Anda di halaman 1dari 33

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. (Nifas)
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal
(Ambarwati, 2009).
B. Tahap Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium
intermedial, dan remote puerperium (Ambarwati, 2009).
1. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

C. Etiologi
Perubahanperubahan yang terjadi pada masa kehamilan dan persalinan
menyebabkan terjadinya proses adaptasi organ-organ tubuh untuk kembali
ke keadaan sebelum hamil.
Faktor predisposisi : perdarahan, trauma persalinan, partus lama, retensio
plasenta, KU Ibu (anemia dan malnutrition).
1

D. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal,
yaitu:
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
1) Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm
di atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24
jam. Pada hari post partum keenam fundus normal akan berada
di pertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak
bisa dipalpasi pada hari ke-9 pasca partum.
2) Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons
terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah
dan membantu hemostasis. Selama 1-2 jam pertama post
partum, intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur.

3) Afterpain
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus
pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang
periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal puerperium.
4) Lokhia
Pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus selama masa nifas disebut lokhia. Lokhia ini terdiri
dari lokia rubra (1-4 hari) jumlahnya sedang berwarna merah dan
terutama darah, lokhia serosa (4-8 hari) jumlahnya berkurang

dan berwarna merah muda (hemoserosa), lokhia alba (8-14 hari)


jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna.
b. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari
tangan, setelah 6 minggu post partum serviks menutup.
c. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali ke keadaan tidak hamil, rugae dalam vagina kembali ke
keadaan tidak hamil dan secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
d. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan.

2. Sistem kardiovaskuler
a. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik,
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera
berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.
b. Denyut nadi
Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada
masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu. Pada
minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali
ke frekuensi sebelum hamil.
c. Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali ke keadaan
semula sebelum melahirkan.
3. Sistem endokrin
3

Pengeluaran

plasenta

menyebabkan

penurunan

signifikan

hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen


dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
kadar terendahnya tercapai kira-kira satu minggu pascapartum.
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa
hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai
minggu keenam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi
oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak
makanan tambahan yang diberikan.
4. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasme (kontraksi otot yang mendadak di luar kemaluan)
sfingter dan udema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi
akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
5. Sistem gastrointestinal
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan atau dehidrasi.
6. Sistem muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8
setelah wanita melahirkan.
7. Sistem integument
Kloasma yang muncul

pada

masa

kehamilan

biasanya

menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea


nigra tidak menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang
seluruhnya.
8. Payudara
4

Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas


kecuali jika laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih
kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap
perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
E. Adaptasi Psikologis
1. Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan
hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan
ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat
keputusan.
2. Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari
ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi,
mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri
dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
3. Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab
peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post
partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai
ayah dan berinteraksi dengan bayi.
F. Pathways

G. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut involusi. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan
yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak
menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
5

semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium


ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
H. Gambaran Klinik pada Komplikasi Post Partum

Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska


persalinan sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda
sebagai berikut :
Gejala dan Tanda

Uterus tidak
berkontraksi dan

Penyulit

Syok

Bekuan darah

lembek

Diagnosa Penyebab

Atonia uteri

Robekan jalan

pada serviks atau

Perdarahan segera

pada posisi

setelah bayi lahir

terlentang akan
menghambat aliran

Darah segar

darah keluar
Pucat

mengalir segera setelah

Lemah

anak lahir

Mengigil

Tali pusat putus

lahir

Uterus berkontraksi
dan keras

Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir
setelah 30 menit

Perdarahan segera,

Inversio uteri

Perdarahan

uterus berkontraksi dan

keras
Plasenta atau

Uterus
berkontraksi tetapi

lengkap

tinggi fundus uteri

Perdarahan segera
Uterus tidak teraba

Lumen vagina terisi

tidak berkurang
Neurogenik syok,
pucat dan limbung

massa

I.

Retensio
plasenta

lanjutan

sebagian selaput tidak

Komplikasi
1. Perdarahan Per Vagina
a. Hemoragi Post Partum Primer

Tertinggalnya
sebagian plasenta

Inversio uteri

Yaitu mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah


kelahiran. Penyebab:
1) Uterus atonik (terjadi karena misalnya: placenta atau selaput
ketuban tertahan).
2) Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang
menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomy).
3) Koagulasi intravascular diseminata
4) Inversi uterus.

b. Hemoragi Post Partum Sekunder


Adalah mencakup semua kejadian Hemoragi Post Partum yang
terjadi antara 24 jam setalah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post
partum. Penyebab:
1) Fragmen placenta atau selaput ketuban tertahan.
2) Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi
di serviks, vagina, kandung kemih, rectum).
3) Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, rupture
uterus).
2. Infeksi Masa Nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus
genetalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecah ketuban
(rupture membrane) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau
abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini:
a. Nyeri pelvic.
b. Demam 38,5C atau lebih.
c. Nyeri tekan di uterus.
d. Lokea berbau menyengat (busuk).
e. Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus.
f. Pada laserasi/luka episiotomy terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan
cairan nanah.
Bakteri penyebab sepsis puerperalis:
a. Streptokokus
b. Stafilokokus
c. E. Coli
d. Clostridium tetani
e. Clostridium welchi
f. Clamidia dan gonocokus
Faktor resiko pada sepsis puerperalis:
a.
Anemia/kurang gizi.
8

b.
c.
d.
e.

Higiene yang buruk.


Teknik aseptic yang buruk.
Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir.
Adanya jaringan mati pada jalan lahir (akibat kematian janin
intra uteri, fragmen atau membran plasenta yang tertahan, pelepasan

f.

jaringan mati dari dinding vagina setelah persalinan macet).


Insersi tangan, instrument, atau pembalut/tampon yang tidak

steril (praktek tradisional juga harus diperiksa).


Ketuban pecah lama
Pemeriksaan vagina yang sering.
Kelahiran melalui SC dan tindakan operasi lainnya.
Laserasi vagina atau laserasi servik yang tidak diperbaiki.
PMS yang diderita.
Haemoragi post partum.
Tidak diimunisasi terhadap tetanus.
Diabetes mellitus
Kelainan Payudara
a.
Bendungan air susu
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

3.

lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan


berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air
susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup
hebat dan disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut
menggambarkan

aliran

darah

normal

yang

berlebihan

dan

penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor


regular untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan
overdestensi system lacteal oleh air susu.
Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Roser (1996)
mengamati bahwa 18% wanita normal akan mengalami demam post
partum akibat bendungan air susu. Lamanya panas berkisar dari 4
hingga 16 jam dan suhu tubuhnya berkisar antara 38-39C.
ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain, khususnya panas yang
b.

disebabkan oleh infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.


Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan
komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang
dijumpai dalam masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu
pertama masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu
ketiga atau ke empat. Bendungan yang mencolok biasanya
9

mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil


atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera di ikuti oleh kenaikan
suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara
kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan
rasa nyeri.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal.
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan
aman.
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.
e. Atasi syok jika terjadi syok.
f. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,
lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml
dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit).
g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan
robekan jalan lahir.
h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk.
j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
2. Penatalaksanaan khusus
a. Atonia uteri
1) Kenali dan tegakan kerja atonia uteri. Sambil melakukan
pemasangan

infus

dan

pemberian

uterotonika,lakukan

pengurutan uterus.
2) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir.
3) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan:
a) Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui
dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
belah

telapak

tangan

yang

melingkupi

uteus.

Bila

perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan


hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke
fasilitas kesehata rujukan.
b) Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara
telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan
10

dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam


miometrium.
c) Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis
dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut
genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah
umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga
mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan
menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.
4) Retensio plasenta dengan separasi parsial
a) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan
dengan tindakan yang akan diambil.
b) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila
ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.
c) Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan
tetesan

40/menit,

bila

perlu

kombinasikan

dengan

misoprostol 400mg per rektal.


d) Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan
manual plasenta secara hati-hati dan halus.
e) Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
f) Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
g) Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral +
metronidazole 1 g supp/oral )

5) Plasenta inkaserata
a) Tentukan diagnosis kerja.
b) Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi
serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter
untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi
siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk
mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin
timbul.
c) Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup
untuk melahirkan plasenta.
d) Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian
plasenta tampak jelas.

11

e) Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan
f)

lepaskan speculum.
Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta

tampak jelas.
g) Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta
disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin,
minta asisten untuk memegang klem tersebut.
h) Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral.
i) Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar
searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.
6) Ruptur uteri
a) Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20
menit dan siapkan laparatomi.
b) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta,
fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien
ke rumah sakit rujukan.
c) Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus.
d) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi.
e) Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum
f)

abdomen.
Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda

infeksi.
7) Sisa plasenta
a) Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan.
b) Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis.
c) Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuret.
d) Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus
600mg/hari selama 10 hari.
8) Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina
a) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi
dan sumber perdarahan.
b) Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan
antiseptic.

12

c) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat


dengan benang yang dapat diserap.
d) Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal .
e) Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan
lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai
berikut:
Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi

rektum hingga ujung robekan.


Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan
simpul sub mukosa, menggunakan benang polyglikolik
No 2/0 (deton/vierge) hingga ke sfinter ani, jepit kedua

sfinter ani dengan klem dan jahit dengan benang no 2/0.


Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub
mukosa dengan benang yang sama ( atau kromik 2/0 )

secara jelujur.
Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub

mukosa dan sub kutikuler.


Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan

antibiotika untuk terapi.


9) Robekan serviks
a) Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur
akan mengalami robekan pada posisi spina ishiadika
tertekan oleh kepala bayi.
b) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi
terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral
bawah kiri dan kanan porsio.
c) Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek
sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah
eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan
penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian
kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
d) Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi
fundus uteri dan perdarahan paska tindakan.
e) Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui
f)

tanda-tanda infeksi.
Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb

dibawah 8 gr% berikan transfusi darah.


3. Penatalaksanaan Medis
a. Tes diagnostik
13

1) Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht).


2) Urinalisis; kadar urin, darah.
b. Terapi
1) Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia.
2) Memberikan antibiotik bila ada indikasi.

K. Perawatan Paska Persalinan


1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama
8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh tidur miring ke kanan dan kiri
untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke2 diperbolehkan duduk dan hari ke-3 jalan-jalan.
2. Diit
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makanmakanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri dan secepatnya. Bila kandung
kemih penuh dan sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit
buang air besar dan terjadi konstipasi dapat diberikan laksan peroral
atau per rektal.
5. Perawatan payudara
Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi. Dianjurkan supaya ibu
menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
6. Laktasi
ASI merupakan makanan utama bayi yang mengandung nutrisi sesuai
dengan kebutuhan bayi. Menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan
rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
7. Pemeriksaan pasca persalinan
a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dll.
b. Keadaan umum : suhu, selera makan, dll.
c. Payudara : ASI, puting susu.
14

d. Genetalia : perineum, kandung kemih, rectum .


e. Sekret yang keluar misalnya lochea, flour albus.
8. Nasihat untuk ibu post natal
a. Menganjurkan agar memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan.
b. Menganjurkan agar bayi di imunisasi.
c. Menganjurkan untuk melakukan KB.
d. Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.
L. Konsep Asuhan Keperawatan pada Post Partum
Menurut Doengoes (2001) konsep asuhan keperawatan pada post partum
meliputi :
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
b. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (postpartum blues) sering terlihat
kira-kira 3 hari setelah melahirkan.
d. Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
e. Makanan/cairan
f.

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.


Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3

sampai ke-5 pascapartum.


g. Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran
menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.Lokhea rubra berlanjut
sampai hari ke 2-3 , berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran
tergantung pada posisi (misalnya rekumben versus ambulasi berdiri)
dan aktivitas (misalnya menyusui).
h. Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu
matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih dini, tergantung
kapan menyusui dimulai.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul
a. Nyeri
akut
berhubungan
dengan

trauma

mekanis,

udema/pembesaran jaringan atau distensi efe-efek hormonal.


b. Ketidakefektifan
menyusui
berhubungan
dengan
tingkat
pengetahuan,

pengalaman

karakteristik payudara.
15

sebelumnya,

tingkat

dukungan,

c. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek


anestesi, profil darah abnormal.
d. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan Hb, prosedur invasif, pecah ketuban, malnutrisi.
e. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal,
f.

trauma mekanis, udema jaringan, efek anestesi.


Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan penurunan masukan/penggantian tidak adekuat, kehilangan

cairan berlebih (muntah, hemoragi, peningkatan keluaran urine).


g. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek
progesteron, dehidrasi, nyeri perineal.
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri
dan
i.

bayi

berhubungan

dengan

kurang

pemahaman,

salah

interpretasi tidak tahu sumber sumber.


Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka

jahitan perineum.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa 1
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang dengan kriteria: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda
vital dalam batas normal (S = 370 C, N = 80 x/menit, TD = 120/80
mmHg, R = 18 20 x/menit).
Intervensi:
1) Kaji ulang skala nyeri.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat.
2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi
rasa nyeri.
Rasional: mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan.
3) Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi.
Rasional: memperlancar pengeluaran lokhea,mempercepat
involusi dan mengurangi nyeri secara bertahap.
4) Berikan kompres hangat.
Rasional: meningkatkan sirkulasi pada perinium.
5) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: melonggarkan sistem saraf perifer sehingga rasa
nyeri berkurang.
b. Diagnosa 2
Tujuan:

16

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat


mencapai kepuasan menyusui dengan kriteria: ibu mengungkapkan
proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi:
1) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini
agar memberikan intervensi yang tepat.
2) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui.
Rasional: posisi yang tepat mencegah luka/pecah puting yang
dapat merusak dan mengganggu.
4) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui.
Rasional: kelembaban pada payudara tetap dalam batas
normal.
c. Diagnosa 3
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera pada ibu
tidak terjadi dengan kriteria: ibu dapat mendemonstrasikan perilaku
unsur untuk menurunkan faktor risiko/melindungi harga diri bebas
dari komplikasi.
Intervensi:
1) Tinjau ulang kadar Hb dan kehilangan darah waktu melahirkan
observasi dan catat tanda anemia.
Rasional: mengetahui kesenjangan kondisi ibu dan intervensi
yang cepat dan tepat.
2) Anjurkan mobilitas dan latihan dini secara bertahap.
Rasional: meningkatkan sirkulasi dan aliran darah

ke

ekstremitas bawah.
3) Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Rasional: bahaya eklamsi ada di atas 72 jam post partum
sehingga dapat diketahui dan diinteraksikan.
d. Diagnosa 4
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi pada ibu
tidak terjadi dengan kriteria: ibu dapat mendemonstrasikan teknik
untuk menurunkan risiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi:
1) Kaji lokhea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi
jahitan episiotomi.
Rasional: mendeteksi

tanda

infeksi

lebih

dini

mengintervensi dengan tepat.


2) Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
17

dan

Rasional: pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan


media yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
3) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional: peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
4) Lakukan rendam bokong.
Rasional: memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi
udema.
5) Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional: membantu mencegah kontaminasi rektal melalui
vaginal.
e. Diagnosa 5
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu tidak
mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan kriteria: ibu dapat
berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum, tidak merasa sakit
saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi:
1) Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga dapat
melakukan intervensi dengan tepat.
2) Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
3) Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk,
alirkan air keran.
Rasional: agar kencing

f.

yang

tidak

dapat

keluar,

bisa

dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.


4) Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.
Diagnosa 6
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu tidak
kekurangan volume cairan dengan kriteria: cairan masuk dan keluar
seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL).
Intervensi:
1) Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional : memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi

kuat dan mengontrol perdarahan.


2) Pertahankan cairan peroral 1,5-2 liter/hari.
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi.
3) Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional : peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
4) Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional : penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.
g. Diagnosa 7
18

Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan konstipasi tidak
terjadi pada ibu dengan kriteria: ibu dapat BAB maksimal hari ke 3
post partum, feses lembek.
Intervensi:
1) Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi
dan meningkatkan secara progresif.
Rasional : membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
2) Pertahankan diit reguler dengan kudapan diantara makanan,
tingkatkan makan buah dan sayuran.
Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu
meningkatkan peristaltik usus.
3) Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
4) Kolaborasi pemberiansupositoria.
Rasional : mencegah mengedan dan stres perineal.
h. Diagnosa 8
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan ibu
tentang perawatan diri dan bayi bertambah dengan kriteria:
mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum, dapat
melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti
perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi:
1) Berikan informasi tentang perawatan diri (perawatan perineal)
perubahan fisiologi, lokhea, perubahan peran, istirahat, KB.
Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat
penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari
perubahan fisik dan emosional.
2) Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat,
ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional : menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi
sehingga bayi tumbuh dengan baik.
3) Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang
sudah dipelajari.
i.

Diagnosa 9
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gerak dan
aktivitas ibu terkoordinasi dengan kriteria: sudah tidak nyeri pada
19

luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit
(nyeri berkurang).
Intervensi:
1) Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke
ekstremitas bawah.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka jahitan
perinium.
Rasional :

mempercepat

penyembuhan

luka

sehingga

memudahkan gerak dan aktivitas.


3) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : melonggarkan sistem saraf parifer sehingga rasa
nyeri berkurang.

BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian
Jam
Tempat
Oleh

Sumber data

: Senin, 8 Juni 2015


: 09.00 WIB
: Ruang rawat inap Puskesmas Mergangsan
: 1. Ade Banu Hamdan
2. Alfi Mualifah
3. Anindya Intan Pratiwi
4. Anis Apriliyana Mayasari
5. Jane Astrilia Thuwati
: Pasien, keluarga pasien, status pasien, dan
tenaga kesehatan
20

Metode

: Anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, dan


studi dokumen

1. Identitas
a. Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Agama
5) Status perkawinan
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Suku/Kebangsaan
9) Alamat
10) Tanggal masuk
11) Tanggal persalinan
12) Dx. Medis

: Ny. AF
: 34 tahun
: Perempuan
: Islam
: Menikah
: SLTA
: Ibu rumah tangga
: Jawa/Indonesia
: Prawirodirjan GM II/ 1022, Gondomanan,
Yogyakarta
: 7 Juni 2015 pukul 20.00 WIB
: 8 Juni 2015 pukul 00.25 WIB
: 8 Jam Post Partum

b. Penanggung jawab
1) Nama
2) Umur
3) Pekerjaan
4) Alamat

: Tn. D
: 28 tahun
: Wiraswasta
: Prawirodirjan GM II/ 1022,
Gondomanan, Yogyakarta
: Suami

5) Hubungan dengan pasien


2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama
: Pasien mengatakan nyeri dengan kriteria :
P
: Adanya luka jahitan post partum
Q
: Nyeri seperti digigit semut
R
: Pada bagian vagina
S
: Dengan skala 5 (skala nyeri 0-10)
T
: Nyeri timbul jika untuk bergerak atau buang air kecil,
nyeri terasa perih selama 10 detik
2) Riwayat kehamilan
a) 8 jam post partum dengan status P3 A0 Ah3 G3
HPMT
: 15 September 2014
HPL
: 22 Juni 2015
Usia Kehamilan
: 37 minggu 6 hari
b) Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
Trimester I : pasien menyatakan tidak merasa mual dan
muntah.

21

Trimester II

: pasien menyatakan keputihan, terasa gatal

pada genetalia, sering pusing, tangan kesemutan, dan

kencang-kencang.
Trimester III : pasien menyatakan punggung pegal, dan

perut kenceng-kenceng, dan sesak ulu hati.


c) Imunisasi
Pasien menyatakan selama hamil mendapatkan imunisasi TT
sebanyak dua kali.
3) Riwayat persalinan
a) Lendir darah keluar melalui vagina tanggal 07 Juni 2015 jam
20.00 WIB. Perut terasa kencang-kencang, TFU 33 cm,
presentase kepala, denyut jantung janin 131x/menit, HIS
terjadi 2 kali dalam 10 menit dengan durasi 30 detik setiap kali
kontraksi.
b) Pada tanggal 08 Juni 2015, jam 00.00 WIB HIS terjadi 3 kali
dalam 10 menit dengan durasi 35 detik setiap kali kontraksi,
denyut jantung janin 124 x /menit.
c) Persalinan tanggal 08 Juni 2015 jam 00.25 WIB
d) Jenis persalinan spontan pervaginam, presentasi kepala.
e) Keadaan bayi :
Bayi hidup, menangis kuat, jenis kelamin perempuan, BB:
f)

3400 gr, PB: 47 cm, LK: 35 cm, LD: 35 cm, LILA: 12 cm.
APGAR Score

APGAR Score
1 menit
5 menit
Denyut jantung
2
2
Pernapasan
2
2
Tonus otot
1
2
Refleks
1
1
Warna kulit
2
2
Jumlah
8
9
b. Riwayat Kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma dan lain-lain. Pasien
juga tidak pernah mengalami gangguan reproduksi.
2) Riwayat reproduksi
a) Menstruasi
Menarche 15 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 7 hari,
tidak dismenhore, sifat darah khas darah menstruasi, ada
keputihan.
22

b) Menikah
Pasien menyatakan sudah menikah dua kali saat pasien umur
20 tahun dan umur 28 tahun.
c) Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan, ini adalah anak ketiga, belum pernah
keguguran, anak pertama berumur 8 tahun yaitu laki-laki, lahir
secara spontan pervaginam dibantu oleh dokter dan bidan di
Puskesmas Mergangsan dengan BB 2600 gram. Anak yang
kedua berumur 5 tahun yaitu laki-laki, lahir secara spontan
pervaginam dibantu oleh dokter dan bidan di Puskesmas
Mergangsan dengan BB 3300 gram.
d) Keluarga Berencana
Pasien menyatakan tidak pernah menggunakan KB.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga dari suami pasien ada yang
mempunyai riwayat penyakit asma. Keluarga pasien tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit menular.

3. Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
1) Pola makan, frekuensi, jenis, dan jumlah

23

Pola makan normal, yaitu 2 kali sehari dengan porsi sedang dan
dapat mengkonsumsi semua jenis makanan. Klien juga suka
mengkonsumsi sayuran hijau rutin setiap hari.
2) Perubahan pola makan setelah melahirkan
Tidak ada
3) Alergi makanan
Pasien menyatakan tidak ada alergi makanan ataupun obat.
4) Minum, jumlah, dan jenis
Pola minum normal, yaitu sekitar 8 gelas air putih (2 liter) dalam
sehari dan setelah melahirkan pada saat dikaji sudah minum air
putih sebanyak 800 ml.
5) Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi
Tidak ada
b. Eliminasi
1) Buang air kecil
Pasien menyatakan sebelum melahirkan sering kencing 8 kali
sehari dan setelah melahirkan pasien sudah buang air kecil
sebanyak 5 kali ( 300 ml).
2) Buang air besar
Pasien menyatakan sebelum melahirkan pasien b.a.b 1 kali
sehari. Namun, setelah melahirkan pasien menyatakan belum
buang air besar dan perut terasa sebah.
c. Aktifitas dan Latihan
Sebelum melahirkan:
Pasien menyatakan sebelum melahirkan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien
melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu.

Setelah melahirkan:
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum
V
Toileting
V
Berpakaian
V
Mobilitas di tempat tidur
V
Berpindah
V
Ambulasi/ROM
V
Ket: 0:mandiri, 1:alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang
lain dan alat, 4:tergantung total
d. Istirahat dan Tidur
Sebelum melahirkan:
24

Pasien menyatakan pada trimester pertama, trimester kedua, dan


trimester ketiga pasien menyatakan tidurnya cukup, selama 7 jam dari
jam 21.00 sampai jam 04.00.
Setelah melahirkan:
Pasien menyatakan tidak bisa tidur setelah melahirkan. Pasien tidur 1
jam saja dari jam 4 sampai dengan jam 5 pagi karena tidak nyaman.
Pasien menyatakan mengantuk. Pasien terlihat lemas dan sesekali
menguap.
e. Seksualitas
Biasa berhubungan
f.

dengan

suami

tanpa

menggunakan

alat

kontrasepsi dan tidak ada gangguan fungsi seksualitas


Persepsi dan Kognitif
1) Status mental : baik
2) Sensasi
: baik
3) Pendengaran : baik
4) Berbicara
: baik
5) Penciuman
: baik
6) Perabaan
: pasien dapat membedakan dingin, panas, kasar
7) Kejang
: tidak ada riwayat kejang

8) Nyeri

9) Kognitif

: pasien saat ini merasakan nyeri di daerah


sekitar jahitan, terlihat meringis menahan nyeri
saat bergerak
: pasien sudah mengetahui perawatan bayi baru
lahir, seperti perawatan tali pusat, teknik menyusui
yang benar, pasien menyatakan ketika selesai
menyusui selalu mengajak berkomunikasi dengan
anaknya dan selalu disendawakan, pasien ketika
menyusui mampu memosisikan cara menyusui

yang benar
g. Persepsi dan Konsep Diri
1) Motivasi terhadap kehamilan
Pasien tetap merasa senang dan bersyukur atas kehamilannya
yang ketiga karena jenis kelamin anaknya adalah perempuan.
2) Efek kehamilan terhadap body image
Pasien menganggap wajar dan merasa percaya diri, serta tidak
malu dengan bentuk badan yang berbeda.
3) Orang yang paling dekat
Suami dan adik perempuannya.
4. Pemeriksaan Fisik
25

a. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah: 100/60 mmHg
2) Nadi
: 86 kali/menit
3) Temperatur
: 36,1oC
4) Respirasi
: 24 kali/menit
b. Status Gizi
1) Berat badan
: 48 kg
2) Tinggi badan
: 157 cm
3) IMT
: 19,47 kg/m2 (normal)
c. Kulit, rambut, dan kuku
1) Inspeksi kulit
: kulit lembab, tidak kering
2) Inspeksi kuku dan rambut
: kuku pendek dan bersih, rambut
agak kering
d. Kepala dan leher
1) Wajah
: tidak oedem, tidak pucat
2) Mata
: sklera putih, konjungtiva merah muda, mata
terlihat sayu
3) Telinga : tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
4) Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
e. Mulut dan hidung
1) Mulut
: membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
2) Hidung
: tidak ada pembesaran polip.
f. Thoraks dan paru-paru
Pasien tidak mengeluh sesak napas. Terlihat dada simetris antara
kanan dan kiri, frekuensi napas 24 x/menit, saat di palpasi tidak ada
nyeri tekan dan massa.
g. Payudara
Payudara simetris, areola terlihat hiperpigmentasi, puting menonjol,
ASI dapat keluar dengan lancar, dan tidak ada lesi pada puting susu.
Bayi tampak menghisap dan menelan secara regular (teratur).
h. Jantung
Pasien menyatakan tidak memiliki masalah jantung.
i. Abdomen
Perut pasien tampak membuncit, TFU 1 jari di atas pusar, bulat datar
j. Genetalia
Terdapat jahitan yang bersih, tidak ada perdarahan aktif, tidak ada
jahitan yang lepas, tidak ada odem vagina, vagina licin, Daerah
genetalia (vulva) bersih, keluar cairan lokhia rubra, konsistensi cair
dan terdapat gumpalan, jumlah lokhea selama pasca kelahiran 600
cc.
5. Terapi medis yang diberikan pada tanggal 8 Juni 2015
No.
1.

Jenis Terapi
Sulfat Ferus

Dosis
500 mg
26

Rute
Oral

Diberikan
2x500 mg

2.
3.
4.

Amoxcicillin
Vitamin A
B complex
B. ANALISA DATA

No
.
1.

500 mg
200.000 IU
0,5 mg

Oral
Oral
Oral

3x500 mg
1x1 200.000 IU
2x0,5 mg

Data

Masalah

DS:

Nyeri akut

Pasien mengatakan nyeri dengan kriteria :


P
Q
R
S
T

: Adanya luka jahitan post partum


: Nyeri seperti digigit semut
: Pada bagian vagina
: Dengan skala 5 (skala nyeri 0-10)
: Nyeri timbul jika untuk bergerak atau buang air kecil
nyeri terasa perih selama 10 detik

DO:

2.

DS:
-

Pasien terlihat meringis menahan nyeri saat bergerak.


Terdapat jahitan di vagina yang bersih
Tekanan darah: 100/60 mmHg.
Nadi : 86 kali/menit.
Respirasi : 24 kali/menit.
Gangguan pola tidur
Pasien menyatakan tidak bisa tidur setelah melahirkan,
tidur 1 jam saja dari jam 4 sampai dengan jam 5 pagi

karena tidak nyaman.


- Pasien menyatakan mengantuk.
DO:
- Pasien terlihat lemas.
- Pasien terlihat sesekali menguap.
- TD: 100/60 mmHg.
- Nadi: 86 x/menit.
3.

DS:

Kesiapan meningkatkan

Pasien menyatakan ketika selesai menyusui, anaknya selalu

pemberian ASI

disendawakan.
DO :
-

Pasien ketika menyusui selalu mengajak berkomunikasi

dengan anaknya
Pasien ketika menyusui

menyusui yang benar


Bayi tampak menghisap dan menelan secara regular

mampu

(teratur).
27

memosisikan

cara

C. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka jahitan post
partum) yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dengan
kriteria : adanya luka jahitan post partum, nyeri seperti digigit semut
pada bagian vagina dengan skala 5 (skala nyeri 0-10), nyeri timbul
jika untuk bergerak atau buang air kecil nyeri terasa perih selama
10 detik, pasien terlihat meringis menahan nyeri saat bergerak,
terdapat jahitan di vagina yang bersih, tekanan darah: 100/60
mmHg, nadi : 86 kali/menit, respirasi : 24 kali/menit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon psikologis yang
ditandai dengan pasien menyatakan tidak bisa tidur setelah
melahirkan, pasien tidur 1 jam saja dari jam 4 sampai dengan jam 5
pagi karena tidak nyaman, pasien menyatakan mengantuk, pasien
terlihat lemas, pasien terlihat sesekali menguap, TD: 100/60 mmHg,
nadi: 86 x/menit.
3. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI berhubungan dengan
kelahiran bayi yang ditandai dengan pasien menyatakan ketika
selesai menyusui anaknya selalu disendawakan, pasien ketika
menyusui selalu mengajak berkomunikasi dengan anaknya, pasien
ketika menyusui mampu memosisikan cara menyusui yang benar,
bayi tampak menghisap dan menelan secara regular (teratur).

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
4.
N
12.
1

6. Rencana Keperawa

5. Diagnosa
Keperawatan

9. Tujuan

13. Senin, 08 Juni 2015


14. Pukul 09.20 WIB
15. Nyeri
akut
berhubungan

dengan

17. Senin, 08 Juni 2015


21. Senin, 08 Juni 2
18. Pukul 09.20 WIB
22. Pukul 09.20 WIB
19. Setelah
dilakukan 1. Observasi keluhan
asuhan keperawatan

agen cedera fisik (luka

selama

jahitan

nyeri

post

partum)

yang ditandai dengan


28

10. Intervensi

berkurang

1x24

jam
pasien

dengan

tanda-tanda vital pas


23.
24.
25.
26.

pasien

mengatakan

nyeri dengan kriteria :


adanya
post

luka

kriteria :
-

jahitan

batas normal ( nadi : 80-

nyeri

100x/menit, TD : 120/80

partum,

seperti digigit semut


pada

bagian

mmHg,

vagina

dengan skala 5 (skala


nyeri

0-10),

nyeri

timbul

jika

untuk

bergerak atau buang


selama

RR

16-24

x/menit)
Klien mengatakan nyeri

nyeri menjadi 3 (0-10)


Ekpresi wajah tampak
20.

Anin

10

detik, pasien terlihat


meringis

menahan

nyeri saat

bergerak,

terdapat
vagina

jahitan
yang
nadi

karakteristik,
frekuensi,

du
dan

nyeri.
28.
3. Atur posisi

senya
ibu

menggunakan

te

relaksasi seperti n

dalam.
29.
30.
5. Jelaskan pada klien

penyebab nyeri, pro


penyembuhan

di

jahitan.

bersih,
:

lo

keluarga tentang n

31. An

tekanan darah: 100/60


mmHg,

ulang

mungkin.
berkurang dengan skala 4. Anjurkan

rileks

air kecil nyeri terasa


perih

Tanda-tanda vital dalam

27.
2. Kaji

86

kali/menit, respirasi :
24 kali/menit.
16. Anin

38.
2

39. Senin, 08 Juni 2015


40. Pukul 09.20 WIB
41. Gangguan pola tidur
berhubungan

43. Senin, 08 Juni 2015


47. Senin, 08 Juni 2
44. Pukul 09.20 WIB
48. Pukul 09.20 WIB
45. Setelah
dilakukan 1.Kaji tingkat kelelahan

dengan

asuhan keperawatan

respon psikologis yang


ditandai
pasien

dengan
menyatakan

tidak bisa tidur setelah


melahirkan,

pasien

tidur 1 jam saja dari


29

kebutuhan untuk istira


49.
selama 1x24 jam
50.
kebutuhan
tidur
51.
52.
pasien
terpenuhi
53.
dengan kriteria :
54.
2.Berikan lingkungan y
Pasien menyatakan tidur
nyaman.
cukup
55.
Pasien tampak segar

jam 4 sampai dengan


jam

pagi

karena

Pasien terlihat frekuensi


menguap berkurang
46. Anis

tidak nyaman, pasien

pasien

melakukan

menyatakan
pasien

musik, mematikan lam

sesekali

dll).

menguap, TD: 100/60

63.
3

nadi:

58.

69. Senin, 08 Juni 2015


70. Pukul 09.20 WIB
71. Setelah
dilakukan

66. Kesiapan
meningkatkan

yang

menyatakan

ketika

selesai

menyusui

1. Kaji kesiapan Ibu da

anaknya

disendawakan,

pasien

ketika

menyusui

selalu

mengajak

persiapan

jam

Adanya

tidur

peningkatan

menyusui bayi sese

komunikasi antara bayi

mungkin atau setia

dengan ibu
Bayi dapat menghisap

jam sekali
79.
80.
dan menelan ASI lebih
81.
teratur
3. Beri penkes pada pa
72. Alfi
mengenai
penting
73.

ASI eksklusif bagi ba


82. A

berkomunikasi dengan
anaknya, pasien ketika
menyusui

mampu

memosisikan

cara

menyusui yang benar,


bayi

tampak

menghisap
menelan

dan
secara

regular (teratur).
30

pembe

ASI saat dirumah


76.
77.
pasien
terpenuhi
78.
dengan kriteria :
2. Anjurkan pasien u

dengan

pasien

1x24

kebutuhan

dengan

bayi

ditandai

selalu

selama

ASI

kelahiran

74. Senin, 08 Juni 2


75. Pukul 09.20 WIB

asuhan keperawatan

pemberian

86

x/menit.
42.
Anis
64. Senin, 08 Juni 2015
65. Pukul 09.20 WIB

berhubungan

kebias

membaca, mendenga

terlihat lemas, pasien

mmHg,

sebelum tidur (misa

mengantuk,
terlihat

56.
57.
3.Anjurkan

83.

67. Alfi
68.

31

89.
BAB III
KESIMPILAN DAN SARAN

90.
91.
A. Kesimpulan

92. Dalam Asuhan keperawatan pada Ny. AF dengan diagnose


medis 8 jam Post Partum. Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka jahitan post
partum)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon psikologis
3. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI berhubungan dengan
kelahiran bayi
93.

B. Saran
94. Saran yang dapat disimpulkan demi kemajuan asuhan
keperawatan pada Ny.AF adalah:
1. Meningkatkan ketelitian dalam melakukan pengkajian terhadap
pasien, sehingga masalah yang dialami pasien dapat terkaji secara
optimal
2. Meningkatkan kedisiplinan dalam setiap tindakan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
3. Untuk keluarga diharapkan lebih memotivasi pasien agar pasien
dapat selalu berpikir optimis sehingga mempercepat proses
penyembuhan

95.
96.

103.

97.
98.
99.
100.
101.
102.
DAFTAR PUSTAKA
104.

105. Ambarwati, Any Retna dan Diah Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan
NIFAS.Jogjakarta: MITRA CENDIKIA Press
106.
107. Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta:
EGC
108.
32

109. Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3.


Jakarta: EGC
110.
111. Hacker M. 1999.Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
112.
113. Helen, F. 1996. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC
114.
115.
Mansjoer, A.,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta:
FKUI
116.
117. NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
118.
119. Prawirohardjo, S. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
120.
121. Suherni, dkk. 2009 . Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta: Fitramaya
122.
123.

33

Anda mungkin juga menyukai