PERIODIK PARALISIS
OLEH:
Chintia Amalia 1840312283
Alvin Arif 1840312284
Yolanda Erdiansari 1940312037
Preseptor:
dr. H. Edinirwan, Sp.S, M.Biomed
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
menyelesaikan Case Report Session dengan judul Hipokalemia Periodik Paralisissebagai
salah satu syarat telah mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Saya ucapkan shalawat beriring salam kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada preseptor dr. H. Edinirwan, Sp.S,
M.Biomed yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan Case Report
Session ini. Penulis menyadari bahawa Case Report Session ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dan semoga Case
Report Session ini bermanfaat untuk kita semua yang telah membacanya.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Paralisis periodik adalah suatu sindrom klinis dengan kelemahan /
paralisis otot akut. Penyakit yang berat dapat dimulai pada masa anak-anak,
sedangkan kasus yang ringan seringkali mulai pada dekade ketiga. Penyakit ini
sebagian besar bersifat herediter dan diturunkansecara autosomal dominan.
Prevalensi 1 per 100.000 populasi. Mekanisme yang mendasari penyakit ini
adalah malfungsi pada ion channel pada membrane otot skelet/ channelopathy.
2.2 Klasifikasi
Salah satu bentuk primer dari periodik paralisis, disebabkan oleh satu
atau lebih mutasi pada channel ion kalsium, sodium dan potassium di
membran otot. Serangan akut, tiba-tiba potassium masuk ke dalam sel,
sehingga kadarnya rendah di plasma, bisa mencapai kurang dari 1,5 mEq/L.
Sering dicetuskan oleh stress, makanan tinggi karbohidrat, kelelahan.
Hipokalemi sering disertai hipophostamia dan hipomagnesemia.Ada 2
bentuk hipokalemi perodik paralisis yaitu bentuk paralitik dan miopatik.
7
2. Periodik paralisis hiperkalemik
2.4 Patofisiologi
8
dieksitasi. Gejala – gejala yang diakibatkan oleh perubahan polarisasi
membran menyebabkan gangguan pada fungsi jaringan yang dapat
dieksitasi seperti otot.11
Pada pasien periodik paralisis, fungsi kandung kemih dan usus tidak
terganggu. Kegagalan otot pernafasan, bulbar dan otot – otot ocular mata
pernah dilaporkan pada kasus yang berat.15
9
Gejala klinis tirotoksik periodik paralisis
1) Serangan berulang
2.6 Diagnosis
2.8 Komplikasi
10
2.9 Tatalaksana
2.10 Prognosis
11
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Nn. SMT
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Suku bangsa : Minangkabau
Alamat : Kubang Putih, Bukittinggi
Pekerjaan : Mahasiswi
Autoanamnesis :
Seorang pasien, Nn. SMT, perempuan,usia20 tahun datang ke IGD RS
Achmad Mochtar Bukittinggi dengan:
Keluhan Utama :
Lemah ke empat anggota gerak sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Lemah keempat anggota gerak terjadi sejak±1 hari sebelum masuk rumah
sakit, terjadi tiba-tiba.
Awalnya pasien sedang dalam perjalanan pulang menggunakan kendaraan
umum, kemudian pasien merasa lemah dan kaku pada kedua kaki. Setelah
beristirahat pasien juga merasakan kelemahan pada kedua tangan.
Sakit kepala (+) sejak 10 tahun, terus-menerus, terasa seperti diikat, durasi
3-5 jam, hilang dengan minum obat.
Nyeri ulu hati (+) sejak 6 hari yang lalu, terus menerus.
Keluhan kebas pada keempat angggota gerak tidak ada.
Gangguan BAB dan BAK tidak ada.
Mual dan muntah tidak ada.
Tidak ada keluhan gangguan penglihatan.
Tidak ada keluhan sesak nafas.
Tidak ada keluhan mulut mencong dan bicara pelo.
Riwayat penurunan nafsu makan ada.
12
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat menderita keluhan yang sama ada +1bulan sebanyak 3x tapi
belum pernahdiobati.
Riwayat demam (+) seminggu yang lalu, hilang timbul, tidak tinggi.
Riwayat batuk (+) seminggu yang lalu, hilang timbul, tidak berdahak.
Riwayat trauma sebelumnya tidak ada
Riwayat tumor atau keganasan pada organ tubuh lain tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Keadaan umum :Sedang
Kesadaran :CM
Kooperatif :kooperatif
Nadi/ irama : 82x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 37oC
Keadaan gizi : Overweight
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 62 kg
Turgor kulit : baik
13
Kulit dan kuku : pucat tidak ada, sianosis tidak ada
Kelenjar getah bening
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Torak
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama reguler, bising tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen
Inspeksi :tidak tampak distensi
Palpasi : hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Korpus vertebrae
Inspeksi : deformitas tidak ada
Palpasi : gibus tidak ada
Status neurologikus
1. Tanda rangsangan selaput otak
Kaku kuduk :tidak ada
Brudzinsky I :tidak ada
Brudzinsky II :tidak ada
Tanda Kernig : tidak ada
14
2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Pupil isokor, diameter 3m/3mm , reflek cahaya +/+,
Muntah proyektil tidak ada
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan (+) (+)
Lapangan pandang (+) (+)
Melihat warna (+) (+)
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Ekso/endotalmus (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya (+) (+)
Refleks akomodasi (+) (+)
15
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakkan rahang (+) (+)
Menggigit (+) (+)
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi maksila
- Refleks masetter (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi mandibula
- Sensibilitas (+) (+)
16
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris
Sekresi air mata Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Fissura palpebra (+) (+)
Menggerakkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Mencibir/ bersiul (+) (+)
Memperlihatkan gigi (+) (+)
Sensasi lidah 2/3 depan (+) (+)
Hiperakusis (-) (-)
Plica nasolabialis Sama kiri dan kanan
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (+) (+)
Detik arloji (+) (+)
Rinne tes Tidak diperiksa
Weber tes Tidak diperiksa
Schwabach tes Tidak diperiksa
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus (-) (-)
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
17
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang (+)
Refleks muntah (Gag Rx) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Ditengah
Menelan Tidak ada disfagia
Suara Tidak sengau
Nadi Teratur, 82x/menit
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (+) (+)
Menoleh ke kiri (+) (+)
Mengangkat bahu kanan (+) (+)
Mengangkat bahu kiri (+) (+)
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Tidak ada deviasi
Kedudukan lidah dijulurkan Tidak ada deviasi
Tremor (-)
Fasikulasi (-)
Atropi (-)
18
4. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak diperiksa Tes jari hidung Normal
Romberg tes Tidak diperiksa Tes hidung jari Normal
Reboundphenomen Normal Supinasi-pronasi Normal
Test tumit lutut Normal
6. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibiltas taktil ++/++
Sensibilitas nyeri ++/++
Sensiblitas termis ++/++
Sensibilitas kortikal ++/++
Stereognosis ++/++
Pengenalan 2 titik ++/++
Pengenalan rabaan ++/++
19
7. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Berbangkis (+) (+) Triseps (++) (++)
Laring (+) KPR (+) (+)
Masetter (+) (+) APR (+) (+)
Dinding perut Bulbokvernosus Tidak diperiksa
Atas (-) (-) Cremaster Tidak diperiksa
Tengah (-) (-) Sfingter Tidak diperiksa
Bawah (-) (-)
8. Fungsi otonom
- Miksi : baik
- Defekasi : baik
- Sekresi keringat: baik
20
9. Fungsi luhur : Baik
Kesadaran Tanda Dementia
Reaksi bicara Spontan Reflek glabela (-)
Fungsi intelek Baik Reflek snout (-)
Reaksi emosi Normal Reflek menghisap (-)
Reflek memengang (-)
Reflek palmomental (-)
Pemeriksaan laboratorium
Darah
Rutin :
Hb : 13,5 g/dL (13,0 – 16,0 g/dL)
Leukosit : 6.680/mm3 (5.000 – 10.000/mm3)
Trombosit : 298.000/mm3 (150.000 – 400.000/mm3)
Hematokrit : 40,9% (37,0 – 43,0 %)
Kimia darah :
GDS : 108 mg/dl (70 - 105 mg/dL)
Ureum : 16,3 mg/dL (15,0 - 39,0 mg/dL)
Kreatinin : 0,5 mg/dL (0,7 - 1,2 mg/dL)
Natrium : 140,3mEq/l(135-147 mEq/l)
Kalium : 3,86mEq/l(3,5 – 5,5 mEq/l)
Clorida : 112,5mEq/l (100 – 106 mEq/l)
Diagnosis :
Diagnosis Klinis : Paraparese ec susp. Periodic Paralisis Normokalemia
Diagnosis Topik : Ion Channel Gate
Diagnosis Etiologi : Idiopatik
Diagnosis Sekunder : -
21
Diagnosis Banding
(-)
Prognosis :
Quo ad vitam : dubia ed bonam
Quo ad sanam : dubia ed bonam
Quo ad fungsionam : dubia ed bonam
Terapi :
- Umum : Awasi keadaan umum (ABCD)
IVFD RL 12 jam/kolf
O2 2 L/menit
Khusus : Inj. Mecobalamin 2x1
Inj. Dexamethason 2x1
Inj. Omeprazol 2x1
22
IVFD RL 12 jam/kolf
O2 2L / menit
Khusus : Inj. Mecobalamin 2x1
Inj. Dexamethasone 2x1
Inj. Omeprazol 1x1
23
Follow Up tanggal 08-11-2019 (Hari rawatan ke-3)
S/ Lemah anggota gerak bawah berkurang
Nyeri ulu hati (+)
Rasa ngilu di sendi-sendi tungkai bawah (+)
Demam (-)
Kebas (-)
Sesak nafas (-)
O/ KU :sedang, Kesadaran : CMC, TD : 95/60, HR: 72, RR : 20, T : 36,7
SI :Pulmo : SN vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung :Irama regular, Murmur tidak ada, gallop tidak ada
SN :GCS : E4M6V5
Peningkatan TIK (-), TRM (-)
Mata : pupil isokor, Ø 3mm/3mm, RC +/+
Motorik :555/555444/444
Sensorik (+) proprioseptif dan eksteroseptif baik
Otonom baik, Reflek fisiologis ++/++ ++/++, Reflek patologis --/-- --/--
A/ Paraparese ec susp. Periodik Paralisis Normokalemia
P/ Umum : Awasi keadaan umum (ABCD)
IVFD RL 12 jam/kolf
O2 2L / menit
Khusus : Inj. Mecobalamin 2x1
Inj. Omeprazol 1x1
Sukralfat syr
KSR 2x1
24
BAB IV
DISKUSI
25
Terapi yang diberikan pada pasien berupa terapi umum dengan
pengawasan terhadap keadaan umum pasien (ABCD), pemberian IVFD RL
12jam/kolf dan O2 2L / menit. Terapi khusus yang diberikan adalah KCl drip 1
flaccon dalam 300cc RL habis dalam 6 jam. Dan pemberian KSR 2x600mg
.Untuk terapi pada hari berikutnya disesuaikan dengan nilai kalium darah, dan
dikoreksi dengan kalium sesuai kebutuhan. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah elektromiografi. Prognosis dari kasus ini adala dubia ad bonam.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
12. Correia M, Darocki M, Hirashima EV. Changing Management Guidelines In
Thyrotoxic Hypokalemic Periodic Paralysis. Edinburhg. Elsevier. 2018; 1 –5.
13. Meseeha M, Parsamehr B, KisselK, Attia M. Thyrotoxic periodic paralysis: a
case study and review of the literature. USA. Journal of Community Hospital
Internal Medicine. 2017;7(2): 103 –106.
14. Kung WC. Thyrotoxic Periodic Paralysis : A Diagnostic Challenge. USA: J
clin Endocrinol Metab. 2006; 91(7):2490 –5.
15. Neki NS. Hypertiroid hypokalemic periodic paralysis. Pakistan journal of
medical sciences. 2016; 1051 –1052.
28