Anda di halaman 1dari 85

PERSALINAN DENGAN PENYAKIT

JANTUNG
Oleh :
Dea Oktari 121007010062
Santi 121007010001
Yesi Syafhela 0910070100037

Pembimbing :
Dr. SANUSI PILIANG, Sp. Og
Definisi
Penyakit jantung dalam kehamilan adalah kelainan
kardiovaskuler bawaan atau diperoleh secara organic maupun
fungsional yang di jumpai pada wanita hamil.
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling
mempengaruhi karena kehamilan dapat memberatkan penyakit
jantung yang dideritanya. Penyakit jantung dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim.
Epidemiologi
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian
maternal ketiga dan penyebab utama kematian dalam
penyebab kematian maternal nonobstetrik. Penyakit jantung
terjadi pada 1-4% dari kehamilan pada perempuan yang
tanpa gejala kelainan jantung sebelumnya. Kira-kira 80%
penderita termasuk dalam kelas I dan kelas II dan kehamilan
dapat meningkatkan kelas tersebut menjadi III atau IV.
Klasifikasi
Menentukan fungsi jantung adalah penting bagi pasien
hamil dengan penyakit jantung. Status fungsional untuk
pasien dengan penyakit jantung umumnya dikelompokkan
menurut sistem klasifikasi NewYork Heart Association (NYHA).
 Kelas I

Pasien dengan penyakit jantung tetapi tanpa adanya


pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak
menimbulkan kelelahan, palpitasi, dispneu atau nyeri angina.

 Kelas II

Pasien dengan penyakit jantung mengakibatkan sedikit


keterbatasan aktivitas fisik. Akan merasa lebih baik dengan
istirahat. Aktivitas fisik biasa menimbulkan kelelahan, palpitasi,
dispneu ataupun nyeri angina.
 Kelas III

Pasien dengan penyakit jantung dengan adanya keterbatasan


aktivitas fisik. Nyaman saat istirahat. Aktivitas fisik yang
kurang dari biasanya menyebabkan kelelahan, palpitasi,
dispneu ataupun nyeri angina.
 Kelas IV

Pasien dengan penyakit jantung ditandai ketidakmampuan


untuk melakukan semua aktivitas fisik. Gejala insufisiensi
jantung dapat muncul saat istirahat. Jika aktivitas fisik
dilakukan, ketidaknyamanan meningkat.
Berdasarkan etiologinya, penyakit jantung pada kehamilan
dapat diklasifikasikan menjadi
1. Penyakit jantung kongenital
a. Penyakit jantung kongenital asianotik
b. Penyakit jantung kongenital sianotik
2. Penyakit jantung didapat (acquired heart disease)
a. Penyakit jantung rematik
b. Penyakit jantung koroner
3. Penyakit jantung spesifik pada kehamilan, yaitu
kardiomiopati peripartum.
Penilaian Risiko
Penilaian risiko maternal dilakukan menurut klasifikasi
risiko yang dimodifikasi menurut World Health Organization
(WHO).

Kelas I : Tidak terdeteksi peningkatan risiko mortalitas


maternal dan tanpa/peningkatan ringan dalam morbiditas.

Kelas II : Sedikit peningkatan risiko mortalitas maternal atau


peningkatan moderat dalam morbiditas.
Kelas III : Peningkatan risiko mortalitas maternal signifikan
atau morbiditas berat. Jika diputuskan hamil, pengawasan
spesialis jantung dan kandungan secara intensif dibutuhkan
selama kehamilan, persalinan, dan nifas.

Kelas IV: Risiko mortalitas maternal sangat tinggi atau


morbiditas berat, dikontraindikasikan hamil. Jika kehamilan
terjadi, terminasi perlu didiskusikan. Jika kehamilan
berlanjut, dirawat seperti kelas III.
Tanda dan Gejala
 Sesak napas

 Nyeri dada

 Batuk napas pendek dan cepat

 Bengkak pada tungkai

 Ibu hamil dengan anemia didapatkan pucat pada


conjungtiva, telapak tangan, dan kuku serta lethargi dan
kelelahan
Pemeriksaan fisik
 Desiran kontinu pada jantung

 Disritmia

 Pembesaran jantung

 Ronchi paru

 Pembesaran hepar

 Penonjolan vena jugolaris

 Ketegangan otot jantung yang berlangsung lama

 Clubing pada jari tangan dan jari kaki

 Sianosis
Pemeriksaan Penunjang

 EKG

 Thorak Photo

 Echocardiografi
Komplikasi
 Dekompensatio kordis

 Abortus, persalinan preterm dan BBLR

 Kematian perinatal

 Tumbuh kembang janin menjadi terlambat

 Hipoksia dan gawat janin dalam persalinan

 Endocarditis bacterial
 Gagal jantung kongestif

 Oedema adan emboli paru

 Ruptur aorta

 25 % kematian terjadi dalam 48 jam pertama setelah

persalinan

 75 % kematian akibat Kegagalan jantung, oedema paru,

endokarditis, demam akut rematik


Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ibu hamil dengan penyakit jantung :

 Mencegah kegagalan jantung kongestif

 Menilai kebutuhan perawatan dan pencegahan pada bakteri

endocarditis

 Menyiapkan pasien selama persalinan

 Menyiapkan perawatan yang maksimal selama kehamilan,

persalinan dan nifas


Pada Kehamilan
 Konseling pra hamil untuk deteksi penyakit jantung,

kolaborasi dengan kardiolog.

 Deteksi dini keadaan yang menunjukan kondisi yang

berhubungan dengan penyakit jantung meliputi : sianosis,


endokarditis, tromboemboli, fibrillation dan kegagalan hati

 Memperhatikan resiko penyakit jantung, kelainan jantung

kelas 3 & 4 sebaiknya tidak hamil dan dapat memilih cara


kontrasepsi AKDR atau kontap
 Kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan apabila di

temukan ibu hamil dengan obesitas, anemia, dan riwayat


kebiasaan merokok.

 Mewaspadai gejala gagal jantung pada puncak out put

jantung usia kehamilan 20-24 minggu, usia kehamilan 32-36


minggu.
 Apabila ditemukan ibu hamil dengan penyakit jantung kelas

3 & 4 usia kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan


rujukan kepada dokter spesialis kebidanan untuk
penanganan dalam memperimbangkan dilakukan abortus
therapeutikus atau kehamilan diteruskan dengan
pemantauan ketat dari Kardiolog.
Penanganan awal
 Kolaborasi antara dokter spesialis penyakit jantung dan

kebidanan

 Menganjurkan ANC dilakukan 2 minggu sekali sampai usia

kehamilan <28 minggu, 1 minggu sekali setelah usia


kehamilan 28 minggu

 Pembatasan aktifitas fisik, istirahat cukup


 Nutrisi cukup gizi, tinggi protein, rendah garam dan

membatasi pemasukan cairan. Hindari penimbunan lemak


dan cairan. Kolaborasi dengan ahli gizi

 Mengatasi kelebihan berat badan

 Mengatasi anemia

 Menghindari rokok dan obat narkotika

 Lingkungan rumah baik fisik dan psikologi yang menunjang


 Olahraga ringan sesuai dengan kondisi dan kelas penyakit

jantung yang di derita

 Kenali tanda dini dekompensatio cordis yaitu batuk darah,

ronchi basah dan dypsnoe.

 Sebaiknya anjurkan pasien masuk rumah sakit 2 minggu

sebelum persalinan untuk istirahat


Penanganan lanjut
 Kolaborasi dengan Gynekolog dan Kardiolog

 Tirah baring total d Rumah sakit untuk mengurangi beban

jantung, posisi tidur semi fowler

 Sedasi dengan morfhin 10-15 mg untuk membantu

menenangkan kecemasan dan agitasi, karena istiraahat


merupakan aspek penting bagi penderita jantung

 Dilakukan pemeriksaan EKG, Thorak photo dan


Ekhokardiogarafi
 Setelah kehamilan 32 minggu dilakukan pemeriksaan NST

dan USG untuk memantau keadaan janin

 Pengurangan volume darah untuk diuresis


dengan Furosemid 40 mg IV

 Digitalis sangat bermanfaat untuk memperlambat denyut

ventrikel

 Cairan dan natrium dibatasi

 Observasi ketat di rumah sakit sampai melahirkan


 Apabila ibu hamil dengan penyakit jantung kelas 3 & 4

dianjurkan untuk persalinan secara Sectio Caesaria

 Teminasi kehamilan dilakukan apabila terjadi suatu keadaan

hipertensi yang berhubungan dengan paru-paru, einseimer


sindrom yaitu keadaan hipertensi yang dihubungkan dengan
kelainan septum sehingga darah yang kurang oksigen masuk
ke paru-paru, sianotik yang kronis, dan Tetralogi Fallot
 Penyakit jantung kelas 1 tidak perlu tambahan therapy

 Penyakit jantung kelas 2 perlu mengurangi kerja fisik

terutama 28-30 minggu usia kehamilan

 Penyakit jantung kelas 3 perlu therapy digitalis dan dirawat

di rumah sakit sejak usia kehamilan 28-30 minggu

 Penyakit jantung kelas 4 dirawat di Rumah sakit dan

therapy dari Kardiolog


Pada persalinan
Kala 1
 Penanganan dilakukan oleh Gynekokog, kolaborasi dengan

Kardiolog

 Di ruang bersalin disiapkan O2, alat resusitasi, monitor

EKG, Morfhin dan diuretikum

 Penderita jantung kelas 1 & 2 dilakukan persalinan

pervaginam kerjasama dengan kardiolog dengan


pengawasan ketat. Dengan partus pervaginan angka
mortalitas dan morbiditas lebih kecil
 Membuat partograf

 Bila ada tanda Dekompensatio Cordis obati dengan digitalis

 Diberikan antibiotik untuk menjauhi infeksi

 Pengurang rasa nyeri yang adekuat dapat mengurangi

peningkatan curah jantung dan takikardi


Kala 2
 Cara persalinan secara umum yang dipilih adalah

pervaginam. Rencana persalinan darus dilakukan per


individu, hal yang perlu diinformasikan adalah waktu
persalinan, metode persalinan, induksi persalinan,
anestesi analgesia/regional, dan monitoring yang
diperlukan.
 Persalinan harus dilakukan di pusat kesehatan tersier

dengan tim perawatan multidisiplin. Secara umum,


persalinan sesar dilakukan bila ada indikasi obstetrik.
Persalinan sesar dianjurkan untuk wanita dengan:
1. Stenosis aorta berat (AS)
2. Bentuk hipertensi pulmonal berat (termasuk
sindrom Eisenmenger)
3. Gagal jantung akut
4. Dipertimbangkan pada pasien dengan prostesis
katup jantung mekanik untuk mencegah masalah
dengan persalinan pervaginam yang terencana.
5. Sindrom Marfan
6. Diseksi aorta kronik atau akut
Persalinan pervaginam direkomendasikan sebagai
pilihan pertama pada sebagian besar pasien
 Pimpin persalinan maksimal 15 menit. Bila dalam 15

menit belum lahir dilakukan ekstraksi forcep atau


vaccum dengan anestesi local, posisi kepala dan dada
ditinggikan
 Bila terjadi Dekompensatio Cordis, ibu dilarang

mengedan dan persalinan dilakukan dengan segera,


bila perlu lakukan efisiotomi dan ekstraksi vaccum
Kala 3

 Hindari pemakaian ergometrin kareana akan menghasilkan

kontraksi uterus yang bersifat tonik dan akibatnya terjadi


pengembalian darah ke sirkulasi besar sekitar 1 liter

 Hindari perdarahan post partum karena dengan perdarahan

akan memacu kerja jantung

 Hindari therapy intravena karena ekspansi intravaskuler

dapat meningkatkan kerja jantung, dapat diberikan oksitosin


dengan intra muscular
Kala 4 & Masa Nifas

 Bila memerlukan tranfusi gunakan Pack Red Cell

 Pasang gurita dapat dilakukan untuk mencegah perubahan

mendadak pada sirkulasi abdomilalis

 Lakukan pengawasan ketat pada TTV, perdarahan, anemia,

infeksi, tromboemboli

 Beri antibiotika untuk mencegah endikarditis

 Lakukan pengawasan intensif ( high care ) dalam 24 jam post

partum
 Pasien didukung untuk banyak tidur dan beristirahat

 Pasien dianjurkan untuk berlatih napas dalam guna

mencegah kesulitan pada paru-paru

 Laktasi pada penderita jantung kelas 1 & 2 diperbolehkan

 Penderita jantung kelas 3 & 4 tidak diperbolehkan laktasi

 Ibu bersalin dirawat sampai 2 minggu setealah persalinan


Prognosa
Ibu

 Tergantung dari berat penyakit yang di derita, umur, dan penyulit,

therapy, pimpinan persalinan, kerjasama dengan pasien

 AKI 1-5 %

 AKI penderita berat 15 %

Bayi

 Penyakit jantung ringan tidak terlalu mempengaruhi

 Penyakit jantung berat biasa menimbulkan gawat janin


LAPORAN KASUS
Identitas pribadi
DATA ISTRI (OS) SUAMI
Nama Ny. M Tn. Z
Umur 39 tahun 50 tahun
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia Aceh/Indonesia
Status Menikah Menikah
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Dusun Rejo Kel. Alur Cucur
Tanggal Masuk 28 Januari 2017 -
Jam Masuk 02.30 WIB -
No. RM 01.02.05.24 -
Anamnesa

 Keluhan Utama : Sesak Nafas

 Riwayat penyakit sekarang :

Sesak napas dialami OS sejak kehamilannya berusia 4 bulan dan


memberat dalam 7 hari ini, sesak terasa seperti tertimpa beban berat
tetapi nyeri dada tidak dirasakan. Sesak napas dipengaruhi oleh aktifitas
dan tidak berkurang dengan istirahat. Sesak tidak dipengaruhi oleh debu
dan cuaca. OS juga mengeluh terbangun pada malam hari karena sesak
nafas dan harus meninggikan bantal agar sesak berkurang. Kaki OS juga
bengkak dialami dalam 7 hari ini. Batuk, mengi, mual, muntah dan
demam tidak dikeluhkan..
OS juga merasakan mules-mules sesekali sejak 7 hari ini,
mules-mules mau melahirkan disangkal, keluar lendir darah
dari kemaluan disangkal dan keluar air-air dari kemaluan juga
disangkal. OS adalah pasien rujukan dari RS. Aceh Tamiang
dengan diagnosa G1P0A0 + aterm + hipertensi pulmonal +
hipertensi stage I

 Riwayat penyakit terdahulu : Sesak napas karena


penyakit jantung (OS tidak mengetahui jenis penyakit jantung
yang dialaminya), hipertensi pulmonal dan hipertensi stage I.
 Riwayat pemakaian obat : tidak jelas

 Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi, stroke

 Riwayat pekerjaan, sosial, ekonomi, kejiwaan

dan kebiasaan: Ibu rumah tangga, sosial baik,


ekonomi cukup, kejiwaan dan kebiasaan baik
Riwayat menstruasi

 Menarche usia 12 tahun

 Siklus haid teratur, 28 hari

 Lamanya haid 5-6 hari, 2-3x ganti duk/hari

 Disminore (+) kadang-kadang

 HPHT : 09/05/2016

 TTP : 16/02/2017

 ANC : Sp.OG 2 kali


 Riwayat pernikahan
Menikah 1 kali, usia 38 tahun

 Riwayat kehamilan
Hamil ini

 Riwayat kontrasepsi
Tidak dijumpa
Pemeriksaan Fisik
 Sensorium : Compos Mentis
 GCS : 15
 Keadaan umum : Sedang
 Tekanan Darah : 150/100 mmHg
 Frequensi nadi : 112x/i, regular, T/V cukup
 Frequensi napas : 34x/i
 Temperatur : 36,50C
Anemis :- Dyspnoe :+
Ikterus :- Oedea :+
Sianosis :- BB : 60kg TB: 155cm
Pemeriksaan Umum
 Kepala :

Mata: konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),

sclera ikterik (-/-), pupil isokor Ɵ 2 mm, refleks


cahaya (+/+)
T/H/M : dalam batas normal

 Leher : TVJ R+2cm H2O, pembesaran KGB (-),

struma (-)
 Dada :

Inspeksi : simetris fusiformis


Palpasi : stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : Bronkhial, ST : Ronkhi basah di kedua
basal paru.

Jantung: S1 (+), S2 (+), S3 (+), S4 (-)


 Abdomen :

 Membesar asimetris

 Leopold I : TFU 4 jari dibawah PX


 Leopold II : teregang punggung kiri
 Leopold III : terbawah kepala
 Leopold IV : 5/5
 Gerak janin : (+)
 HIS : (-)
 DJJ : 137x/i
 FBW : 2900-3000 gr
 Genitalia dan anus: tidak dijumpai kelainan

 Extremitas:
Superior : akral hangat, CRT < 3 detik
Inferior : akral hangat, oedema (+), CRT < 3 detik
Pemeriksaan ginekologi
 Pemeriksaan luar
Inspeksi :
 Vulva : tidak dijumpai kelainan
 Kelenjar bartholini : tidak dijumpai kelainan
 Labia mayora : tidak dijumpai kelainan
 Labia minora : tidak dijumpai kelainan

 Pemeriksaan dalam
 VT : cervix tertutup
 ST : lendir darah (-), air ketuban (-)
Pemeriksaan Laboratorium
DARAH RUTIN

Hb 11,7 g/dL
Ht 36,9 %
Leukosit 9.460/uL
Trombosit 326.000/uL

FUNGSI HATI

SGOT 20 U/L
SGPT 10 U/L
Alkhaline Phosphat 128 U/L
Billirubin total 0,16 U/L
Billirubin direct 0,07 U/L
FUNGSI GINJAL

Ureum 16 mg/dl
Creatinin 0,55 mg/dl
Uric Acid 8,1 mg/dl
KGD adrandom 107 mg/dl

Albumin 3,0 g/dl

LDH 513 U/L

d-dimer 960 mg/ml

ELEKTROLIT

Natrium 129 mmol/L


Kalium 4,4 mmol/L
Chlorida 123 mmol/L
AGDA

PH 7,56
PCO2 20,80 mmHg
PO2 134,90 mmHg
TCO2 19,70 mmol/L
HCO3 19,10 mmol/L
Base Excess -3,20 mmol/L
O2 saturasi 99,5 %
HbsAg / HIV -/-
URIN RUTIN
Warna Kuning
Kekeruhan Jernih
Reduksi Negatif
Protein +++
Bilirubin Negatif
Urobilinogen Positif
PH 6,5
Berat jenis 1,02
Nitrit Negatif
Pemeriksaan Penunjang USG TAS
 Janin tunggal, presentasi kepala, anak hidup
 Fetal movement (+), fetal heart rate (+)
 BPD : 93,5 mm
 AC : 31,8 mm
 FL : 72,3 mm
 Plasenta : corpus anterior
 Air ketuban cukup

Kesan : KDR 36 minggu 6/7 hari + PK + AH


Diagnosa Kerja
 Primigravida + Kehamilan Dalam Rahim 36 minggu
6/7 hari + Persentasi Kepala + Anak Hidup +
sangkaan CHF Fc III-IV + sangkaan hipertensi
pulmonal + Hipertensi stage I

Terapi
 Tirah baring
 O2 2-4 lpm (nasal kanul)
 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj. Ceftriaxone 2gr (profilaksis)
Rencana
 Konsul ke bagian kardiologi
 Konsul ke bagian anestesi
 Konsul ke bagian anak (perinatologi)
Jawaban konsul dari bagian kardiologi:
S: Nyeri dada(-), batuk (-), Paroksimal nocturnal dyspneu (+),
orthopnoe (+), dyspnea d’effort (+), edema tungkai (+)
O: Sensorium : Compos mentis
TD : 150/90 mmHg RR : 34x/i
HR : 112x/i T : 36,50C
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
Mata : konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-), pupil isokor Ɵ 2 mm, refleks cahaya (+/+)
T/H/M : dalam batas normal
Leher : TVJ R+2cm H2O, trakea di medial, pembesaras KGB
(-)
Dada :
Pulmo:
 Inspeksi : simetris fusiformis
 Palpasi : stem fremitus kanan=kiri
 Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : SP: bronkhial, ST: ronkhi basah di kedua basal
paru (+)

Cor:
 Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, ictus cordis tidak
terlihat
 Palpasi : Iktus kordis tak teraba
 Perkusi :
Batas jantung kanan:
Superior: interkosta 2 linea parasternalis dextra
Inferior: interkosta 4 linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri:
Superior: interkosta 2 linea parasternalis sinistra
Inferior: interkosta 4 linea medioclavicularis sinistra
 Auskultasi : HR : 112x/i, S1 (+), S2 (+), murmur (+),
gallop (-)
Abdomen : membesar asimetris
Genitalia dan anus: tidak dijumpai kelainan
Extremitas:
Superior : akral hangat, CRT < 3 detik
Inferior : akral hangat, oedema (+), CRT < 3 detik

 EKG: Sinus takikardi (112x/i), left ventrikel hipertrophi, right


ventrikel hipertrophi, right axis deviation.
 Foto thorax : hipertrovi ventrikel kiri + corakan hilus
melebar

A: CHF Fc. III-IV + hipertensi pulmonal + hipertensi stage I


+ sangkaan VSD
P:Tirah baring
 O2 4 lpm (nasal kanul)
 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj. Furosemide 20 mg/12 jam
 Tab. Spironolakton 1x25 mg
 Tab. Bisoprolol 1x1,25 mg

Anjuran: Stabilisasi keadaan umum setelah itu lakukan


Sectio caesarea dengan pendampingan dari bagian
kardiologi.
Rencana tindakan selanjutnya:

 Stabilisasi keadaan umum

 Sectio caesarea dan sterilisasi pomeray dengan


pemdampingan dari bagian kardiologi.
LAPORAN OPERASI
 Tanggal operasi : 28 Januari 2017
 Tindakan : Sectio Caesarea dan Sterilisasi Pomeray
Ibu dibaringkan diatas meja operasi dengan infus dan
kateter terpasang dengan baik. Dibawah epidural anestesi,
dilakukan tindakan aseptic dan antiseptic dengan
menggunakan providone iodine dan alcohol 70%, lalu
ditutup dengan duk steril kecuali lapangan operasi. Lalu
dimulai tindakan insisi pfanensteil mulai dari kutis sampai
dengan subkutis, fascia digunting ke kanan dan ke kiri, otot
dan peritoneum digunting ke atas dan kebawah, lalu
dikuakkan secara tumpul. Tampak uterus gravidarum sesuai
umur kehamilan.
Uterus diinsisi secara transverse pada bagian
segmen bawah rahim sampai menembus endometrium.
Tampak selaput ketuban yang utuh, lalu dilakukan
perobekan selaput ketuban tampak air ketuban yang
jernih, dengan meluksir kepala maka lahirlah bayi
perempuan, BB 2560 gr, PB 47 cm, apgar score 8/9,
anus (+). Kemudian tali pusat di klem di dua tempat
dan di gunting diantaranya, dengan PTT lahirlah
plasenta, kesan lengkap. Cavum uteri kemuadian
dibersihkan dengan kassa steril. Uterus dijahit secara
continous interlocking. Lalu dilakukan tindakan sterilisasi
pomeray sesuai prosedur.
Kemudian dilakukan penjahitan peritoneum dengan
plain cat gut no. 0, otot dijahit secara simple
menggunakan plain cat gut no. 0. Fascia dijahit secara
continue dengan vicryl no. 1. Subkutis dijahit secara
simple menggunakan plain cat gut no. 0. Kutis dijahit
secara subkutikuler dengan menggunakan vicryl no. 3.
Kemudian luka operasi ditutup dengan supratul dan
kassa steril, lalu di pasang hipafix. Keadaan umum ibu
post sectio caesarea stabil.
Terapi:
 IVFD RL + oxytocin 10 IU 20 gtt/i
 Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
 Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
 Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Rencana:
cek DR 2 jam post S
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Hari Rawatan 2 Hari Rawatan 3
(Hari Rawatan) (29 Januari 2017) (30 januari 2017)
Sesak (+), nyeri bekas
Keluhan Sesak (+) berkurang
operasi

Status Present

Keadaan umum Sedang Sedang

Sensorium Compos Mentis

Tekanan Darah 160/100 mmhg 150/100 mmhg

Frekuensi Nadi 100 x /i 88 x /i

Frekuensi Nafas 30 x/i 26 x/i

Temperature 36,1°C 37,0°C


Status Generalisata
Conjungtiva anemis -/-, sklera Conjungtiva anemis -/-, sklera
Mata
ikterik -/-, pupil isokor, RC +/+ ikterik -/-, pupil isokor, RC +/+
TVJ +2 cm H2O, trakea medial, TVJ +2 cm H2O, trakea medial,
Leher
pembesaran KGB (-) pembesaran KGB (-)
I : Simetris fusiformis I : Simetris fusiformis
P : SF Ka = Ki P : SF Ka = Ki
P : Sonor di ke 2 lap paru P : Sonor di ke 2 lap paru
A : sp : bronkhial A : sp : bronkhial
Thoraks
St :ronkhi basah di kedua basal St : ronkhi basah di kedua basal
paru paru
COR: S1 (+), S2 (+), S3 (+), S4 COR: S1 (+), S2 (+), S3 (+), S4
(-) (-)
Soepel, peristaltic (+) turun Soepel, peristaltic (+) N
TFU: 2 jari dibawah pusat, TFU: 2 jari dibawah pusat,
kontraksi kuat kontraksi kuat
P/V: (-), lokea (+) rubra P/V: (-), lokea (+) rubra
Abdomen L/O: tertutup verban, kesan L/O: tertutup verban, kesan
kering kering
BAK: (+) via kateter UOP BAK: (+) via kateter UOP
100cc jernih 1800 cc/24jam jernih
BAB: (-), flatus (-) BAB: (-), flatus (+)

Superior: akral hangat Superior: akral hangat


Ektremitas Inferior: akral hangat, oedema Inferior: akral hangat, oedema
+/+ +/+
Post SC a/i CHF Fc III-IV + hipertensi Post SC a/i CHF Fc III-IV +
pulmonal + hipertensi stage I + hipertensi pulmonal + hipertensi
A sangkaan VSD + post sterilisasi stage I + sangkaan VSD + post
pomeray + NH1 sterilisasi pomeray + NH2
- Tirah baring - Tirah baring
- Puasa - Diet M2 + putih telur
- O2 2-4 lpm (nasal canul) - O2 2-4 lpm (nasal canul)
- IVFD RL 20 gtt/i - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam - Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam

P - Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam - Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam


- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam - Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj. Furosemid 20 mg/12 jam - Inj. Furosemid 20 mg/12 jam
- Laxadin syr. 3xC1 - Laxadin syr. 3xC1
- Bisoprolol 1x 1,25 mg - Bisoprolol 1x 1,25 mg
- Spironolakton 1x25 mg - Spironolakton 1x25 mg

Foto thorax
R Echocardiografi
Hb/Ht/Leu/Trom:
Pemeriksaan Penunjang 11,4/35,8/19.290/325.000 -

Tanggal Hari Rawatan 4 Hari Rawatan 5


(Hari Rawatan) (31 Januari 2017) (1 Februari 2017)
Keluhan Sesak (-) Sesak (-)
Status Present

Keadaan umum Baik Baik


Sensorium Compos Mentis
Tekanan Darah 150/90 mmhg 140/80 mmhg
Frekuensi Nadi 72 x /i 76 x /i
Frekuensi Nafas 20 x/i 20 x/i
Temperature 36,6°C 36,8°C
Status Generalisata
Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik - Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -
Mata
/-, pupil isokor, RC +/+ /-, pupil isokor, RC +/+
TVJ +2 cm H2O, trakea medial, TVJ +2 cm H2O, trakea medial,
Leher
pembesaran KGB (-) pembesaran KGB (-)

I : Simetris fusiformis I : Simetris fusiformis


P : SF Ka = Ki P : SF Ka = Ki
P : Sonor di ke 2 lap paru P : Sonor di ke 2 lap paru
Thoraks A : sp :bronkhial A : sp : vbronkhial
St :ronkhi basah di kedua basal paru St : ronkhi basah di kedua basal paru
COR: S1 (+), S2 (+), S3 (-), S4 (-) COR: S1 (+), S2 (+), S3 (-), S4 (-)

Soepel, peristaltic (+) N Soepel, peristaltic (+) N


TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi
kuat kuat
Abdomen P/V: (-), lokea (+) rubra P/V: (-), lokea (+) rubra
L/O: tertutup verban, kesan kering L/O: tertutup verban, kesan kering
BAK: (+) UOP 500cc/jam, jernih BAK: (+) UOP 500cc/jam, jernih
BAB: (-), flatus (+) BAB: (-), flatus (+)
Superior: akral hangat Superior: akral hangat
Ektremitas
Inferior: akral hangat, oedema -/- Inferior: akral hangat, oedema -/-
Post SC a/i CHF Fc III-IV + Post SC a/i CHF Fc III-IV +
hipertensi pulmonal + hipertensi hipertensi pulmonal + hipertensi
A
stage I + sangkaan VSD + post stage I + sangkaan VSD + post
sterilisasi pomeray + NH3 sterilisasi pomeray + NH4
- Tirah baring
- Diet MB + putih telur - Tirah baring
- IVFD RL 20 gtt/i - Diet MB + putih telur
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam - Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
P
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam - Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Inj. Furosemid 20 mg/12 jam - Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Laxadin syr. 3xC1 - Laxadin syr. 3xC1
- Bisoprolol 1x 1,25 mg - Nifedipin 3x10 mg
- Spironolakton 1x25 mg
Lapor DPJP untuk acc pindah
R -
ruangan
Foto thorax:Gambaran:
Pemeriksaan
cardiomegali -
penunjang
Kesan: Congestif heart desease
Tanggal Hari Rawatan 6
(Hari Rawatan) (2 februari 2017)
Keluhan Sesak (-)
Keadaan umum Baik
Sensorium Compos mentis

Tekanan Darah 130/80 mmhg


Frekuensi Nadi 68 x /i
Frekuensi Nafas 20 x/i
Temperature 37,0°C
Conjungtiva anemis -/-, sklera
Mata ikterik -/-, pupil isokor, RC
+/+
Leher TVJ +2 cm H2O, trakea medial, pembesaran KGB (-)
I : Simetris fusiformis
P : SF Ka = Ki
P : Sonor di ke 2 lap paru
Thoraks
A : sp : bronkhial
St : ronkhi basah di kedua basal paru
COR: S1 (+), S2 (+), S3 (-), S4 (-)
Soepel, peristaltic (+) N
TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V: (-), lokea (+) rubra
Abdomen
L/O: tertutup verban, kesan kering
BAK: (+) N
BAB: (+), flatus (+)
Superior: akral hangat
Ektremitas
Inferior: akral hangat, oedema -/-
Post SC a/i CHF Fc III-IV + hipertensi pulmonal +
A hipertensi stage I + sangkaan VSD + post sterilisasi
pomeray + NH5

- Tirah baring
- Diet MB + putih telur
- Tab. Cefadroxil 2x500mg
P - Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
- Tab. Nifedipin 3x10 mg
- Tab. Captopril 2x6,25mg
- Laxadin syr. 3xC1

R PBJ
ANALISA KASUS
Dilaporkan pasien bernama Ny. M, usia 39 tahun, G1P0A0,
ibu rumah tangga, Islam, i/d Tn Z, usia 50 tahun, wiraswasta,
Islam, rujukan dari RS. Aceh Tamiang dengan diagnosa G1P0A0 +
aterm + hipertensi pulmonal + hipertensi stage I. Datang ke
RSUD dr. Pirngadi Medan dengan keluhan sesak napas yang
dialami sejak kehamilannya berusia 4 bulan dan memberat dalam
7 hari ini, sesak napas dipengaruhi oleh aktifitas dan tidak
berkurang dengan istirahat, OS juga mengeluh terbangun pada
malam hari karena sesak dan kaki bengkak dialami dalam 7 hari
ini. OS juga merasakan mules-mules sesekali sejak 7 hari ini.
Pemeriksaan vital sign di dapatkan TD: 150/100 mmHg, HR:
100x/I, RR: 34x/I,T: 36,70C.
Pada pemeriksaan lokalisata abdomen didapatkan
perut membesar asimetris, TFU 4 jari dibawah
proccesus xiphoideus, teregang punggung kiri,
terbawah kepala, gerak janin (+), HIS (-), DJJ 137x/i.
Pada pemeriksaan dalam vaginal toucher dijumpai cervix
tertutup dan di sarung tangan tidak dijumpai lendir
darah dan air ketuban. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium di jumpai peningkatan LDH 513, d-dimer
960, AGDA terkesan alkalosis respiratorik, dan
proteinuria (+++). Hasil USG transabdominal kesan
KDR 36 minggu 6/7 hari + presentasi kepala + anak
hidup.
Pasien didiagnosa PG + KDR 36 minggu 6/7 hari + PK +
AH + sangkaan CHF Fc III-IV + sangkaan hipertensi pulmonal
+ HT stage I. Dikonsulkan kebagian kardiologi dengan
jawabannya pasien didiagnosa CHF Fc. III-IV + hipertensi
pulmonal + hipertensi stage I + sangkaan VSD, terapi diberikan
diuretik dan antihipertensi, pasien dianjurkan untuk segera
dilakukan tindakan sectio caesarea. Pada tanggal 28/02/2017
pukul 06.00 WIB di lakukan tindakan sectio caesarea dan sterilisasi
pomeray dengan didampingi dokter dari bagian kardiologi, lahir
bayi perempuan dengan BB 2560 gr, PB 47 cm, APGAR skore
8/9, anus (+). Kemudian diberikan terapi pasca operasi
kolaborasi terapi dari bagian Obgyn dan Kardiologi. Keadaan
ibu pasca operasi stabil dan kemudian dirawat di ruang intensive
dengan pemantauan vital sign, perdarahan dan kontraksi uterus.
TEORI KASUS

Tanda dan gejala gagal jantung dalam kehamilan : Pada pasien sesak nafas (+),
a. Sesak napas bengkak pada tungkai(+). Pada
b. Nyeri dada pemeriksaan fisik dijumpai
c. Batuk napas pendek dan cepat pembesaran jantung (+), ronchi
d. Bengkak pada tungkai paru (+), peningkatan tekanan
e. Ibu hamil dengan anemia didapatkan pucat pada conjungtiva, vena jugularis (+), murmur (+).
telapak tangan, dan kuku serta lethargi dan kelelahan Sesuai dengan teori pasien
Pada pemeriksaan fisik: mengalami congestive heart
 Desiran kontinu pada jantung failure. Sedangkan hipertensi
 Disritmia pulmonal ditegakkan dari
 Pembesaran jantung pemeriksaan ekg berupa adanya
 Ronchi paru pembesaran ventrikel kanan dan
 Pembesaran hepar right axis deviation. Sedangkan
 Peningkatan vena jugularis dari foto thorax dijumpai corakan
 Ketegangan otot jantung yang berlangsung lama hilus yang melebar.
 Clubing pada jari tangan dan jari kaki
 Sianosis
TEORI KASUS
Klasifikasi penyakit jantung organik menurut New York Pasien mengalami sesak nafas
Heart Asosiation (NYHA) :
baik saat beraktivitas dan
Kelas 1 : Tidak berbahaya, aktifitas fisik tidak terbatas, beristirahat sesuai dengan
tidak ada gejala pada keadaan biasa dan tidak ada angina
pectoris teori pasien termasuk ke
dalam functional class III-IV.
Kelas 2 : Agak berbahaya, aktifitas fisik agak terbatas,
waktu istirahat tidak ada gejala, kegiatan fisik bias
menimbilkan gejala insufisiensi jantung dengan gejala lelah,
palpitasi, sesak, angina pectoris, oedema tangan/tungkai

Kelas 3 : Berbahaya, aktifitas fisik terbatas, waktu istirahat


tidak ada gejala, aktifitas ringan menimbulkan keluhan
insufisiensi jantung

Kelas 4 : Sangat berbahaya, tidak mampu melakukan


aktifitas fisik dengan baik, waktu istirahat dapat
menimbulkan keluhan insifisiensi jantung
TEORI KASUS
Persalinan harus dilakukan di pusat kesehatan tersier Pada pasien dilakukan sectio
dengan tim perawatan multidisiplin. Secara umum, caesarea dengan
persalinan sesar dilakukan bila ada indikasi obstetrik. mempertimbangkan kehamilan
Persalinan sesar dianjurkan untuk wanita dengan: yang sudah menuju aterm yaitu
1. Stenosis aorta berat (AS) 36 minggu 6/7 hari, belum
2. Bentuk hipertensi pulmonal berat (termasuk sindrom adanya tanda-tanda inpartu,
Eisenmenger) adanya pemberat berupa CHF
3. Gagal jantung akut fc III-IV dan hipertensi
4. Dipertimbangkan pada pasien dengan prostesis katup pulmonal , serta primi tua.
jantung mekanik untuk mencegah masalah dengan persalinan Sesuai dengan teori pada
pervaginam yang terencana. penderita hipertensi pulmonal
5. Sindrom Marfan tidak dianjurkan untuk
6. Diseksi aorta kronik atau akut persalinan spontan pervaginam.
Persalinan pervaginam direkomendasikan sebagai pilihan Dan juga bagian kardiologi
pertama pada sebagian besar pasien. menyarankan untuk dilakukan
sectio caesarea segera.
TEORI KASUS

Dengan memperhatikan resiko penyakit Sesuai dengan teori,


jantung, kelainan jantung kelas 3 & 4 pada pasien telah
sebaiknya tidak hamil dan dapat memilih dilakukan sterilisasi
cara kontrasepsi AKDR atau kontap pomeroy untuk
mencegah kehamilan
dikarenakan pada
functional class III-IV
penderita seharusnya
tidak diperbolehkan
hamil.
Kesimpulan
Ny. M, usia 39 tahun, G1P0A0, Jawa, Islam, ibu rumah tangga, istri
dari Tn. Z, usia 50 tahun. Diagnosa Primi Gravida + KDR 36 minggu 6/7
hari + Presentasi Kepala + Anak Hidup + CHF Fc III-IV + suspek
hipertensi pulmonal + HT stage I, telah dilakukan tindakan sectio caesarea
dan sterilisasi pomeray pada tanggal 28 Januari 2017, dimana kondisi OS
pasca operasi stabil. Diberikan terapi dengan menggunakan oksigen, cairan
kristaloid secara intravena, analgetik, tokolitik, antihipertensi, antibiotik
dan obat untuk menurunkan asam lambung. Pasien di rawat di ruang
intensif semala 4 hari pasca operasi dan 1 hari di ruang rawat inap kelas 3.
Pasien pulang dengan kondisi stabil dimana tekanan darah normal, tidak ada
sesak napas dalam 3 hari berturut-turut, dan mobilisasi baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai