16 November 2021
Nama peserta ujian : Izzatun Nisa
Pembimbing : dr. Eka Destianti Edward, M.Ked (Ped) Sp.A(K)
Pasien diterima oleh peserta ujian tanggal 16 November 2021, 11.30 WIB
Keluhan utama
Pucat
Keluhan tambahan
Lemas, nyeri sendi kedua lutut.
1
Riwayat penyakit dahulu
Pasien sering mengalami keluhan pucat serta nyeri sendi. Pasien didiagnosis
thalassemia beta sejak usia 6 tahun (11 tahun yang lalu). Pasien dengan
riwayat kuning, perut buncit serta mimisan berulang. Pasien juga memiliki
riwayat transfusi darah rutin setiap bulan sejak terdiagnosis thalassemia.
Riwayat imunisasi
Pasien mendapat imunisasi dasar secara lengkap sampai usia 9 bulan.
Kesan: Imunisasi dasar lengkap
Riwayat nutrisi
Usia 0-6 bulan : ASI dan pisang dilembutkan
Usia 6-12 bulan : ASI dan bubur tim
Usia 12-24 bulan : ASI dan nasi keluarga
Saat ini nafsu makan pasien baik, pasien makan teratur 3x sehari makanan
berat diselingi snack ringan, tidak mengonsumsi daging merah dan sayuran
2
hijau sesuai dengan anjuran dokter. Sayuran yang dikonsumsi pasien yaitu
kentang, wortel, tomat.
Kesan: ASI eksklusif tidak terpenuhi. Pemenuhan nutrisi pasien saat ini
baik.
Riwayat Pertumbuhan
Berat badan pasien saat ini 38 kg dengan tinggi badan 149 cm.
Kesan: Terdapat masalah pertumbuhan pada pasien.
Perkembangan
Tengkurap usia : 6 bulan
Duduk usia : 9 bulan
Berdiri usia : 12 bulan
Berjalan usia : 12 bulan
Bicara usia : 18 bulan
Saat ini pasien kelas 2 MTsN, mampu bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya dengan baik.
Kesan: terdapat permasalahan perkembangan.
Status Pubertas
Saat ini pasien berusia 17 tahun belum menstruasi dan belum tumbuh rambut
pada pubis.
Kesan: Terdapat masalah keterlambatan pubertas pada pasien.
3
baik. Sumber air minum pasien berasal dari PDAM dan sumber listrik dari
PLN. Ayah pasien berprofesi sebagai pedagang rempah-rempah. Fasilitas
kesehatan terjangkau dari rumah pasien.
Pasien sering mengalami keluhan pucat serta nyeri sendi. Pasien didiagnosis
thalassemia beta sejak usia 6 tahun (11 tahun yang lalu). Pasien dengan
riwayat kuning, perut buncit serta mimisan berulang. Pasien juga memiliki
riwayat transfusi darah rutin setiap bulan sejak terdiagnosis thalassemia.
4
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Laju nadi : 97 kali/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Laju napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,8 °C
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Saturasi O₂ : 99 %
5
Pemeriksaan fisik pada tanggal 8 September 2021 pukul 11.40 WIB
Sistem Deskripsi
Warna kulit hitam gelap (hiperpigmentasi), ujung jari pucat,
Kulit
tidak tampak ikterik
Kepala Normotia, tidak ada luka
Rambut Hitam, sebaran rambut merata, dan mudah dicabut
Konjungtiva palpebra inferior pucat, sklera tidak ikterik, pupil
Mata bulat isokor 2 mm/2 mm, refleks cahaya langsung positif di
kedua mata, refleks cahaya tak langsung positif di kedua mata.
Hidung Tidak ada napas cuping hidung, tidak ditemukan secret
Telinga Tidak terdapat deformitas, tidak ada sekret telinga
Mulut Tidak sianosis, mukosa bibir dan mulut dalam batas normal
TVJ tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah
Leher
bening
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada
Palpasi. : Pergerakan simetris statis dan dinamis.
Thorax Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Bunyi napas vesikular di kedua lapang paru, tidak
ada ronkhi dan wheezing
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada linea midclavicularis
sinistra ICS 5
Jantung Perkusi : batas atas di ICS III parasternal
batas kiri di ICS V, 1 jari medial midclavicula kiri
batas kanan di ICS IV parasternal kanan
Auskultasi : BJ I > BJ II, regular, tidak terdapat murmur
Inspeksi : tidak tampak distensi
Palpasi : teraba hepatomegaly 3 cm dari arcus costae,
splenomegaly pada schuffner 3, tidak ada nyeri
tekan pada seluruh lapangan abdomen,
Abdomen
Perkusi : pekak pada lumbal kiri, selebihnya timpani pada
seluruh lapangan abdomen, tidak ada shifting
dullness
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Akral teraba hangat, waktu pengisian kapiler < 2 detik, tampak
Ekstremitas
pucat, tidak sianosis
Genital Perempuan, belum terdapat rambut pubis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan 16 Nov 2021 Rujukan
Hb 7,1* 12-15 g/dl
Ht 20* 37-47 %
Eritrosit 3,1* 4,2-5,4 x 106/mm3
Trombosit 153 150-450 x103/ mm3
Leukosit 7,8* 4,5-10,5 x103 /mm3
MCV 66* 80-100 fL
MCH 23* 27-31 pg
MCHC 35 32-36%
RDW 29,0* 11,5-14,5 %
Eosinofil 1 0-6 %
Basofil 0 0-2 %
N. Batang 0* 2-6 %
N. Segmen 53 50-70 %
Limfosit 39 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
DIAGNOSIS KERJA
1. Thalassemia beta mayor
2. Gizi kurang
TATALAKSANA
2. Gizi Kurang
Diagnosis : Pemeriksaan kurva CDC 2000
Terapi : Vitamin E 1x400 IU, Profolat 1x0,4 mg
Edukasi : Mengenai penyakit, jenis makanan yang mengandung
karbohidrat, protein dan gizi mikro yang diperlukan.
PROGNOSIS
ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan keluhan pucat sejak 1 minggu SMRS. Keluhan pucat
disertai dengan lemas dan nyeri sendi lutut kanan dan kiri. Nyeri terjadi setiap saat
dan tidak dipicu oleh aktivitas yang berat. Sejak keluhan tersebut muncul, pasien
belum mengonsumsi obat apapun untuk mengurangi keluhannya. Pasien sudah
pernah mengalami keluhan yang serupa sejak 11 tahun yang lalu. Ibu pasien
mengatakan bahwa keluhan ini memberat jika pasien terlambat melakukan
transfusi darah. Pasien terdiagnosis thalassemia sejak usia 6 tahun (11 tahun yang
lalu) di rumah sakit umum Meulaboh. Pasien dengan riwayat kuning, perut
membesar serta mimisan berulang. Saat ini pasien berencana untuk melakukan
transfusi darah yang sudah dilakukan rutin setiap 1 bulan sekali.
Dari hasil pemeriksaan darah lengkap di laboratorium didapatkan anemia
hipokrom mikrositer dengan penurunan hemoglobin (7,1 mg/dL), hematokrit,
eritrosit, MCV, MCH serta terdapat peningkatan RDW.
Pasien didiagnosis dengan thalassemia beta mayor, gizi buruk serta
keterlambatan pubertas. Pasien diberikan transfusi PRC 1 kolf, kalsirox 500 mg
/hari PO, profolat 0,4 mg /hari PO serta vitamin E 400 IU /hari PO. Untuk
mengatasi gizi buruk, pasien diedukasi untuk asupan nutrisi harian 2608,5
kkal/hari, dengan asupan protein 55,5 gram/hari.
A. Thalassemia
Thalassemia adalah penyebab umum anemia mikrositik hipokromik yang
timbul dari berkurangnya atau tidak adanya sintesis rantai globin hemoglobin.
Thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik (penurunan jumlah sel darah
merah karena adanya penghancuran sel darah merah secara berlebihan) herediter
yang diturunkan secara resesif. Secara klinis dibedakan atas thalassemia mayor
dan minor. Penyakit ini ditandai dengan adanya kelainan sintesis rantai globin.
Jika sintesis rantai globin terjadi penurunan maka akan menyebabkan anemia dan
mikrositosis karena sintesis hemoglobinnya menurun1. Thalassemia β terjadi
akibat berkurangnya sintesis rantai globin β hemoglobin atau tidak diproduksi
sama sekali.2 Dari seluruh populasi di dunia sekitar 5% ialah carrier thalassemia.
Setiap tahun terdapat lebih dari 332.000 kasus kehamilan yang mempunyai
kelainan hemoglobin, diantaranya yang mengalami thalassemia mayor ada sekitar
56.000 orang, juga untuk anak yang masih dapat bertahan hidup dengan
membutuhkan transfusi darah rutin yaitu lebih dari 30.000 dan yang meninggal
saat proses kelahiran sebanyak 5.500 anak itu disebabkan oleh penyakit
Thalassemia Menurut World Health Organization 2016 (WHO).3
Thalassemia diwariskan sebagai sifat kodominan autosomal. Pewarisan
bentuk heterozigot menyebabkan thalassemia minor atau sifat thalassemia (carrier
Thalassemia), biasanya tidak bergejala (asimtomatik) atau hanya bergejala ringan.
Pewarisan bentuk homozigot menyebabkan thalassemia mayor dengan anemia
hemolitik yang berat. Permasalahan thalassemia akan muncul jika carrier
thalassemia menikah dengan carrier thalassemia sehingga 25% dari keturunannya
akan mengalami thalassemia mayor, 50% kemungkinan anaknya menderita
thalassemia minor dan hanya 25% kemungkinan anaknya mempunyai darah
normal.4
Presentasi klinis dari thalassemia mayor terjadi antara 6 dan 24 bulan. Bayi
yang terjangkit menjadi gagal tumbuh dan semakin pucat. Dapat terjadi masalah
makan, diare, iritabilitas, serangan demam berulang, dan pembesaran perut yang
progresif yang disebabkan oleh pembesaran limpa dan hati.1
Pasien dengan beta-thalassemia trait umumnya tidak terdapat temuan fisik
yang tidak biasa. Pada pasien dengan beta-thalassemia mayor, temuan fisik
berkaitan dengan anemia berat, erythropoiesis yang tidak efektif, hematopoiesis
ekstramedulla, dan kelebihan zat besi akibat transfusi dan peningkatan penyerapan
zat besi.2 Pada pasien ini didapatkan klinis yang berkaitan dengan anemia seperti
konjungtiva pucat dan kulit pada ujung jari pucat, serta riwayat kuning. Kulit
tampak pucat akibat anemia dan ikterus merupakan akibat dari hiperbilirubinemia.
Pasien ini juga memiliki klinis yang khas dari thalassemia yaitu facies cooley
yang terjadi akibat tengkorak serta tulang lainnya mengalami deformasi sekunder
akibat hiperplasia eritroid dengan ekspansi intrameduler dan penipisan tulang
kortikal. Sehingga thalassemia beta dapat menyebabkan pembesaran rahang atas,
yang menyebabkan penampilan yang dikenal sebagai chipmunk face, seiring
dengan peningkatan ruang antara gigi, overbite, dan maloklusi. Pembengkakan
kelenjar ludah yang menyakitkan dan mulut kering dapat terjadi, yang mengarah
untuk mengurangi perlindungan saliva dan peningkatan laju kerusakan gigi.2,3
Pemeriksaan perut dapat mengungkapkan perubahan pada hati, kandung empedu,
dan limpa. Pasien ini ditemukan hepatosplenomegali yang berhubungan dengan
hematopoiesis ekstrameduler yang signifikan. Pasien yang telah menerima
transfusi darah mungkin mengalami hepatomegali atau hepatitis kronis karena
kelebihan zat besi. Kantung empedu mungkin mengandung batu bilirubin yang
terbentuk sebagai akibat dari keadaan hemolitik seumur hidup pasien.
Splenomegali biasanya diamati sebagai bagian dari hematopoiesis ekstrameduler
atau sebagai respon hipertrofik yang berhubungan dengan hemolisis
ekstravaskular. Kadar Feritin mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan zat
besi terbesar di dalam tubuh terutama di hati, limpa, dan sumsum tulang. Zat besi
yang berlebihan akan disimpan dan jika diperlukan bisa dimobilisasi kembali.
Pada penyakit hati akut ataupun kronis kadar ferritin meningkat karena terdapat
pelepasan ferritin dari sel hati yang rusak dan pengambilan ferritin dalam sel hati
terganggu, itu terjadi karena kadar ferritin tebesar di dalam tubuh tempatnya
adalah di hati. Kadar ferritin normal antara 20g/L sampai 200g/L.1,2,3
Transfusi secara terus menerus pada pasien thalassemia bisa menyebabkan
terjadi penumpukan atau penimbunan zat besi dalam tubuh terutama pada hati,
jantung, dan organ endokrin.5 Hal tersebut dapat berakibat pada klinis
hiperpigmentasi kulit pada pasien thalassemia. Pasien ini sudah terdapat
hiperpigmentasi pada seluruh kulitnya. Selain itu, penimbunan zat besi pada organ
endokrin juga dapat menjadi penyebab timbulnya masalah di kelenjar endokrin.
Di sidi lain, kondisi anemia dapat mengganggu pertumbuhan anak sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti postur tubuh yang pendek.6
Sedangkan nutrisi adalah faktor lingkungan yang sangat penting dalam
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Beratnya penyakit anemia yang membesar
juga menimbulkan penurunan nafsu makan dan menyebabkan kurangnya asupan
gizi kedalam tubuh sehingga dapat menyebabkan gangguan gizi yaitu
pertumbuhan yang terhambat dengan gizi kurang atau gizi buruk.5
Komplikasi lain yang dapat terjadi pada pasien thalassemia adalah delayed
puberty. Pubertas dikatakan terlambat jika tidak terdapatnya tanda-tanda seks
sekunder (pembesaran payudara) pada anak perempuan setelah usia 13 tahun, atau
tidak bertambahnya volume testis menjadi ≥ 4ml pada anak lelaki setelah usia 14
tahun. Pemeriksaan status pubertas secara klinis dilakukan dengan menggunakan
skala maturitas Tanner, dan sebaiknya dilakukan secara berkala 1 kali setahun
mulai usia ≥10 tahun. Pada pasien ini, di usianya yang sudah hampir menuju 18
tahun, pasien belum mengalami menstruasi. Selain itu, pasien juga belum tumbuh
rambut pada pubis (skala maturitas Tanner 3). Penyebab pubertas terlambat pada
thalassemia mayor adalah kegagalan poros hipotalamus-hipofisis yang
mengakibatkan sekresi gonadotropin (LH dan FSH) menurun. Akibatnya
rangsangan terhadap gonad juga menurun yang mengakibatkan sekresi hormon
seks berkurang. Ada berbagai faktor yang dapat mengganggu poros hipotalamus-
hiposifis tersebut antara lain malnutrisi, derajat penyakit sistemik dan masalah-
masalah spesifik yang terdapat pada thalassemia mayor seperti anemia kronis dan
penimbunan besi.4
Gambar 1. Facies cooley serta hiperpigmentasi kulit pada pasien thalassemia
B. Tatalaksana Thalassemia
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit
thalassemia. Penatalaksanaan penyakit ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
transfusi darah, kelasi besi, nutrisi dan suplementasi, splenektomi, transplantasi
sumsum tulang, vaksinasi serta dukungan psikososial. Pada laporan kasus kali ini
akan dibahas tatalaksana sesuai yang dilakukan pada pasien ini yaitu terapi
suportif transfusi darah, kelasi besi serta dukungan asupan nutrisi dan
suplementasi.5
1. Transfusi Darah
Keputusan untuk memulai transfusi pada pasien yang terdiagnosis
thalassemia harus didasarkan pada adanya anemia berat (Hb <7 g / dl selama lebih
dari dua minggu, tidak termasuk penyebab lain yang berkontribusi seperti infeksi).
Namun, juga pada pasien dengan Hb> 7 g / dl, faktor-faktor lain harus
dipertimbangkan, termasuk perubahan wajah, pertumbuhan yang buruk, bukti
ekspansi tulang dan peningkatan splenomegali.1 Target yang ingin dicapai dari
transfusi adalah kadar Hb sebelum transfusi 9-10.5 g/dL dan kadar Hb setelah
transfusi 13-14 g/dL supaya mencegah gangguan pertumbuhan, deformitas tulang
dan kerusakan organ, sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien dan pasien
dapat beraktivitas dengan normal.1 Target transfusi jangka panjang adalah untuk
mempertahankan nilai Hb pasien pada nilai 9-10 g/dl.2 Frekuensi transfusi
biasanya dilakukan setiap dua sampai empat minggu. Interval yang lebih pendek
dapat mengurangi kebutuhan darah secara keseluruhan tetapi tidak sesuai dengan
output kualitas hidup yang dapat diterima. Jumlah darah yang akan ditransfusikan
tergantung pada beberapa faktor termasuk berat badan pasien, target peningkatan
kadar Hb dan nilai hematokrit. Secara umum, jumlah sel darah merah yang
ditransfusikan tidak boleh melebihi 15 sampai 20 ml/kg/ hari (8-15 ml/kg/),
diinfuskan dengan kecepatan maksimum 5 ml/kg/jam, untuk menghindari
peningkatan volume darah yang cepat.1,6
2. Kelasi Besi
Medikamentosa yang dapat diberikan adalah iron chelation (kelasi besi)
yang digunakan untuk membuang zat besi yang berlebihan dalam tubuh pasien
thalassemia yang rutin menjalani transfusi. Terapi kelasi besi dimulai segera
setelah pasien mendapatkan 10-20 kali transfusi darah atau ketika kadar ferritin >
1000 ng/ml. 6
Obat pertama yang tersedia untuk pengobatan kelebihan zat besi adalah
deferoxamine (DFO), sebuah kelasi besi yang tidak diserap secara oral dan oleh
karena itu perlu pemberian parenteral, biasanya sebagai infus subkutan 8 sampai
12 jam setiap malam, 5-7 malam seminggu. Dosis rata-rata adalah 20-40 mg/ kg
berat badan untuk anak-anak dan 30-50 mg/ kg berat badan untuk dewasa. Obat
Deferiprone (DFP) juga merupakan obat kelasi besi, yang berkerja aktif secara
oral yang memiliki tingkat efektifitas lebih baik dalam menurunkan myocardial
siderosis pada thalassemia mayor. Dosis rata-rata yang diberikan adalah 75-100
mg/kg/hari dengan jadwal pemberian 3x/hari. Obat Deferasirox (DFX) adalah
kelator besi sekali sehari, yang diberikan secara oral, program uji klinis besar
membuktikan efektif pada orang dewasa dan anak-anak. Dosis awal DFX yang
direkomendasikan untuk kebanyakan pasien adalah 20 mg / kg / hari, meskipun
dapat diubah menjadi 10 atau 30 mg / kg / hari tergantung pada jumlah transfusi
yang diterima pasien dan apakah tujuan terapeutiknya adalah untuk mengurangi
atau menjaga kadar zat besi tubuh. 1
Gambar 5. Algoritme tatalaksana kelasi besi5
Height age
TB/U
BBI
BB/U
BMI/U