Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus Geriatri

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Usia : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pakulonan Barat

II. Anamnesis
Didapatkan keterangan dari pasien (autoanamnesis) pada hari Kamis, tanggal 14 Maret
2013 , pukul 09.00 WIB di Puskesmas Jalan Emas.
Keluhan utama : batuk darah sejak 3 hari yang lalu

Keluhan tambahan : panas dingin, nyeri di daerah ulu hati


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengalami batuk darah sejak 3 hari yang lalu. Darah berwarna
merah segar, kental, banyaknya sekitar gelas aqua. Setelah batuk darah,
pasien mengatakan kalau tubuhnya langsung lemas. Pasien juga mengatakan
bahwa selama batuk darah, nafsu makan pasien menjadi berkurang. Pasien
menyangkal adanya sesak napas.
Pasien juga mengeluh adanya nyeri di daerah ulu hati yang tidak
dipengaruhi oleh makanan. Pasien juga mengatakan kalau nyeri di daerah ulu
hatinya ini tidak membaik meski pasien beristirahat. Pasien menyangkal adanya
rasa panas ataupun terbakar di dada. Pasien juga menyangkal adanya riwayat
kuning serta bengkak-bengkak di tubuhnya.
Pasien mengatakan bahwa ia mengalami panas dingin sejak 2 hari yang
lalu. Panas dingin ini dirasakan pasien sepanjang hari. Namun, pasien tidak
mengukur suhunya. Pasien juga mengeluhkan bahwa badannya menjadi sakit-
sakit semua. Rasa sakitnya tumpul, pegal-pegal. Pasien mengatakan bahwa pada
hari ini pasien masih batuk darah. Pasien merasa bahwa berat badannya turun,
tetapi pasien tidak mengukur berapa penurunan berat badannya.

Pasien mengatakan bahwa kemarin ia masih mengalami batuk darah.
Pasien mengatakan bahwa darahnya masih berwarna merah segar dan sebanyak
gelas aqua. Oleh karena, itu esoknya pasien pergi ke puskesmas Jalan Emas
untuk meminta rujukan ke RS Sari Asih.
Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki riwayat trauma, tidak ada
nyeri dada, tidak ada sesak napas, serta tidak ada riwayat mimisan. Pasien juga
mengatakan bahwa ia tidak mengalami pusing ataupun sakit kepala.
Pasien mengatakan bahwa komposisi makanan keseharian pasien adalah
: nasi, tahu, tempe, ikan. Pasien mengatakan bahwa pekerjaan kesehariannya
adalah mengurus rumah tangga, suami dan 3 anaknya
Pasien mengatakan bahwa tetangga di dekat rumahnya ada yang
menderita seperti pasien. Namun, suami dan anak-anak pasien sehat, tidak
sedang menderita penyakit apapun.

Riwayat Penyakit Dahulu
o Penyakit Saat Anak-Anak
Pasien mengatakan bahwa pada saat anak-anak penyakit yang
dideritanya adalah batuk, pilek.
o Penyakit Dewasa
Medis : Tuberkulosis Paru pada bulan Oktober 2011 dengan gejala batuk
berkepanjangan; pasien diberi obat untuk diminum selama 6 bulan oleh
dokter di puskesmas. Namun, dalam 4 bulan pengobatan pasien berhenti
minum obat. Pasien kemudian mengalami batuk-batuk kembali dan
dianjurkan untuk minum obat tersebut dari awal selama 6 bulan. Pasien
kemudian meminum obat tersebut selama 6 bulan penuh. Pada tanggal 6
Agustus 2012 pasien dinyatakan sembuh oleh dokter di puskesmas
berdasarkan hasil pemeriksaan X-Ray Thorax.
Pasien mempunyai riwayat penyakit maag
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit kencing manis disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit hati disangkal
Riwayat asma disangkal
Bedah : Tidak ada
Riwayat Mestruasi : Menarche pada usia 13 tahun. Pasien mengatakan
bahwa riwayat mestruasi normal dan teratur.
Riwayat kehamilan : G3P3, dengan kelahiran spontan per vaginam.
Ketiga anaknya hidup.
Psikiatri : tidak ada
Riwayat Imunisasi
Vaksin Jumlah Pemberian Waktu
BCG 1x 1 bulan
Hepatitis B 2x 1,6 bulan
DPT 3x 2,4,6, 18 bulan
Polio 3x 2,4,6, 18 bulan
Campak 1x 9 bulan

Riwayat obat : pasien tidak sedang mengonsumsi obat apapun. Dahulu pasien
pernah meminum obat TB untuk menyembuhkan penyakit TB yang dideritanya
7 bulan yang lalu; sekarang obat itu sudah tidak diminumnya lagi.
Riwayat kebiasaan : pasien tidak memliki riwayat alergi serta tidak memiliki
reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu. Selain itu, pasien tidak memiliki
kebiasaan merokok. Pasien juga tidak mengonsumsi alkohol maupun narkoba.
Riwayat Keluarga

o Ayah
Ayah pasien sudah meninggal, karena tua. Pasien mengatakan bahwa
ayah pasien mengidap penyakit kencing manis. Riwayat penyakit lain,
seperti : penyakit paru, darah tinggi, jantung, ginjal, asma, maag
disangkal pasien.
o Ibu
Ibu pasien juga sudah meninggal, karena tua. Pasien mengatakan bahwa
ibu pasien mempunyai penyakit paru yang sama seperti pasien. Riwayat
penyakit lain, seperti : darah tinggi, kencing manis, jantung, ginjal, asma,
maag disangkal pasien.
o Suami
Pasien mengatakan bahwa suaminya sehat. Tidak sedang menderita
penyakit apapun serta tidak mempunyai riwayat penyakit apapun. Suami
pasien tidak bekerja.
o Anak
Pasien mengatakan bahwa ketiga anaknya sehat. Tidak sedang
menderita penyakit apapun serta tidak mempunyai riwayat penyakit
apapun.

Riwayat Personal dan Sosial
Pasien lahir dan dibesarkan di Jakarta, menyelesaikan sekolah dasar dan
menikah pada usia 19 tahun. Suami pasien bekerja sebagai tukang bangunan.
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Namun, sejak 3 tahun yang lalu suami
pasien sudah tidak bekerja lagi. Sekarang pasien hidup mengurusi suami dan 3
anaknya. Semua anak pasien belum menikah. 8 tahun yang lalu, ayah pasien
meninggal dunia karena usianya sudah tua. 2 tahun yang lalu, ibu pasien juga
meninggal dunia, dikarenakan juga usianya yang sudah tua.
Pasien tinggal di sebuah rumah di daerah Pakulonan Barat. Pasien
mengatakan bahwa daerah tempat tinggalnya merupakan daerah yang padat,
penuh dengan pemukiman penduduk. Rumah pasien dihuni oleh suami pasien,
pasien, serta 3 anak pasien; terdiri dari : 4 kamar tidur, 1 dapur, 2 kamar mandi,
1 ruang tamu. Terdapat 1 buah jendela di bagian depan rumah.
Pasien juga mengatakan bahwa tetangga di lingkungan sekitar rumah
pasien ada yang menderita penyakit dengan gejala yang sama seperti pasien,
yaitu batuk-batuk. Pasien mengatakan bahwa batuk-batuk yang dialami
tetangganya itu cukup lama, namun pasien tidak mengetahui secara jelas berapa
hari.

III. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada hari Kamis, 14 Maret 2013 di Puskesmas Jalan Emas.
Status Generalisata
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
Nadi : 87 kali/menit
Laju pernapasan : 19 kali/menit
Suhu tubuh : 38,4
0
C
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Data Antopometri
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 30 kg

Pemeriksaan Fisik Sistematis

o Kulit : tidak pucat, tidak sianosis, tidak ikterik, tidak
ada pruritus, lesi kulit (-), turgor kulit normal.

o Kepala :
Bentuk dan ukuran : Normosefali, deformitas -
Ubun-ubun besar : Sudah menutup
Rambut & Kulit kepala : Warna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, lesi kulit -
Wajah : Simetris, edema , lesi kulit -, luka -

o Mata : palpebra ptosis -/-, palpebra edema -/-,
eksoftalmus -/-, konjungtiva pucat +/+, sklera
ikterik -/-, sekret -/-. Pupil bulat, isokor, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (++/++),
gerak bola mata terkonjugasi ke segala arah,
visus OD/OS tidak dinilai.


o Telinga : deformitas -/-, nyeri tekan -/-,
serumen -/-, membran timpani kanan
dan kiri tidak dilakukan

o Hidung : simetris, septum di tengah, tidak ada
deviasi, napas cuping hidung -/-,
sekret -/-, epistaksis -/-


o Mulut & Tenggorokan :
Bibir : kering, simetris, tidak pucat
Gigi : utuh, tidak ada karies
Lidah : normal, tidak kotor, tidak ada deviasi, tidak ada
sariawan, pergerakan baik, tidak ada tremor, mukosa mulut
basah
Palatum : normal, tidak ada celah langit-langit
Tonsil : T1/T1, kripta tidak melebar, detritus -/-, hiperemis (-)
Faring : arkus simetris, uvula di tengah, hiperemis (+)

o Leher : teraba pembesaran KGB kiri dan kanan yang
multinodul kira-kira sebanyak 5 buah, konfluens,
dengan konsistensi kenyal, mobile, nyeri tekan -

o Toraks :
Paru
Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak
ada retraksi dinding dada, pergerakan pernapasan
normal tidak ada bagian yang tertinggal.
Palpasi : tidak ada massa, taktil fremitus kiri >
kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Batas paru hepar : ICS V midklavikularis dekstra
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki halus +
pada daerah apeks kiri, wheezing -/-, gesekan pleura -/-
Jantung
Inspeksi : terlihat iktus kordis di ICS V kiri
Perkusi :
Batas jantung atas : ICS II Linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri : ICS V Linea aksilaris anterior
sinistra
Batas jantung kanan : ICS IV Linea parasternalis
dekstra
Auskultasi : S1S2 reguler, murmur -, gallop -

o Abdomen
Inspeksi : dinding perut terlihat simetris, datar,
tidak ada kelainan kulit maupun pelebaran vena, spider nevi -
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium +, defence
muscular -
- Hati : tidak teraba
- Limpa : tidak teraba
- Ginjal : balotement -, nyeri ketok CVA -
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen, shifting
dullness -
Auskultasi : bunyi bising usus 3x per menit

o Punggung : kifosis +, skoliosis -, lordosis -

o Anogenital
Genitalia : kesan wanita normal
Anus : lubang intak, tidak tampak massa yang keluar
dari anus, perianal rash -

o Ekstremitas : bentuk dan ukuran tangan dan kaki normal,
akral hangat, capillary refill time < 2 detik. Tidak ada edema, tidak ada
tremor

IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan
X-Ray Thorax : tidak dilakukan
Pemeriksaan sputum : tidak dilakukan
V. Resume
Pasien wanita, usia 52 tahun datang dengan keluhan utama hemoptisis dengan
darah berwarna merah segar, kental, sebanyak gelas aqua sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan tambahan pasien berupa dispepsia sejak 3 hari yang lalu, panas dingin dan
malaise sejak 2 hari yang lalu. Riwayat TB paru (+) sudah selesai terapi dan dinyatakan
sembuh oleh dokter pada tanggal 6 Agustus 2012. Riwayat sakit maag (+). Riwayat ayah
menderita diabetes +, riwayat ibu menderita TB +. Dari data perumahan didapatkan
bahwa pasien tinggal di rumah yang mempunyai 1 buah jendela. Tetangga sekitar
rumah pasien ada yang batuk-batuk. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam
batas normal kecuali suhu tubuh 38,4
0
C. Konjungtiva pucat +/+, faring hiperemis (+),
teraba pembesaran KGB bilateral multinodul kira-kira sebanyak 5 buah, dengan
konsistensi kenyal, mobile, nyeri tekan (-), auskultasi toraks rhonki + pada daerah apeks
paru kiri, taktil fremitus kiri > kanan, nyeri tekan epigastrium +, punggung kifosis. BMI
pasien 12,29 (underweight).
VI. Diagnosis Kerja
Suspek TB Rekuren
Pada pasien terdapat riwayat TB 1 tahun yang lalu yang sudah selesai terapi
dan dinyatakan sembuh oleh dokter pada tanggal 6 Agustus 2012. Namun, 3
hari yang lalu pasien mengalami hemoptisis. 2 hari yang lalu pasien panas
dingin dan malaise. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh 38,4
0
C,
rhonki + pada daerah apeks paru kiri, taktil fremitus kiri > kanan, disertai
pembesaran KGB.

Keadaan Gizi buruk
BMI pada pasien ini tergolong underweight (12,49)
VII. Diagnosis Banding
CA paru
Pada pasien terdapat gejala batuk darah, BB turun, anoreksia, pembesaran
KGB. Namun, pada pasien tidak terdapat riwayat merokok yang biasanya
merupakan faktor resiko terjadinya CA paru. Selain itu, pada pemeriksaan
fisik didapatkan rhonki halus di daerah apeks kiri yang lebih mengarahkan
ke diagnosis TB.

VIII. Pemeriksaan Anjuran
Laboratorium : - Darah Lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, LED,
Hitung Jenis)
- SGPT & SGOT
Pada pasien TB biasanya didapatkan Hb & Ht yang menurun karena
anemia. Leukosit menunjukkan infeksi bakteri. Hitung jenis dengan
pergeseran kanan (limfosit meningkat ) akibat penyakit TB yang kronis.
LED menunjukkan adanya infeksi serta reaksi inflamasi. SGPT dan
SGOT untuk menyingkirkan diagnosis penyakit hepar.
X-Ray Thorax
Pada penyakit TB didapatkan konsolidasi di bagian apeks paru.

Pemeriksaan sputum
Untuk memastikan diagnosis penyakit TB perlu dilakukan pemeriksaan
sputum untuk memeriksa adanya Mycobacterium tuberculosis serta
dengan menghitung jumlah BTA per lapangan pandang.

CT Scan
Alasan : CT-Scan dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding CA
paru atau apabila pada pemeriksaan lab, X-Ray, serta sputum tidak
ditemukan tanda-tanda adanya TB.

IX. Penatalaksanaan
Pasien dirujuk ke RS Sari Asih

X. Rencana Terapi
Rawat inap, tirah baring
Diet yang adekuat dan seimbang
Parasetamol untuk mengobati demam
Antasida untuk mengobati nyeri ulu hati
Mengobati batuk darah
o Apabila pada pemeriksaan hasil lab darah dan X-Ray Thorax
menunjukkan hasil TB obati TB sebagai kasus kambuh (Relaps)
o Apabila pada pemeriksaan sputum terdapat BTA (+) obati TB sebagai
kasus kambuh (Relaps)
o Apabila pada pemeriksaan darah, X-Ray, dan sputum menunjukkan hasil
TB (-) CT-Scan

XI. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
XII. FIFE
Feeling : pasien merasa takut dan terganggu dengan penyakitnya.
Insight : pasien ragu-ragu apakah penyakitnya bisa disembuhkan.
Function : pasien masih dapat beraktivitas seperti biasa.
Expectation : pasien berharap penyakitnya bisa disembuhkan.
XIII. Rekomendasi dan Edukasi
Memberi tahu pasien untuk meminum obat secara rutin dan teratur.
Memberi tahu pasien agar mengonsumsi makanan yang seimbang : nasi, ikan,
sayur, buah walaupun pasien sedang tidak nafsu makan.
Memberi tahu pasien untuk menambah ventilasi di rumahnya.
Lab darah, X-Ray, Sputum
TB (-)
CT Scan
TB (+)
2 RHZES
1 RHZE
5 RHE
XIV. Tinjauan Pustaka
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Kuman tuberkulosis masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru yang disebut sarang primer. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut
diikuti oleh pembesaran KGB di hilus (limfadenitis regional). Sarang primer bersama
dengan limfangitis lokal dan limfadenitis regional ini disebut kompleks primer.
Kompleks primer ini akan berlanjut menjadi
2
:
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya (mis : pada epituberkulosis)
b. Bronkogen, baik di paru yang bersangkutam maupun paru yang di sebelahnya
c. Hematogen dan limfpgen (mis : pada TB milier, meningitis TB, TB tulang, TB
ginjal, genitalia, dsb.)
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun setelah tuberkulosis primer,
biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun (TB bentuk dewasa, localized tuberculosis). TB
postprimer dimulai dengan sarang dini yang umumnya terletak di segmen apikal lobus
superior maupun lobus inferior, yang kemudian akan mengalami nasib : 1) diresorbsi
kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, 2) sarang tersebut meluas dan segera
terjadi proses penyembuhan dengan jaringan fibrosis, atau 3) sarang tersebut meluas
membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa)
2
.
TB paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura. TB ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya : KGB, meninges, tulang, ginjal, saluran kencing, dll
2
.
Berdasar hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi atas : TB paru BTA (+) dan TB
paru BTA (-). Berdasarkan tipe pasien dibedakan menjadi : kasus baru, kasus kambuh
(relaps), kasus drop out, kasus gagal pengobatan, kasus kronik, kasus bekas TB. Kasus
baru : belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT. Kasus relaps : pasien TB yang
pernah mendapat pengobatan TB, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA (+) atau biakan positif. Kasus drop out : pasien yang telah
menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau
lebih sebelum masa pengobatannya selesai. Kasus gagal : pasien BTA (+) yang masih
tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke- 5 atau akhir pengobatan.
Kasus kronik : pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
1,2
.
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dll
1
.
1. Gejala respiratori : batuk 2 minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada.
Gejala sistemik : demam, malaise, keringat malam, anoreksia, BB turun.
2. Dari pemeriksaan fisik akan dijumpai kelainan tergantung dari organ yang
terlibat.
Pada TB paru suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Pada pleuritis TB
ditemukan pekak pada perkusi, pada auskultasi suara napas melemah sampai
tidak terdengan pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis TB terlihat
pembesaran KGB.
3. Dari pemeriksaan dahak didapatkan BTA dan dapat dilakukan biakan kuman.
4. Pemeriksaan standar radiologi ialah foto toraks PA.
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB aktif : bayangan berawan / nodular di
segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah,
adanya kaviti (terutama > 1) dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular, bayangan bercak milier, efusi pleura (unilateral / bilateral). Gambaran
lesi TB inaktif : fibrotik, kalsifikasi, Schwarte (penebalan pleura). Gambaran
luluh paru (destroyed lung) : atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru.
5. Dari pemeriksaan darah biasanya didapatkan peningkatan LED, limfosit. Namun,
2 hal ini kurang spesifik. Dari pemeriksaan uji tuberkulin, jika positif berarti
sedang ada infeksi.
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Obat yang dipakai adalah
1
:
1. Jenis obat lini 1 : INH, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol.
2. Jenis obat lini 2 : Kanamisin, Amikasin, Kuinolon
Pengobatan TB dibagi menjadi :
TB paru kasus baru : 2RHZE / 4RH
TB paru kasus kambuh : 2RHZES / 1 RHZE / 5 RHE
TB paru gagal pengobatan : sebelum ada hasi uji resistensi diberikan obat
lini 2 (contoh : 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan
15 - 18 bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin ), atau 2 RHZES / 1RHZE / 5 RHE
TB paru kasus putus berobat :
o Berobat 4 bulan
BTA saat ini (-)
Klinis dan radiologi tidak aktif / ada perbaikan OAT
dihentikan
Radiologi aktif dan TB (+) OAT mulai dari awal dengan
panduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang
lebih lama
BTA saat ini (+)
OAT mulai dari awal dengan panduan obat yang lebih kuat dan
jangka waktu pengobatan yang lebih lama
o Berobat < 4 bulan
BTA (+) OAT mulai dari awal dengan panduan obat yang lebih
kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
BTA (-) foto toraks positif, OAT dilanjutkan
TB paru kasus kronik : 2 RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal
OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)
MDR TB : sesuai uji resistensi + OAT lini 2 atau INH
seumur hidup

REFERENSI
1. Aditama T.Y., Soedarsono, Thabrani Z., et al. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2006.
2. Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: InternaPublishing; 2009.

Anda mungkin juga menyukai