BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatkan dan memelihara pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkualitas, terjangkau dan merata adalah salah satu misi yang harus dicapai untuk
mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 (Pusdiknakes, 2000).
Penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan merupakan jalan yang harus
ditempuh untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas, sehingga
misi Indonesia sehat 2010 dapat tercapai.
Sebelum tahun 2000, hampir semua orang tua menggunakan kain lap yang
dibasahi air dingin atau air es untuk mengompres anak bila demam, seperti yang
dianjurkan tenaga medis dan buku-buku kesehatan. Namun beberapa tahun
belakangan mulai muncul anjuran dari dunia medis untuk menggunakan kompres
panas atau air hangat, yang seakan-akan menyalahkan teori kompres masa
lalu. Banyak orang tua yang bingung dengan fenomena ini, metode kompres apa
yang akan dipilih.
Demam adalah suatu kondisi dimana suhu badan seseorang terlalu tinggi. Jika
ini terjadi, biasanya penyakit tertentu akan diderita oleh orang tersebut. Pada intinya,
demam bukanlah suatu penyakit. Tapi jika tidak ditindaklanjuti, terutama bagi anak
kecil, demam yang tinggi dapat mengancam jiwa si penderita. Jika suhu tubuh
(diukur di mulut) lebih tinggi dari 37.5 Celcius pada seseorang yang dalam keadaan
beristirahat. Apabila suhu diukur di ketiak, suhunya lebih tinggi dari 37.3 Celcius.
Apabila suhu diukur di telinga, suhunya lebih tinggi dari 37.8 Celcius.
Akibat dari meningkatnya suhu tubuh, badan terasa tidak nyaman, kepala terasa
nyeri, menggigil, makan tidak selera, tidur tidak nyenyak, gelisah karena semua
posisi tubuh rasanya salah.
Pertolongan pertama pada penderita dapat dilakukan dengan memberikan
minum sebanyak-banyaknya (air masak, air dalam kemasan, air teh, dsb),
mengompreskan pada penderita, serta memberikan obat penurun panas. Bila ada
riwayat kejang, berikan obat anti kejang.
Demam perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan dehidrasi (kekurangan
cairan) dan kejang demam (febris konvulsi). Perhatikan apakah ada tanda-tanda
dehidrasi seperti ubun2 cekung (pada bayi), kencingnya sedikit dan apabila
punggung tangannya dicubit, kulitnya lambat kembali. Anak harus banyak minum,
terutama cairan yang mengandung elektrolit.
Kejang demam merupakan kejang yang
terjadi
pada
saat
seorang
bayi
atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam
biasanya terjadi pada awal demam.Kejang demam dapat terjadi pada 2 5 persen
populasi anak, yaitu pada semua anak yang berusia 6 bulan sampai 6 tahun,
terutama mereka yang orang tuanya mempunyai riwayat penuh mengalami kejang
demam.
Penanganan panas cukup beragam. Pemberian obat penurun panas acap kali
belum cukup menunjukkan efek yang diinginkan. Kompres meski kurang praktis
dibandingkan obat-obatan tetapi efek yang diharapkan dapat segera terlihat, begitu
pula efek sampingnya yang minimal. Supaya suhu tubuh dapat normal kembali dan
tidak terjadi demam lagi. Air dingin ataukah air hangat.
Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas kompres hangat dibandingkan kompres dingin terhadap
penurunan suhu tubuh di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Penurunan Suhu Tubuh
a. Demam
normal
atau
mekanisme
pengeluaran
panas
tidak
mampu
untuk
yang
terjadi
pada
aklimatisasi
adalah
meningkatnya
Pada saat suhu tubuh berada pada 85F, kemampuan hipotalamus untuk
mengatur suhu menjadi hilang. Hal ini dikarenakan laju produksi senyawa panas
dalam setiap sel ditekan hampir dua kali lipat pada setiap penurunan 10F.
f. Frostbite
Frostbite terjadi jika tubuh terpajan pada suhu yang sangat rendah yang
membuat permukaannya membeku. Jika hal ini sudah mampu membuat kristal es
pada sel, kerusakan permanen dapat terjadi (kegagalan sirkulasi, kerusakan
jaringan, gangren).
g. Hipotermia
Hipotermia adalah keadaan tubuh mengalami penurunan suhu karena
keadaan dingin pada tubuh lebih dominan dibandingkan pembuatan panas dan
pertahankan panas. Saat hipotermia terjadi, laju metabolisme menjadi lebih lambat.
Dan jika hal ini terus terjadi akan timbul depresi pada pusat pernapasan (ventilasi
menurun dan pernapasan menjadi lambat dan lemah). Aktivitas kardiovaskular juga
turun (melambat dan cardiac ouputber kurang).
h. Irama Sirkadian
Sekresi hormon secara ritmik naik dan turun sesuai dengan fungsi waktu.
Irama ini dikarakteristikkan oleh pengeluaran hormon yang teratur dan memiliki
siklus
dalam
24
jam.
Keadaaan
ritmik
ini
dikarenakan
adanya osilator
dan akan menurun sepanjang siang hari. Hal ini tidak diperoleh oleh sistem endokrin
melalui dirinya sendiri, namun oleh stimulasi oleh sistem saraf pusat.
Fisiologi Demam:
1) Manusia makhluk hemeotermal
2) Di tempat dingin pembentukan panas meningkat, pengeluaran panas menurun
3) Di tempat panas pengeluaran panas meningkat
4)
Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point 37C.
5)
Pola Demam:
1). Terus menerus
Demam menetap > 24 jam bervariasi 1-2C
2). Intermiten
Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali normal
paling sedikit sekali selama 24 jam.
3). Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali ketingkat suhu normal.
4). Relaps
Periode demam diselingi dengan tingkat suhu normal.
b. Kelelahan akibat panas
Bila diaforesis banyak mengakibatkan kehilangan cairan elektrolit berlebih.
c. Hipertermi
Peningkatan
suhu
tubuh
sampai
dengan
ketidakmampuan
tubuh
untuk
f.
Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein
Fase III: pemulihan
manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh
pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas
toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik
tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C.
Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan
suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran
panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu
mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri
obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005).
Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan
suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli),
kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik,
lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007).
Definisi Pireksia
1. Menurut kamus keperawatan, pireksia ( fever ) adalah kenaikan suhu tubuh diatas
suhu normal ( Christine Hancock, ed 17, 1999 )
2. Menurut kamus kedokteran, pireksia (febris, fever, demam) adalah peningkatan
suhu tubuh di atas normal; setiap penyakit yang ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh ( Dorland, 2002)
kecil
manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh
pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme
umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas
toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik
tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C. apabila suhu
tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk melakukan
serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan
produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada
titik tetap.
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area
tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi
yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh
ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1C akan
menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%.. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas norma
5. Hormone kelamin
peradangan
dan
demam
dapat
menyebabkan
peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan
suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang
panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki
panjang gelombang 520 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang
panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas
paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan
benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan
mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi
dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan
tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada
paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan
panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
3. Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas
tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan
kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak
berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12
16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi
akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang
melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu
tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada
keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi.
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu
tubuh actual (yang dapat diukur) merupakan suhu yang dihasilkan dari
keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas
tubuh dari lingkungan.
4. Usia
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal
sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada neonatus dan
bayi, terdapat mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan (metabolisme)
lemak coklat sehingga terjadi proses termogenesis tanpa menggigil (non-shivering
thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu meningkatkan metabolisme
hingga lebih dari 100%. Pembentukan panas melalui mekanisme ini dapat terjadi
karena pada neonatus banyak terdapat lemak coklat. Mekanisme ini sangat penting
untuk mencegah hipotermi pada bayi.
Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia (Tamsuri Anas, 2007)
Menurut Tamsuri Anas (2007), suhu tubuh dibagi menjadi :
1). Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C
2). Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 37,5C
3). Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 40C
4).Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C
http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tub
2. Kompres Hangat
a. Pengertian
Kompres hangat adalah suatu prosedur memberikan rasa hangat pada
daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat
pada bagain tubuh yang memerlukan. Menggunakan kain / handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu.
Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla
oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga
terjadi vasodilatasi.
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas
melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh
sehingga mencapai keadaan normal kembali. http://nursingbegin.com/kompreshangat/
3. Kompres Dingin
Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan
menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga memberi
efek rasa dingin pada daerah tersebut.
4. Balita
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita
dimulai
atau
biasa
digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia.
1) Ciri khas perkembangan balita
a..Perkembangan fisik
Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi
karena balita memnggunakan banyak energi untuk bergerak.
b. Perkembangan Psikologis dan Psikomotor
Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor balita
yang mulai terampil dalam pergerakannya (lokomotion). Mulai melatih
kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling,
berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata
bahasa dari bahasa ibunya.
e. Sosial dan individu
Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan
lingkungan sosial diluar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti
bersama-sama berada pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak bersamasama dalam satu permainan interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama
berarti melakukan kegiatan bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan
dan pembagian peran.
Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang memiliki atribut tertentu
seperti nama, jenis
kelamin,
mulai
merasa
berbeda
dengan
orang
lain
belajar
yang
dilakukan
pada
melalui
bermain
di
luar
rumah
yang
melakukan
kegiatan
belajar
a. Permainan
peran,
melatih
kemampuan
pemahaman
sosial
motorik,
Kasar
melatih
kemampuan
contoh: spider
web,
motorik
permainan
kasar
palang,
dan
halus.
permainan
C. Kerangka Konsep
Penurunan Suhu
Faktor yang mempengaruhi :
Kecepatan metabolisme basal
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga
memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada neonatus dan bayi, terdapat
mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan (metabolisme) lemak coklat sehingga
terjadi proses termogenesis tanpa menggigil (non-shivering thermogenesis).
2. Rangsangan saraf simpatis
Hormon Pertumbuhan.
Hormon tiroid
Hormon Kelamin.
Demam (peradangan).
Status gizi
Aktivitas
Gangguan organ
10. Lingkungan.
Kompres Hangat
Kompres Dingin
Keterangan :
= variabel yang tidak di teliti
= variabel yang diteliti.
C. Hipotesis
Terdapat efektifitas kompres hangat dibanding kompres dingin terhadap
penurunan suhu tubuh di Rumah sakit Panti Nugroho Yogyakart.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu penelitian
yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak
digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti
adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan antara satu dengan yang
lain seperti mendapat perlakuan karena berstatus sebagai grup control. (Margono,
2003)
Pada penelitian kuasi eksperimen peneliti dapat membagi grup yang ada
dengan tanpa memmbedakan antara control dan grup secara nyata dengan tetap
mengacu pada bentuk alami yang sudah ada.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi.
Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian atau penelitian,
yang daripadanya terkandung informasi yang ingin diketahui (Gulo, 2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami demam di
Rumah Sakit Panti Nugroho.
2. Sampel
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2002).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami demam (DHF) pada
balita di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta dengan jumlah 30 pasien, dengan
menggunakan pengambilan sampel dilakukan teknik simple random sampling.
Dikatakan teknik sample random sampling karena pengambilan sample anggota
populasi secara acak tanpa memperhatikan strata dan tidak terbatas akan usia
yang ada dalam populasi dan dengan demikian setiap unsur bisa dipilih menjadi
sampel.
C. Variabel Penelitian
1.
notoatmojo
2002
Variabel
independen
adalah
variable
yang
2002
mengatakan
variable
terikat
adalah
variable
yang
mempengaruhi atau yang diakibatkan oleh variable bebas. Dalam penelitian ini yang
termasuk dalam variael terikat adalah Penurunan suhu tubuh.
Variabel Bebas:
Kompres Hangat
Hubungan antara variabel adalah sebagai berikut:
Variabel Terikat:
Penurunan Suhu tubuh
Variabel Bebas
Kompres Dingin
D. Definisi Operasional
a.
Variabel Bebas:
1.)
Yang dimaksud Kompres Hangat dalam penelelitian ini adalah Suatu prosedur
memberikan rasa hangat sekitar 30- 35C pada daerah kening dengan
menggunakan cairan pada bagain tubuh yang memerlukan selama 15- 20 menit.
Menggunakan kain/ handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang
ditempelkan pada bagian kening. Dilakukan pada pasien demam (DHF) dan
dilakukan pada pasien balita. Alat yang digunakan untuk pengukuran suhu dengan
menggunakan thermometer pada daerah axila waktunya sekitar 5- 10 menit dan
dilakukan selama 1 hari.
2.)
Yang dimaksud Kompres Dingin dalam penelitian ini adalah memberi rasa dingin
pada daerah setempat dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa
atau air es sekitar 12- 18C sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah
tersebut. Dilakukan pada pasien demam (DHF) dan dilakukan pada pasien balita
ditempelkan pada daerah kening. Alat yang digunakan untuk pengukuran suhu
dengan menggunakan thermometer pada daerah axila waktunya sekitar 5- 10 menit
dan dilakukan selama 1 hari.
b.
Variabel Terikat:
Penurunan suhu tubuh.
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian, merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data (Arikunto, 2005). Alat pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan menggunakan formulir observasi yang
berisikan biodata responden dan tingkat penurunan suhu tubuh sebelum dan setelah
diberikan kompres. Dengan menggunakan alat kompres berupa air hangat dan air
dingin beserta kain pel dan dengan menggunakan thermometer.
F. Uji Validasi dan Reabilitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmojo,Soekidjo,2005).
Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmojo,Soekidjo,2005).
Dari uji validitas dan reabilitas didapatkan hasil bahwa, hasil pengukuran suhu
secara akurat dan penempatan alat sesuai pada tempatnya dan yang dikerjakan
mengompres pasien (DHF) dengan menggunakan air hangat dan air dingin selama
5- 10 menit dilakukan pada daerah kening.
G.
ini
adalah
dengan
menggunakan
langkah
awal
dalam
proses
pengumpulan data adalah menentukan responden atau subjek yang akan diteliti
dengan jumlah 30 pasien.
Berdasarkan tehnik sampling yang digunakan, subjek penelitian diambil dengan
cara simple random sampling. Pengambilan sampel secara acak sederhana. Setelah
didapatkan sampel yang diperlukan, melakukan observasi pada pasien yang
mengalami demam terlebih dahulu diukur suhu tubuhnya dengan menggunakan
thermometer kemudian pasien dikompres menggunakan air hangat kemudian diganti
dengan air dingin. Setelah data semua terkumpul, dilakukan penganalisaan dengan
menabulasikan data karena data dalam penelitian ini adalah data yang berskala
nominal atau ordinal, maka statistic yang digunakan untuk menguji diterima atau
ditolaknya hipotesis dari penelitian ini adalah statistic non parametris dengan
menggunakan uji Mann-Whitney atau U-Tes.
H. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah
data
semua
terkumpul,
dilakukan
penganalisaan
dengan
menabulasikan data karena data dalam penelitian ini adalah data yang berskala
nominal atau ordinal, maka statistic yang digunakan untuk menguji diterima atau
ditolaknya hipotesis dari penelitian ini adalah statistic non parametris dengan
menggunakan uji Mann-Whitney atau U-Tes. Data diolah dengan program SPSS
16.00 for windows (Riwidikdo, 2007).
Hipotesis:
Ho
dingin terhadp
dingin terhadp
b. Melakukan penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2011 di Rumah Sakit Panti
Nugroho dilakukan secara cermat, teliti dan aktual.
Dibantu oleh asisten perawat terlebih dahulu menjelakan kepada mereka akan
tindakan yang akan dilakukan. Menjelaskan suhu air hangat dan air dingin yang
akan digunakan untuk mengompres dan daerah yang akan dikompres, memberi
penjelasan juga berapa lama dilakukan pengompresan.
c. Melakukan pengolahan data
Jika penelitian telah dilaksanakan data akan diolah secara sistematis dan benar.
3. Tahap Akhir
a. Penyusunan laporan penelitian
b. Perbaikan hasil penelitian
c. Persentasi hasil penelitian atau sidang akhir hasil penelitian
Rencana penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta
pada tanggal 1 Maret 2011 samapi 30 Juli 2011
Minggu ke
Kegunaan
1. Penyusunan Proposal
Penyusunan Istrumen
Persiapan Lapangan
1
X
10
11
12
Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Heru dan Yasril. 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam.2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
SalembaMedika.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Potter dan Perry (1997) Fundamental of Nursing, Mosby USA
Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://eprints.ums.ac.id/21943/17/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/484/2f.pdf?sequence=1