Anda di halaman 1dari 8

PPOK

Tn. S 62 tahun, datang ke Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih dengan keluhan sesak nafas
sejak ± 1 hari yang lalu. Sesak dirasakan tidak berkurang dari kemarin. Keluhan sesak sudah
dirasakan saat pasien melakukan pekerjaan ringan seperti jalan di sekitar rumah. Keluhan
sesak disertai dengan batuk berdahak yang kadang-kadang muncul tapi tidak disertai dengan
nyeri dada. Sesak saat berbaring tidak ada. sesak saat posisi tertentu tidak ada. Sesak disertai
mengi tidak ada. Sesak disertai nyeri dada tidak ada. Keluhan sesak ini sebenarnya bukan
merupakan yang pertama kali dialami pasien. Pasien mengatakan sudah sering merasakan
sesak seperti ini sejak ± 2 tahun yang lalu dan ini merupakan kunjungan yang ke-3 ke klinik.
Setiap kunjungan ke klinik pasien diterapi uap (nebulizer) di klinik dengan obat fluxotide dan
ventolin. Pasien mengatakan setiap setelah diuap, pasien merasakan nafas lebih lega dan
terasa lebih ringan. Pasien juga diberikan obat salbutamol untuk pengontrol seandainya
keluhan sesak muncul dirumah. Awalnya keluhan hanya dirasakan saat pasien melakukan
aktifitas berat. Namun sekarang pasien sudah merasakan keluhan sesak saat melakukan
aktifitas ringan sehingga pasien merasa sangat terhambat untuk melakukan aktifitas
seharihari. Saat ini pasien tinggal bersama istri, anak dan 2 orang cucunya dan yang menjadi
kepala keluarga adalah pasien sendiri. Karena pasien merupakan satusatunya pencari nafkah
dalam keluarga, pasien sering memaksakan kondisi tubuhnya untuk bekerja. Pasien bekerja
sebagai petugas listrik di salah satu pesantren di jakarta timur dan sudah bekerja selama lebih
dari 35 tahun. Pasien bertugas untuk mengawasi sistem kelistrikan dan memperbaiki jika ada
sisitem kelistrikan yang rusak di pesantren tersebut.
Pasien memiliki riwayat merokok sejak ± 25 tahun yang lalu dengan jumlah rata-rata rokok
yang dihisap seharinya mencapai 5 bungkus (80 batang). Namun, pasien mengatakan sudah
berhenti merokok sejak tahun 2003. Pada pemeriksaan didapatkan penampilan kurus
(underweight), tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 96 x/menit, frekwensi nafas 32 x/menit,
suhu 36,70C, indeks massa tubuh 18 Kg/m2. Konjungtiva mata tidak anemis, sklera tidak
ikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Tenggorokan, leher dan kelenjar getah
bening dalam atas normal. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan adanya pelebaran sela iga,
fremitus taktil melemah simetris paru kiri dan kanan, perkusi hipersonor, dan suara nafas
vesikuler melemah simetris pada paru kiri dan kanan. Jantung, abdomen, punggung, dan
ekstremitas dalam batas normal. Status neurologis, reflek fisiologis normal, refleks patologis
tidak ditemukan.
HIPERTENSI
Saat dilakukan pengkajian pada klien didapatkan keluhan utama klien mengatakan pusing.
Riwayat penyakit sekarang, klien mengeluh pusing, mual, muntah sudah 3 kali sehari.
Riwayat penyakit dahulu yaitu klien memiliki riwayat hipertensi, tetapi tidak tahu sejak
kapan dan baru satu kali ini rawat inap di RS. Riwayat penyakit keluarga, dalam anggota
keluarga klien tidak ada yang menderita hipertensi, DM. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
data kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital saat masuk rumah sakit : tekanan darah :
180/100 mmHg, denyut nadi : 80 kali/menit, suhu badan : 36.2 0C, respirasi rate : 20
kali/menit. Tanda-tanda vital saat pengkajian : tekanan darah : 180/100 mmHg, denyut nadi :
60 kali/menit, suhu badan : 36.7 0C, respirasi rate : 20 kali/menit. Data yang diperoleh dari
pengkajian klien meliputi pemeriksaan kepala, kepala simetris, rambut hitam beruban, bersih,
tidak ada lesi. Mata, tidak ada kantung mata, tidak ikterik, pandangan agak kabur pada kedua
mata. Hidung, simetris, tidak terpasang alat bantu nafas, tidak ada polip. Mulut, tidak ada
sianosis, mukosa bibir lembab. Telinga, normal, simetris, tidak ada luka. Leher, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada luka.
Pemeriksaan dada yang meliputi jantung, inspeksi : ictus cordis tidak tampak, palpasi : ictus
cordis di intercosta 4 dan 5, perkusi : pekak, auskultasi : S1 dan S2 reguler. Paru-paru,
inspeksi : ekspansi paru simetris, auskultasi : vesikuler, palpasi : vokal fremitus kanan dan
kiri sama, perkusi : sonor. Abdomen, inspeksi : tidak ada lesi dan tonjolan, palpasi : tidak ada
pembesaran hepar dan pankreas, perkusi : timpani, auskultasi : bising usus normal 10
kali/menit. Kulit, turgor kulit baik, tidak ada edema, tidak ada luka. Genetalia, tidak
terpasang kateter urine.
Pemeriksaan ekstremitas yaitu atas : tangan kiri terpasang infus, tangan bisa digerakkan
dengan normal, bawah : kaki bisa digerakkan dengan normal.

LEUKIMIA
Tn. W, laki- laki, 20 tahun,pelajar dengan keluhan demam 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan hilang timbul, sepanjang hari dan tidak disertai dengan
mengigil.Awalnya demam sering hilang timbul 2 tahun belakangan ini.Demam menghilang
hanya dengan beristirahat tanpa diberi obat penurun panas.Keringat pada malam hari
disangkal. Pasien juga merasa jantung sering berdebar debar tanpa disertai sesak. Jantung
berdebar tidak dipengaruhi oleh aktifitas.Dua tahun terakhir pasien juga mengalami gusi
berdarah tanpa sebab yang jelas, tubuh sering memar tanpa sebab dan memar sulit
hilang.Perdarahan dari hidung ataupun mulut disangkal.Pasien mengatakan tubuhnya sering
terdapat bintik- bintik merah seperti orang yang terkena demam berdarah, bintik merah
menetap dalam jangka waktu yang lama.BAB dan BAK dalam batas normal.Satu tahun
sebelum masuk rumah sakit pasien pernah tiba-tiba tidak sadarkan diri dan dirawat di
RS.Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien didiagnosis leukemia dan dirujuk ke RSUP. Pasien
dirawat di RS tersebut dan dilakukan pemeriksaan BMP dan dari hasil pemeriksaan
didapatkan pasien menderita ALL-L1 dan di anjurkan untuk melakukan kemoterapi.Pasien
kemudian menjalani kemoterapi sebanyak 17 kali, tetapi karena kehabisan biaya pasien tidak
melanjutkan pengobatan dan memutuskan pulang.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkankesadaran komposmentis, berat badan 60 kg, tinggi badan
170 cm, Indeks Massa Tubuh (IMT) 20,7kesan gizi normal, tekanan darah110/70
mmHg,nadi74 x/menit,pernapasan18 x/menit, suhu36,4 ºC. Status generalis pasien
didapatkan kepala, mata, hidung, mulut,dada (jantung dan paru)dalam batas normal. Leher
pasien terdapat nodul limfoid sebanyak 5 buah kanan-kiri, regio axilla sebanyak 2 buah
kanan-kiri, regio inguinal sebanyak 2 buah kanan-kiri. Regio Abdomen terdapat splenomegali
(+).Ekstremitaspasien terdapat hematoma pada sekujur tubuh pasien dan bercak kemerahan
(petekie). Status neurologis dalam batas normal. Pemeriksaan hematologi, hemoglobin: 5,1
gr/dl, hematokrit: 18%, eritrosit: 1,9 juta/ul, leukosit: 276.200/ul, trombosit: 129.000/ul,
MCV: 93 ul, MCH: 27 pg, MCHC: 29 g/dl, Gambaran darah tepi: eritrosit: jumlah menurun,
distribusi renggang, gambaran normokrom normositer. Leukosit: jumlah sangat meningkat.
Seri granulosit: netrofil segmen (+), seri non granulosit: limfosit matur (+), ditemukan
banyak sel muda (limfoblast). Trombosit: jumlah menurun. Kesan: leukositosis dengan tanda-
tanda depresi pada sistem eritropoetik dan trombopoetik. Diagnosis banding: reaksi
leukomoid, suspek keganasan (ALL-L1, akut mieloblastik leukemia).Saran: evaluasi
morfologi bagian klinis, BMP. Diagnosis kerja dari pasien ini adalahLeukemia Limfoblastik
Akut dengan Multiple Limfadenopati

DM
Seorang laki-laki berusia 48 tahun, pendidikan terakhir tamat sekolah dasar, bekerja sebagai
nelayan, datang dengan keluhan batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh sejak ±1 bulan
yang lalu. Batuk awalnya dirasakan tidak berdahak, namun kemudian menjadi berdahak
berwarna putih kekuningan dan kental yang lebih banyak dihasilkan di pagi hari. Batuk
semakin memberat pada malam hari, timbul secara tiba-tiba dan terus-menerus, disertai
demam yang tidak terlalu tinggi. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan yang menurun
sehingga pasien merasa lemas dan mengalami penurunan berat badan sebanyak 7 kg dalam 2
minggu terakhir.
Selama 1 bulan terakhir, pasien beberapa kali berobat ke puskesmas. Keluhan pasien tidak
kunjung membaik hingga akhirnya pasien datang kembali ke Puskesmas dan diminta untuk
melakukan pemeriksaan dahak. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya. Pasien menderita penyakit diabetes mellitus (DM) sejak 7 tahun yang lalu dan
rutin mengkonsumsi metformin. Keluhan kaki sering terasa baal dan kesemutan disangkal.
Keluhan penglihatan kabur disangkal. Pasien tidak memiliki pantangan dalam makan. Pasien
sering minum kopi (minimal satu hari sekali) tanpa menambahkan gula, pasien tidak
mengonsumsi alkohol, dan memiliki kebiasaan merokok sekitar 1/2 bungkus perhari sejak
masih sangat muda namun sudah berhenti sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien memiliki seorang
istri dan lima orang anak. Istri pasien merupakan ibu rumah tangga, anak pertama pasien
sudah menikah dan tinggal bersama pasangannya, anak kedua pasien belum menikah dan
bekerja sebagai karyawan swasta, tiga anak lainnya masih berstatus sebagai pelajar. Keluhan
yang sama pada keluarga disangkal. Anak-anak pasien telah mendapatkan imunisasi lengkap.
Hubungan pasien dengan anggota keluarga satu rumah cukup baik.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, Kesadaran compos
mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 84 x/menit; frekuensi napas 20 x/menit;
suhu 36,70C, berat badan 65 kg; tinggi badan 176 cm; status gizi baik (IMT: 21,03 kg/m2).
Mata, telinga, dan hidung dalam batas normal. Pada pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS)
didapatkan kadar gula darah 355 mg/dL. Pasien didiagnosis sebagai kasus baru TB paru dan
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus. Kekhawatiran keluhan berupa batuk yang diderita
sulit disembuhkan, mengganggu aktivitas sehari-hari karena dapat menularkan orang sekitar,
dan menurunkan rasa percaya diri pasien untuk beraktivitas di luar rumah. Pasien tidak
memiliki kekhawatiran pada penyakit DM sebelumnya, pasien juga tidak mengetahui
komplikasi apa saja yang dapat timbul. Selama ini pasien mengetahui bahwa penyakit DM
hanya perlu membatasi konsumsi gula. Namun semenjak terkena TB paru, pasien khawatir
karena kadar gula darahnya tetap tinggi meskipun sudah minum obat rutin. Pasien tidak
mengetahui adanya hubungan antara DM yang diderita dengan penyakit TB paru. Harapan
pasien adalah agar batuk lama bisa sembuh total dan dapat melakukan aktivitas tanpa
khawatir akan terjadi kekambuhan dan penyakit menjadi lebih berat, serta tidak menularkan
penyakit tersebut kepada orang sekitar.
HIV AIDS
Wanita, usia 27 tahun sudah menikah, datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan
secara terus-menerus, menjalar ke punggung, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Kadang disertai dengan perasaan mual dan muntah. Pasien juga
mengeluh demam, suhu badan naik turun disertai dengan batuk kering, sariawan yang hilang
timbul, penurunan nafsu makan, dan lemas seluruh badan.
Buang air kecil dalam batas normal, riwayat buang air besar encer, frekuensi 3-5 x/hari,
keluhan ini dirasakan sejak 5 bulan yang lalu dan dirasakan bertambah berat sejak 2 bulan
terakhir dan tidak ada perubahan walaupun sudah mengkonsumsi obat-obatan, sehingga
badan pasien semakin lemas, pusing, dan pasien merasa berat badannya semakin hari
semakin menurun. Pasien saat ini tidak bekerja, sebelumnya pasien tinggal di Jawa Barat
danmemiliki riwayat free sex sebelum menikah, tidak ada riwayat penggunaan obat-obatan
narkoba maupun riwayat alkoholik. Frekuensi makan 3 kali sehari dengan jumlah 5 sendok
setiap makan variasi makanan telur ikan sayur dengan nafsu makan yang kurang. Pasien
menjalani pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sudah menikah dan telah
memiliki satu orang anak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 76 x/mnt, suhu 36,7oC,
pernapasan 20 x/menit, berat badan 35 Kg dan tinggi badan 145 cm dengan indeks masa
tubuh (IMT) 16,6 Kg/m2 (underweight). Status generalis tampak mulut bibir kering dengan
stomatitis pada lidah, perut datar tidak ada scar, nyeri tekan epigastrium (+), bising usus (+)
meningkat. Kepala, mata, telinga, leher, kelenjar getah bening, dada, paru-paru, jantung,
anggota gerak, dan kulit dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,2
gr/dl, leukosit 7.300/mm3, trombosit 476.000 sel/mm3, basofil 0%, eosinofil 0%, netrofil
segmen 75%, limfosit 11%, monosit 14%, SGOT 29 u/dl, SGPT 24 u/dl, ureum 25 mg/dl,
kreatinin 0,8 mg/dl, HbsAg -/nonreaktif, anti HIV +/reaktif.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien didiagnosis dengan HIV/AIDS
stadium III dengan infeksi opportunistik. Diberikan penatalaksanaan sebagai berikut: 1.
Umum - Tirah baring
Diet Makanan Lunak, TKTP 2. Medikamentosa - Infus KAEN 3B XX gtt/mnt - Paracetamol
tab 3x500 mg jika demam - Ranitidin injeksi 1 amp/12 jam - Ketokonazol tab 200 mg 3x1 -
Asam Folat tab 3x1 – Natrium bicarbonat tab 3x1 - Cotrimoxazol tab 960 mg 2x1 yang
diberikan selama 2 minggu – Antiretroviral (stavudin+lamivudin+nevirapin).
Serosis Hepatis

Seorang laki-laki, umur 43 tahun, beragama Islam, datang ke poliklinik rumah sakit dengan
keluhan lemas sejak seminggu sebelum datang, lemas dikatakan pada seluruh tubuh. Hal ini
membuat pasien enggan melakukan aktifitas sehari-hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada
ulu hati dengan skala 5. Nyeri ini seringkali dirasakan setelah makan dan minum yang
disertai perasaan mual dan muntah sehingga pasien kurang bernafsu makan. Pasien
menyatakan bahwa perasaan nyeri juga disertai dengan perasaan penuh pada perut. Frekuensi
buang air kecil lebih meningkat sejak beberapa bulan terakhir, dikatakan lebih dari 4 kali
sehari untuk buang air kecil, namun volume sekali kencing sekitar ¼ gelas aqua (240 cc)
dengan warna kecoklatan seperti teh. Keinginan buang air besar pasien dikatakan normal.

Dua tahun yang lalu, Pasien mengatakan dirinya mengalami anemia dalam jangka waktu
yang lama dan penasaran mengapa tidak sembuh juga. Setelah dirawat dan diperiksa
laboratorium, pasien didiagnosis mengidap Hepatitis B. Pasien mengeluh dirinya sering
merasa lelah dan mudah capek. Satu tahun yang lalu pasien kembali di opname di rumah
sakit. Pasien dikatakan muntah darah. Pasien tidak sadarkan diri sehingga segera dilarikan ke
rumah sakit oleh keluarga. Pasien muntah darah berkali-kali dan masih muntah ketika di
UGD.

Pasien merokok sebanyak 1 bungkus rokok dan terkadang melebihi dari 1 bungkus dalam
satu hari. Pasien menyangkal dirinya meminum minuman beralkohol. Pasien mengaku sangat
sering minum minuman penambah energy. porsi makan pasien termasuk dalam porsi yang
sedikit meskipun teratur makan tiga kali sehari.

Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu aksilla 36, 5 °C, berat badan
65 kg, tinggi badan 169 sentimeter, Body Mass Index 22, 75 kg/m2. Pada pemeriksaan
generalis didapatkan mata anemis dextra dan sinistra, jantung dan paru dalam batas normal,
abdomen dalam batas normal. Tidak ada edema pada ekstremitas atas bawah. Pasien
didiagnosis sirosis hepatis dengan klasifikasi Child-Pugh A (skor 6)
Fraktur

Pasien perempuan 15 tahun, dirawat di Ruang bedah dalam keadaan sadar dengan keluhan
nyeri pada tungkai kanan dan tidak dapat digerakkan pasca kecelakaan bermotor sejak 1 hari
yang lalu. Saat itu pasien sedang mengendarai motor sendirian memakai helm, ditabrak oleh
motor dari arah depan. Tidak adda Riwayat sakit kepala, muntah, lupa dengan kejadian lama
serta keluar darah dari hidung/telinga.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 98x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu
36,7oC, glasgow coma scale (GCS) 15. Pada pemeriksaan lokalis pada regio femur dextra
didapatkan pada pemeriksaan Look: kulit utuh (tidak ada luka robek), udem (+) di bagian
tengah paha, memar (-), deformitas (+) angulasi, rotasi external dan pemendekan. Pada
pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan di bagian tengah paha, pulsasi arteri dorsalis pedis
teraba, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik dan sensibilitas normal. Pada
pemeriksaan Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, range of motion
(ROM) sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan.

Dari pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur os femur
dekstra 1/3 tengah dengan displacement fragmen fraktur disertai soft tissue swelling
disekitarnya. Pasien diberikan terapi analgetik dan pemasangan skin traction dengan beban 5
kg.
Pasien terlihat sedih dan mengatakan khawatir jika dia tidak dapat berjalan normal kembali.
Pasien mengeluhkan kesulitan jika harus berkativitas, seperti mengambil minum, makan, atau
ke kamar mandi.

BPH
Seorang laki-laki berusia 61 tahun datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil. Kurang
lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sulit buang air kecil (BAK).
Pasien mengaku sulit untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan
untuk BAK, pancaran kencing lemah, kadang terhenti kemudian lancar kembali. Pasien juga
mengeluh sering berkali-kali ke kamar mandi pada malam hari saat tidur malam karena ingin
BAK namun saat BAK hanya menetes dan merasa kurang puas. BAK tidak keluar batu, tidak
berdarah, demam tidak ada, nyeri pinggang tidak ada, buang air besar biasa. Pasien sudah 4
kali ke mantri terdekat untuk dipasang kateter. Kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengeluh tidak bisa BAK. Pasien lalu berobat ke RS Muhammadiyah Metro dan
dirujuk ke RSUD Jendral Ahmad Yani dengan diagnosis retensi urine et causa BPH. Pada 05
Januari 2018 pasien datang ke poli bedah RSUD Jendral Ahmad Yani dalam keadaan
terpasang kateter. Kemudian pasien dirawat inap pada 08 Januari 2018. Saat itu pun pada
pasien terpasang kateter, air kencing dapat keluar, darah tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, nadi 99x/menit regular, laju
pernapasan 20x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, dan suhu 36,7oC. Pada status generalis
dalam batas normal. Pada tanggal 08 Januari 2018, pada pasien terpasang kateter urine
ukuran 16F sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Di dalam urine bag, terdapat 300 cc
urine berwarna kuning jernih dan tidak terlihat adanya darah. Dari rectal toucher didapatkan
tonus sphincter ani kuat, mukosa rektum licin, tidak ada massa, ampulla recti intak, serta
prostat teraba membesar, batas atas teraba, konsistensi kenyal, permukaan licin, nodul tidak
ada, dan nyeri tekan tidak ada, tidak ada darah dan feses pada handscoen.
Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukosit 10.770/uL. Pemeriksaan USG urologi
menunjukkan adanya symple cyst ren dextra, vesicolithiasis, pembesaran prostat (volume
42,3 ml) dengan kalsifikasi dan protusi ke VU. Dalam kasus ini pasien didiagnosis Benign
Prostatic Hyperplasia dengan retensio urine dan vesicolithiasis.

Stroke HEMORAGIK
Seorang laki-laki berumur 50 tahun datang keluhan tangan dan tungkai kiri tidak dapat
digerakkan disertai penurunan kesadaran ±2 jam SMRS. Pasien juga mengalami penurunan
kesadaran secara mendadak. Keluhan seperti ini baru pertama kalinya dialami setelah pasien
beraktivitas di kantor. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya hemiparese kiri, GCS 8
(E2V2M4), wajah simetris, Vital sign didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi
nadi 80 x/mnt, pernafasan 20 x/mnt, suhu tubuh 37 oC, dan muntah (+).
Dari pemeriksaan neurologis didapatkan: N1, N2, N5, N8, N9, N10, N11, dan N12 sulit
dinilai, N3,4,6: pupil isokor 3 mm bulat, posisi sentral Reflek cahaya +/+, N7: wajah simetris.
Kaku kuduk (-), kernig(-), Brudzinsky 1,2 (-), reflek fisiologis ka +/ ki -, dan reflek patologis
-/-. pada scoring menggunakan Algoritma pasien mengarah ke stroke hemoragik. Pada
pemeriksaan CT-Scan didapatkan kesan intraventricular hemorhagic. Pasien memiliki
riwayat hipertensi tak terkontrol selama 2 tahun. Pasien ini didiagnosis stroke hemorhagic.
Pasien diberikan terapi medikamentosa berupa IVFD RL gtt XX/mnt, manitol 500cc, 200-
150-150, Inj. ranitidin/12 jam, Inj. Kalnex/8 jam, Captopril 25 mg tab 2x1, Paracetamol 500
mg tab 3x1.

Anda mungkin juga menyukai