Anda di halaman 1dari 17

Case Report Session

Asma bronkial pada kehamilan

Oleh:

Randi Fersnandy 1210313074

Chintia Amalia 1410312008

Preseptor:

dr. Oea Khairsyaf, SpP(K)


dr. Russilawati, SpP

BAGIAN PARU
RSUP DR. M. DJAMIL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 Identititas pasien

Nama : Ny. S

Usia : 27 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Teluk Bayur, Padang

Suku : Minang

Status : Kawin

Tanggal Masuk RS : 25-05-2018

No. RM : 00.03.33.60

1.2 Anamnesis

Seorang pasien perempuan usia 27 tahun kiriman dari RST dengan

diagnosa asma bronkial dalam serangan berat dan G2P1A0H, gravid 7 – 8 minggu

datang ke IGD RSUP DR. M. Djamil Padang dengan

Keluhan Utama : Sesak nafas meningkat sejak 2 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:

- Sesak nafas (+) meningkat sejak 2 hari yang lalu, sesak nafas menciut,

sesak nafas dipengaruhi oleh cuaca, dan emosi. Pasien sudah dikenal asma

sejak umur 6 bulan. Diluar serangan, pasien masih dapat beraktivitas

dengan normal. Keluhan sesak nafas menyebabkan pasien berobat ke RST

Padang dan dirawat selama 2 hari. Dilakukan cek darah pada pasien

kemudian pasien dikirim ke RSUP M. Djamil untuk tatalaksana

selanjutnya. Pasien biasanya kontrol ke spesialis paru dan mendapatkan

1
obat. Namun, 2 bulan ini pasien tidak pernah kontrol lagi. Riwayat

terbangun malam hari karena sesak dirasakan 3-4x dalam semalam

sehingga pasien tidak bisa tidur. Riwayat sesak nafas dirasakan setiap hari.

Riwayat bersin-bersin lebih dari 5x saat pagi hari. Saat merasa sesak nafas,

pasien duduk membungkuk dan berhenti beraktivitas. Pasien sudah pernah

dilakukan pemeriksaan menggunakan spirometri.

- Batuk (+) berdahak semenjak 2 hari yang lalu. Dahak berwarna putih.

- Batuk darah tidak ada. Riwayat batuk darah tidak ada.

- Demam (+) semenjak 2 hari yang lalu, demam tidak tinggi, pasien tidak

menggigil.

- Keringat malam tidak ada.

- Mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada.

- Penurunan BB tidak ada, penurunan nafsu makan tidak ada.

- BAB dan BAK tidak ada keluhan.

- Pasien saat ini sedang hamil 7 minggu, anak kedua.

Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat minum OAT tidak ada,

- Riwayat hipertensi tidak ada,

- Riwayat keganasan tidak ada.

- Riwayat diabetes mellitus tidak ada.

Riwayat pengobatan sebelumnya:

- Obat asma (bronkodilator)

Riwayat Penyakit Keluarga:

- Riwayat asma dalam keluarga (+) yaitu ayah dan kakak laki-laki pasien,

- Riwayat hipertensi dalam keluarga tidak ada,

2
- Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga tidak ada,

- Riwayat minum OAT dalam keluarga tidak ada.

- Riwayat minum obat anti tuberkulosis dalam keluarga tidak ada

- Riwayat hipertensi dalam keluarga tidak ada

- Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga tidak ada

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan & Kebiasaan :

- Pasien seorang Ibu Rumah Tangga,

- Pasien tidak merokok, namun suami pasien perokok,

- Pasien menarke usia 11 tahun,

- Pasien memiliki satu orang anak,

- Riwayat masak menggunakan kayu bakar tidak ada.

1.3 Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Sakit sedang

- Kesadaran : Komposmentis kooperatif

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 120x/menit

- Nafas : 26x/menit

- Suhu : 37,5º C

- Tinggi badan : 150 cm

- Berat badan : 40 kg

Status Generalis

- Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut

- Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

- Hidung : bentuk simetris, nafas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-)

- Telinga : sekret (-), darah (-), jejas (-).

3
- Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-). JVP 5-2 cmH2O

Jantung

- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : iktus kordis teraba di 2 jari medial dari linea midklavikula

sinistra RIC V

- Perkusi : batas jantung atas : RIC II parasternalis

Batas jantung kanan : Linea sternalis dextra

Batas jantung kiri : 2 jari medial RIC V LMCS

- Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru depan

 Inspeksi : simetris, kiri dan kanan sama (statis)

Pergerakan kanan sama dengan kiri (dinamis)

 Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri

 Perkusi : sonor kiri dan kanan

 Auskultasi : suara nafas ekspirasi memanjang , Wh +/+, Rh +/+.

Paru belakang

 Inspeksi : simetris, dada kiri dan kanan sama (statis)

Pergerakan dinding dada kanan sama dengan kiri (dinamis)

 Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri

 Perkusi : sonor kiri dan kanan

 Auskultasi : suara nafas ekspirasi memanjang , Wh +/+, Rh +/+.

4
Abdomen

- Inspeksi : distensi (-)

- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba

- Perkusi : Timpani

- Auskultasi: bising usus (+) normal.

Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstermitas : Edema -/-, clubbing fingers -/-

5
1.4 Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium darah

- Hb : 13,3 g/dl - Globulin : 4,1 g/dl

- Leukosit : 15.670 /mm3 - SGOT : 23 u/l

- Hematokrit : 38% - SGPT : 13 u/l

- Trombosit : 375.000/mm3 - Bilirubin I : 0,3 mg/dl

- GDS : 148 mg/dl - Bilirubin II : 0,4 mg/dl

- Ureum : 17 mg/dl - Bil. Tot : 0,7 mg/dl

- Kreatinin : 0,7 mg/dl - pH: 7,419

- Na : 125 Mmol/L - PaCO2: 33,6 mmHg

- K : 3,6 Mmol/L - PaO2: 199,1 mmHg

- Cl : 107 Mmol/L - HCO3-: 21,9

- Tot. Protein : 8,8 g/dl - SaO2: 99,6%

- Albumin : 4,7 g/dl

Kesan : hiponatremia, hiperglobulinemia, peningkatan bilirubin II, hipokapnia

Arus puncak ekspirasi

APE didapat : 150

APE: APE didapat x 100% = 150 x 100% = 37 %


APE prediksi 6,74 x 60 detik

1.5 Diagnosis Klinis :

Asma persisten sedang dalam serangan akut berat + Community Acquired

Pneumonia + G2P1A0 gravid 7-8 minggu

6
1.6 Tindakan dan Pengobatan:

- IVFD Asering 12 jam/ kolf

- Aminophilin 1 ampul + 40 cc dextrose 5% kecepatan 2,1 cc/jam

- Ceftriaxon 1x2 gr

- Nebu combivent 4 x 1

- Nebu Flumucyl 2 x 1

- Inj. Metilprednisolon 2 x 125 mg

- Parasetamol 3x500 mg

1.7 Catatan Perkembangan

Tanggal Perjalanan Penyakit Pengobatan / Tindakan


Medis
26-05- S/ Sesak napas (+) P/ IVFD Asering 12
2018 Batuk (+) jam/kolf
O/ KU : Sedang Nadi : 98x/menit Drip aminopgilin 20 cc +
Kesadaran : CMC Nafas : 22x/menit 30cc Dextrose 5% via
TD : 120/80 mmHg Suhu: 36,3 syringe pump kecepatan
Paru : Au. SN Ekspirasi memanjang, rh 2,1 cc/jam
+/+, wh +/+ Inj ceftriaxon 1 x 2 gr
Nebu pulmicort 2 x 2
A/ Asma persisten sedang dalam serangan Nebu Combivent 4 x 1
akut berat + Community Acquired Kultur sputum 31-5-18
Pneumonia + G2P1A0 gravid 7 – 8 Senin cek darah rutin
minggu

7
BAB 2
DISKUSI
Seorang pasien perempuan usia 27 tahun kiriman dari RST dengan

diagnosa asma bronkial dalam serangan berat dan G2P1A0H, gr 7 – 8 minggu

datang ke IGD RSUP DR. M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas

meningkat sejak 2 hari yang lal,. sesak nafas menciut, sesak nafas dipengaruhi

oleh cuaca, emosi, dan makanan. Pasien sudah dikenal asma sejak umur 6 bulan.

Diluar serangan, pasien masih dapat beraktivitas dengan normal. Riwayat

terbangun malam hari karena sesak dirasakan 3-4x dalam semalam sehingga

pasien tidak bisa tidur. Riwayat sesak nafas dirasakan setiap hari. Riwayat bersin-

bersin lebih dari 5x saat pagi hari. Saat merasa sesak nafas, pasien duduk

membungkuk dan berhenti beraktivitas.

Batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu. Dahak berwarna putih, Batuk darah

tidak ada. Riwayat batuk darah tidak ada.Demam sejak 2 hari yang lalu, demam

tidak tinggi, pasien tidak menggigil.Keringat malam tidak ada.Mual tidak ada,

muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada.Penurunan BB tidak ada, penurunan

nafsu makan tidak ada.BAB dan BAK tidak ada keluhan.Pasien saat ini sedang

hamil 7 minggu, anak kedua. Riwayat asma dalam keluarga yaitu ayah dan kakak

laki-laki pasien, Dari pemeriksaan fisik didapat napas 26x/menit, Auskultasi paru

suara napas ekspirasi memanjang, wh (+/+), rh (+/+).

Asma adalah penyakit pernapasan kronis yang umum menyerang 1-18%

populasi di berbagai negara. Asma ditandai dengan berbagai gejala mengi, sesak

napas, dada terasa berat dan batuk, akibat keterbatasan aliran udara saat ekspirasi.

Gejala-gejala keterbatasan aliran udara bervariasi dari waktu ke waktu dan

intensitasnya. Variasi ini sering dipicu oleh faktor-faktor seperti olah raga,

8
paparan alergi atau iritasi, perubahan cuaca, atau infeksi saluran pernapasan oleh

virus.

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu

(host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi

genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma,

alergik (atopi) , hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan

mempengaruhi individu dengan kecenderungan/ predisposisi asma untuk

berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau

menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan

yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi

pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi

faktor genetik/ pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan :

pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan

baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit

asma.

Gambar 1. Interaksi faktor genetik dan lingkungan pada kejadian asma

9
Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (Sebelum Pengobatan)

Pada asma dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes provokasi


bronkus untuk mengukur reaktivitas bronkus. Selain itu, dapat diberikan tes alergi
berupa skin-prick testing, pengukuran kadar IgE spesifik di serum, dan tes
provokasi allergen pada area nasal dan bronkus.1 Pada pasien, ditemukan adanya
hipokapnia. Hipokapnia dapat terjadi karena pada pasien asma terjadi
bronkokonstriksi sehingga kadar CO2 akan lebih rendah dibandingkan orang
normal.2 Pada pasien belum dilakukan pemeriksaan rontgen thoraks oleh karena
pasien sedang hamil trimester I. Pada pasien asma, pemeriksaan rontgen thoraks
tidak selalu dilakukan, kecuali pasien dicurigai mengalami gangguan jantung paru
lainnnya.3
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien
mengalami sesak nafas menciut dan batuk yang dapat dipicu oleh aktivitas dan
cuaca. Gejala dapat dirasakan ketika pagi hari, siang hari, dan malam hari apabila
pasien tidak melakukan kontrol. Pada saat malam, pasien dapat mengalami sesak
nafas hingga kesulitan tidur. Pasien dapat mengalami serangan apabila sedang
kelelahan dan terkena udara dingin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara
nafas ekspirasi memanjang dan wheezing pada kedua lapangan paru pasien. Pada
saat serangan, APE pasien adalah 37%. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik
untuk asma pada GINA (2017), yaitu pasien memiliki gejala berupa sesak nafas,
mengi, dan batuk. Pada dewasa, terdapat lebih dari 1 gejala respirasi dimana
gejala tersebut dapat muncul pada waktu dan intensitas yang bervariasi. Gejala
akan semakin berat ketika tidur dan beraktivitas serta dapat dipicu oleh alergen,
udara dingin, dan latihan.3

10
Tabel 1. Kriteria diagnostik berdasarkan gejala respirasi pada usia 6-11 tahun,
remaja, dan dewasa.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan APE, pasien dikelompokkan pada derajat


asma persisten sedang dalam serangan akut berat, sesuai dengan tabel 2 dan 3. 4,5,6

Tabel 2. Klasifikasi Asma berdasarkan GINA dan NAEPP

Tabel 3. Penilaian berat serangan asma

Tatalaksana asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala


obstruksi jalan nafas, terbagi atas controller dan reliever Pengontrol adalah
medikasi asma jangka panjang, diberikan setiap hari untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pelega (reliever)
bertujuan untuk mendilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki
dan atau menghambat bronkokontriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti

11
mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau
menurunkan hiperesponsif jalan napas.

Tabel 4. Obat Asma yang tersedia di Indonesia

12
Tabel 5. Sediaan dan dosis obat pengontrol asma

Tabel 6. Sediaan dan dosis obat pelega asma

Pada saat serangan, pasien diberikan aminofilin dari golongan metilsantin yang
berfungsi sebagai bronkodilator, namun pemberiannya haru berhati-hari sebab
intoksikasi aminofilin dapat menyebabkan kejang hingga kematian. Ceftriaxon
diberikan sebagai antibiotik atas Community Acquired Pneumonia yang diderita
oleh pasien. Combivent mengandung ipratropium bromide yang berfungsi untuk
memblok efek pelepasan asetilkolin dari saraf kolinergik jalan nafas sehingga
menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik,
selain itu combivent juga mengandung salbutamol dari golongan SABA yang
berfungsi untuk relaksasi otot polos saluran nafas, meningkatkan bersihan
mukosilier, menurunkan permeabilitas pembuluh darah dan memodulasi
pelepasan mediator sel mast. Flumucyl merupakan antimukolitik untuk
mengencerkan mucus yang terdapat di saluran nafas sehingga pasien lebih mudah
bernafas. Injeksi metilprednisolon sebagai glukokortikosteroid sistemik berfungsi
untuk menurunkan hiperesponsif pada saluran nafas. Parasetamol diberikan untuk
menurunkan demam pasien. 7 Berikut algoritma penatalaksanaan pasien asma di
rumah sakit.

13
Bagan 1. Algoritma penatalaksanaan pasien asma pada layanan primer

Pasien dalam masa kehamilan sehingga pasien memerlukan pengaturan


jenis dan dosis obat asma yang dipakai. Asma yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah pada janin berupa peningkatan kematian perinatal,
pertumbuhan janin terhambat dan premature, peningkatan inisidensi operasi
Caesar, BBLR, dan perdarahan post partum. Pada umumnya semua obat asma
dapat dipakai saat kehamilan kecuali komponen α adrenergik, bromfeniramin dan
epinefrin.. Kortikosteroid inhalasi sangat bermanfaat untuk mengontrol asma dan
mencegah serangan akut terutama saat kehamilan (bukti B). Bila terjadi serangan,
harus segera ditanggulangi secara agresif yaitu pemberian inhalasi agonis beta-2,
oksigen dan kortikosteroid sistemik.7
Pemilihan obat pada penderita hamil, dianjurkan :7
1. Obat inhalasi
2. Memakai obat-obat lama yang pernah dipakai pada kehamilan sebelumnya
yang sudah terdokumentasi dan terbukti aman.

14
Daftar Pustaka

1. Ukena D, Fishman L, Niebling W-B. Bronchial Asthma: Diagnosis and


Long-Term Treatment in Adults. Dtsch Arztebl Int. 2008; 105(21):385-94.
2. Bruton A, Holgate ST. Hypocapnia and asthma: a mechanism for
breathing retraining?. Chest. 2005; 127 (5):1808-11.
3. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma
Management and Prevention. 2006. www.ginasthma.org - diakses pada 26
Mei 2018.

15
4. National Asthma Education and Prevention Program. Expert Panel Report
2: Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma. Bethesda,
Md: National Institutes of Health; July 1997. Publication No. 97-4051.
Accessible at: www.nhlbi.nih.gov/guidelines/asthma/asthgdln.pdf -
diakses pada 26 Mei 2018
5. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma
Management and Prevention. 2006. www.ginasthma.org - diakses pada 26
Mei 2018.

6. O’Byme P. GINA Executive Committee Global strategy for asthma


management and prevention. 2004. National Institus of Health. Publication
no 02-3659
7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006. Asma: Pedoman
Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai