Anda di halaman 1dari 66

CRS

Faringitis
Clinical Report Session

Oleh: Doa Vami


Chintia Amalia

Preseptor dr. Citra Manela, Sp.F


Faringitis Pendahuluan

• Penyakit saluran pernapasan atas adalah penyakit yang paling sering datang ke
layanan kesehatan primer, salah satunya faringitis.
• Etiologi yang menyebabkan infeksi pada saluran tersebut hampir sama, kebanyakan
disebabkan karna virus, dilanjutkan dengan bakteri dan bisa juga disebabkan oleh
pemakaian kortikosteroid inhalan yang terus menerus dan berlangsung lama.
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis banding dari penyakit ini begitu luas dan dapat terjadi
bersamaan.
• Tatalaksana yang diberikan tergantung penyebabnya. Oleh karena itu faringitis yang
akan dibahas dalam CRS ini.
Faringitis Pendahuluan

Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi faring, serta


Tujuan
definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis,
Penulisan
tatalaksana, komplikasi dan prognosis faringitis.

Dengan studi kepustakaan dengan merujuk pada


Metode
berbagai literatur.
Penulisan

Manfaat Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai


Penulisan faringitis.
Tinjauan Pustaka
Faringitis Anatomi

• Faring  suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti


corong dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang
sempit.
• Faring merupakan ruang utama traktus respiratorius dan traktus
digestivus. . Kantung fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak
dan terus menyambung ke esofagus hingga setinggi vertebra
servikalis ke-6.
Faringitis Anatomi

Atas : Rongga hidung,


melalui koana

Depan : Rongga mulut


melalui ismus orofaring

Bawah : Esofagus
Faringitis Anatomi

• Nasofaring:
•Batas nasofaring di bagian atas : dasar tengkorak, bagian bawah : palatum mole, ke depan :
rongga hidung, ke belakang : vertebra servikal.
•Nasofaring berhubungan dengan :
• Adenoid
• Kantong ranthke
• Torus tubarius
• Koana
• Foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus, Nervus Vagus dan
Nervus dan vena jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum
dan muara tuba Eustachius.

Orofaring :
• Disebut juga mesofaring
• Batas atas : palatum mole, batas bawah : tepi atas epiglotis, ke depan : rongga mulut, ke
belakang : vertebra servikalis.
• Dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan
posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.
Faringitis Anatomi

• Dinding posterior faring penting  karena ikut terlibat pada radang akut
atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di
bagian tersebut.
• Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole
berhubungan dengan gangguan n. vagus.

• Laringofaring:
• Batas laringofaring di superior : tepi atas epiglotis, batas anterior : laring,
batas inferior : esophagus, batas posterior : vertebra servikal.
Faringitis Anatomi
Faringitis Anatomi
Anatomi
Suplai cabang a. karotis eksterna
Darah (cabang faring asendens dan
cabang fausial) serta dari
cabang a. maksila interna
yakni cabang palatine
superior.
Faringitis Anatomi

Persarafan
Anatomi
Persarafan motorik
dan sensorik daerah
faring berasal dari
pleksus faring yang
ekstensif. Pleksus ini
dibentuk oleh cabang
faring dari n. vagus,
cabang dari n.
glosofaring dan
serabut simpatis.
Faringitis Anatomi
Anatomi
Aliran Limfe
Aliran limfa dari dinding
faring dapat melalui 3
saluran, yakni superior,
media dan inferior.
• Superior  kelenjar
getah bening retrofaring
dan kelenjar getah
bening servikal dalam
atas.
• Media  mengalir ke
kelenjar getah bening
jugulo-digastrik dan
kelenjar servikal dalam
atas
• Inferior  mengalir ke
kelenjar getah bening
servikal dalam bawah
Faringitis Fungsi

Fungsi Fungsi Fungsi


Respirasi Menelan Bicara
Faringitis Definisi

Definisi Faringitis

Penyakit inflamasi dari mukosa dan submukosa pada


tenggorok. Jaringan yang terkena meliputi orofaring,
nasofaring, hipofaring, tonsil, dan adenoid yang dapat
disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%),
alergi, trauma, toksin, dan lain-lain
Faringitis Epidemiologi

Epidemiologi Faringitis

 Di USA  sering terjadi pada anak-anak daripada pada dewasa.


 Sekitar 15 – 30 % : anak usia sekolah, terutama usia 4 – 7 tahun, dan sekitar
10%nya diderita oleh dewasa.
 Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu
sering disebut faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab
tersering yaitu Streptococcus Pyogenes. Sedangkan, penyebab virus tersering
yaitu rhinovirus dan adenovirus.
Faringitis Etiologi

Etiologi Faringitis

• Infeksi dan non infeksi.


• Virus (40-60%), bakteri (5-40%)

Respiratory viruses :
1. Rhino virus (±20%) dan corona virus (±5%)  penyebab faringitis yang paling
banyak teridentifikasi.
2. Influenza virus
3. Parainfluenza virus
4. Adenovirus
5.Herpes simplex virus type 1&2
6. Coxsackie virus A
7. Cytomegalovirus
8. Epstein-Barr virus (EBV)
9. HIV
Faringitis Etiologi

Etiologi Faringitis
Bakteri :
1. S.pyogenes
2. Neisseria gonorrhoeae
3. Corynebacterium diptheriae
4. Corynebacterium ulcerans
5. Yersinia eneterolitica
6. Treponema pallidum
7. Mycobacterium tuberculosis.

• Menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis.


Faringitis Faktor

Faktor Risiko Faringitis

Faktor risiko dari faringitis yaitu:


• Cuaca dingin dan musim flu
• Kontak dengan pasien penderita faringitis
• Merokok atau terpajan oleh asap rokok
• Infeksi sinus yang berulang
• Alergi
• Turunnya daya tahan tubuh
• Konsumsi makanan yang kurang gizi
• Konsumsi alkohol yang berlebihan
Faringitis Klasifikasi

Klasifikasi Faringitis

Faringitis dibagi menjadi:


1. Faringitis akut
• Faringitis viral
• Faringitis bakterial
• Faringitis fungal
• Faringitis gonorea

2. Faringitis kronik
• Faringitis kronik hiperplastik
• Faringitis kronik atrofi

3. Faringitis spesifik
• Faringitis luetika
• Faringitis tuberkulosis
Faringitis Akut Viral
Faringitis Akut Viral

Faringitis Akut Viral

• Demam
• Rinorea
• Mual
• Nyeri tenggorokan
• Sulit menelan.

• Pada pemeriksaan:
• Tampak faring dan tonsil hiperemis.
• Rinovirus : menimbulkan gejala rhinitis, beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis.
• Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus : tidak menghasilkan
eksudat.
• Coxachievirus : lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash.
Faringitis Akut Viral

Faringitis Akut Viral

• Adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis  anak.


• Epstein Barr Virus (EBV) :
• Faringitis disertai produksi eksudat pada faring yang banyak.
• Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali.
• Faringitis yang disebabkan HIV-1 :
• Nyeri tenggorok
• Nyeri menelan
• Mual
• Demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat,
limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.
Faringitis Akut Viral

Faringitis Akut Viral

• Istirahat dan minum yang cukup.


• Kumur dengan air hangat.
• Analgetika jika perlu.
• Antivirus metisoprinol (Isoprenosine) : jika infeksi herpes
simpleks, dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun
diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.
• Ibuprofen untuk umur 6-12 tahun
• Celecoxib 200 mg 1x sehari
• Diklofenak 75mg 2x sehari
• Celecoxib 200 mg 1x sehari
• Gol. antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang digunakan untuk mengatasi gejala
radang.
• Hanya selektif menghambat enzim COX-2 (COX-2inhibitor)  risiko
lebih kecil untuk mengakibatkan tukak lambung atau ulkus duodenum,
dibanding OAINS lainnya yang juga menghambat COX-1, karena enzim
COX-1 memiliki efek proteksi terhadap dinding lambung dan usus 12
jari.

• Diklofenak 75mg 2x sehari


• Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS)  hambat produksi prostaglandin 
senyawa yang dilepas tubuh dan menyebabkan rasa sakit serta inflamasi.
• Diclofenac potassium lebih cepat diserap  lebih sering digunakan untuk
meredakan rasa sakit.
• Diclofenac sodium yang bereaksi untuk waktu yang lebih lama lebih berguna
untuk meredakan inflamasi.
• Dosis 75-150 mg dalam sehari. Total dosis ini akan dibagi ke dalam dua hingga tiga
kali konsumsi.
Faringitis Akut Viral

Faringitis Akut Viral


Faringitis Akut Bakterial
Faringitis Akut Bakterial

Faringitis Akut Bakterial

• Infeksigrup A Streptokokus𝛽hemolitikusmerupakanpenyebabfaringitisakut pada


orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).
• Gejala dan tandanyaadalahnyerikepala yang hebat, muntahkadang-
kadangdisertaidemamdengansuhu yang tinggi, jarangdisertaibatuk.
• Pada pemeriksaantampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan
terdapateksudat di permukaannya. Beberapaharikemudiantimbulbercak petechiae
pada palatum dan faring. Kelenjarlimfaleher anterior membesar, kenyal, dan nyeri
pada penekanan.
Faringitis Akut Bakterial

Faringitis Akut Bakterial

• Antibiotikdiberikanterutamabiladidugapenyebabfaringitisakutinigrup A
Streptokokus𝛽hemolitikus. Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB, IM dosistunggal,
atauamoksisilin 50 mg/kgBBdosisdibagi 3 kali/hariselama 10 hari dan pada dewasa
3 x 500 mg selama 6-10 hariataueritromisin 4 x 500 mg/hari
• Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0.08-0.3 mg/kgBB,
IM, 1 kali.
• Analgetika
• Kumurdengan air hangatatau antiseptic.
Faringitis Akut Bakterial

Faringitis Akut Bakterial


Faringitis Akut Bakterial

Faringitis Akut Bakterial

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan


menggunakan Centor criteria, yaitu :

Pada modified Centor criteria ditambah kriteria umur: 3-14 tahun (+1), 15-44 tahun (1), 45
tahun keatas (-1)
Faringitis Akut Bakterial

Faringitis Akut Bakterial

Penilaian skornya:

0: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 1%-2.5%. Tidak perlu pemeriksaan


lebih lanjut dan antibiotic.

1: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 5%-10%. Tidak perlu pemeriksaan


lebih lanjut dan antibiotic.

2: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 11%-17%. Kultur bakteri faring dan


antibiotic hanya bila hasil kultur positif

3: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 28%-35%. Kultur bakteri faring dan


antibiotic hanya bila hasil kultur positif

4-5: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 51%-53%. Terapi empiris dengan


antibiotic dan atau kultur bakteri faring
Faringitis Fungal
Faringitis Akut Fungal

Faringitis Fungal

• Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.


• Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
• Tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
• Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar Saburoud dextrose.

Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan analgetika.

Nystatin adalah obat antijamur yang digunakan


untuk mengatasi infeksi jamur.
Candida pada rongga mulut, tenggorokan,
usus, dan vagina. (Candistin, Cazetin).
Dewasa: 100.000 unit empat kali sehari.
Anak-anak:100.000 unit satu kali sehari.
Faringitis Akut Bakterial

Faringitis Akut Jamur


Faringitis Gonorrhoea
Faringitis Akut GO

Faringitis GO

• Bakteri Neisseria gonorrhoeae.


• Menyebar melalui oral seks dengan pasangan yang terinfeksi.
• Sebagian besar infeksi tenggorokan asimtomatik  perlu dicurigai pada
penderita yang memiliki risiko dan memiliki gejala dan tanda gonorrhea.
• Sering terjadi pada pria yang homoseksual.
• Faktor risiko : aktivitas seksual dengan banyak pasangan, dan melakukan seks oral.
Faringitis Akut GO

Faringitis GO

• Kultur  tes diagnostik yang paling umum untuk gonore, yaitu dengan asam
deoksiribonukleat (DNA) probe, polymerase chain reaction (PCR) assay dan ligand
chain reaction (LCR).

• Probe DNA  tes deteksi antigen yang menggunakan probe untuk mendeteksi
DNA gonore dalam spesimen.

•Kultur swab dari tempat infeksi  standar kriteria untuk diagnosis. Kultur sangat
berguna ketika diagnosis klinis tidak jelas, ketika kegagalan pengobatan telah terjadi,
ketika pelacakan kontak yang bermasalah, dan ketika pertanyaan hukum muncul.
Faringitis Akut GO

Faringitis GO

• Ceftriaxone 250 mg (IM) single dose PLUS


• Antibiotika gol. sefalosporin generasi ke tiga.
• Antibiotik ini memiliki aktivitas yang sangat kuat untuk melawan bakteri gram
negatif dan gram positif dan beberapa bakteri anaerob lain termasuk
Streptococcus pneumoniae, Hemophiluse inlfluenzae, dan Pseudomonas.
• Dewasa: 250 mg sebagai dosis tunggal IM.
• Absorbsi di saluran cerna buruk, karena itu diberikan secara parentral.
• Azithromycin 1 g (PO) single dose ATAU
• Doxycycline 100 mg (PO) dua kali sehari untuk 7 hari
Faringitis viral Faringitis bakterial Faringitis fungal
tonsil membesar

Faringitis gonorea
Faringitis Kronis (Hiperplastik)
Faringitis Kronis Hiperplastik

Faringitis Kronis ( Hiperplastik)

• Terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.


• Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi.
• Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular.

Gejalanya pasien sering mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya
batuk yang berlendir.

Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan
nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter).

Pengobatan simptomatis : obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat
diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. Penyakit di hidung dan sinus
paranasal harus diobati.
Faringitis Kronis (atrofi)
Faringitis Kronis Hiperplastik

Faringitis Kronis ( Atrofi)

• Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi.


• Pada rhinitis atrofi  udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya,
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
• Gejalanya :
•Tenggorok kering dan tebal
•Mulut berbau
•Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan
bila diangkat tampak mukosa kering.

Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi
ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut
Faringitis Spesifik
Faringitis Spesifik Leutika

Faringitis Spesifik (Leutika)

• Faringitis leutika atau faringitis syphilis ini dapat disebabkan oleh Treponema palidum.
• Gambaran kliniknya tergantung pada stadium penyakit primer, sekunder atau tertier.
• Stadium primer
• Infeksi terus berlangsung  ulkus pada daerah faring ex: ulkus pada genitalia yaitu
tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar\ mandibular yang tidak nyeri tekan.
• Lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak
keputihan.
• Stadium sekunder
•Jarang ditemukan.Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kearah laring.
• Stadium tertier
•Terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang pada dinding posterior
faring.
•Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah
dapat menyebabkan kematian.
•Guma yang terdapat di palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut
yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.
Faringitis Sifilis
Faringitis Spesifik Tuberkulosis

Faringitis Spesifik ( Tuberkulosis)

• Merupakan proses sekunder dari TB paru.


• Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberculosis faring
primer.
• Cara infeksi :
• Eksogen : kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi
kuman melalui udara.
• Endogen : penyebaran melalui darah padaTB miliaris.
• Gejalanya :
• KU pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia.
• Pasien mengeluh nyeri yang gebat di tenggorok,
• Nyeri di telinga atau otalgia
• Pembesaran kelenjar limfa servikal.
Faringitis Spesifik Tuberkulosis

Faringitis Spesifik (Tuberkulosis)

1. Pemeriksaan sputum basil tahan asam


2. Foto toraks  tuberculosis paru
3. Biopsi jaringan yang terinfeksi  menyingkirkan proses keganasan serta mencari
kuman basil tahan asam di jaringan.

Pengobatan dengan isoniazid dan rifampisin selama 9 sampai 12 bulan  terapi


yang paling efektif dan mampu mencapai hasil yang diinginkan dalam 99% dari
pasien .
Sumber lain menyebutkan terapi sesuai dengan terapi tuberkulosis.
Faringitis Penunjang

Pemeriksaan Penunjang Faringitis

• Kultur swab tenggorokan (Gold standard)


• Darah Rutin
• Kultur BTA untuk diagnosis Faringitis TB
• Tes infeksi jamur dengan menggunakan pewarnaan KOH
• Tes Antigen
Faringitis Komplikasi

Komplikasi Faringitis

1. Sinusitis
2. Otitis media
3. Epiglotitis
4. Mastoiditis
5. Pneumonia
6. Abses peritonsilar
7. Abses retrofaringeal
8. Septikemia
9. Meningitis
10. Glomerulonefritis
11. Demam rematik akut

Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik


Faringitis Prognosis

Prognosis Faringitis

• Baik  tergantung dari berat ringan nya infeksi.


• Pasien dengan faringitis ringan biasanya sembuh
dalam waktu 1-2 minggu.
Faringitis Pencegahan
Prognosis

Pencegahan faringitis

1. Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis,


memilikidemam, flu, atau mononukleosis.
2. Mencuci tangan secara teratur.
3.Tidak merokok, atau mengurangi pajanan terhadap asap rokok.
4. Menggunakan pelembab ruangan jika ruangan kering
Laporan Kasus
Faringitis Laporan Kasus

Identitas Pasien

Nama/Kelamin/Umur : Tn. J / Laki-laki/ 50 tahun


Pekerjaan/pendidikan : Swasta
Alamat : Kuranji 07/0

Latar belakang sosial ekonomi

1. Status Perkawinan : Menikah


2. Jumlah Anak : 3 orang
3. Status Ekonomi Keluarga :
• Golongan ekonomi menengah Kondisi Rumah :
• Rumah permanen
• Ventilasi baik
• Listrik ada
• Sumber air : Air PAM. Sumber air minum : air galon
• Jamban ada 2 buah, dalam rumah
• Sampah dikumpulkan dan dibuang ke TPA
4. Kondisi Lingkungan Keluarga
Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk.
Faringitis Laporan Kasus

Aspek psikologis di keluarga

Hubungan dalam keluarga baik.

Keluhan Utama

Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Kuranji pada tanggal 30 Januari 2020
dengan keluhan nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri menelan dirasakan sejak 2 hari yang lalu.


Sulit menelan ada sejak 2 hari yang lalu.
Demam ada sejak 2 hari yang lalu.
Batuk, pilek tidak ada.
Mual dan muntah tidak ada.
BAK dan BAB tidak ada kelainan.
Pasien adalah seorang pengendara ojek, merokok (+) sejak 30 tahun yang lalu,
3 bungkus/hari, minum alkohol (-), konsumsi narkoba (-).
Faringitis Laporan Kasus

Status Generalis
• Keadaan Umum : sedang
• Kesadaran : CMC - Jantung
• Tekanan darah : 110/90 mmHg Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
• Nadi : 81x/ menit Palpasi: Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS
• Nafas : 20x/menit RIC V
• Suhu : 37,90C Perkusi: Batas-batas jantung dalam batas
• BB : 58 kg normal
• TB : 161 cm Auskultasi: Irama teratur, murmur (-), gallop (-)
• IMT : 22,37 kg/m2 (normal) Abdomen
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Inspeksi : Distensi (-)
ikterik KGB : tidak ada pembesaran KGB Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, NT(-), NL
Gigi dan Mulut: karies dentis (+) (-),
Thorax Perkusi : Timpani
Paru Auskultasi : Bising usus (+) normal
Inspeksi : simetris kiri = kanan Ekstremitas : CRT < 2 detik
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Faringitis Laporan Kasus

Status Lokalis

Telinga
ADS: LT lapang/lapang, MT utuh/utuh, RC +/+, sekret -
/-, serumen -/-

Hidung
KNDS: KN lapang/lapang, KI eutrofi/eutrofi, KM
eutrofi/eutrofi, sekret -/-, Septum Deviasi -/-, Massa -/-

Tenggorok
Arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1/T1
tenang, dinding posterior faring hiperemis, granul (+)

Diagnosis Kerja

Faringitis Kronik Eksaserbasi Akut


Manajemen Laporan Kasus

Preventif
• Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis, memiliki
demam, atau flu.
• Meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi buah dan sayur serta menerapkan
pola hidup sehat.
• Menjaga kebersihan gigi.
• Menghindari penggunaan suara berlebihan.
• Menggunakan pelembab ruangan jika ruangan kering

Promotif

• Mencuci tangan secara teratur.


• Tidak merokok, atau mengurangi pajanan terhadap asap rokok.
• Menyarankan pasien untuk minum air putih minimal 8 gelas per hari.
Manajemen Laporan Kasus

Kuratif

Parasetamol 3 x 500 mg

Resep

Dinas Kesehatan Kota Padang Puskesmas Kuranji


Dokter : dr. Muda

Tanggal: 30 Januari 2019

R/ Parasetamol tab 500 mg No. X


S.p.r.n. tab I. λ

Pro : Tn. J
Umur : 50 tahun
Alamat : Kuranji 07/01
Manajemen Laporan Kasus

Rehabilitatif
• Istirahat yang cukup.
• Kumur dengan air hangat.
• Membeli obat atas resep dokter apabila keluhan yang sama berulang.
Diskusi
Diskusi
Pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke Poli Umum Puskesmas
Kuranji dengan keluhan utama nyeri menelan sejak 2 hari yang
lalu. Sulit menelan dan demam juga dirasakan sejak 2 hari yang
lalu, batuk dan pilek tidak ada
 fungsi menelan pada faring  peradangan  nyeri/sulit
menelan

Pasien merupakan seorang pengendara ojek, merokok (+) sejak


30 tahun yang lalu, 3 bungkus/hari, minum alkohol (-), konsumsi
narkoba (-).
Faktor risiko: faringitis kronik:
 merokok (iritan kronik)
 paparan polusi
Diskusi
Status generalis dalam batas normal, namun suhu 37,9oC dengan status
lokalis tenggorok: arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1/T1
tenang, dinding posterior faring hiperemis, granul (+).
 Demam pada pasien sebagai salah satu tanda infeksi.
 Hiperemis pada faring: tanda akut
 Granul pada dinding faring: tanda kronik

Centor score: -1 sehingga tidak perlu dilakukan kultur serta pemberian


antibiotik.
 Keluhan baru berlangsung 2 hari dengan nyeri dan sulit melenan,
malese, dan demam sehingga dicurigai sebagai faringitis viral. Terapi
utamanya adalah istirahat dan minum yang cukup, kumur dengan air
hangat, dan analgetika jika perlu. Sehingga pada pasien diberikan
parasetamol 3x500 mg.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai