Oleh:
A. DEFINISI
dan menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare,
2002).
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen.
Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada
a. Dihydrotestosteron
C. PATOFISIOLOGI
untuk terjadinya gangguan atau kerusakan pada organ-organ tubuh. Pada pria
ketika menginjak usia 50 tahun keatas maka terjadi penurunan fungsi testis.
( dalam hal ini prostat dapat mencapai 60-100 gram atau bahkan lebih ).
mempersempit saluran uretra yang pada akhirnya akan menyumbat urine dan
buli-buli berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan ini. Kontraksi secara
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini akan
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks
vesiko ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus dapat menyebabkan
gagal ginjal. Pada klien benigna prostat hiperplasia urine yang dikeluarkan
tidak tuntas sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi,
Pembesaran prostat ini akan menimbulkan keluhan atau tanda dan gejala
urine menurun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urine tidak lancar,
dribling ( urine menetes terus setelah berkemih ), rasa seperti kandung kemih
tidak kosong dengan baik, sakit atau nyeri ketika berkemih, retensi urine akut
( bila lebih dari 60 ml urine tetap berada dalam kandung kemih setelah
(urgensi)
ii. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan
baik
vii. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
viii. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi
produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis
ii. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan
bertambah hebat.
iii. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa
timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel
menyebabkan hematuri.
penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai
PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml,
dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi
dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi
biasanya menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka
c. Pemeriksaan radiologis
disfungsi buli, dan volume residu urin. Dari foto polos dapat dilihat
adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat
intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak
mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih
dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan
yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam
(Sjamsuhidajat, 2005)
G. PENATALAKSANAAN
diit.
a. Penatalaksanaan medis
aliran kemih dan mengurangi gejala. Efek samping dari obat ini adalah
antibiotik.
ii. Pembedahan
1. Trans Urethral Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur
kemih.
hari.
1. Kasus
Pada tanggal 13 Desember 2021 , jam 09.30. Tn.L datang ke rumah sakit
muhammad hoesin palembang di ruang kelingi 2. Tn.L berusia 61 tahun,
pendidikan SD, alamat dusun 1 desa bangun sari Baturaja,, perkerjaan petani.
Istri pasien mengatakan Tn.L BAK berdarah sejak 4 hari yang lalu, sebelum di
rujuk ke rumah sakit muhammad hoesin palembang pasien pernah dirawat di
rumah sakit myria KM 7 Palembang selama 1 hari, setelah di rawat selama 1
hari di rs myria pasien di rujuk di rs muhammad hoesin palembang. Saat di
lakukan pengkajian pasien terlihat lemah TTV: TD: 120/80 mmHg, N:
88x/menit, T: 360C, RR: 20x/menit, setelah dilakukan pengkajian TTV
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil hemoglobin: 4.9, eritrosit:
1.92, leukosit: 10.67, hematokrit: 15, trombosit: 335, basofil: 0, eosinofil: 1,
netrofil: 81, limfosit: 13, monosit:: 5, kalium: 6.7, albumin: 2.2, ureum: 111,
asam urat: 6.8. setelah dilakukan pengkajian TTV dan pemeriksaan
laboratorium pasien dilakukan pemasangan kateter dan saluran irigasi. Saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Desermber 2021 pasien mengeluh nyeri
dan BAK berdarah dengan skala nyeri 3, keadaan umum lemah , pasien
tampak cemas dan setelah dilakukan pengkajian TTV: TD: 136/84 mmHg, N:
71x/menit, T: 360C, RR: 20x/menit.
2. Pertanyaan Klinis
Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang benigna prostate
hyperplasia (BPH) terhadap pengetahuan pasien?
BAB III
ANALISIS JURNAL
3) Beda Mean
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh