Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

(SAP)

REMINISCENCE THERAPY

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik

Oleh Kelompok 1:

Nama NIM

NURHADI I4B018058

MUHAMMAD NUR AKMAL H I4B018060

GETRUDIS WILHELMINA G I4B018076

RIDHO TRISTANTININGSIH I4B018066

ESTI MULYANI I4B018115

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2019

1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Topik : Terapi Aktivitas Kelompok Reminiscence Therapy


Pokok Bahasan: Menjalin keakraban dengan Reminiscence Therapy
Sasaran : Penghuni PM Sudagaran Banyumas, Ruang Arimbi
Tempat : PPSLU Sudagaran
Hari/Tanggal : Kamis / 19 Desember 2019
Waktu : 08.00 s.d 08.45 WIB
Pemateri :

A. Tujuan TAK
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan diharapkan peserta mampu meningkatkan rasa harga
dirinya.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan diharapkan peserta mampu
a. Mengingat kenangan positif masa lalunya
b. Mengungkapkan kenangan positif masa lalunya
B. Kegiatan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media Metode

Pendahuluan 08.00 - Mempersiapkan peserta, alat Klien dan keluarga bersiap - -


08.05 dan materi mendengarkan pendidikan
kesehatan

Pembukaan 08.05 - 1. Memberi salam pembuka Mendengarkan dan - Ceramah


08.10 2. Memperkenalkan diri menjawab salam
3. Menjelaskan tujuan
4. Kontrak waktu
5. Membalas salam
6. Mendengarkan
Penyajian 08.10 - 1. Memandu jalanya terapi Mendengarkan dan - Ceramah
08.40 aktifitas kelompok memberikan umpan balik Demonstrasi
2. Mencontohkan terhadap materi yang
menyampaikan kenangan disampaikan.

2
positif
Penutup 15.55 - 1. Tanya jawab - Mengajukan pertanyaan - Tanya Jawab
16.00 2. Menyimpulkan hasil mengenai materi yang
TAK. kurang dipahami.
3. Memberikan salam - Menjawab pertanyaan
penutup yang diajukan.
4. Menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
5. Membalas salam

C. Media
1. Media
Multimedia (laptop, sound system)
2. Referensi
Li-Fen Wu, (2011). Group integrative reminiscence therapy on self-esteem, life
satisfaction and depressive symptoms in institutionalised older veterans.
Journal of Clinical Nursing; 20: 15-16, pp: 2195-2203.

Rahayuni, N.P.N., Utami, P.A.S., Swedarma, K.E., 2015, ‘Pengaruh terapi


reminiscence terhadap stres lansia di Banjarluwus Baturiti Tabanan Bali’, Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, Vol.2, No. 2

3. Setting Tempat

Keterangan:

Klien/Lansia

Fasilitator

Leader

Observer

3
D. Pengorganisasian (Pembagian tugas dan uraian tugas : Leader, Co Leader,
Fasilitator, Observer
1. Leader
a) Bertugas memimpin jalannya terapi
b) Bertugas memerikan bola yang akan diputar
2. Co Leader
a) Membantu Leader
b) Mengingatkan Leader jika melewati waktu yang telah disepakati
3. Fasilitator
a) Bertugas membantu jalannya TAK
b) Memfasilitasi lansia khususnya yang mengalami penurunan pendengaran maupun
penglihatan agar dapat memahami proses TAK
4. Observer
a) Mengawasi jalannya proses TAK
b) Menyimpulkan hasil TAK setelah TAK berakhir

E. Evaluasi
1. Struktur
a. Kehadiran 80%
b. Persiapan alat dan media TAK
2. Proses
a. Pemateri dan peserta mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik
b. Peserta antusias dalam mendengarkan penyuluhan dengan kriteria: tidak berbicara
sendiri, menyimak penyaji dalam menyampaikan materi
c. Peserta mampu mengingat dan mengungkapkan pengalaman positif yang pernah
dialaminya.
3. Hasil
a. TAK dilakukan 45 menit
b. Semua peserta (6 orang lansia) dapat menceritakan pengalamannya sesuai dengan
kemampuan Klien
c. Klien berjabat tangan setelah TAK selesai

4
Lampiran Materi
Reminiscence Therapy

Terapi reminiscence merupakan terapi yang diberikan kepada lansia dengan


mengenang kembali kejadian di masa lampau, perasaan, dan pikiran yang menyenangkan
bertujuan untuk memfasilitasi kualitas hidup atau kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan dari suatu kejadian saat ini. Terapi ini dapat dilakukan secara perorangan maupun
kelompok dan mampu memperbaiki perilaku, fungsi sosial dan fungsi kognitif (Wilkinson,
2012).
Terapi Reminiscence adalah terapi yang memberikan perhatian terhadap kenangan
terapeutik lansia. Kenangan tersebut diingat secara spontan tanpa harus berurutan karena
merupakan pengalaman yang paling berkesan atau menyenangkan.
Terapi Reminiscence merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan pada lansia untuk
menurunkan depresi; harga diri rendah ketidakberdayaan, keputusasaan, dan isolasi sosial
(Fontaine, 2009).
Terapi reminiscence juga terbukti efektif untuk mencegah dan mengurangi depresi,
meningkatkan tingkat kepuasan dalam hidup, meningkatkan perawatan diri,
meningkatkan harga diri, membantu lansia dalam krisis, kehilangan dan transisi (Cappeliez et
al, 2012). Dengan pemberian terapi reminiscence ini diharapkan dapat menurunkan harga
diri rendah dan isolasi sosial serta meningkatkan kualitas hidup lansia, sehingga lansia bisa
menjalani dan mengisi hari tuanya dengan kebahagiaan.

Prosedur Pelaksanaan
Kegiatan terapi reminiscence yang dilakukan ini mengacu kepada modul terapi yang
telah disusun dan dikembangkan oleh Misesa, Keliat dan Wardani (2013).
Terapi Reminiscence dilaksanakan sebanyak 12 sesi dengan waktu 45 – 60 menit dengan
jumlah peserta 6 – 12 orang. Sesi yang sama dapat diulang kembali bila tujuan sesi tersebut
belum tercapai. Adapun sesi-sesi dalam pelaksanaan terapi meliputi:
 Sesi 1: Pendahuluan;
 Sesi 2: Kenangan menyenangkan pada masa kanak-kanak dan dalam kehidupan keluarga;
 Sesi 3: Kenangan menyenangkan pada masa sekolah;
 Sesi 4: Kenangan menyenangkan dalam pekerjaan;

5
 Sesi 5: Kenangan menyenangkan saat pertemuan dengan pasangan atau teman dekat;
 Sesi 6: Kenangan menyenangkan saat pernikahan;
 Sesi 7: Kenangan menyenangkan tentang rumah, kebun, hewan piaraan;
 Sesi 8: Kenangan menyenangkan dalam mengasuh anak;
 Sesi 9 : Kenangan menyenangkan terhadap makanan / minuman favorit, memasak;
 Sesi 10: Kenangan menyenangkan saat kegiatan liburan/tempat-tempat menyenangkan;
 Sesi 11: Kenangan menyenangkan saat hari raya / acara perayaan
 Sesi 12 : Evaluasi

Pelaksanaan terapi baik generalis maupun spesialis jika dilihat dari sudut pandang
Peplau masuk dalam fase eksploitasi. Terapis membantu klien untuk mengenal dan mengerti
masalah harga diri rendah dan isolasi sosial yang dialaminya dan menentukan kebutuhannya
untuk bantuan. Pada fase ini Terapis berdiskusi dengan klien dalam memilih alternatif
terhadap permasalahan yang dialami klien. Saat interaksi dengan pasien maka Terapis harus
mengadaptasi untuk perubahan peran sesuai dengan kondisi yang dialamai oleh pasien
(Forchuck,1991;Peplau 1997).
Terapis berperan sebagai pendidik yang mengajarkan klien tentang apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah harga diri rendah dan Isolasi Sosial. Terapis mengajarkan
dan memberikan informasi kepada klien tentang cara mengatasi dan penyelesaian masalah
bila munculnya perasaan tidak berharga dan perasaan tidak diterima dalam lingkungannya.

Fungsi Terapi Reminiscence


Stuart (2009) menyatakan bahwa terapi reminiscence dapat membantu individu
mencapai integritas, meningkatkan harga diri, dan menstimulasi individu
untuk berpikir tentang pengalaman dirinya yang positif. Fontaine (2009) bahwa
terapi Reminiscence membantu individu untuk meningkatkan harga diri dan mencapai
kesadaran diri serta memahami diri, beradaptasi terhadap stress, melihat bagian dirinya dalam
konteks sejarah dan budaya. Bryant et al (2005) dalam penelitiannya pada 180 responden
menemukan bahwa terapi reminiscence telah meningkatkan kebahagiaan responden. Arean et
al (1993) bahwa terapi reminiscence dilakukan untuk lebih meningkatkan kesadaran diri
lansia dengan menggali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan selanjutnya terapis
memaksimalkan hal positif yang menyenangkan dari pengalaman tersebut.

Anda mungkin juga menyukai