LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. (Nifas)
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal
(Ambarwati, 2009).
B. Tahap Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium
intermedial, dan remote puerperium (Ambarwati, 2009).
1. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
C. Etiologi
Perubahanperubahan yang terjadi pada masa kehamilan dan persalinan
menyebabkan terjadinya proses adaptasi organ-organ tubuh untuk kembali
ke keadaan sebelum hamil.
Faktor predisposisi : perdarahan, trauma persalinan, partus lama, retensio
plasenta, KU Ibu (anemia dan malnutrition).
1
D. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal,
yaitu:
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
1) Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm
di atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24
jam. Pada hari post partum keenam fundus normal akan berada
di pertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak
bisa dipalpasi pada hari ke-9 pasca partum.
2) Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons
terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah
dan membantu hemostasis. Selama 1-2 jam pertama post
partum, intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur.
3) Afterpain
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus
pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang
periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal puerperium.
4) Lokhia
Pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus selama masa nifas disebut lokhia. Lokhia ini terdiri
dari lokia rubra (1-4 hari) jumlahnya sedang berwarna merah dan
terutama darah, lokhia serosa (4-8 hari) jumlahnya berkurang
2. Sistem kardiovaskuler
a. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik,
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera
berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.
b. Denyut nadi
Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada
masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu. Pada
minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali
ke frekuensi sebelum hamil.
c. Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali ke keadaan
semula sebelum melahirkan.
3. Sistem endokrin
3
Pengeluaran
plasenta
menyebabkan
penurunan
signifikan
pada
masa
kehamilan
biasanya
G. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut involusi. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan
yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak
menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
5
Uterus tidak
berkontraksi dan
Penyulit
Syok
Bekuan darah
lembek
Diagnosa Penyebab
Atonia uteri
Robekan jalan
Perdarahan segera
pada posisi
terlentang akan
menghambat aliran
Darah segar
darah keluar
Pucat
Lemah
anak lahir
Mengigil
lahir
Uterus berkontraksi
dan keras
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir
setelah 30 menit
Perdarahan segera,
Inversio uteri
Perdarahan
keras
Plasenta atau
Uterus
berkontraksi tetapi
lengkap
Perdarahan segera
Uterus tidak teraba
tidak berkurang
Neurogenik syok,
pucat dan limbung
massa
I.
Retensio
plasenta
lanjutan
Komplikasi
1. Perdarahan Per Vagina
a. Hemoragi Post Partum Primer
Tertinggalnya
sebagian plasenta
Inversio uteri
b.
c.
d.
e.
f.
3.
aliran
darah
normal
yang
berlebihan
dan
infus
dan
pemberian
uterotonika,lakukan
pengurutan uterus.
2) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir.
3) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan:
a) Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui
dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
belah
telapak
tangan
yang
melingkupi
uteus.
Bila
40/menit,
bila
perlu
kombinasikan
dengan
5) Plasenta inkaserata
a) Tentukan diagnosis kerja.
b) Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi
serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter
untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi
siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk
mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin
timbul.
c) Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup
untuk melahirkan plasenta.
d) Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian
plasenta tampak jelas.
11
e) Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan
f)
lepaskan speculum.
Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta
tampak jelas.
g) Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta
disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin,
minta asisten untuk memegang klem tersebut.
h) Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral.
i) Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar
searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.
6) Ruptur uteri
a) Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20
menit dan siapkan laparatomi.
b) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta,
fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien
ke rumah sakit rujukan.
c) Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus.
d) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi.
e) Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum
f)
abdomen.
Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda
infeksi.
7) Sisa plasenta
a) Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan.
b) Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis.
c) Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuret.
d) Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus
600mg/hari selama 10 hari.
8) Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina
a) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi
dan sumber perdarahan.
b) Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan
antiseptic.
12
secara jelujur.
Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub
tanda-tanda infeksi.
Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb
trauma
mekanis,
pengalaman
karakteristik payudara.
15
sebelumnya,
tingkat
dukungan,
bayi
berhubungan
dengan
kurang
pemahaman,
salah
jahitan perineum.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa 1
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang dengan kriteria: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda
vital dalam batas normal (S = 370 C, N = 80 x/menit, TD = 120/80
mmHg, R = 18 20 x/menit).
Intervensi:
1) Kaji ulang skala nyeri.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat.
2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi
rasa nyeri.
Rasional: mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan.
3) Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi.
Rasional: memperlancar pengeluaran lokhea,mempercepat
involusi dan mengurangi nyeri secara bertahap.
4) Berikan kompres hangat.
Rasional: meningkatkan sirkulasi pada perinium.
5) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: melonggarkan sistem saraf perifer sehingga rasa
nyeri berkurang.
b. Diagnosa 2
Tujuan:
16
ke
ekstremitas bawah.
3) Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Rasional: bahaya eklamsi ada di atas 72 jam post partum
sehingga dapat diketahui dan diinteraksikan.
d. Diagnosa 4
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi pada ibu
tidak terjadi dengan kriteria: ibu dapat mendemonstrasikan teknik
untuk menurunkan risiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi:
1) Kaji lokhea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi
jahitan episiotomi.
Rasional: mendeteksi
tanda
infeksi
lebih
dini
dan
f.
yang
tidak
dapat
keluar,
bisa
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan konstipasi tidak
terjadi pada ibu dengan kriteria: ibu dapat BAB maksimal hari ke 3
post partum, feses lembek.
Intervensi:
1) Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi
dan meningkatkan secara progresif.
Rasional : membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
2) Pertahankan diit reguler dengan kudapan diantara makanan,
tingkatkan makan buah dan sayuran.
Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu
meningkatkan peristaltik usus.
3) Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
4) Kolaborasi pemberiansupositoria.
Rasional : mencegah mengedan dan stres perineal.
h. Diagnosa 8
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan ibu
tentang perawatan diri dan bayi bertambah dengan kriteria:
mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum, dapat
melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti
perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi:
1) Berikan informasi tentang perawatan diri (perawatan perineal)
perubahan fisiologi, lokhea, perubahan peran, istirahat, KB.
Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat
penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari
perubahan fisik dan emosional.
2) Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat,
ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional : menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi
sehingga bayi tumbuh dengan baik.
3) Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang
sudah dipelajari.
i.
Diagnosa 9
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gerak dan
aktivitas ibu terkoordinasi dengan kriteria: sudah tidak nyeri pada
19
luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit
(nyeri berkurang).
Intervensi:
1) Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke
ekstremitas bawah.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka jahitan
perinium.
Rasional :
mempercepat
penyembuhan
luka
sehingga
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian
Jam
Tempat
Oleh
Sumber data
Metode
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Agama
5) Status perkawinan
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Suku/Kebangsaan
9) Alamat
10) Tanggal masuk
11) Tanggal persalinan
12) Dx. Medis
: Ny. AF
: 34 tahun
: Perempuan
: Islam
: Menikah
: SLTA
: Ibu rumah tangga
: Jawa/Indonesia
: Prawirodirjan GM II/ 1022, Gondomanan,
Yogyakarta
: 7 Juni 2015 pukul 20.00 WIB
: 8 Juni 2015 pukul 00.25 WIB
: 8 Jam Post Partum
b. Penanggung jawab
1) Nama
2) Umur
3) Pekerjaan
4) Alamat
: Tn. D
: 28 tahun
: Wiraswasta
: Prawirodirjan GM II/ 1022,
Gondomanan, Yogyakarta
: Suami
21
Trimester II
kencang-kencang.
Trimester III : pasien menyatakan punggung pegal, dan
3400 gr, PB: 47 cm, LK: 35 cm, LD: 35 cm, LILA: 12 cm.
APGAR Score
APGAR Score
1 menit
5 menit
Denyut jantung
2
2
Pernapasan
2
2
Tonus otot
1
2
Refleks
1
1
Warna kulit
2
2
Jumlah
8
9
b. Riwayat Kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma dan lain-lain. Pasien
juga tidak pernah mengalami gangguan reproduksi.
2) Riwayat reproduksi
a) Menstruasi
Menarche 15 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 7 hari,
tidak dismenhore, sifat darah khas darah menstruasi, ada
keputihan.
22
b) Menikah
Pasien menyatakan sudah menikah dua kali saat pasien umur
20 tahun dan umur 28 tahun.
c) Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan, ini adalah anak ketiga, belum pernah
keguguran, anak pertama berumur 8 tahun yaitu laki-laki, lahir
secara spontan pervaginam dibantu oleh dokter dan bidan di
Puskesmas Mergangsan dengan BB 2600 gram. Anak yang
kedua berumur 5 tahun yaitu laki-laki, lahir secara spontan
pervaginam dibantu oleh dokter dan bidan di Puskesmas
Mergangsan dengan BB 3300 gram.
d) Keluarga Berencana
Pasien menyatakan tidak pernah menggunakan KB.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga dari suami pasien ada yang
mempunyai riwayat penyakit asma. Keluarga pasien tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit menular.
3. Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
1) Pola makan, frekuensi, jenis, dan jumlah
23
Pola makan normal, yaitu 2 kali sehari dengan porsi sedang dan
dapat mengkonsumsi semua jenis makanan. Klien juga suka
mengkonsumsi sayuran hijau rutin setiap hari.
2) Perubahan pola makan setelah melahirkan
Tidak ada
3) Alergi makanan
Pasien menyatakan tidak ada alergi makanan ataupun obat.
4) Minum, jumlah, dan jenis
Pola minum normal, yaitu sekitar 8 gelas air putih (2 liter) dalam
sehari dan setelah melahirkan pada saat dikaji sudah minum air
putih sebanyak 800 ml.
5) Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi
Tidak ada
b. Eliminasi
1) Buang air kecil
Pasien menyatakan sebelum melahirkan sering kencing 8 kali
sehari dan setelah melahirkan pasien sudah buang air kecil
sebanyak 5 kali ( 300 ml).
2) Buang air besar
Pasien menyatakan sebelum melahirkan pasien b.a.b 1 kali
sehari. Namun, setelah melahirkan pasien menyatakan belum
buang air besar dan perut terasa sebah.
c. Aktifitas dan Latihan
Sebelum melahirkan:
Pasien menyatakan sebelum melahirkan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien
melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu.
Setelah melahirkan:
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum
V
Toileting
V
Berpakaian
V
Mobilitas di tempat tidur
V
Berpindah
V
Ambulasi/ROM
V
Ket: 0:mandiri, 1:alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang
lain dan alat, 4:tergantung total
d. Istirahat dan Tidur
Sebelum melahirkan:
24
dengan
suami
tanpa
menggunakan
alat
8) Nyeri
9) Kognitif
yang benar
g. Persepsi dan Konsep Diri
1) Motivasi terhadap kehamilan
Pasien tetap merasa senang dan bersyukur atas kehamilannya
yang ketiga karena jenis kelamin anaknya adalah perempuan.
2) Efek kehamilan terhadap body image
Pasien menganggap wajar dan merasa percaya diri, serta tidak
malu dengan bentuk badan yang berbeda.
3) Orang yang paling dekat
Suami dan adik perempuannya.
4. Pemeriksaan Fisik
25
a. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah: 100/60 mmHg
2) Nadi
: 86 kali/menit
3) Temperatur
: 36,1oC
4) Respirasi
: 24 kali/menit
b. Status Gizi
1) Berat badan
: 48 kg
2) Tinggi badan
: 157 cm
3) IMT
: 19,47 kg/m2 (normal)
c. Kulit, rambut, dan kuku
1) Inspeksi kulit
: kulit lembab, tidak kering
2) Inspeksi kuku dan rambut
: kuku pendek dan bersih, rambut
agak kering
d. Kepala dan leher
1) Wajah
: tidak oedem, tidak pucat
2) Mata
: sklera putih, konjungtiva merah muda, mata
terlihat sayu
3) Telinga : tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
4) Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
e. Mulut dan hidung
1) Mulut
: membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
2) Hidung
: tidak ada pembesaran polip.
f. Thoraks dan paru-paru
Pasien tidak mengeluh sesak napas. Terlihat dada simetris antara
kanan dan kiri, frekuensi napas 24 x/menit, saat di palpasi tidak ada
nyeri tekan dan massa.
g. Payudara
Payudara simetris, areola terlihat hiperpigmentasi, puting menonjol,
ASI dapat keluar dengan lancar, dan tidak ada lesi pada puting susu.
Bayi tampak menghisap dan menelan secara regular (teratur).
h. Jantung
Pasien menyatakan tidak memiliki masalah jantung.
i. Abdomen
Perut pasien tampak membuncit, TFU 1 jari di atas pusar, bulat datar
j. Genetalia
Terdapat jahitan yang bersih, tidak ada perdarahan aktif, tidak ada
jahitan yang lepas, tidak ada odem vagina, vagina licin, Daerah
genetalia (vulva) bersih, keluar cairan lokhia rubra, konsistensi cair
dan terdapat gumpalan, jumlah lokhea selama pasca kelahiran 600
cc.
5. Terapi medis yang diberikan pada tanggal 8 Juni 2015
No.
1.
Jenis Terapi
Sulfat Ferus
Dosis
500 mg
26
Rute
Oral
Diberikan
2x500 mg
2.
3.
4.
Amoxcicillin
Vitamin A
B complex
B. ANALISA DATA
No
.
1.
500 mg
200.000 IU
0,5 mg
Oral
Oral
Oral
3x500 mg
1x1 200.000 IU
2x0,5 mg
Data
Masalah
DS:
Nyeri akut
DO:
2.
DS:
-
DS:
Kesiapan meningkatkan
pemberian ASI
disendawakan.
DO :
-
dengan anaknya
Pasien ketika menyusui
mampu
(teratur).
27
memosisikan
cara
C. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka jahitan post
partum) yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dengan
kriteria : adanya luka jahitan post partum, nyeri seperti digigit semut
pada bagian vagina dengan skala 5 (skala nyeri 0-10), nyeri timbul
jika untuk bergerak atau buang air kecil nyeri terasa perih selama
10 detik, pasien terlihat meringis menahan nyeri saat bergerak,
terdapat jahitan di vagina yang bersih, tekanan darah: 100/60
mmHg, nadi : 86 kali/menit, respirasi : 24 kali/menit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon psikologis yang
ditandai dengan pasien menyatakan tidak bisa tidur setelah
melahirkan, pasien tidur 1 jam saja dari jam 4 sampai dengan jam 5
pagi karena tidak nyaman, pasien menyatakan mengantuk, pasien
terlihat lemas, pasien terlihat sesekali menguap, TD: 100/60 mmHg,
nadi: 86 x/menit.
3. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI berhubungan dengan
kelahiran bayi yang ditandai dengan pasien menyatakan ketika
selesai menyusui anaknya selalu disendawakan, pasien ketika
menyusui selalu mengajak berkomunikasi dengan anaknya, pasien
ketika menyusui mampu memosisikan cara menyusui yang benar,
bayi tampak menghisap dan menelan secara regular (teratur).
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
4.
N
12.
1
6. Rencana Keperawa
5. Diagnosa
Keperawatan
9. Tujuan
dengan
selama
jahitan
nyeri
post
partum)
10. Intervensi
berkurang
1x24
jam
pasien
dengan
pasien
mengatakan
luka
kriteria :
-
jahitan
nyeri
100x/menit, TD : 120/80
partum,
bagian
mmHg,
vagina
0-10),
nyeri
timbul
jika
untuk
RR
16-24
x/menit)
Klien mengatakan nyeri
Anin
10
menahan
nyeri saat
bergerak,
terdapat
vagina
jahitan
yang
nadi
karakteristik,
frekuensi,
du
dan
nyeri.
28.
3. Atur posisi
senya
ibu
menggunakan
te
relaksasi seperti n
dalam.
29.
30.
5. Jelaskan pada klien
di
jahitan.
bersih,
:
lo
keluarga tentang n
31. An
ulang
mungkin.
berkurang dengan skala 4. Anjurkan
rileks
27.
2. Kaji
86
kali/menit, respirasi :
24 kali/menit.
16. Anin
38.
2
dengan
asuhan keperawatan
dengan
menyatakan
pasien
pagi
karena
pasien
melakukan
menyatakan
pasien
sesekali
dll).
63.
3
nadi:
58.
66. Kesiapan
meningkatkan
yang
menyatakan
ketika
selesai
menyusui
anaknya
disendawakan,
pasien
ketika
menyusui
selalu
mengajak
persiapan
jam
Adanya
tidur
peningkatan
dengan ibu
Bayi dapat menghisap
jam sekali
79.
80.
dan menelan ASI lebih
81.
teratur
3. Beri penkes pada pa
72. Alfi
mengenai
penting
73.
berkomunikasi dengan
anaknya, pasien ketika
menyusui
mampu
memosisikan
cara
tampak
menghisap
menelan
dan
secara
regular (teratur).
30
pembe
dengan
pasien
1x24
kebutuhan
dengan
bayi
ditandai
selalu
selama
ASI
kelahiran
asuhan keperawatan
pemberian
86
x/menit.
42.
Anis
64. Senin, 08 Juni 2015
65. Pukul 09.20 WIB
berhubungan
kebias
membaca, mendenga
mmHg,
mengantuk,
terlihat
56.
57.
3.Anjurkan
83.
67. Alfi
68.
31
89.
BAB III
KESIMPILAN DAN SARAN
90.
91.
A. Kesimpulan
B. Saran
94. Saran yang dapat disimpulkan demi kemajuan asuhan
keperawatan pada Ny.AF adalah:
1. Meningkatkan ketelitian dalam melakukan pengkajian terhadap
pasien, sehingga masalah yang dialami pasien dapat terkaji secara
optimal
2. Meningkatkan kedisiplinan dalam setiap tindakan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
3. Untuk keluarga diharapkan lebih memotivasi pasien agar pasien
dapat selalu berpikir optimis sehingga mempercepat proses
penyembuhan
95.
96.
103.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
DAFTAR PUSTAKA
104.
105. Ambarwati, Any Retna dan Diah Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan
NIFAS.Jogjakarta: MITRA CENDIKIA Press
106.
107. Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta:
EGC
108.
32
33