOS) ruangan pada bulan Juli 2020 ?
a. 5 hari
b. 6 hari
c. 7 hari
d. 8 hari
e. 9 hari

Jawaban : A. 5 hari

Pembahasan :
AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005). Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9
hari (Depkes RI. 2005).

Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati).

Pada kasus, diketahui :


Jumlah pasien yang keluar ruangan RS dalam kondisi hidup = 90 orang.
Jumlah pasien yang meninggal = 10 orang.
Total pasien (keluar hidup + pasien meninggal )= (90 + 10) = 100 orang.
Total hari perawatan pasien di ruangan 500 hari.

Penghitungan AVLOS pada kasus :


AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
AVLOS = 500/(90+10) = 500/100 = 5 hari.
Jadi AVLOS bulan Juli 2020 adalah 5 hari.

170.Seorang kepala ruangan memiliki sikap yang sangat perfeksionis dan tegas terhadap
deadline dan aturan yang telah dibuatnya. Kepala ruangan mengharuskan semua perawat
yang bekerja di ruangannya untuk patuh dan tunduk terhadap pedoman dan SPO yang
diberlakukan di ruangan.
Apakah tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala ruangan ?
a. Laisserz Faire
b. Autokratis
c. Demokratis
d. Birokratis
e. Partisipatif

Jawaban : D. Birokratis

Pembahasan :
Teori model/Gaya kepemimpinan :
1. Gaya kepemimpinan autokratis
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekaryaan. Menggunakan
kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin dengan cara otoriter, mempertanggung
jawab untuk semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi
bawahannya dengan menggunakan sanjungan, kesalahan, dan penghargaan. Pemimpin
menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan (Gillies,
1986). Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini biasanya akan menentukan semua
keputusan yang berkaitan dengan seluruh kegiatannya dan memerintah seluruh
anggotanya untuk mematuhi dan melaksanakannya (DepKes, 1990).
2. Gaya kepemimpinan demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf.
Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide–ide dari staf,
memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat perencanaan,
mengontrol dalam penerapannya, informasi diberikan seluas – luasnya dan terbuka
(Nursalam, 2002). Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok dalam pengambilan
keputusan dan memberikan tanggung jawab pada karyawannya (La Monica, 1986).
3. Gaya kepemimpinan Partisipatif
Merupakan gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis.
Dalam pemimpin partisipatif, manajer menyajikan analisa masalah dan mengusulkan
tindakan kepada para anggota kelompok, mengundang kritikan dan komentar mereka.
Dengan menimbang jawaban bawahan atas usulannya, manajer selanjutnya membuat
keputusan final bagi tindakan oleh kelompok tersebut (Gillies, 1986).
4. Gaya kepemimpinan Laisserz Faire.
Disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Merupakan pimpinan ofisial, karyawan
menentukan sendiri kegiatan tanpa pangarah, supervisi, dan koordinasi. Staf/bawahan
mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber
informasi dan pengendali secara minimal atau sebagai fasilitator (Nursalam. 2002).
5. Gaya kepemimpinan Birokratis
Gaya kepemimpinan yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus kepada
aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat
diatasi bila setiap orang mematuhi peraturan. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan
prosedur-prosedur yang baku dari instansi terkait.

171.Di suatu ruangan rawat yang memiliki 20 tempat tidur. Kepala ruangan kesulitan
membagi tugas karena ada 3 orang perawat yang sakit pada waktu bersamaan. Kepala
ruangan menugaskan perawat untuk mengambil satu tanggung jawab masing-masing.
Perawat A bertugas memberikan obat dan melakukan injeksi sedangkan perawat B
bertugas memeriksa TTV dan mengisi status rekam medik
Apakah metode penugasan yang digunakan di ruang rawat tersebut ?
a. Metode Tim
b. Metode Primer
c. Metode Kasus
d. Metode Modular
e. Metode Fungsional

Jawaban : E. Metode Fungsional

Pembahasan :
Data kunci masalah : Kepala ruangan menugaskan perawat untuk mengambil satu
tanggung jawab masing-masing. Perawat A bertugas memberikan obat dan melakukan
injeksi sedangkan perawat B bertugas memeriksa TTV dan mengisi status RM.
Hal ini merupakan ciri khas dari metode fungsional.
Metode Asuhan Keperawatan
1. Metode Kasus
Menurut Sitorus (2006), pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien
yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan
kompleksnya kebutuhan klien. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan klien pada saat dinas. klien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa klien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya.
2. Metode Fungsional.
Metode keperawatan yang membagi tugas perawat per tindakan tertentu, misal : ada
perawat yang bertugas hanya melakukan perawatan luka saja, ada yang bertugas injeksi
saja, dan ada yang bertugas mengisi laporan ASKEP saja.
3. Metode Tim
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
4. Metode Keperawatan Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan klien mulai dari klien masuk sampai keluar rumah sakit.
5. Metode Modular
bentuk variasi dari metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat
non-profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer, satu
tim terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok
klien berkisar 8 hingga 12 orang.

172.Seorang laki-laki (60 tahun) dirawat dengan gagal ginjal kronis sejak 10 hari yang lalu.
Serangkaian intervensi keperawatan telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan,
namun kondisi pasien belum menunjukan adanya perubahan. Seorang perawat berencana
untuk mendiskusikan kasus tersebut dengan kepala instalasi, kepala ruangan serta
perawat-perawat lainnya.
Apakah bentuk kegiatan yang direncanakan oleh perawat ruangan tersebut ?
a. pre conference
b. ronde keperawatan
c. supervisi
d. timbang terima
e. komunikasi S-BAR

Jawaban : B. ronde keperawatan

Pembahasan :
Data fokus:
Seorang perawat berencana untuk mendiskusikan kasus tersebut dengan kepala instalasi,
kepala ruangan serta perawat-perawat lainnya.
Berdasarkan data diatas bentuk kegiatan yang dilakukan adalah ronde keperawatan.
Ronde keperawatan adalah Kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat dan melibatkan pasien serta
keluarga untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu
harus dilakuakn oleh perawat primerdan/atau konselor, kepala ruangan dan perawat
asosiate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
Tinjauan Opsi lain:
Opsi Pre Conference (tidak tepat), karena merupakan tindakan yang dilakukan oleh
katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut dipimpin oleh ketua tim atau penganggung jawab tim.
Opsi Supervisi (tidak tepat), karena merupakan tindakan merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai,
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta
bijaksana.
Opsi Timbang Terima (tidak tepat), karena merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2015).
Opsi Komunikasi S-BAR (tidak tepat), karena merupakan metode komunikasi yang
digunakan untuk anggota tim kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien.

173.Seorang laki-laki (75 tahun) dirawat dengan katarak senilis. Hasil pengkajian : klien
mengatakan penglihatannya berawan, sulit melakukan aktivitas dan klien berjalan
menggunakan tongkat. Klien memiliki riwayat jatuh 6 bulan yang lalu dan saat ini klien
terpasang infus serta mendapatkan terapi diuretik untuk penyakit hipertensinya.
Apakah tindakan keperawatan yang kurang tepat dilakukan untuk mengatasi masalah
klien ?
a. Memasang gelang kuning pada klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas
c. Memasang sign jatuh pada bed
d. Meminta keluarga untuk mendampingi klien
e. Memasang hand rell tempat tidur saat klien sendiri di bed

Jawaban : B. Menganjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas

Pembahasan :
DS :
• klien mengatakan penglihatan berawan
• klien mengatakan sulit melakukan aktivitas
• klien mengatakan berjalan menggunakan tongkat
• klien mengatakan riwayat jatuh 3 bulan yang lalu
DO :
• klien terpasang infus
• klien mendapatkan terapi diuretik
Masalah keperawatan ; Resiko jatuh
Berdasarkan NANDA 2015, resiko jatuh didefinisikan sebagai Berisiko mengalami
kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh, dengan batasan karakteristik;
adanya riwayat jatuh, penggunaan alat bantu berjalan, gangguan penglihatan. Selain itu,
data pada kasus menunjukkan resiko jatuh tinggi pada klien jika dilakukan assessment
dengan Morse Fall Scale/ Skala Morse.

Opsi Memasang gelang kuning pda klien (tindakan tepat), hal ini sesuai dengan standar
patient safety di rumah sakit, pada pasien dengan resiko tinggi jatuh diberikan tanda
gelang kuning dengan tujuan agar perawat dan keluarga lebih aware terhadap lingkungan
dan hal-hal yang dapat meningkatkan resiko jatuh pda klien.
Opsi Menganjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas (tindakan tidak tepat), tidak
ada larangan untuk beraktivitas pada klien, karena data pada kasus tidak menerangkan
adanya keterbatasan gerak atau mobilisasi pada fisik klien, sehingga klien tetap bisa
melakukan aktivitas dengan pengawasan dan dampingan oleh keluarga dan perawat.

Opsi Memasang sign jatuh pada bed (tndakan tepat), ini juga sama hal nya dengan
pemasangan gelang kuning pada klien resiko jatuh tinggi, sesuai dengan standar patient
safety di rumah sakit.

Opsi Meminta keluarga untuk mendampingi klien (tindakan tepat), hal ini merupakan
tindakan kolaborasi dengan keluarga, perawat dapat meminta keluarga untuk terus
mendampingi klien selama perawatan di rumah sakit, sehingga klien lebih terpantau
dengan baik

Opsi Memasang hand rell tempat tidur saat klien sendiri di bed (tindakan tepat), pada
saat klien tidur atau istirahat, dan keluarga atau perawat sedang tidak berada di dekat
klien, hand rell tempat tidur harus dipastikan terpasang dengan benar untuk mencegah
klien jatuh dari tempat tidur.

174.Seorang laki-laki (50 tahun) dirawat di RS dengan post laparatomi eksplorasi a/i ileus
obstruksi hari ke-5. Saat dilakukan pengkajian, pasien bedrest total, terpasang IVFD
Triofusin E1000, kateter, dan NGT alir dengan tampak cairan kehijauan
Apakah tingkat ketergantungan klien terhadap kebutuhan keperawatan?
a. Minimal care
b. Parsial care
c. Total care
d. High Risk
e. Intensive care

Jawaban : C. Total care


Pembahasan :
Menurut Douglas ( 1992 ), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam 3
kategori :
a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/ 24 jam
Kriteria :
- Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulansi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
- Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

b. Perawatan parsial memerlukan waktu 3 – 4 jam/ 24jam


Kriteria :
- Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
- Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan dicatat /
dihitung.
- Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur.
c. Perawatan total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24jam
Kriteria :
- Semua keperluan pasien dibantu
- Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
- Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena
- Dilakukan penghisapan lender
- Gelisah / disorientasi.

Berdasarkan kasus, diketahui bahwa pasien merupakan pasien post laparatomi eksplorasi
a/i ileus obstruksi, terpasang kateter, infus, dan NGT. Pasien membutuhkan bantuan
perawat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Maka, berdasarkan pengklasifikasian
Douglas, pasien masuk pada kategori pasien dengan derajat ketergantungan Total.

175.Seorang pasien dirawat dengan masalah gastritis kronis. Pasien mendapatkan perawatan
langsung selama 4 jam dan perawatan tidak langsung 60 menit.
Apakah tingkat ketergantungan perawatan klien tersebut?
a. Self care
b. Minimal care
c. Intermediate care
d. Modified Intensive care
e. Intensive care

Jawaban : C. Intermediate care

Pembahasan :
Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Hanson :
• Kategori I : Self Care
Biasanya membutuhkan waktu 1 - 2 jam dengan waktu rata-rata efektif, 1,5 jam / 24 jam.
• Kategori II : Minimal Care
Biasanya membutuhkan 3 - 4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam / 24 jam.
• Kategori III : Intermediate Care
Biasanya membutuhkan 5 - 6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam / 24 jam.
• Kategori IV : Modified Intensive Care
Biasanya membutuhkan 7 - 8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam / 24 jam.
• Kategori V : Intensive Care
Biasanya membutuhkan 10 - 14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam / 24 jam.

176.Pada ruang perawatan, keluarga pasien melakukan komplain kepada kepala ruangan
karena ada salah seorang perawat yang sering lalai dan tidak bersedia dimintakan
bantuan saat dibutuhkan. Kepala ruangan meminta maaf terhadap adanya kendala yang
dialami oleh keluarga tersebut dan mengatakan akan melakukan evaluasi kedepannya.
Kepala ruangan memanggil perawat yang bersangkutan, namun perawat tersebut
mengabaikan panggilan tersebut.
Apakah metode penyelesaian konflik yang dilakukan oleh perawat ?
a. Negosiasi
b. Kolaborasi
c. Akomodasi
d. Menghindar
e. Kompetisi
Jawaban : D. Menghindar

Pembahasan :
Strategi Pemecahan Masalah:
1. Metode akomodasi (accommodation)
Pada strategi ini, pihak manajemen RS memberi kesempatan pada perawat untuk
mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila permasalahan tersebut penting.
Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka
untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat
mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat
yang pertama.

2. Metode kompetisi (competition)


Strategi ini dapat diartikan sebagai “win-lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian ini
menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus
asa dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang.

3. Metode negosiasi (negotiation)


Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari
dan sepakat tentang keinginan bersama. Penyelesaian seperti ini sering diartikan sebagai
“lose-lose situation” kedua unsur yang terlibat menyerah dan dan menyepakati hal yang
telah dibuat.

4. Metode menghindar (avoidance)


Metode menghindari adalah pemecahan masalah dengan cara salah satu pihak yang
berselisih menarik diri atau menghindari konflik. Dalam metode ini biasanya pihak-pihak
yang bertentangan mengambil keputusan untuk berpisah atau menghindar secara fisik.

5. Metode Kolaborasi (collaboration)


Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”. Pada kolaborasi kedua unsur
yang terlibat perselisihan menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai
suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan, masing-masing meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan berjalan jika
kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak
memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan tidak adanya kepercayaan dari
kedua kelompok / seorangan (Bowditch & Buono, 1994).

Pada kasus disebutkan bahwa perawat ruangan mengalami konflik dan dibantu
diselesaikan oleh kepala ruangan untuk dilakukan evaluasi, namun perawat mengabaikan
panggilan tersebut. Berdasarkan data ini dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
penyelesaian masalah yang dilakukan oleh perawat yakni metode menghindar. Metode
menghindari adalah pemecahan masalah dengan cara salah satu pihak yang berselisih
menarik diri atau menghindari konflik.

177.Seorang perawat pelaksana kebingungan saat menerima kabar adanya rotasi yang
dilakukan oleh manajer keperawatan. Di suatu sisi, dirinya menginginkan tetap bertahan
di ruangan sebelumnya namun di sisi lain, dirinya harus menerima keputusan atasan. Hal
ini membuat dirinya stres dan mangkir dinas beberapa hari.
Apakah jenis konflik yang terjadi pada perawat ?
a. Konflik intrapersonal
b. Konflik interpersonal
c. Konflik antar individu-individu dan kelompok
d. Konflik intergroup
e. Konflik antar organisasi

Jawaban : A. Konflik intrapersonal

Pembahasan :
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik,
diantaranya :
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik
terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus.

2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam
perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang bisa mempengaruhi proses pencapaian tujuan
organisasi tersebut.

3. Konflik antar individu-individu dan kelompok


Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan
untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja
mereka. Sebagai contoh : individu yang dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak
dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.

4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama (Intergroup)


Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-
organisasi. Konflik antar anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok
lainnya, anggota kelompok pekerja dan anggota manajemen merupakan dua macam
contoh konflik antar kelompok yang biasanya terjadi.

5. Konflik antar organisasi


Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

178.Seorang kepala ruangan melakukan survey kepuasan pasien terhadap layanan yang
diberikan oleh perawat. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga tidak
puas dengan layanan perawat di ruangan karena perawat terlalu cuek dan kurang peduli.
Kepala ruangan telah melaksanakan pelatihan service excellent dan komunikasi efektif
kepada perawat di ruangan.
Apakah tahap perubahan yang sudah dilakukan di ruangan tersebut ?
a. Tahap Moving
b. Tahap Refreezing
c. Tahap Interest
d. Tahap Unfreezing
e. Tahap Awareness

Jawaban : A. Tahap Moving

Pembahasan :
Teori Lewin (1951)
Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :
1. Tahap Unfreezing (pencairan)
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem. Tugas
perawat pada tahap ini adalah mengidentifikasi masalah dan memilih jalan keluar yang
terbaik.
2. Tahap Moving (bergerak)
Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah memiliki informasi
yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk berubah.
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan
dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
3. Tahap Refreezing (pembekuan)
Tahap ini dimana seseorang yang mengadakan perubahan telah mencapai tingkat
atau tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru. Tugas perawat sebagai agen
perubahan berusaha mengatasi orang-orang yang masih belum berubah dan menghambat
perubahan.

179.Seorang kepala ruangan di rumah sakit mendapatkan hadiah sejumlah uang 2 juta karena
telah berpartisipasi aktif sebagai ketua POKJA akreditasi rumah sakit tersebut.
Apakah bentuk penghargaan yang diberikan RS atas kinerja perawat tersebut?
a. Gaji
b. Upah
c. Insentif
d. Tunjangan
e. Kompensasi Tidak Langsung

Jawaban : C. Insentif

Pembahasan :
Kompensasi adalah sebagai pemberian imbalan jasa yang layak dan adil kepada
karyawan-karyawan karena mereka telah memberi sumbangan kepada pencapaian
organisasi. (Suwatno, 2001).
JENIS-JENIS KOMPENSASI :
Pada dasarnya kompensasi dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu
kompensasi finansial dan kompensasi bukan finansial. Selanjutnya kompensasi finansial
ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Sedangkan kompensasi non-finansial
dapat berupa pekerjaan dan lingkungan pekerjaan.
Menurut Monday dan Noe (1996) dapat diketahui bahwa kompensasi keuangan langsung
terdiri atas gaji, upah dan insentif (komisi dan bonus). Sedangkan kompensasi keuangan
tidak langsung dapat berubah berbagai macam fasilitas dan tunjangan.
1. Gaji
Gaji adalah imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan secara teratur, seperti
tahunan, caturwulan, bulanan atau mingguan. Harder (1992) mengemukakan bahwa gaji
merupakan jenis penghargaan yang paling penting dalam organisasi.

2. Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada para pekerja
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang
diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat
berubah-ubah. Pada dasarnya, gaji atau upah diberikan untuk menarik calon pegawai
agar mau masuk menjadi karyawan.

3. Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena
kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Dengan meng-asumsikan bahwa uang
dapat digunakan untuk mendorong karyawan bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang
produktif lebih menyukai gajinya dibayarkan berdasarkan hasil kerja. Untuk itu
diperlukan kemampuan untuk menentukan standar yang tepat.
Tidak terlalu mudah untuk dicapai dan juga tidak terlalu sulit. Standar yang terlalu
mudah tentunya tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan yang terlalu sulit
menyebabkan karyawan frustrasi.

4. Kompensasi tidak langsung (fringe benefit)


Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan para karyawan. Contohnya asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan bantuan
perumahan. Penghargaan itu diberikan untuk berbagai macam tujuan.

Berdasarkan soal diketahui bahwa kepala ruangan mendapatkan hadiah 10 juata karena
telah membantu menyukseskan akreditasi rumah sakit. Maka, bentuk penghargaan yang
diberikan RS yakni insentif, karena insentif diberikan kepada karyawan karena
kinerjanya melebihi standar yang ditentukan.

180.Seorang Kepala Ruangan (Ka.Ru) saat ini sedang sibuk melakukan pembenahan metode
asuhan keperawatan yang baru. Direktur RS memberikan tugas kepada Ka.Ru tersebut
untuk mengikuti pelatihan manajerial selama 6 hari ke luar kota. Akibat dari instruksi
tersebut, sebagian tugas akan didelegasikan kepada staf dibawahnya.
Apakah aspek penting yang harus diperhatikan oleh Karu tersebut ?
a. Memotivasi staf untuk melakukan tugas
b. Mempercayakan kewenangan secara penuh kepada seluruh staf
c. Mempercayakan pekerjaan secara penuh kepada seluruh staf
d. Mendelegasikan tugas pada staf yang berkompeten
e. Memberikan tugas kepada staf baru yang tidak terlalu banyak pekerjaan

Jawaban : D. Mendelegasikan tugas pada staf yang berkompeten

Pembahasan :
Pendelegasian merupakan elemen yang penting pada fase pengarahan dalam proses
manajemen karena sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh manajer bukan hanya
hasil usaha mereka sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai. Bagi manajer, pendelegasian
bukan merupakan pilihan tetapi suatu keharusan. Ada banyak tugas yang sering kali
harus diselesaikan oleh satu orang. Dalam situasi ini, pendelegasian sering terkait erat
dengan produktivitas.
Ada banyak alasan yang tepat untuk melakukan pendelegasian. Kadang kala manajer
harus mendelegasikan tugas rutin sehingga mereka dapat menangani masalah yang lebih
kompleks atau yang membutuhkan keahlian dengan tingkat yang lebih tinggi. Manajer
dapat mendelegasikan tugas jika seseorang telah dipersiapkan dengan lebih baik atau
memiliki keahlian yang tinggi atau lebih cakap tentang cara menyelesaikan masalah.
Pendelegasian juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran atau “pemberian”
kesempatan kepada pegawai. Pegawai yang tidak didelegasikan tanggung jawab yang
sesuai dapat menjadi bosan, tidak produktif, dan tidak efektif. (Marquis, Bessie L,
dkk.2010 ).

Anda mungkin juga menyukai