PEMBAHASAN
Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan ( setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi mengakibatkan perubahan serviks.
Persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami
dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk
mengeluarkan bayi. Dari pengertian diatas persalinan adalah proses alamiah dimana
terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan plasenta dari Rahim ibu. Persalinan normal
disebut juga alami karena terjadi secara alami. Jadi secara umum persalinan normal
adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami dengan adanya kontraksi
Rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi.
1. Gawat janin
2. Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun
forsep).
3. Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan
persalinan.
Tujuan Penjahitan
1. Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan
penjahitan.
2. Menggunakan sedikit jahitan.
3. Menggunakan selalu teknik aseptik.
4. Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.
Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV. Menurut Reni Saswita, 2011
asuhan dan pemantauan pada kala IV yaitu:
Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV. Menurut Reni Saswita,
2011 Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran
bayi. Karena alas an ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera
setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan.
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam
kedua pada kala IV.
2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua
pascapersalinan
4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan
uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.
1) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari
persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang
yang hanya memberikan dukungan.
2) Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi
sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.
3) Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi.
Proseduri ni bukan dibutuhkan jika ada infeksi/penyulit.
4) Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.
5) Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus
diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk
memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal, dan dapat
dilakukan tindakan pencegahan.
6) Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa
dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan
untuk melakukan masase fundus.
7) Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera
diselimuti dan dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk mencegah
hipotermi.
8) Obat-obat esensial, bahan, dan perlengakapan harus disediakan oleh petugas
dan keluarga.
Penilaian Klinik Kala IV
1) Fundus dan kontraksi uterus
Rangsangan taktil uterus dilakukan untuk merangsang terjadinya kontraksi
uterus yang baik. Dalam hal ini sangat penting diperhatikan tingginya fundus
uteri dan kontraksi uterus.
2) Pengeluaran pervaginam
Pendarahan: Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan yang terjadi
normal atau tidak. Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml.
3) Plasenta dan selaput ketuban
Lokhea: Jika kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak lebih dari saat haid
Periksa kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya bagian yang tersisa
dalam uterus.
4) Kandung kencing
Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu involusio
uteri.
5) Perineum
Periksa ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan vagina.
6) Kondisi ibu
Periksa vital sign, asupan makan dan minum.
7) Kondisi bayi baru lahir
Apakah bernafas dengan baik?
Apakah bayi merasa hangat?
Bagaimana pemberian ASI?
Bentuk Tindakan Dalam kala IV
Tindakan baik :
1) Mengikat tali pusat;
2) Memeriksa tinggi fundus uteri;
3) Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi;
4) Membersihkan ibu dari kotoran;
5) Memberikan cukup istirahat;
6) Menyusui segera;
7) Membantu ibu ke kamar mandi;
8) Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya
baik bagi ibu maupun bayi.
Tindakan yang tidak bermanfaat :
1) Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.
2) Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
3) Memisahkan ibu dan bayi.
4) Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan
tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1. Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60
mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul
kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2. Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi
ataupun infeksi.
3. Nadi
4. Pernafasan
5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus
teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat;
Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi
oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu
pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal
identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
7. Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi
tidak baik.
Komplikasi Kala IV
Pada kala IV, komplikasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan
postpartum, yaitu jumlah perdarahan pervaginam setelah bayi lahir lebih dari
500 cc atau dapat mempengaruhi hemodinamik pasien. Penyebab perdarahan
postpartum terdiri dari 4T, yaitu tone (atonia uteri), tissue (sisa jaringan
plasenta), trauma (ruptur uteri, serviks, atau vagina), dan thrombin (gangguan
faktor koagulopati).
Atonia Uteri,
Atonia uteri akan segera terlihat segera setelah bayi lahir. Tanda kontraksi
uterus tidak baik adalah uterus teraba lembek. Kondisi ini dapat menyebabkan
perdarahan masif sehingga pasien mengalami syok hipovolemik.
Sisa Jaringan Plasenta,
Plasenta yang dikeluarkan tidak lengkap dan tertinggal di dalam uterus, dapat
menyebabkan perdarahan pervaginam hingga 6-10 hari setelah partus.
Trauma Jalan Lahir,
Ruptur uteri dapat terjadi pada pasien dengan riwayat sectio caesarea
sebelumnya. Laserasi serviks dan vagina sering terjadi jika persalinan dengan
bantuan vakum atau forsep.
Gangguan Faktor Koagulopati
Kelainan faktor pembekuan darah biasanya tidak menyebabkan perdarahan
hebat. Namun, dapat memburuk bila kondisi ibu dengan penyulit seperti
solusio plasenta, emboli air ketuban, atau eklamsia. Perdarahan karena
kelainan faktor pembekuan darah biasanya encer dan tidak terdapat gumpalan
darah.
Atonia Uteri
1. Derajat satu
Robekan sampai mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
2. Derajat dua
Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, dan otot
perineum.
3. Derajat tiga
Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, dan otot sfingter ani eksternal.
4. Derajat empat
Robekan sampai mengenai mukosav agina, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rectum.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai
pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit.
Bidan diharapkan melaksanakan pertolongan persalinan secara
legeartis di tengah masyarakat melalui “polindes”, sehingga
berangsur-angsur peranan dukun makin berkurang. Bidan dengan
pengetahuan medisnya dapat memilah-milah hamil dengan resiko
tinggi, resiko rawan atau resiko tinggi, dan mengarahkan
pertolongan pada kehamilan dengan resiko rendah. Pertolongan
persalinan dengan resiko rendah mempunyai komplikasi ringan
sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu maupun perinatal.
Dengan demikian komplikasi robekan jalan lahir yang dapat
menimbulkan perdarahan pun akan semakin berkurang.
Dapus :
Qonitun, U., & Novitasari, F. (2018). Studi Persalinan Kala Iv Pada Ibu Bersalin Di Ruang Mina
Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban. Jurnal Kesehatan, 11(1), 1–8.
BKKBN 2006, Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Kementrian Kesahatan RI, Jakarta
Walsh, V (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kala 4 Volume 2. Jakarta: EGC
Yuizawati,dkk. (2019). Buku Ajar asuhan Kebidanan pada Persalinan. Sidoarjo. Indomedia
Pustaka.