Anda di halaman 1dari 21

PENYAKIT JANTUNG PADA

KEHAMILAN, PERSALINAN
DAN NIFAS

Elisa Goretti S, M.Tr.Keb


NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2
ARY WIDYANINGRUM ERNAWATY
LISNAWATI PAKPAHAN HAPSARI
NURMA YUNITA SANTI AMIN
SRI SUSILAWATI TRI INDRANITA SARA’
TITI AMALIAH INDAH SRI REJEKI
LINAWATI GULTOM DIAN LAILA NOVIANITA
SARIDA LIA RANTE
SRI MARYANI LIMRA PALILING
RAHMIATI ROSPIATI
SILVI AININ THAHIROH SANARIA PULUNG
PENYAKIT JANTUNG
PADA KEHAMILAN
DEFENISI

Penyakit jantung coroner adalah kondisi Ketika


arteri coroner tersumbat oleh timbunan lemak.
Penyakit ini menimbulkan keluhan berupa nyeri
dada, sesak nafas, dan gejala serangan jantung. Jika
dibiarkan penyakit jantung coroner dapat
menyebabkan gagal jantung
penyebab

Adanya penumpukan zat lemak secara berlebihan di


lapisan dinding nadi pembuluh darah coroner. Biasanya
dipengaruhi oleh pola makan yang kurang sehat dan
kecanduan rokok.penyakit jantung coroner terjadi Ketika
aliran darah ke jantung terhambat. Kemudian banyak
faktor yang bisa meningkatkan resiko tersebut antara lain
merokok, menjalani pola makan yang tidak sehat, atau
menderita penyakit tertentu seperti tekanan darah tinggi
dan kolesterol tinggi.
Diagnosa
● Diagnosa gangguan jantung kadang sulit dilakukan karena perubahan fisiologis pada
kehamilan sering mempunyai tanda dan gejala gangguan jantung. Berikut ini tanda dan
gejala yang dapat mendukung kecurugaan adanya penyakit jantung pada kehamilan.
1. Dispneu atau ortopneu yang memberat
2. Batuk di malam hari
3. Hempotisis
4. Pingsan
5. Nyeri dada
6. Sianosis
7. Kardiomegali
8. Aritmia yang menetap
Klasifikasi kondisi klinis
● Kelas 1
ibu hamil tidak dibatasi kegiatan fisik dengan catatan tidak ada gejala kelainan jantung.
● Kelas 2
Ibu hamil tidak dibatasi kegiatan fisik dengan catatan waktu istrihat tidak ada keluhan
(Lelah,rasa berdebar-debar, sesak napas, nyeri dada)
● Kelas 3
Ibu hamil kegiatan fisiknya sudah sangat dibatasi . Karena apabila ada kegiatan fisik bias
menimbulkan penyakit jantung.
● Kelas 4
Ibu hamil biasanya dapat muncul kelainan jantung pada kehamilan dan diperparah bila ibu
hamil melakukan kerja fisik serta memerlukan istirahat.
Pencegahan
a. Jangan merokok
b. Pola makan yang sehat
c. Tetap aktif olahraga
d. Hindari alkohol
e. Hindari stress
f. Kontrol ke dokter
Penyakit jantung
pada persalinan
Etiologi
● Perubahan fisiologi dalam kehamilan yang memberatkan dan
menjadi masalah bagi jantung
● Stenosis mitral merupakan manipestasi terbesar dari penyakit
jantung rematik dalam kehamilan. Pada stenosis mitral terjadi
peningkatan tekanan pada atrium kiri di ikuti oleh peningkatan
tekanan kapiler di paru-paru. Hal ini menyebabkan peningkatan
resiko oedema paru, biasanya tampak mulai kehamilan 20 minggu
dan semakin berat pada persalinan.
Penanganan kala 1
1. Penanganan dilakukan oleh gynekolog, kolaborasi dengan kardiolog.
2. Diruang bersalin disiapkan 02, alat resusitasi, monitor EKG, morfhin dan
diuretikum
3. Penderita jantung kelas 1 dan 2 dilakukan persalinan pervaginam Kerjasama
dengan kardiolog dengan pengawasan ketat
4. Membuat daftar his, nadi respirasi, tekanan darah dicatat setiap 15 menit
pada kala 1 dan 10 menit pada kala II dan III
5. Bila ada tanda dekompensatio cordis obati dengan digitalis
6. Diberikan antibiotik untuk menjauhu infeksi
7. Pengurangan rasa nyeri yang ade kuat dapat mengurangi peningkatan curah
jantung dan tachikardi
Penanganan kala II
1. Pimpin persalinan maksimal 15 menit, bila dalam 15 menit belum lahir
dilakukan ekstraksi forsep atau vacuum dengan anestesi lokal. Posisi dada
dan kepala di tinggikan.
2. Bila terjadi dekompensatio cordis, ibu di larang mengedan dan persalinan
dilakukan dengan segera, bila perlu lakukan episiotomi dan ekstraksi vakum
3. Persalinan dengan secsio sesarea dilakukan bila ada indikasi obstetric
4. Sescio sesarea dilakukan dengan anastesi lokal dan sedasi, jangan lakukan
anastesi spinal.
Penanganan kala III
● Hindari pemakaian ergometrin karena akan menghasilkan kontraksi
uterus yang bersifat tonik dan akibatnya terjadi pengambilan darah
ke sirkulasi besar sekitar 1 liter
● Hindari perdarahan post partum karena dengan perdarahan akan
memacu kerja jantung
● Hindari terapi intravena karena ekspansi intravascular dapat
meningkatkan kerja jantung, dapat diberikan oksitosin dengan intra
muscular.
Penanganan kala IV
1. Bila memerlukan transfusi gunakan pack red cell
2. Pasang gurita dan kantung pasir di dinding perut dapat dilakukan untuk mencegah perubahan
mendadak pada sirkulasi abdominalis
3. Lakukan pengawasan ketat pada TTV, perdarahan, anemia, infeksi dan tromboli
4. Berikan antibiotic untuk mencegah endikarditis
5. Lakukan pengawasan intensif dalam 24 jam post partum pada kondisi pasien dan tanda dini
decompensation cordis
6. Pasien di dukung untuk banyak istrahat
7. Pasien di anjurkan untuk berlatih nafas dalam guna mencegah kesulitan pada paru-paru
8. Laktasi pada penderita jantung kelas 1 dan 2 diperbolehkan
9. Penderita jantung kelas 3 dan 4 tidak diperbolehkan laktasi
10. Ibu bersalin di rawat sampai 2 minggu setelah persalinan.
Penatalaksanaan
● Penanganan gawat jantung selama secsio sesarea, lakukan anastesi lokal (infiltrasi)
dan sedasi. Jangan lakukan anastesi spinal
● Gagal jantung akibat penyakit jantung
tangani gagal jantungnya, berikan obat sebagai berikut:
1. morfin 10mg IM dosis tunggal
2. atau furosemide 40mg IV diulang jika perlu
3. atau digoksin 0,5mg IV dosis tunggal
4. atau nitrogliserin 0,3mg sublingual diulang setiap 15 menit jika perlu
5. rujuk ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis jantung dan unit perawatan
intensif yang memadai.
Penyakit
jantung pada
nifas
Pengertian
● Kondisi gagal jantung yang muncul setelah melahirkan, meski jarang
terjadi penyakit ini tergolong berbahaya karena dapat menyebabkan
komplikasi yang fatal bila terlambat di tangani.
● Kardiomiopati post partum merupakan gangguan otot jantung yang
terjadi Ketika bilik atau ventrikel bagian kiri jantung membesar atau
melebar, sehingga tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh
dengan lancar,. Hal ini mengakibatkan penderita mengalami
gangguan fungsi jantung atau gagal jantung.
Tanda dan gejala
1. Dada berdebar-debar
2. Mudah Lelah
3. Sesak nafas saat beraktifitas maupun saat baring
4. Batuk terutama saat berbaring terlentang
5. Sering buang air kecil pada malam hari
6. Pusing
7. Nyeri dada
8. Pembengkakan pada bagian tubuh tertentu misalnya tungkai atau
kaki.
Penyebab dan faktor resiko
● Penyebab terjadinya kardiomiopati belum diketahui secara pasti namun kondisi ini diduga berkaitan
dengan peningkatan kerja jantung selama kehamilan dan persalinan. Selain itu ada beberapa faktor
yang juga diketahui dapat meningkatkan resiko seorang ibu untuk mengalami kardiomiopati post
partum yaitu:
1. Usia di atas 30 tahun saat hamil atau melahirkan
2. Penyakit tertentu, misalnya kardiomiopati atau gangguan otot jantung, tekanan darah tinggi atau
hipertensi, preeklamsia, miokarditis dan penyakit jantung
3. Obesitas
4. Inveksi virus
5. Malnutrisi
6. Kehamilan kembar
7. Kebiasaan merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol saat hamil
8. Efek samping obat-obatan
Penanganan
● Pemberian obat obatan
1) Obat golongan ACE-inihibitor dan penghambat beta untuk membantu menstabilkan tekanan
darah dan meringankan kerja jantung
2) Obat digitalis untuk menguatkan fungsi pompa jantung
3) Obat anti koagulan atau pengencer darah untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah
yang dapat memperparah kardiomiopati
4) Obat diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan dari dalam tubuh.

● Diet rendah garam


Untuk mengurangi beban kerja jantung dan mengurangi pembengkakan di dalam tubuh,
penderita juga disarankan untuk menjalani diet rendah garam, selain itu penderita juga diminta
untuk banyak istirahat, membatasi asupan cairan, berhenti merokok, dan tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol.
Langkah pencegahan
1. Melakukan konsultasi ke dokter kandungan selama hamil dan setelah melahirkan,
terutama ibu yang memiliki Riwayat penyakit tertentu seperti tekanan darah tinggi,
diabetes, preeklamsia dan gangguan jantung
2. Memantau pertambahan berat badan saat hamil dan menjaganya agar tetap ideal
3. Menjalani pola makan sehat dan kurangi asupan garam
4. Menghentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol dan menggunakan obat-
obatan tanpa rekomendasi dokter
5. Berolahraga ringan secara rutin
6. Mengelola stress dengan baik
7. Mencukupi waktu istirahat dan hindari melakukan aktifitas fisik yang berat.

Anda mungkin juga menyukai