Anda di halaman 1dari 33

Gagal Jantung Kongestif et causa DD

Recurren Demam Rematik

By:
Seba Talat Hasan Al-Gunaid

Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Herlina Dimiati, Sp. A (K)
Identitas Pasien

Nama :M
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 1-35-63-06
Tanggal Lahir : 9 February 2015
Umur : 8 tahun 9 bulan
Alamat : Mata Mamplam
Tanggal Masuk : 29 November 2023
Anamnisis

Keluhan Utama : Sesak Nafas

Kelihan - Nyeri Dada


Tambahan: - Mudah Lelah
- Riwayat Nyeri Tenggorokan
Riwayat Penyakit Sekarang
.

Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas, sebelum nya pasien telah dirawat di RSUD
Fauziah selama 2 minggu dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS
dan sesak memberat dalam 4 hari SMRS. Sesak nafas dirasakan secara tiba-tiba tanpa pencetus
dan faktor lain seperti debu / asap rokok, dan tampa disertai suara nafas tambahan. Keluhan
lebih sering muncul pada malam hari dan pasien merasa libeh jika tidur dengan dissangga 2
bantal. Pasien mengaku nyeri tenggorokkan sejak 1 bulan SMRS disertai batuk hilang timbul.
Batuk nya berdahak dan tidak terus menurus. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada seperti
ditekan pada dada sebelah kiri, dan sering mengalami cepat lelah setelah beralih ke aktivitas
fisik yang berat, seperti bermain bola, berlari, atau saat pelajaran olahraga di sekolahnya.
Riwayat Penyakit Sekarang
.

Selain sesak pasien juga mengeluhkan bengkak pada kedua kaki, muncul sejak di rawat di
Rumah sakit fauziah sampai sekarang. Selain itu pasien sempat mengalami demam yang hilang
timbul yang di rasakan sejak 1 bulan SMRS. Demam yang dialami pasien tidak menuntu waktu
dengan suhu tubuh yang cepat kembali normal, pasien tidak mengalami demam disertai
menggigil ataupun demam dengan keringat malam. Pasien mengatakan demam hilang timbul
tersebut sudah dialami sejak pasien berumur 3 bulan, dan tiap bulan pasien mengalami demam
dan nyeri tenggorokan. Pasien mengatakan pasien tidak ada nafsu makan selama dirawat di
rumah sakit hanya mau makan 3-4 sendok di setiap jam makan. Pasien tidak BAB selama 3
hari terakir ini, BAK dalam batas normal.
Anamnisis
Riwayat Penyakit  Pasien pernah dirawat di PICU dengan keluhan yang sama pada satu
Dahulu tahun yang lalu (2022) waktu itu pasien umur 7 tahun
 Pasien sering menderita demam hilang timbul sejak pasien umur 3
bulan.
 Pasien sering menderita infiksi saluran nafa atas setiap bulan
 Pasien mengeluh ada nyeri persendian yg berpindah-pindah sejak 1
tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit  Dari anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang
Keluarga sama.

Riwayat  IV. Ceftriaxone 525 mg / 12 jam


Pemakaian Obat  PO. Furosemide 20mg /12 jam
 PO. Spironolactone 20mg /12 jam
 PO. Bisoprolol 1.25mg /24 jam
Anamnisis
Riwayat  Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Lahir secara normal
Kehamilan dan (pervaginam) dengan BBL 3.700g. Lansung menangis cukup bulan.
Persalinan Pasien tidak ada riwayat rawatan di NICU.

Riwayat Imunisasi  Pasien dengan Riwayat imunisasi lengkap

Riwayat Nutrisi  Usia 0 sampai 6 bulan : ASI


 Usia 6 bulan sampai 12 bulan : ASI + susu Formula + MPASI
 Usia 12 bulan sampai sekarang : makanan keluarga
 Pasien dengan kebiasaan makan karbohidrat dan protein saja, buah
dan sayur jarang dikonsumsi
 Sejak pasein dirawat di RS pasien tidak nafsu makan .
Anamnisis
Riwayat Tumbuh  Riwayat tumbuh pasien dengan status gizi kurang dengan perawakan
Kembang normal menurut kurva CDC.
 Pasien saat ini duduk di kelas 4 SD dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan guru dan teman dengan baik.

 Hubungan pasien dengan anggota keluarganya baik. Pasien


Riwayat Sosial mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarganya, segala
Ekonomi dan kebutuhan sehari–hari dan kesehatan terpenuhi dengan baik oleh
Kondisi orang tua pasien. Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah.
Lingkungan Ekonomi keluarga berasal dari ayah, sementara ibu pasien ibu rumah
tangga. Pasien di kelas 4 SD.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Sakit sedang Status Gizi
umum :
Kesadaran : Compos mentis Berat Badan : 19 kg

Tanda Vital Tinggi Badan : 115 cm


Lingkar Lengan 17 cm
Tekanan 106/50 mmHg Atas :
Darah : BB/U : 67,9%
Laju Nadi : 102x/menit
TB/U : 87%
Laju Napas : 30 x/menit
BB/TB : 90,5%
SpO2: 65%
HA : 6 tahun
Suhu : 36,7℃ BBI : 21 kg
Pemeriksaan Fisik
Sistem Deskripsi
Kulit Warna kulit kuning langsat, tampak pucat
Kepala lingkar kepala normosefali
Rambut Hitam, sebaran rambut merata, dan tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva palpebra inferior pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor
3 mm / 3 mm, refleks cahaya langsung positif di kedua mata, refleks
cahaya tak langsung positif di kedua mata. mata tidak cekung.
Hidung Napas cuping hidung (-/-), tidak ditemukan sekret
Telinga Normotia, tidak ada deformitas, tidak ada sekret telinga
Mulut Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, sianosis(+)
Faring Faring tidak hiperemis
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Pemeriksaan Fisik
Sistem Deskripsi
Thorax Inspeksi : Simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada
jaringan parut
Palpasi : Pergerakan dinding dada statis dan dinamis simetris, fremitus
taktil dalam batas normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler di paru kana dan lobus atas paru kiri,
ronkhi di lobus bawah paru kiri (+/+), wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V midclavicularis sinistra
Perkusi : - Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
- Batas kanan : ICS VI linea parasternal dextra
- Batas kiri : ICS IV linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Iregular, murmur (+), Bising midclavicularis sinistra ICS V
Pemeriksaan Fisik
Sistem Deskripsi
Abdomen Inspeksi : Simetris, tidak ditemukan ikterik, jejas, maupun distensi
abdomen
Auskultasi : Peristaltik tidak meningkat
Palpasi : Soepel, tidak ada nyri tekan
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Ekstremitas Akral teraba dingin, CRT >2 detik, terdapat sianosis pada ekstremitas
inferior
Genital Laki-laki
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Nilai Rujukan
Hb 9,2 12,0 – 14,5 g/dl
Ht 28 45 – 55 %
Eritrosit 3,6 4,7 – 6,1 x 106/mm3
Leukosit 13,98 4,5 – 10,5 x103 /mm3
Trombosit 426 150 – 450 x103/ mm3
MCV 79 80 – 100 fL
MCH 25 27 – 31 pg
MCHC 32 32 – 36%
Eosinofil 0 0-6 %
Basofil 1 0-2 %
N. Batang 0 2-6 %
N. Segmen 67 50-70 %
Limfosit 23 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
Foto Thorax AP:
Cor: Tampak apeks jantung elevasi dengan
gambaran boot shaped

Pulmo: Tidak tampak infiltrate di kedua lapag


pulmonal,corokan bronkovaskuler normal
Tampak artery pulmonary concave
Sinus costophrenicus kanan kiri tajam
Hemidiaphragma kanan kiri normal
Trakhea di Tengah

Kesimpulan:
Cardiomegali
EKG:
Irama: Sinus Takikardi Frekuensi :106bpm Axis: Normal
Gel P: Normal PR Interval: Memanjang Gel Q: Q patologis di lead III
QRS: Normal ST Seg: normal Gel T: Normal
Hypertrophy: left ventricular hypertrophy
Diagnosis
Diagnosis Banding Diagnosis Kerja
● CHF NYHA II et causa DD
● CHF NYHA II et causa dd rheumatic heart
1. Recurren demam rheumatic acute dengan PJR
disease
2. Insufisiansi aorta ● Konstipasi
3. Infective endocarditis ● Gizi kurang
4. Myocarditis
● Konstipasi
● Gizi kurang
Tatalaksana,Edukasi & Prognosis
Tatalaksana Edukasi
● Suportif
● Menjelaskan tentang perjalanan penyakit, faktor risiko,
a. Kebutuhan cairan : 1450 cc/hari
penyebab, dan prognosis.
b. Kebutuhan protein: 37,8 gr/hari
● Mengedukasi agar obat nya tidak diputuskan.
c. Kebutuhan kalori : 1680 kkal/hari
● Pada pasien dan keluarga pasien diberikan edukasi
bahwa pasien harus control ulang di minggu ke-4
● Medikamentosa
untuk mendapatkan terapi Penisilin Benzatin G
a. IV Metamizole200g /24 jam
600.000 IU intramuskular untuk pencegahan sekunder
b. IV Furosemide 10mg /12 jam
terhadap infeksi Streptococcus sp.
c. IV Ceftriaxone 950mg/12 jam
d. IM Penisilin Benzatin G 600.000 IU / 28 hari Prognosis
e. PO Spironolactone 12,5mg /12 jam ● Quo ad vitam : dubia
● Quo ad functionam : dubia
● Quo ad sanationam : dubia
ANALISA KASUS
.

Pasien didiagnosa dengan penyakit jantung rematik dengan gagal jantung NYHA II
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada anamnesis, pasien datang
dengan keluhan sesak napas. Sesak napas yang dialami pasien tidak disertai dengan bunyi
mengi pada pernapasan, sesak cenderung lebih terlihat malam hari dan membaik ketika pasien
tidur disangga dengan bantal. Sesak napas juga dirasakan mulai muncul ketika beralih ke
aktivitas yang lebih berat. Sesak bisa terjadi oleh beberapa mekanisme, seperti gangguan
mekanik terhadap proses ventilasi, kelemahan pompa jantung, peningkatan usaha respiratorik,
wasted ventilation ataupun psikogenik.
ANALISA KASUS
.

 Gangguan mekanik terhadap proses ventilasi bisa berupa adanya obstruksi di saluran napas
(seperti asma), atau gangguan terhadap pengembangan paru.

 Kondisi asma pada pasien dapat disingkirkan karena tidak adanya bunyi mengi serta tidak
adanya riwayat alergi pada keluarga dan sesak saat inhalasi benda tertentu.

 Pasien mengalami sesak napas yang lebih dikaitkan dengan kondisi kelainan jantung, sebab
pada anamnesis didapatkan bahwa sesak lebih cenderung muncul pada malam hari
(Paroxysmal nocturnal dispneu, PND) dan membaik dengan perubahan posisi (orthopnea)..
ANALISA KASUS
.

 Pada PND, sesak timbul malam hari saat resorbsi cairan intersitial masuk kedalam sistem
sirkulasi sehingga menimbulkan beban untuk jantung.

 Pasien membutuhkan perubahan posisi tidur sebab pada posisi terlentang hal ini akan
meningkatkan volume darah intratorakal dan jantung.
ANALISA KASUS
.
 Pada anamnesis, orangtua pasien menyatakan bahwa dalam 1 bulan terakhir pasien
mengalami demam ringan yang hilang timbul.
 Demam merupakan penanda infeksi yang tidak spesifik dan dapat dijumpai pada banyak
penyakit lain.
 Demam intermiten yang cukup lama biasanya dikaitkan dengan beberapa penyakit seperti
malaria, tuberkulosis, endokarditis, penyakit-penyakit neoplasma dan penyakit seperti
rheumatoid arthritis juvenille, lupus eritematosus, atau demam reumatik.
 Demam pada pasien lebih dikaitkan kepada penyakit kolagen dan endokarditis karena
adanya manifestasi nyeri sendi dan sesak napas serta ditemuinya bising jantung.
 Demam termasuk dalam kriteria minor dari kriteria Jones.
ANALISA KASUS
.

 Demam pada demam rematik umunya ringan, meskipun adakalanya dapat mencapai 39,0 C
terutama jika terdapat karditis.

 Demam pada demam reumatik akut jenisnya adalah demam remiten tanpa variasi diurnal
yang lebar, suhu jarang melebihi 39,0 C, dan biasanya kembali normal atau hampir normal
dalam 2-3 minggu meskipun tanpa pengobatan.
ANALISA KASUS
.
 Pasien juga mengelukan nyeri sendi, selama perawatan di RSUZA.
 Nyeri sendi dirasakan di sekitar lutut kanan dan kiri, bersifat hilang timbul dan sering
bergantian.
 Nyeri sendi nya tidak disertai dengan pembengkakan (tumor), panas (kalor), kemerahan
(rubor).
 Nyeri sendi ini merupakan atralgia, suatu kondisi yang berbeda dengan artritis. Pada
artritis, nyeri sendi akan disertai dengan tanda objektif pada sendi yaitu bengkak, eritema,
dan panas. Semua gejala ini tidak mesti ada, namun yang paling mencolok adalah nyeri
pada saat istirahat yang menghebat saat gerakan aktif atau pasif.
 Gejala atralgia termasuk dalam kriteria minor pada kriteria Jones, dan harus dibedakan
dengan nyeri otot lainnya.
ANALISA KASUS
.
 Dari hasil pemeriksaan fisik jantung didapatkan adanya bising sistolik berupa bising
pansistolik.
 Bising atau murmur terjadi akibat terdapatnya arus darah turbulen melalui jalan sempit atau
abnormal.
 Bising pansistolik dapat terjadi pada kondisi ventricular septal defect (VSD), insufisiensi
mitral, dan insufisiensi trikuspid.
 Bising terdengar seperti meniup (blowing) dan bernada tinggi (high pitch).
 Beberapa karakter bising yang dimiliki pasien ini serupa dengan karakter bising yang
diakibatkan insufisiensi mitral.
 Hasil dari pemeriksaan fisik jantung ini mengarahkan kepada kelainan katup mitral jantung,
dimana etiologinya bisa (penyakit jantung reumatik yang bermula dari demam reumatik)
dan nonreumatik (degeneratif, endokarditis, penyakit jantung bawaan dan sebagainya).
ANALISA KASUS
.
 Pada hasil foto thoraks pasien terdapat kardiomegali, dengan adanya dilatasi ruang di
ventrikel kanan.
 Kardiomegali merupakan salah satu khasan utama dari gagal jantung.
 Hasil ini juga diperkuat dengan adanya hasil ekokardiografi yang menunjukkan ada nya
regurgitasi aorta, dan regurgitasi mitral.
 Pada pasien anak M, etiologi regurgitasi atau insufisiensi mitral lebih ditekankan pada
penyakit jantung reumatik diakibatkan adanya manifestasi lain yang sesuai dengan kriteria
Jones.
 Pada pemeriksaan EKG didapakan interval PR memanjang. Interval PR yang memanjang
biasanya menunjukkan adanya keterlambatan abnormal sistem konduksi pada nodus
atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai pada demam rematik, perubahan gambaran
EKG ini tidak spesifik untuk demam rematik.
ANALISA KASUS
.  Dari pembahasan, kondisi klinis pasien mengarah kepada gagal jantung kongestif yang
diakibatkan penyakit jantung reumatik.
 Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompa cukup darah ke
seluruh tubuh, untuk mengembalikan darah melalui vena tidak adekuat, maupun kombinasi
keduanya.
 Diagnosa gagal jantung berdasarkan dari kriteria Framingham. Kriteria mayor berupa
paroxysmal nocturnaldyspneu, distensi vena leher, ronki, kardiomegali, edema paru akut,
S3 gallop, refluks hepatojugular, dan peninggian tekanan vena jugularis.
 Kriteria minor berupa batuk malam hari, efusi pleura, takikardia, edema pada kedua
tungkai, hepatomegali, dispneu d’effort dan penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari
nilai maksimum.
 Diagnosa ditegakkan jika memenuhi kriteria 2 mayor atau 1 mayor ditambah 2 minor
terjadi dalam waktu bersamaan.
ANALISA KASUS
.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, diagnosis pada psien ini juga mengarah kepada
penyakit jantung rematik.
 Penyakit jantung rematik adalah cacat jantung akibat sisa demam rematik akut tanpa
disertai keradangan akut.
 Cacat dapat terjadi pada semua bagian jantung terutama katup mitral dan katup aorta.
 Penyakit ini didahului oleh demam rematik akut yaitu sindroma peradangan yang timbul
setelah sakit tenggorokan oleh Streptokokus B hemolitikus grup A yang cenderung dapat
kambuh.
 Gejala klinis yang timbul berupa demam subfebril, anoreksia, tampak pucat, atralgia, dan
sakit perut.
ANALISA KASUS
.
 Penegakan diagnosa menggunakan kriteria Jones yang memiliki kriteria diagnosis, yaitu
adanya 2 kriteria mayor dan minimal 1 kriteria mayor dengan 2 kriteria minor,
menunjukkan kemungkinan besar demam reumatik akut, jika didukung oleh bukti adanya
infeksi Streptokokus, salah satunya dengan kenaikan titer antibodi antistreptococcus.
 Kriteria mayor dari kriteria Jones meliputi: karditis, poliartritis, eritema marginatum, nodul
subkutan dan chorea sydenham. Sedangkan kriteria minor meliputi kriteria klinis kriteria
laboratorium dan kriteria EKG. Pada kriteria klinis mencakup demam dan artralgia, kriteria
laboratorium mencakup peningkatan LED, dan leukositosis, sedangkan kriteria EKG adalah
adanya pemanjangan interval PR.
ANALISA KASUS
.
 .
ANALISA KASUS
.

 Pada kasus ini terdapat tanda manifestasi mayor dan minor yang ditemukan berdasarkan
kriteria Jones yaitu karditis karena pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembesaran
jantung dan bising pada auskultasi, pada rontgent thoraks juga terdapat gambaran
kardiomegali. Sedangkan kriteria minor yang ditemukan meliputi riwayat demam yang
hilang timbul sebelum masuk RS, riwayat atralgia, berupa rasa nyeri pada daerah lutut
namun tidak ada tanda peradangan di sendi lutut dan dari hasil lab di dapatkan leukositosis.
ANALISA KASUS
.
 Antibiotik yang diberikan pada pasien ini yaitu Penisilin Benzatin G 600.000 IU, sebab
berat badan pasien 28 kg. Penisilin Benzatin 600.000 IU diberikan untuk anak dengan berat
badan kurang dari 30 kg dan 1,2 juta IU untuk berat badan lebih dari 30 kg, diberikan
sekali, intramuscular setiap 28 hari.
 Pada pasien diberikan Spironolactone 2x12,5 mg yang berguna untuk mengurangi beban
kerja jantung dan dapat menurunkan tekanan darah. Spironolactone merupakan obat
diuretik jenis potassium sparing/hemat kalium, dikenal juag sebagai aldosterone
antagonists. Pada pasien dengan gagal jantung kronis spironolactone menjadi obat terpilih
untuk memblok efek aldosteron yang memediasi kerusakan pada jantung, ginjal dan
pembulu darah.
ANALISA KASUS
.
 Pasien mendapatkan terapi Furosemid 2x10 mg tab/hari.
 Furosemid merupakan diuretik yang bermanfaat untuk mengurangi edema namun tidak
mengurangi penampilan kinerja miokardium. Furosemid diberikan dengan dosis 1-2
mg/kgBB setiap 6-12 jam. Pemberian diuretik digunakan bertujuan untuk mengurangi
retensi air dan garam sehingga mengurangi volume cairan ekstrasel, aliran balik vena dan
tekanan pengisian ventrikel (preload).
Thank You

Anda mungkin juga menyukai