Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PROJECT

MEDIA INFORMASI ALUR KOMPLAIN DAN PENANDAAN RISIKO


JATUH DI RUANG SOEPARJO RUSTAM II RSU PROF DR MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO
STASE KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Oleh:
CUCU ROSMAWATI I4B018048
DIKI PURNOMO I4B018050
ADINDA HANDAYANI TRENGGONO I4B018052
ZAHROTUL ULIYAH I4B018054
SELINNA NUR ANNISA I4B018056
NURHADI I4B018058
MUHAMMAD NUR AKMAL HIDAYAT I4B018060
IKA WAHYUNI I4B018062
ADITYA PANDU WIDIATMOKO I4B018064
RIDHO TRISTANTININGSIH I4B018066

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dari pelayanan rumah
sakit, karena mutu pelayanan keperawatan akan berdampak langsung terhadap
pelayanan rumah sakit. Apabila mutu keperawatan yang diberikan kepada
pelanggan dibawah standar tentunya hal ini akan mempengaruhi citra rumah
sakit (Natasia et al., 2014). Oleh karena itu, perawat rumah sakit harus mencakup
profesionalisme yang bersifat mandiri, sejajar dan menjadi mitra profesi lain
(Kaloa et al., 2017).
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO). SPO adalah sebuah dokumen yang
berhubungan dengan prosedur yang sedang dikerjakan secara urutan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang memiliki tujuan untuk memperoleh hasil
kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang minimal (Pamuji
et al., 2008). Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat didasari dengan SPO
yang ada di rumah sakit termasuk tindakan pemberian obat.
Berdasarkan data RSU Prof. Dr. Margono Soekardjo disebutkan bahwa
Ruang Soepardjo Rustam II memiliki kapasitas 30 pasien dengan 1 kepala ruang,
3 perawat primer, 13 perawat asosiet, 1 administrasi, 1 house keeper, dan 2
cleaning service. Ruang Soepardjo Rustam II menerima perawatan pasien
dengan kasus interna, jantung paru, saraf, ortopedi, THT, dan obsgyn.
Berdasarkan karakteristik ruangan diatas, Ruang Soepardjo Rustam II
menurut kelompok memiliki beberapa pelayanan yang perlu ditingkatkan guna
membentuk kualitas dan mutu rumah sakit yang lebih baik. Hal pertama yang
perlu ditingkatkan yaitu informasi mengenai alur komplain dengan data X %
pasien belum mengerti alur komplain serta menerima informasi mengenai alur
komplain baik secara lisan maupun tulisan. Selanjutnyaya yaitu upaya
pencegahan risiko jatuh yang belum sesuai di Ruang Soepadjo Rustam II.
Pengkajian risiko jatuh di ruang Soepardjo Rustam II menggunakan form
assesment MORSE dan Ontario Modified Stratify-Sydney. Observasi kelompok

2
pada tanggal 9 - 10 September 2019 ditemukan 67% pasien dengan skala risiko
jatuh sedang hingga berat tidak terpasang penanda risiko jatuh pada bed pasien.
Penandaan tersebut penting untuk dipasang guna memberikan informasi pada
tenaga medis lain untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap pasien
tersebut.
Hal lain yang kelompok temukan meliputi masih adanya humidifier yang
belum dibersihkan setelah digunakan pada pasien dengan data ditemukan 5
humidifier yang tidak digunakan namun masih terpasang pada oksigen central
dan 67% humidifier yang tidak digunakan masih terisi cairan pada oksigen
transport. Selanjutnya tidak adanya post conference dalam ruangan dengan hasil
wawancara terhadap perawat hal tersebut belum dapat dilakukan karena faktor
visit dokter mendekati jam post conference, pasien terlalu banyak, serta
memerlukan waktu yang lama untuk melakukan post conference. Kemudian di
bagian ruang obat belum ada rak khusus untuk obat oral sehingga cairan infus,
obat injeksi dan obat oral masih tercampur menjadi satu di loker pasien.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan khususnya di Ruang Soepardjo
Rustam II RSU Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto
2. Tujuan khusus
 Menentukan prioritas masalah berdasarkan skala prioritas masalah yang
terjadi di Ruang Soepardjo Rustam II RSU Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto
 Meningkatkan akses informasi mengenai alur komplain sehingga dapat
memudahkan pasien dalam menyampaikan pendapatnya.
 Meningkatkan upaya pencegahan risiko jatuh dengan penandaan yang
sesuai SPO

3
BAB II
PENGKAJIAN DAN ANALISIS MASALAH
A. Pengkajian dan Analisis Masalah
1. Perawatan Tabung Humidifier
Perawatan tabung oksigen salah satunya yaitu melakukan perawatan
pada tabung humidifier. Pengkajian terhadap perawatan tabung humidifier
dilakukan di Ruang Soepardjo Rustam II RSU Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto pada tanggal 9 – 10 September 2019 pukul 07.00 – 14.00 WIB.
Pengkajian yang kami lakukan yaitu menggunakan metode observasi
dan wawancara. Pengkajian obeservasi dilakukan langsung oleh mahasiswa
pada ruangan perawatan dan penyimpanan oksigen di Ruang Soepardjo
Rustam II RSU Prof. Dr. Margono Soekadjo Purwokerto mengacu pada
standar perawatan humidifier. Pengkajian wawancara dilakukan dengan
menanyakan perawat tentang pentingnya dilakukan perawatan tabung
oksigen khususnya humidifier dan bagaimana perawatan tabung oksigen di
ruangan. Berdasarkan observasi pada tanggal 9 – 10 September 2019
ditemukan 5 humidifier yang tidak digunakan namun masih terpasang pada
oksigen central dan 67% humidifier yang tidak digunakan masih terisi
cairan aquabides pada oksigen transport.
Perawatan tabung humidifier penting untuk dilakukan guna mencegah
infeksi nosokomial pneumonia. Hal tersebut dikarenakan udara yang
dihirup pasien berasal dari O2 yang sudah melewati humidifier sehingga
kebersihan tabung humidifier penting untuk dijaga dengan melakukan
perawatan tabung humidifier sesuai dengan stadard prosedur operasional
yang tepat (Bakar .
2. Upaya Pencegahan Risiko Jatuh
Upaya pencegahan risiko jatuh dibedakan berdasarkan standard risiko
jatuh rendah dan sedang sampai tinggi. Fokus pengkajian kelompok
dilakukan di Ruang Soepardjo Rustam II RSU Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto pada tanggal 9 – 10 September 2019 pukul 07.00 – 14.00 WIB.
Pengkajian yang kami lakukan yaitu menggunakan metode observasi.
Pengkajian obeservasi dilakukan langsung oleh mahasiswa pada ruangan

4
perawatan dan penyimpanan oksigen di Ruang Soepardjo Rustam II RSU
Prof. Dr. Margono Soekadjo Purwokerto mengacu pada standar prosedur
pemberian obat. Pengkajian melalui observasi dilakukan guna mengetahui
kesesuaian status risiko jatuh pasien dan penanganan yang diterapkan pada
pasien.
Berdasarkan observasi pada tanggal 9 – 10 September 2019
ditemukan 67% pasien dengan skala risiko jatuh sedang hingga berat tidak
terpasang penanda risiko jatuh pada bed pasien. Selain itu kelompok
menemukan 3 penanda risiko jatuh di Ruangan Soepardjo Rustam II.
Tanda identifikasi risiko jatuh pada pasien yang memiliki risiko jatuh
sedang sampai berat harus terpasang pada bed pasien. Hal tersebut bertujuan
guna memberikan informasi kepada petugas kesehatan lain sehingga lebih
memperhatikan keselamatan pasien tersebut.
3. Alur Komplain
Alur komplain merupakan salah satu sarana rumah sakit untuk
memudahkan klien dalam menyampaikan kritik dan saran bagi fasilitas dan
pelayanan. Pengkajian mengenai alur komplain dilakukan pada tanggal 11
September 2019 di Ruang Soeparjo Rustam II RSU Prof. Dr. Margono
Soekadjo Purwokerto.
Pengkajian dilakukan dengan metode observasi dan wawancara
kepada pasien di Ruang Soeparjo Rustam II RSU Prof. Dr. Margono
Soekadjo Purwokerto. Observasi dilakukan dengan mengamati keberadaan
papan informasi mengenai alur komplain di Ruang Soeparjo Rustam II RSU
Prof. Dr. Margono Soekadjo Purwokerto. Wawancara dilakukan kepada
seluruh pasien untuk mengetahui persentase pasien yang mengetahui alur
komplain. Berdasarkan pengkajian tanggal 11 September 2019 didapatkan
data ...% pasien tidak mengetahui alur komplain di RSU Prof. Dr. Margono
Soekadjo Purwokerto. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya informasi
lisan maupun tulisan mengenai alur komplain di RSU Prof. Dr. Margono
Soekadjo Purwokerto.
Alur komplain di Ruang Soeparjo Rustam II RSU Prof. Dr. Margono
Soekadjo Purwokerto belum ada sehingga membuat pendapat pasien dan

5
keluarga sulit tersampaikan ke pihak rumah sakit. Pengadaan papan
informasi mengenai alur komplain diharapkan mampu mempermudah
penyampaian keluhan sehingga dapat meningkatkan pelayanan di rumah
sakit.
4. Post Conference belum berjalan
5. Rak khusus obat oral belum tersedia
6. Teks
B. Identifikasi Masalah
1. M-1
Berdasarkan analisis M1 yang telah dilakukan didapatkan data bahwa
mayoritas perawat di ruang Soeparjo Rustam berpendidikan D III
keperawatan akan tetapi perawat di ruang tersebut sudah banyak mengikuti
pelatihan dan rata-rata memiliki masa kerja 13 tahun, hal ini yang
mendukung program MPKP. Jika dilihat dari segi ilmu pengetahuan
perawat di ruang Aster sudah memenuhi standar minimal untuk terciptanya
MPKP. Dari perhitungan kebutuhan tenaga kerja menurut gillies diketahui
bahwa kebutuhan perawat di ruang Aster adalah sebanyak 24 orang perawat
sedangkan di ruangan tersebut hanya terdapat 17 perawat. Keadaan tersebut
menimbulkan masalah seperti keluhan dari pasien mengenai waktu,
intensitas dan tindakan yang diberikan perawat kepada pasien masih belum
optimal. Jadi berdasarkan analisis tersebut ditemukan masalah
efektivitas dalam pemberian layanan belum sesuai standar.
2. M-2
Jika dilihat dari segi sarana dan prasarana di ruang Aster sudah
memiliki lembar monitoring penggunaan alat di ruangan tersebut sehingga
diketahui frekuensi penggunaan alat setiap bulannya. Kemudian untuk letak
ruangan sudah sesuai standar ruang keperawatan dimana letak kantor
perawat berada di tengah-tengah ruang perawatan serta letaknya mudah
terjangkau oleh pasien. Tedapat komplain dari salah satu keluarga pasien
yang mengatakan tidak adanya fasilitas bel disetiap ruangan dan kipas angin
tidak terdapat disetiap ruang perawatan. Aerocom di ruangan Aster
berjumlah satu dan dalam keadaan rusak. Di ruang pertemuan tidak terdapat

6
kipas angin dan jam dinding dalam keadaan rusak. Untuk alat kesehatan
belum terdapat tensimeter untuk anak – anak. Jadi berdasarkan data
tersebut didapatkan masalah terkait dengan sarana dan prasarana di
ruang Aster.
3. M – 3
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan Ruang Aster menggunakan
Penerapan MPKP yaitu metode Tim Primer. Hasil dari observasi yang telah
dilakukan, didapatkan yaitu PP yang ada di ruang Aster masih ada yang
memiliki latar belakang pendidikan D3 Keperawatan. Tindakan ronde
keperawatan didapat jarang dilakukan secara tersruktur, hal ini
menyebabkan hasil perawatan yang kurang maksimal. Penerapan 6 tepat
obat belum maksimal, dikarenakan perawat dalam waktu pemberian obat
tidak sesuai, cenderung lebih awal dari waktu yang seharusnya. Dalam
identifikasi pasien, perawat juga hanya menanyakan nama, tanpa melihat
gelang untuk memastikan benar pasien. Dokumentasi belum memiliki
kelengkapan dalam pengisian di RM, supervisi sudah dilakukan oleh kepala
ruang secara visualis dan untuk bukti tertulis telah dilakukannya supervisi
belum ada. Jadi berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa MPKP belum sesuai dengan standar yang ada.
4. M -4
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai Money (M) tidak ada
masalah terkait dengan keuangan, tidak mengelola keuangan sendiri tetapi
rumah sakit yang mengelola. Jika ruang Soepardjo Rustam II memerlukan
sesuatu yang kaitannya dengan operasional bangsal, kepala ruang
mengajukan permohonan kepada Direktur Rumah Sakit. Untuk pemenuhan
permintaan bangsal disesuaikan dengan prioritas kebutuhan dan besar dana
yang dimiliki rumah sakit. Jika ada peralatan yang rusak, kepala ruang
mengajukan perbaikan peralatan atau pengajuan pengadaaan peralatan yang
baru. Untuk jaminan kesehatan mayoritas pasien menggunakan BPJS NON
PBI. Berdasarkan penjabaran diatas, didapatkan data bahwa tidak ada
masalah yang berkaitan dengan keuangan.
5. M-5

7
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat kepuasan pasien di
ruang Aster didapatkan tingkat kepuasan pelanggan sudah tergolong
kategori baik (77,9%) Akan tetapi masih terdapat beberapa komplain dari
pelanggan diantaranya tidak tersedianya bel disamping tempat tidur pasien
sehingga pasien harus mendatangi ruang perawat/tindakan untuk
mendapatkan tindakan keperawatan. Dan untuk indikasi risiko jatuh
didapatkan hasil pengkajian pasien risiko jatuh tidak terkaji ulang dengan
terbukti pada beberapa pasien (10%) dengan indikasi risiko jatuh tidak
terpasang pengaman seperti tanda pasien risiko jatuh dan pagar pengaman.
Data 3 bulan terakhir untuk kejadian KTD khsusunya pasien jatuh tidak
terjadi di ruang ASTER. Berdasarkan data tersebut dapat diambil
kesimpulan tidak ada masalah mengenai MUTU
C. Prioritas Masalah
1. Skoring
Table 3.13. Prioritas Masalah Management Pelayanan Keperawatan
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas

1 Media informasi alur 5 5 4 5 5 24 1


komplain belum
optimal
2 Penandaan risiko 4 4 5 5 3 21 2
jatuh belum optimal
4 Perawatan
humidifier belum 5 4 4 4 3 20 3

sesuai standard
5 Belum adanya post
5 2 4 4 3 18 4
conference
6 Rak khusus obat oral
5 2 3 3 3 16 5
belum tersedia

a) Magnetude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah


terjadiP0-
b) Saverity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah
ini
c) Manageability (Mn) : berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur
untuk perubahannya

8
d) Nursing Consent (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat
e) Affordability (Af) : Ketersediaan sumber daya
Keterangan Rentang Nilai Yang Digunakan 1-5
a) Nilai 5 : Sangat Penting
b) Nilai 4 : Penting
c) Nilai 3 : Cukup Penting
d) Nilai 2 : Kurang Penting
e) Nilai 1 : Sangat kurang penting

9
BAB III
PLAN OF ACTION
1. Alur komplain
1.1 Apakah dengan pembuatan web komplain dapat menyalurkan aspirasi
pasien dan keluarga dengan indikator 70% pasien menggunakan web
sebagai sarana untuk mengutarakan komplain?
1.2 Apakah dengan pengadaan banner alur komplain dapat meningkatkan
pengetahuan keluarga pasien tentang alur komplain dengan indikator 60%
keluarga pasien mengetahui alur komplain?
2. Pengkajian risiko jatuh
2.1 Apakah dengan pengadaan penanda risiko jatuh dapat meningkatkan
penandaan risiko jatuh pada pasien dengan indikator setiap pasien risiko
jatuh sedang sampai berat terpasang penanda?
2.2 Apakah dengan mengadakan kompetisi dan reward penerapan penandaan
risiko jatuh terlengkap dapat meningkatkan penandaan risiko jatuh pada
pasien dengan indikator setiap pasien risiko jatuh sedang sampai berat
terpasang penanda?
2.3 Apakah dengan pengadaan leaflet upaya pencegahan jatuh dapat
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang upaya pencegahan
jatuh dengan indikator pengetahuan pasien dan keluarga tentang upaya
pencegahan jatuh meningkat?

10
REFERENSI
Fauci, V.L., Costa, G.B., Facciola, A., Conti, A., Riso, R., & Squeri, R.
2017.‘Humidifiers for oxygent therapy: what risk for reusable and
dissposable devices?’. J PREF MED HYG. No. 58. Page E161-E165

Kaloa, T.Y., Kumaat, L.T., & Mulyadi., 2017, Hubungan karakteristik perawat
dengan kepatuhan terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus
di instalasai gawat darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, e-journal
keperawatan Vol 5 No 1.

Natasia, N., Loekqijana, A., & Kurniawati, J., 2014, Faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pelaksanaan SOP asuhan keperawatan di ICU-ICCU RSUD
Gambiran Kota Kediri, Jurnal Kedokteran Brawijay Vol 28 No.

Pamuji, T., Asrin., & Amaludin, R., 2008, Hubungan pengetahuan perawat tentang
standar prosedur operasional (SPO) dengan kepatuhan perawat terhadap
pelaksanaan SPO profesi pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap
RSUD Purbalingga, Jurnal Keperawatan Soedirman Vol 3 No 1.

11

Anda mungkin juga menyukai