Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PATOFISIOLOGI KEBIDANAN

PROGRAM S1 KEBIDANAN
ALIH JENJANG KELAS SUKABUMI
SEMSESTER GANJIL
TAHUN 2023/2024

AGNES AGUSTIAN
FE23023
KELAS C
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA KEHAMILAN

Adaptasi fisiologis kehamilan dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam sistem


kardiovaskular yang memungkinkan wanita untuk meningkatkan kebutuhan metabolik akibat
pertumbuhan janin.
Wanita dengan fungsi struktur jantung normal dapat beradaptasi dengan baik sedangkan
wanita dengan penyakit jantung akan mengalami dekompensasi yang dapat mengakibatkan
komplikasi dalam kehamilan bahkan menyebabkan kematian janin dan ibu.
Perubahan sistem kardiovaskular yang terjadi pada awal trimester pertama kehamilan yang
tidak terdiagnosis sebelumnya akan mengakibatkan cadangan jantung berkurang.
Peningkatan kerja jantung disebabkan oleh karena:
1. Peningkatan konsumsi oksigen karena pertumbuhan janin
2. Pembesaran rahim dan payudara yang membutuhkan oksigen yang lebih besar
3. Peningkatan berat badan ibu hamil berkisar 10-14 kg
4. Lapisan plasenta bekerja seperti fistula arterio-vena

Perubahan fisiologi pada antenatal


Perubahan fisiologi sebelumnya dapat mempengaruhi pre-load jantung, pada saat
kontraksi jantung berlangsung dan pada saat after-load.
A. Antepartum
 Aspek Fisiologis Penyakit Jantung Dalam Kehamilan
Selama kehamilan, kecepatan denyut nadi istirahat biasanya meningkat sekitar 10-
15 detak per menit. Sewaktu diafragma terangkat secara progresif selama kehamilan,
jantung tergeser ke kiri dan atas, sementara pada saat yang sama jantung sedikit
berotasi terhadap sumbu panjangnya. Akibatnya apeks jantung bergeser ke lateral dari
posisi sewaktu tidak hamil dan pada radiografi dijumpai peningkatan ukuran bayangan
jantung.
Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi, karena
kehamilan memberatkan penyakit jantung yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim. Penyakit jantung merupakan penyulit pada
kehamilan. Secara umum untuk dapat memastikan kehamilan dengan penyakit jantung
yakni dengan murmur jantung diastolik, prasistolik atau kontinu, pembesaran jantung
atau kardiomegali murmur sistolik yang keras dan kasar, terutama jika disertai thrill
atau aritmia serius. Perubahan hemodinamik yang dirangsang oleh kehamilan
menimbulkan dampak besar pada penyakit jantung yang diidap wanita hamil. Aspek
paling penting adalah selama kehamilan curah jantung (cardiac output) meningkat
sebesar 30 sampai 50%, ini memperlihatkan bahwa hampir separuh dari peningkatan
total telah terjadi pada usia gestasi 8 minggu, peningkatan ini menjadi maksimum pada
pertengahan kehamilan. Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik
bermakna, wanita dengan disfungsi jantung yang parah mungkin mengalami
perburukan gagal jantung sebelum pertengahan kehamilan. Gagal jantung sering kali
terjadi saat hipervolumia kehamilan mencapai maksimum setelah minggu ke-28
sampai 32 minggu. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan umumnya adalah
dapat terjadi abortus, prematuritas, dismaturitas (lahir cukup bulan namun berat badan
bayi lahir rendah), bayi lahir dengan Apgar rendah, dan kematian janin dalam rahim.
 Klasifikasi Penyakit Jantung Dalam Kehamilan
Klasifikasi klinis penyakit jantung pertama kali diterbitkan oleh New York
Heart Association. Berikut klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan :
1. Kelas I : Tidak terganggu, pasien dengan penyakit jantung dan pembatasan
aktivitas fisik. Tanpa tanda gejala insufiensi jantung.
2. Kelas II : Sedikit terganggu, pasien dengan penyakit jantung dan terdapat sedikit
pembatasan aktivitas fisik. Ibu hamil ini merasa nyaman saat istirahat, tetapi
apabila melakukan aktivitas fisik biasa mereka akan merasa tidak 18 nyaman
dalam bentuk rasa lelah berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri dada.
3. Kelas III : Sangat terganggu, pasien dengan penyakit jantung dan terdapat
pembatasan nyata aktivitas fisik. Mereka nyaman dalam keadaan istirahat, tetapi
aktivitas yang kurang dari biasa menyebabkan rasa tidak nyaman berupa
kelelahan berlebihan, palpitasi, dispnea atau nyeri dada.
4. Kelas IV : Pasien dengan penyakit jantung dan tidak dapat melakukan aktivitas
apapun tanpa merasa tidak nyaman. Gejala insufiensi jantung dapat muncul
bahkan saat istirahat.
 Penatalaksanaan Pada Kehamilan Secara umum
1. Pengobatan penyakit jantung pada kehamilan ditentukan oleh kapasitas fungsional
jantung. Dalam kehamilan dengan penyakit jantung secara umum asuhan yang
diberikan adalah:
a) Pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang
teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Dan megurangi beban kerja
jantung dengan segera bedrest / tirah baring.
b) Ibu dengan penyakit jantung dengan keluhan dispnea bisa dirawat dengan
posisi semifowler.
c) Kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog untuk penyakit jantung
harus dibina sedini mungkin.
d) Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan.
Jika terdapat anemia harus segera diobati.
e) Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memperberat kerja jantung, hal ini
harus diobati.
f) Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak napas, Infeksi Saluran
Bagian Atas (ISPA), dan sianosis.
g) Pasien harus dirawat di rumah sakit untuk pengawasan dan pengobatan
intensif.
h) Skema kunjungan antenatal : setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28
minggu dan 1 kali seminggu setelahnya.
i) Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat, cukup tidur, diet
rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.
j) Sebaiknya penderita harus di rawat 1-2 minggu sebelum taksiran persalinan.

2. Pengobatan Khusus Bergantung pada Kelas Penyakit Jantung:


a) Kelas I:tidak membutuhkan pengobatan tambahan
b) Kelas II : biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik
terutama antara kehamilan 28-36 minggu. Ibu hamil dengan penyakit jantung
kelas II dipertimbangkan untuk dirawat di rumah sakit sebelum saat bersalin.
Persalinan seharusnya dilakukan pervaginam, kecuali jika terdapat indikasi
obstetrik seksio sesarea. Dengan sedikit pengecualian semua ibu hamil
dengan penyakit jantung kelas I dan sebagian besar kelas II diijinkan
melanjutkan kehamilannya. Selama hamil dan massa nifas perhatian khusus
harus ditunjukkan kepada pencegahan dan pengenalan dini gagal jantung.
c) Kelas III : memerlukan digitalis atau obat lainya. Sebaiknya dirawat di rumah
sakit sejak kehamilan 28-30 minggu
d) Kelas IV : harus dirawat di rumah sakit dan di berikan pengobatan, bekerja
sama dengan kardiolog. Ibu hamil dengan penyakit jantung kelas III dan IV
mengalami masalah-masalah yang memperlukan perawatan medis. Sepertiga
ibu hamil dengan penyakit jantung kelas III dan IV akan mengalami
Dekompensasi Jantung selama hamil, kecuali jika dilakukan tindakan
pencegahan. Jika ibu hamil dengan penyakit jantung kelas III dan IV dijumpai
pada trimester pertama pada usia kehamilan ±12 minggu maka perlu
dilakukan abortus terapeutik.
3. Derajat penyakit jantung yang menjadi penyulit kehamilan bergantung pada
keparahannya. Dengan istirahat yang adekuat dan diet yang baik, kebanyakan ibu
mampu beradaptasi dengan baik terhadap kehamilannya. Pertumbuhan janin dikaji
secara regular dengan Ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan Doppler untuk
mengkaji aliran darah plasenta, pemindaian (scan) kelainan dapat dilakukan pada
usai kehamilan 16-18 minggu untuk memeriksa kelainan kongenital terkait
peningkatan resiko defek jantung pada janin.
4. Diet dikaji dan disesuaikan, terutama bila ibu menjalani terapi farmakologi. Ibu
yang mendapat diuretik memerlukan diet tinggi kalium dan rendah natrium untuk
mencegah ketidakseimbangan elektrolit. Pencegahan anemia harus di lakukan
karena darah kurang oksigen meningkatkan beban kerja jantung. Diet pada
kehamilan dengan penyakit jantung bertujuan untuk mempertahankan kesehatan
arteri sehingga darah dapat mengalir dengan pada arteri keseluruh tubuh. Hal yang
perlu diperhatikan antara lain :
a) Konsumsi kurang dari 7% kalori dari lemak jenuh.
b) Konsumsi kurang dari 200 mg kolesterol per hari
c) Konsumsi 25% hingga 35% energi dari lemak tak jenuh
d) Konsumsi 50% hingga 60% energi lain dari karbohidrat dan 15% dari
protein.
e) Meningkatkan konsumsi serat 10-25 gram per hari
f) Natrium dibatasi hingga 2.400 mg untuk mengontrol retensi air / oedema.
5. Asuhan harus dilakukan untuk mencegah infeksi pada kehamilan. Demam dapat
menambah beban kerja jantung. Ibu hamil dengan penyakit jantung beresiko
terkena trombo embolisme sehingga antikoagulan harus diberikan selama
kehamilan. Terapi antikoagulan yang dapat diberikan yaitu Heparin yang tidak
terfraksi merupakan antikoagulan yang dianjurkan karena tidak dapat menembus
plasenta, namun dapat menyebabkan komplikasi trombositopenia dan
osteoporosis.

B. Intrapartum
Persalinan untuk penderita kelainan jantung idealnya adalah singkat dan bebas nyeri.
Induksi persalinan dilakukan bila serviks sudah matang. Kadang kala penderita penyakit
jantung yang berat memerlukan pemantauan hemodinamik yang invasif dengan
pemasangan kateter arteri dan arteri pulmonalis. Seksio sesaria dilakukan hanya atas
indikasi medis.Pemantauan ibu dan janin sebaiknya dikerjakan selama persalinan.
Pemantauan EKG berkelanjutan selama persalinan sangat dianjurkan. Kateter Swan-Ganz
sangat bermanfaat karena dapat memberikan informasi akurat mengenai status cairan
tubuh dan fungsi jantung kiri. Kateter Swan-Ganz memungkinkan pengukuran tekanan
kapiler paru yang merupakan gambaran paling akurat dari hubungan antara volume darah
dengan kapasitas vaskuler, serta hubungan antara tekanana vena sentral dengan output j
antung. Standar penanganan penderita kelainan jantung dalam masa persalinan adalah :
1) Diagnosis yang akurat .
2) Jenis persalinan berdasarkan pada indikasi obstetri
3) Penanganan medis dimulai pada awal persalinan
o Hindari partus lama
o Induksi dilakukan bila serviks sudah matang
4) Pertahankan stabilitas hemodinamik
o Pemantauan hemodinamik invasif bila diperlukan
o Mulai dengan keadaan hemodinamik yang sudah terkompensasi
o Penanganan yang spesifik tergantung pada kondisi jantung
5) Cegah nyeri dan respons hemodinamik dengan pemberian analgesia epidural dengan
narkotik dan teknik dosis rendah lokal.
6) Antibiotik profilaksis diberikan bila ada risiko endokarditis.
7) Ibu tidak boleh mengedan. Persalinan dengan vakum atau forcep rendah.
8) Hindari perdarahan dengan melakukan managemen aktif kala III dan penggantian
cairan yang dini dan sesuai.
9) Managemen cairan pada postpartum dini : sering diperlukan pemberian diuresis yang
agresif namun pelu hati-hati.
C. Peurpuralis
1) Persalinan dan masa puerperium merupakan periode dengan risiko maksimum
untuk pasien dengan kelainan jantung. Selama periode ini, pasien harus
dipantau untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda gagal jantung, hipotensi
dan aritmia. Perdarahan postpartum, anemia, infeksi dan tromboemboli
merupakan komplikasi yang menjadi lebih serius bila ada kelainan jantung.
Sangat penting untuk mencegah kehilangan darah yang berlebihan pada kala
III. Oksitosin sebaiknya diberikan secara infus kontinu untuk menghindari
penurunan tekanan darah yang mendadak. Alkaloid ergot seperti metil
ergometrin tidak boleh dipakai karena obat ini dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan vena sentral dan hipertensi sementara.
2) Dalam masa post partum diperlukan pengawasan yang cermat terhadap
keseimbangan cairan. Dalam 24-72 jam terjadi perpindahan cairan ke sirkulasi
sentral dan dapat menyebabkan kegagalan jantung. Perhatian harus diberikan
kepada penderita yang tidak mengalami diuresis spontan. Pada keadaan ini,
bila ada penurunan saturasi oksigen yang dipantau dengan pulse oxymetri,
biasanya menandakan adanya edema paru.
3) Ambulasi dini sebaiknya dianjurkan pada periode post partum untuk mencegah
terjadinya stasis dan pooling vena. Dianjurkan pemakaian stocking elastic
karena dapat mengurangi risiko tromboemboli. 6 Walaupun beberapa klinikus
tidak menganjurkan pasien penderita kelainan jantung untuk menyusui bayinya
namun tidak ada kontraindikasi spesifik untuk memberi ASI (air susu ibu)
selama hidrasi yang adekuat dapat dipertahankan. Namun demikian ibu
dianjurkan untuk tidak sepenuhnya tergantung pada ASI eksklusif tetapi juga
memberikan susu formula kepada bayinya.
4) Diperhatikan bahwa sebagian dari obat-obat yang diberikan kepada ibu dalam
masa peripartum clapat melewati A5I.6 Anjurkan pemakaian kontrasepsi dan
metode kontrasepsi yang dipakai sebelum hamil perlu ditinjau kembali.
Pemakaian kontrasepsi yang tepat dapat merupakan terapi adjuvant bagi
penderita kelainan jantung sebaliknya kontrasepsi yang tidak sesuai dapat
mengancam jiwanya. Kebanyakan penderita dapat memakai kontrasepsi seperti
wanita postpartum normal, namun sebagian yang dengan hipertensi pulmonal,
sianosis, memakai antikoagulan karena operasi penggantian katup, kegagalan
jantung atau transplantasi jantung harus mendapat perhatian yang cermat.
5) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) tidak diindikasikan bagi pasien yang
berisiko untuk endokarditis misalnya yang menjalani transplantasi jantung dan
memerlukan terapi immunosupresi, ada riwayat endokarditis, memakai katup
protese atau mendapat terapi antikoagulan jangka panjang. Bila akan dilakukan
sterilisasi tuba postpartum setelah persalinan pervaginam maka sebaiknya
prosedur ini ditunda sampai jelas bahwa ibu dalam keadaan tidak demam, tidak
anemia dan terbukti bahwa dia dapat bergerak tanpa ada tanda-tanda
distres.Respons kardiovaskuler baru akan kembali normal setelah 7 bulan
postpartum. Penderita disfungsi ventrikel kiri karena kardiomiopati peripartum
memerlukan pemeriksaaan EKG tiap 3 bulan. Setelah keluar dari rumah sakit
penderita perlu memeriksakan diri pada dokter obgin dan kardiolog.

Anda mungkin juga menyukai