Anda di halaman 1dari 38

Case Report Session

CAKUPAN IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR) DI PUSKESMAS


LUBUK KILANGAN

Oleh:
Chintia Amalia
1840312283

Preseptor :
dr. Firdawati, M.Kes, PhD

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan case report session dengan judul “Cakupan
Imunisasi MR di Puskesmas Lubuk Kilangan”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Firdawati, M.Kes, PhD selaku
pembimbing. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan case report session ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa case report session ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan case report session ini. Semoga case report session ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 4 Juli 2019

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas i


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Campak dan rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran
nafas yang disebabkan oleh virus.1 Batuk dan bersin dapat menjadi jalur
masuknya virus campak maupun rubella.2 Campak merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh virus genus Morbillivirus.3 Gejala campak muncul sekitar
10 hari setelah infeksi, dan ruam coklat kemerahan muncul sekitar 14 hari setelah
infeksi.4 Gejala penyakit campak diantaranya demam tinggi, bercak kemerahan
pada kulit (rash) dapat disertai batuk dan atau pilek maupun konjungtivitis serta
dapat mengakibatkan kematian apabila terdapat komplikasi penyerta seperti
pneumonia, diare, dan meningitis.5 Rubella merupakan masalah kesehatan yang
mempunyai berbagai dampak klinis dan dapat memberikan dampak buruk baik
berupa mortalitas dan morbiditas.6 Rubella termasuk dalam penyakit ringan pada
anak, tetapi dapat memberikan dampak buruk apabila terjadi pada ibu hamil
trimester pertama yaitu keguguran ataupun kecacatan pada bayi sering disebut
Congenital Rubella Syndrom (CRS) seperti kelainan jantung dan mata, ketulian
dan keterlambatan perkembangan.7
Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh
dunia karena komplikasi penyakit campak. Melalui pemberian imunisasi campak
dan berbagai upaya yang telah dilakukan, pada tahun 2014 kematian akibat
campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan perkiraan 314 anak per hari
atau 13 kematian setiap jamnya. Disisi lain, insidens CRS bervariasi antara 0,1-
0,2/1000 kelahiran hidup pada periode endemik dan antara 0,8-4/1000 kelahiran
hidup selama periode epidemi rubella. Angka kejadian CRS pada negara yang
belum menerapkan vaksin rubella diperkirakan cukup tinggi. Pada tahun 1996,
diperkirakan sekitar 22.000 anak lahir dengan CRS di Afrika, sekitar 46.000 di
Asia Tenggara dan 12.634 di Pasifik Barat.5
Dalam Global Vaccine Action Plan (GVAP), campak dan rubella
ditargetkan untuk dapat dieliminasi di lima regional WHO pada tahun 2020.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


Sejalan dengan GVAP, The Global Measles & Rubella Strategic Plan 2012-2020
memetakan strategi yang diperlukan untuk mencapai target dunia tanpa campak
dan rubella atau CRS. Satu diantara lima strategi adalah mencapai dan
mempertahankan tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi dengan memberikan
dua dosis vaksin yang mengandung campak dan rubella. Manfaat yang didapat
dari vaksin MR antara lain, dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian
akibat komplikasi seperti, pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan,
dan penyakit jantung bawaan. 5, 8
Puskesmas Lubuk Kilangan sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan
primer di Kota Padang memiliki kewajiban dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan anak di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan. Pelaksanaan imunisasi MR yang dilakukan terbagi menjadi dua
program yaitu program BIAS dan kampanye imunisasi MR yang dicanangkan
oleh pemerintah. Pencapaian cakupan imunisasi MR di Puskesmas Lubuk
Kilangan pada tahun 2018 adalah 63,6% dari target yang ditetapkan oleh
pemerintah sebesar 95%. Pencapaian ini masih dibawah target sehingga penulis
tertarik untuk mengetahui pelaksanaan imunisasi MR di Puskesmas Lubuk
Kilangan.9

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan imunisasi MR di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan?
2. Apa masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan imunisasi MR di
Puskesmas Lubuk Kilangan?
3. Apa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam
pelaksanaan imunisasi MR di Puskesmas Lubuk Kilangan?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pelaksanaan imunisasi MR di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.3.2. Tujuan Khusus

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


a) Mengetahui gambaran umum pelaksanaan imunisasi MR di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan.
b) Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan imunisasi MR di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
c) Mengetahui upaya puskesmas dalam mengatasi permasalahan dalam
pelaksanaan imunisasi MR.

1.4. Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk
pada berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, dan diskusi
dengan pemegang program.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Imunisasi
2.1.1. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan
vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif).
Imunisasi aktif menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi dan respon
imun seluler yang melawan agen penginfeksi, sedangkan imunisasi pasif
menyediakan proteksi sementara melalui pemberian antibodi yang diproduksi
secara eksogen maupun transmisi transplasenta dari ibu ke janin.10
Vaksinasi, yang merupakan imunisasi aktif, adalah suatu tindakan yang
dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak
yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen
serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang peka, antibodi,
maupun sel memori.11
Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan imunoglobulin yang
berasal
dari plasma donor.11 Pemberian imunisasi pasif hanya memberikan
kekebalan sementara karena imunoglobulin yang diberikan akan dimetabolisme
oleh tubuh. Waktu paruh IgG adalah 28 hari, sedangkan imunoglobulin yang lain
(IgM, IgA, IgE,
IgD) memiliki waktu paruh yang lebih pendek. Oleh karena itu,
imunisasi yang rutin diberikan pada anak adalah imunisasi aktif yaitu vaksinasi.12

2.1.2. Manfaat Imunisasi


Manfaat utama dari imunisasi adalah menurunkan angka kejadian
penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat penyakit-penyakit infeksi yang
dapat dicegah dengan imunisasi.13 Imunisasi tidak hanya memberikan
perlindungan pada individu melainkan juga pada komunitas, terutama untuk
penyakit yang ditularkan melalui manusia (person-to-person).12, 14
Jika suatu
komunitas memiliki angka cakupan imunisasi yang tinggi, komunitas tersebut

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


memiliki imunitas yang tinggi pula. Hal ini berarti kemungkinan terjadinya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (vaccine-preventable disease)
rendah. Dengan demikian, anak yang belum atau tidak mendapat imunisasi karena
alasan tertentu memiliki kemungkinan yang rendah terjangkit penyakit tersebut. 14,
15

Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi pada generasi yang akan


datang. Cakupan imunisasi yang rendah pada generasi sekarang dapat
menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang dan
bahkan dapat menyebabkan epidemi. Sebaliknya jika cakupan imunisasi tinggi,
penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia. Hal ini sudah
dibuktikan dengan tereradikasinya penyakit cacar (smallpox). 15
Selain itu, imunisasi juga menghemat biaya kesehatan. Dengan
menurunnya angka kejadian penyakit, biaya kesehatan yang digunakan untuk
mengobati penyakit-penyakit tersebut pun akan berkurang.14

2.1.3. Penyelenggaraan Imunisasi di Indonesia


2.1.3.1. Imunisasi Program
Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang
sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi Program terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi
khusus.
Menteri dapat menetapkan jenis Imunisasi Program selain yang diatur
dalam Peraturan Menteri ini dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Komite
Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on
Immunization). Introduksi imunisasi baru ke dalam imunisasi wajib dapat diawali
dengan kampanye atau demonstrasi program di lokasi terpilih sesuai dengan
epidemiologi penyakit.
Imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat, oleh karena itu sebelum
pemberian Imunisasi diperlukan skrining untuk menilai kondisi sasaran.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


Prosedur skrining sasaran meliputi:
1. Kondisi sasaran;
2. Jenis dan manfaat vaksin yg diberikan;
4. Akibat bila tidak diimunisasi;
5. Kemungkinan KIPI dan upaya yang harus dilakukan; dan
6. Jadwal Imunisasi berikutnya.
2.1.3.1.1 Imunisasi Rutin
a. Imunisasi Dasar
Tabel 2.1. Jadwal pemberian imunisasi dasar16
Umur Jenis
0 – 24 jam Hepatitis B-0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
Catatan:
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB- Hib 1, DPT-HB-
Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel
1, maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan
sebelum bayi berusia 1 tahun.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin
terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia
subur (WUS) termasuk ibu hamil. 16
Vaksin DPT-HB-Hib terbukti aman dan memiliki efikasi yang tinggi,
tingkat kekebalan yang protektif akan terbentuk pada bayi yang sudah
mendapatkan tiga dosis Imunisasi DPT- HB-Hib. Walau Vaksin sangat efektif
melindungi kematian dari penyakit difteri, secara keseluruhan efektivitas
melindungi gejala penyakit hanya berkisar 70-90 %.16
Penyakit lain yang membutuhkan pemberian imunisasi lanjutan pada usia
baduta adalah campak. Penyakit campak adalah penyakit yang sangat mudah
menular dan mengakibatkan komplikasi yang berat. Vaksin campak memiliki
efikasi kurang lebih 85%, sehingga masih terdapat anak-anak yang belum
memiliki kekebalan dan menjadi kelompok rentan terhadap penyakit campak. 16

Tabel 2.2. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah dua tahun16
Umur Jenis Imunisasi Interval minimal setelah Imunisasi
dasar
18 bulan DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3
Campak/MR 6 bulan dari Campak dosis pertama
Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat
diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.

Tabel 2.3. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar16

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan


Kelas 1 SD Campak Agustus dan November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5.

Tabel 2.4. Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS)16


Status Interval Minimal Masa
Imunisasi Pemberian Perlindungan
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 lebih dari 25 tahun
Catatan:
 Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T (screening)
terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
 Pemberian imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila pemberian
imunisasi TT sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan
buku Kesehatan Ibu dan Anak, rekam medis, dan/atau kohort.

2.1.3.1.2 Imunisasi Tambahan


Yang termasuk dalam kegiatan Imunisasi Tambahan adalah: 16

a. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi Imunisasi
dasar pada anak yang berumur di bawah tiga tahun. Kegiatan ini diprioritaskan
untuk dilaksanakan di desa yang selama dua tahun berturut-turut tidak mencapai
UCI.
b. Crash program
Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk
wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya
KLB.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah:
1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi;
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; dan
3) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis Imunisasi,
misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio.
c. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Merupakan kegiatan Imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak di
suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata
rantai penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd immunity (misalnya
polio, campak, atau Imunisasi lainnya). Imunisasi yang diberikan pada PIN
diberikan tanpa memandang status Imunisasi sebelumnya.
d. Catch Up Campaign (Kampanye)
Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan massal yang dilaksanakan
serentak pada sasaran kelompok umur dan wilayah tertentu dalam upaya
memutuskan transmisi penularan agent (virus atau bakteri) penyebab PD3I.
Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada awal pelaksanaan kebijakan pemberian
Imunisasi, seperti pelaksanaan jadwal pemberian Imunisasi baru.
e. Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah
terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).
f. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI)
Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan
dengan situasi epidemiologis penyakit masing-masing.
2.1.3.1.3 Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu tersebut antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh,
persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi
kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus tersebut terdiri atas imunisasi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


Meningitis Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies
(VAR), dan polio.16

2.1.3.2 Imunisasi Pilihan


Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam
imunisasi wajib, namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di
Indonesia mengingat beban penyakit dari masing-masing penyakit. Jenis
imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b (Hib),
Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella, Demam
Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis.
Menteri Kesehatan dapat menetapkan jenis imunisasi pilihan selain yang diatur
dalam Peraturan Menteri berdasarkan rekomendasi dari Komite Penasehat Ahli
Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization). 16

2.2. Imunisasi MR
2.2.1. Latar Belakang Imunisasi MR
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000
kasus suspek campak dan dari hasil konfirmasi laboratorium, 12-39% diantaranya
adalah campak confirmed dan 16-43% adalah rubella confirmed. Jumlah kasus ini
diperkirakan masih rendah dibandingkan angka sebenarnya di lapangan,
mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan terutama dari pelayanan
swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah. Menanggapi hal
tersebut, pemerintah Republik Indonesia membuat program tentang Imunisasi
Measles Rubella (MR) bagi anak usia 9 bulan sampai <15 tahun. Imunisasi MR
ini dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu tahun 2017 di Pulau Jawa dan tahun 2018
untuk diluar Pulau Jawa. Pelaksanaan Imunisasi MR tahun 2018 dilakukan dalam
dua periode yaitu Bulan Agustus bagi anak sekolah dan Bulan September di
Posyandu. Pemerintah menargetkan pelaksanaan Imunisasi MR dapat tercapai
hingga 95%.5

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


2.2.2. Tujuan Imunisasi MR
Tujuan pelaksanaan kampanye imunisasi MR ini adalah untuk mencapai
eliminasi campak dan pengendalian rubella/ CRS tahun 2020. Tujuan khusus dari
program imunisasi MR ini antara lain:5
- Meningkatkan kekebalan terhadap campak dan rubella secara cepat
- Memutuskan transmisi virus campak dan rubella
- Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella
- Menurunkan angka kejadian CRS
2.2.3. Sasaran Imunisasi MR
Sasaran pelaksanaan kegiatan kampanye imunisasi MR adalah seluruh
anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun yang totalnya berjumlah sekitar
66.859.112 anak di seluruh Indonesia. Imunisasi MR diberikan tanpa melihat
status imunisasi maupun riwayat penyakit campak dan rubella sebelumnya.5
2.2.4. Strategi Pelaksanaan Imunisasi MR
Target cakupan kampanye imunisasi MR adalah minimal 95%. Untuk itu
diperlukan strategi agar berhasil mencapai target yang diharapkan. Pelaksanaan
kampanye imunisasi MR dibagi menjadi 2 tahap:5
a. Tahap pertama pemberian imunisasi MR di seluruh sekolah yang
terdiri dari sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman
Kanak-kanak, SD/MI/sederajat, SDLB dan SMP/MTs/sederajat dan
SMPLB. Sebelum pelaksanaan kampanye imunisasi MR dilaksanakan,
perlu melibatkan Tim Pembina UKS (Dinas Kesehatan, Dinas
Pendidikan, Kanwil Kemenag, Pemda) untuk koordinasi pelaksanaan
kegiatan imunisasi MR di sekolah.
b. Tahap kedua pemberian imunisasi untuk anak-anak di luar sekolah
usia 9 bulan – <15 tahun di pos-pos pelayanan imunisasi seperti
Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu,
Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Alasan utama pemberian imunisasi di sekolah lebih dahulu yaitu lebih
mudah dilakukan karena sasaran sudah terkumpul dan anak yang belum
mendapatkan imunisasi lebih mudah diidentifikasi dan ditindaklanjuti. Setelah

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


pemberian imunisasi di sekolah-sekolah selesai, maka dilanjutkan dengan
pemberian imunisasi di pos-pos pelayanan imunisasi lainnya.5
Kegiatan ini harus dilaksanakan berdasarkan pada mikroplaning yang telah
disusun sebelumnya. Daftar anak-anak yang menjadi sasaran harus sudah tersedia
sebelum dilaksanakan pelayanan imunisasi, namun setiap petugas kesehatan
maupun kader yang bertugas harus memahami bahwa setiap anak (usia 9 bulan
sampai dengan <15 tahun) yang datang ke pos pelayanan imunisasi untuk
mendapatkan imunisasi MR harus diberikan imunisasi MR, meskipun anak
tersebut tidak masuk ke dalam daftar sasaran yang telah disiapkan. 5
Kampanye imunisasi MR dilaksanakan dalam waktu dua bulan penuh di
masing-masing daerah termasuk sweeping. Kegiatan sweeping dilakukan untuk
menjangkau sasaran yang belum diberikan imunisasi karena sakit, sedang
bepergian, orang tua sibuk, tidak mengetahui mengenai adanya imunisasi massal
imunisasi MR maupun alasan lainnya.5
Kampanye MR harus dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan
Imunisasi baik cakupan maupun kualitas dan meningkatkan pemerataan
pelayanan. Kegiatan kampanye MR dapat digunakan sebagai kesempatan untuk: 5
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan kerjasama dengan sektor swasta
tentang pentingnya Imunisasi rutin dan lanjutan.
b. Meningkatkan kerjasama dengan swasta dan partner dalam kegiatan
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi (NGO, program berbasis masyarakat,
media, institusi budaya, pimpinan masyarakat dan agama, sekolah,
humanitarian dan sukarelawan) serta kerjasama dengan mereka untuk
membantu program rutin setelah selesai kegiatan Imunisasi tambahan.
c. Pada saat pendataan sasaran kampanye MR, juga dimanfaatkan untuk
mendata anak yang belum mendapat Imunisasi lengkap, untuk dilengkapi
pada saat yang sama atau pada kunjungan berikutnya.
d. Kegiatan Imunisasi tambahan MR tidak boleh mengganggu pelaksanaan
Imunisasi rutin.
Jika cakupan imunisasi campak rubella baik pada saat kampanye maupun
rutin tidak mencapai target minimal 95% maka dapat menyebabkan peningkatan
kerentanan wanita usia subur, yang dapat meningkatkan risiko CRS (efek

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


paradoks). Dengan cakupan yang tinggi dan merata dapat menurunkan atau
memutuskan transmisi rubella sehingga menurunkan risiko paparan rubella pada
wanita hamil.5

2.2.5. Vaksin MR
Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live
attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis
per vial. Setiap dosis vaksin MR mengandung: 1000 CCID50 virus campak dan
1000 CCID50 virus rubella. Dengan pemberian imunisasi campak dan rubella
dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare,
kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan. 5
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya
boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin
yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah
dilarutkan. Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa
Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin
dengan kondisi VVM A atau B. Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan akut
seperti dalam keadaan demam, batuk pilek dan diare. Kontraindikasi dalam
pemberian imunisasi MR yaitu individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid,
imunosupresi dan radioterapi, wanita hamil, leukemia, anemia berat, kelainan
fungsi ginjal berat, decompensatio cordis, individu yang setelah diberikan gamma
globulin atau transfusi darah, serta individu dengan riwayat alergi terhadap
komponen vaksin (neomycin). 5

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Sejarah Puskesmas


Puskesmas Lubuk Kilangan didirikan diatas tanah wakaf yang diberi oleh
Kerapatan Adat Nagari (KAN) pada tahun 1981 dengan luas tanah 270 m2 dan
gedung puskesmas didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 m2, pada
tahun itu juga puskesmas mempunyai satu buah Puskesmas Pembantu (Pustu) di
kelurahanBaringin. Pembangunan puskesmas ini dibiayai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pelayanan yang diberikan saat itu
meliputi Balai Pengobatan (BP), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan apotik.
Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah
mengalami beberapa kali pergantian Pimpinan Puskesmas.9
Pada tahun 1997 telah dilakukan renovasi puskesmas secara maksimal,
karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu
dijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.
Pada tahun awal 2012 dan 2013 ada renovasi kembali pada gedung utama kantor
dan pada ruang pelayanan sehingga pada saat sekarang ruang pelayanan sudah
semakin baik. 9
Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah
permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor, seperti: P3K, Rekam Medis (RM),
BP Umum, BP Lansia, BP Gigi, KIA, KB, Laboratorium, Apotek, Pojok
Konsultasi, Imunisasi, dan gudang dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60
orang termasuk pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan
saat sekarang masih belum mempunyai gudang gizi (PMT). 9
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6
Upaya Kesehatan Wajib, yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program
Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan
Keluarga Berancana (KB), Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan
Pemberantasan Menular (P2M) dan Pengobatan (BP) juga ada Upaya Kesehatan
Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya
Kesehatan Usia Lanjut (Lansia). 9

3.2 Kondisi Geografis9


Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terletak di Kecamatan Lubuk
Kilangan, Kota Padang dengan luas wilayah +85,99 km2 terdiri dari 7 kelurahan
dengan luas sebagai berikut: 9
a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2
b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2
c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2
d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2
e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2
f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2
g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2
Dengan kondisi 40% dataran rendah dan 60 % dataran tinggi Curah
hujan ±471 mm / bulan, temperatur antara 28,5 0 – 31,5 0C adapun batas wilayah
sebagai berikut: 9
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 20189

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


3.3 Kondisi Demografis
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang untuk
Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang tahun 2018 yang dipublikasikan pada
tahun 2018 jumlah Penduduk Kec. Lubuk Kilangan adalah sebanyak 55.507 jiwa
dengan jumlah KK 17.254, RT Sebanyak 199 dan RW sebanyak 48 dengan rata-
rata anggota keluarga 4 orang serta kepadatan penduduk 614/km². Adapun rincian
jumlah penduduk menurut kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut: 9
Tabel 3.1 Jumlah penduduk kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2018
No Kelurahan JML KK JML JIWA RT RW
1 Bandar Buat 4728 15.016 45 11
2 Padang Besi 2264 7.542 24 5
3 Indarung 3811 11.430 44 12
4 Koto Lalang 2579 8.847 31 6
5 Batu Gadang 2530 7.979 31 6
6 Baringin 460 1.652 6 2
7 Tarantang 882 3.041 14 3
Jumlah 17.254 55.507 199 48

3.4 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi


Pencaharian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
sangat beragam dan bervariasi. Umumnya masyarakat pribumi bekerja sebagai
petani (65%) dan sebahagian kecil lainnya bekerja sebagai pegawai negeri (15%),
buruh (9%), swasta (7%) dan pedagang (4%). Salah satu aspek yang dapat
digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan adalah keadaan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dan Kondisi perekonomian berkaitan dengan tingkat
inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mempengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi. Disamping itu angkatan kerja dan kesempatan kerja sangat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Survey Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tapi sementara tidak
bekerja dan mengganggur. 9
Penduduk berumur 15 tahun keatas dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu
Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Sementara yang dimaksud dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. 9
Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong
kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri
terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan
menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis,
sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan
bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana
terhadap berbagai bidang termasuk didalamnya kesehatan menyebabkan
masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dan sosial. 9
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan merupakan
masyarakat yang heterogen karena banyaknya masyarakat pendatang yang berada
di perumahan. Namun sebagian besar mereka adalah suku Minangkabau. Budaya
Minang mewarnai kehidupan sehari-hari, antara lain : terlihat dari garis keturunan
dan terkenal sebagai perantau. Seni budaya tradisional dan pola makan
masyarakat Minang yang membudaya sangat sulit diubah. Makanan lebih
cenderung berlemak dan mengandung kholesterol tinggi terutama berasal dari
hewani seperti: kerbau, sapi dan kambing. Pengolahan yang sedemikian rupa
dengan banyak mempergunakan santan dan minyak membuat cita rasa menjadi
lezat. Hal ini sangat mempengaruhi pola penyakit masyarakat sehingga terjadi
peningkatan kasus-kasus penyakit seperti : Jantung, Stroke, Rhematik dan
penyakit degeneratif lainnya. 9

3.5 Sarana dan Prasarana


3.5.1 Sarana Pendidikan di Kecamatan Lubuk Kilangan Tahun 2018
Tabel 3.2 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Lubuk Kilangan
tahun 20189
No Kelurahan PAUD/ SD SMP/ SMA/ PT SLB
TK MTS SMK
1 Bandar Buat 14 7 3 0 1 1
2 Padang Besi 3 4 1 0 0 0

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


3 Indarung 5 6 2 2 0 0
4 Koto Lalang 4 3 1 0 0 0
5 Batu Gadang 3 2 0 1 0 0
6 Baringin 1 1 0 0 0 0
7 Tarantang 2 1 1 0 0 0
Jumlah 32 24 8 3 1 1

Berdasarkan data di atas sarana pendidikan di Kecamatan Lubuk


Kilangan tahun 2013 adalah sebanyak 69 yang terdiri dari 32 TK, 24 SD,
8 SMP, 3 SMA, 1 PT, dan 1 SLB.
3.5.2 Sarana dan prasarana kesehatan di Kecamatan Lubuk Kilangan
Tahun 2018
Tabel 3.3 Kondisi Sarana Kesehatan di Kecamatan Lubuk Kilangan
tahun 20189

No Jenis Sarana dan Kondisi

o Prasarana Jumlah Rusak Rusak Rusak


Baik
I Sarana Kesehatan Ringan Sedang Berat

1 Puskesmas Induk 1 1
2 Puskesmas Pembantu 4 4
3 Rumah Dinas Dokter 1 1
4 Rumah Dinas Perawat - -
5 Poskeskel 7
Puskesmas Keliling
1 1
6 roda. 4
7 Ambulance 0 0
9 Sepeda Motor 5 5
II Sarana Penunjang
1 Komputer 20 18 2
2 Laptop 10 9 1
3 Mesin Tik 1 1
4 Telepon 1 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


5 Listrik 1 1
6 Sarana Air Bersih 1 1
7 AC 5 5
8 Printer 13 13
III Sarana dan
Prasarana lain
Dalam Puskesmas
1 Laboratorium 1 1

Prasarana Kesehatan9
1. Posyandu Balita : 45 Pos
2. Posyandu Lansia : 17 Pos
3. Kader Kesehatan : 177 Orang
4. Kader Aktif : 177 Orang
5. Dokter Praktek Swasta : 2 Orang
6. Dokter Gigi Praktek Swasta : 4 Orang
7. Bidan Praktek Swasta : 17 Orang
8. Klinik Bersalin/ Klinik swasta : 3/6 Buah
9. Rumah Obat/Apotik : 9 Buah
10. Pos UKK : 2 Pos
11. Pengobatan Tradisional : 109 Orang
12. Toga : 174 Kelompok
13. Asman : 7 Buah

3.5.3 Sarana dan prasarana ketenagaan di Kecamatan Lubuk Kilangan


Tahun 2018
Tabel 3.4 Data Ketenagaan di Kecamatan Lubuk Kilangan tahun 20189
Status Kepegawaian
No Jenis Ketenagaan Jumlah Honor/ Sukarela/
PNS
PTT Volunteer
1 Dokter 4 2 2
2 Dokter Gigi 3 3

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


3 Sarjana Kesmas 1 1
Sarjana
4 2 2
Keperawatan/Ners
5 Apoteker 1 1
6 D4 Kebidanan 3 3
7 D4 Kesling 1 1
8 D3 Kebidanan 17 13 3
9 D3 Keperawatan 6 5 1
10 D3 Gizi 1 1
11 D3 Teknisi Gigi 2 2
12 D3 Kesling 1 1
13 D3 Rekam Medis 1 1
14 D3 Analis 1 1
15 D3 Akuntansi 1 1
16 D1 Bidan 3 3
17 Perawat (SPK) 6 5 1
18 Ass. Apoteker 1 1
19 SMA 10 6 4
JUMLAH 66 51 11 2

3.6 Data Dasar Puskesmas9


Jumlah penduduk : 55.507 Jiwa
Bayi : 998 Orang
Anak Baduta : 978 Orang
Anak Batita : 2.917 Orang
Anak Balita : 3.817 Orang
Balita : 4.815 Orang
Ibu Hamil (Bumil) : 1.080 Orang
Ibu Bersalin/Nifas : 1.031 Orang
Ibu meneteki (Buteki) : 1.031 Orang
Lansia : 3.876 Orang
Lansia Risti (70+ Th) : 1.217 Orang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


WUS 15-39Th : 12.636 Orang
WUS 15-49 Th : 16.152 Orang
Wanita Usia 30-50 Th : 7.724 Orang
Kelas I SD (7th) : 967 Orang
Kelas II SD (8th) : 956 Orang
Kelas III SD (9th) : 923 Orang
Anak SD (7-12 Th) : 5.562 Orang
Usia 18+ Tahun : 38.046 Orang
Usia belum produktif (0-14 Th) : 14.216 Orang
Usia Produktif (15-64 th) : 39.057 Orang
Usia tidak produktif (65+ Th) : 2.141 Orang
Idealnya, jumlah masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan untuk satu
puskesmas adalah 30.000 penduduk. Berdasarkan data di atas juga dapat dilihat
bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah
55.507 penduduk. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa rasio puskesmas terhadap
jumlah penduduk belum mencapai standar ideal.

3.7 Program Imunisasi MR


Grafik 3.1 Cakupan Imunisasi MR di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan tahun 2018
90.0
80.0 Target 95%
70.0
60.0
50.0
40.0 85.2 80.0
30.0 61.4 63.6
55.4 54.0 53.0
20.0 43.0
10.0
0.0

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


Tabel 3.5 Cakupan Imunisasi MR di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan tahun 2018
No Kelurahan Sasaran Persentase
1 Tarantang 982 85,2
2 Bandar Buat 4651 80,0
3 Indarung 2480 61,4
4 Koto Lalang 1003 55,4
5 Padang Besi 1921 54,0
6 Batu Gadang 731 53,0
7 Baringin 746 43,0
Puskesmas 12514 63,6
Berdasarkan grafik 3.1 dan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa jumlah sasaran
program imunisasi MR di Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2018 adalah
12514 anak dengan persentase cakupan imunisasi masih dibawah target
pemerintah, yaitu sebesar 63,6%. Selain itu, tidak ada kelurahan yang mencapai
target cakupan imunisasi MR yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kelurahan
dengan cakupan imunisasi MR terbesar adalah Kelurahan Tarantang dengan
pencapaian 85,2%.

Tabel 3.6 Cakupan Imunisasi MR di TK di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk


Kilangan Tahun 2018
No Nama Sekolah Jumlah Total di Belum %
Murid Imunisasi Imunisasi
1 TK Fadilah Amal 45 22 23 48,8
2 TK Ridollah 32 28 4 87,5
3 TK Mardatillah 15 15 0 77,78
4 TK Nusa Endah 18 14 4 38,77
5 TK Adzkia 106 41 65 38,67
6 TK Rizki 35 30 5 85,71
7 TK Arraudah 28 8 20 28,57
8 TK Aultul Jannah 15 7 8 46,67
9 TK Pembina 70 33 37 47,14
10 TK Anak Soleh 30 11 19 36,67

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


11 TK Mustika Jaya 12 9 3 75
12 TK Nurul Yaqin 36 28 8 77,78
13 TK Tri Darma 40 13 27 32,5
14 TK Baitul Salam 18 14 4 77,78
15 TK IT Luqman 30 23 7 76,67
16 TK Kasih Ibu 5 3 2 60
17 TK Mardhiyah 35 28 7 80
18 TK Sani Ashilah 91 54 37 59,34
19 TK Tut Wuri 30 8 22 26,67
20 TK Bhayangkari 55 30 25 54,54
21 TK Mutiara 20 12 8 60
22 TK Semen Padang 34 15 19 44,11
23 TK Warrahmah 65 22 43 33,84
24 TK Ainul Yaqin 58 5 53 8,62
25 TK Nursyakinah 30 3 27 10
26 TK Islam Yanira 32 10 22 31,25
27 TK SKB 20 5 15 25
28 TK Waladarrayid 55 11 44 20
29 TK Siti Aminah 15 12 3 80
30 TK Aisyah Bandar 18 13 5 72,2
Buat
Total 1093 520 573 47,57
Tabel 3.6 menjelaskan bahwa cakupan imunisasi MR di TK di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2018 adalah 520 anak telah
diimunisasi dari total sasaran 1093 anak (47,57%) serta tidak ada TK/PAUD yang
mencapai target cakupan imunisasi MR yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
TK/PAUD dengan cakupan imunisasi MR terbesar terdapat di TK Ridollah
dengan 28 anak telah diimunisasi dari total sasaran 32 anak (87,5%).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


Tabel 3.7 Cakupan Imunisasi MR di SD di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan Tahun 2018
No Nama Sekolah Jumlah Total di Belum %
Murid Imunisasi Imunisasi
1 SDN 01 Bandar Buat 344 255 89 74,12
2 SDN 02 Indarung 175 140 35 80
3 SDN 03 Bandar Buat 176 117 59 66,47
4 SDN 04 Tarantang 151 137 14 90,72
5 SDN 05 Bandar Buat 176 90 86 51,13
6 SDN 06 Padang Besi 204 163 41 79,90
7 SDN 07 Indarung 181 108 73 59,66
8 SDN 08 Padang Besi 179 129 50 72,06
9 SDN 09 Bandar Buat 346 256 90 73,98
10 SDN 10 Bandar Buat 344 228 116 66,27
11 SDN 11 Indarung 160 151 9 94,37
12 SDN 12 Padang Besi 175 162 13 92,57
13 SDN 13 Batu Gadang 497 265 232 53,31
14 SDN 14 Koto Lalang 180 137 43 76,11
15 SDN 15 Koto Lalang 176 139 37 78,97
16 SDN 16 Padang Besi 195 146 49 74,87
17 SDN 17 Batu Gadang 264 119 145 45,07
18 SDN 19 Baringin 281 212 69 75,44
19 SDN 20 Indarung 390 376 14 96,41
20 SDN 21 Bandar Buat 144 138 6 95,83
21 SDN 22 Koto Lalang 75 62 13 82,67
22 SD IT Luqman 179 76 103 42.45
23 SD Semen Padang 1 165 94 71 56,96
24 SD Semen Padang 2 268 123 145 45,89
Total 5425 3823 1602 70,47
Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa cakupan imunisasi MR di SD
di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2018 adalah 3823 anak
telah diimunisasi dari total sasaran 5425 anak (70,47%). Terdapat dua SD yang
mencapai target cakupan imunisasi MR yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
yaitu SD 20 Indarung dengan 376 anak yang diimunisasi dari total sasaran 390

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


anak (96,41%) dan SDN 21 Bandar Buat dengan 138 anak yang diimunisasi dari
total sasaran sebesar 144 anak (95,83%).

Tabel 3.8 Cakupan Imunisasi MR di SMP di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk


Kilangan Tahun 2018
No Nama Sekolah Jumlah Total di Belum %
Murid Imunisasi Imunisasi
1 SMP 11 Bandar Buat 664 621 43 93,52
2 SMP 21 Bandar Buat 721 674 47 93,48
3 SMP 38 Tarantang 520 499 21 95,96
4 SMP LUKI 118 98 20 83,05
5 SMP Semen Padang 314 259 55 82,48
6 SMP IT Bandar Buat 51 46 5 90,19
7 MTS Padang Besi 105 66 39 62,85
8 MTS Indarung 104 88 16 84,61
Total 2597 2351 246 90,52
Tabel 3.8 menjelaskan bahwa cakupan imunisasi MR di SMP di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2018 adalah 2351 anak yang telah
diimunisasi dari total sasaran 2597 anak (90,52%). Hanya terdapat satu SMP yang
mencapai target cakupan imunisasi MR yang ditetapkan pemerintah, yaitu SMP
38 Tarantang dengan cakupan imunisasi MR sebesar 499 anak yang diimunisasi
dari total jumlah murid 520 anak (95,96%).

Tabel 3.9 Cakupan Imunisasi MR di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas


Lubuk Kilangan Tahun 2018
Yang Di Imunisasi
Belum
Nama Jumlah
No Total Imunisa %
Posyandu Sasaran Tahap Tahap Tahap
si
1 2 3
1 Flamboyan I 82 10 6 10 26 62 31.7

2 Flamboyan II 76 11 7 11 29 54 38.2

3 Flamboyan III 73 6 15 12 33 55 45.2

4 Flamboyan IV 78 7 5 9 21 62 26.9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


5 Flamboyan V 83 8 6 12 26 63 31.3

6 Flamboyan VI 74 5 5 11 21 58 28.4
Flamboyan
7 77 8 6 20 34 49 44.2
VII
Flamboyan
8 56 9 7 9 25 38 44.6
VIII
9 Flamboyan IX 73 11 5 9 25 53 34.2

10 Flamboyan X 75 8 6 12 26 55 34.7

11 Flamboyan XI 79 11 6 18 35 50 44.3
Flamboyan
12 80 12 12 21 45 47 56.3
XII
Flamboyan
13 78 5 5 11 21 62 26.9
XIII
Flamboyan
14 63 2 6 10 18 51 28.6
XIV
15 Anggrek I 106 5 3 11 19 90 17.9

16 Anggrek II 123 11 4 17 32 95 26.0

17 Anggrek III 104 10 5 9 24 85 23.1

18 Anggrek IV 54 11 6 10 27 33 50.0

19 Anggrek V 81 8 4 11 23 62 28.4

20 Anggrek VI 55 10 5 11 26 34 47.3

21 Melati I 99 10 6 14 30 75 30.3

22 Melati II 107 13 7 15 35 79 32.7

23 Melati III 40 6 4 12 22 22 55.0

24 Melati IV 101 8 7 11 26 82 25.7

25. Melati V 92 8 6 12 26 72 28.3

26 Melati VI 102 9 9 11 29 82 28.4

27. Melati VII 109 14 12 10 36 85 33.0

28 Melati VIII 115 12 5 11 28 92 24.3

29 Melati IX 120 10 6 9 25 101 20.8

30 Kamboja I 89 8 7 12 27 69 30.3

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


31 Kamboja II 95 6 6 10 22 79 23.2

32 Kamboja III 107 9 5 10 24 88 22.4

33 Kamboja IV 24 8 4 9 21 7 87.5

34 Kamboja V 32 6 4 12 22 14 68.8

35 Kamboja VI 66 9 5 14 28 43 42.4

36 Kamboja VII 83 5 9 15 29 63 34.9

37 Kartini I 80 8 4 12 24 60 30.0

38 Kartini II 72 6 8 9 23 57 31.9

39 Kartini III 68 6 12 8 26 54 38.2

40 Kartini IV 69 7 4 9 20 53 29.0

41 Kartini V 56 6 8 9 23 41 41.1

42 Bonsai I 65 10 9 9 28 46 43.1

43 Bonsai II 75 9 6 8 23 58 30.7

44 Pelangi I 95 8 4 53 65 34 68.4

45 Pelangi II 114 8 5 59 72 47 63.2

TOTAL 3645 377 286 607 1270 2661 34.8


Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui bahwa cakupan imunisasi MR yang
dilaksanakan di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun
2018 tidak tercapai sesuai dengan jumlah sasaran, yaitu 1270 anak telah diimunisasi
dari total sasaran 3645 anak (34,8%). Menurut tabel 3.9, tidak ada posyandu yang
mencapai target cakupan imunisasi MR yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Selain itu, Posyandu dengan cakupan imunisasi MR terbanyak ada di posyandu
Kamboja IV yaitu 21 anak yang diimunisasi dari total sasaran 27 anak (87,5%).

Tabel 3.10 Cakupan BIAS Campak MR di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun


2018
Sasaran Pencapaian
No Nama SD %
L P JML L P JML
1 SDN 01 Bandar Buat 31 25 56 21 21 42 75
2 SDN 09 Bandar Buat 27 29 56 22 21 43 76,78
3 SDN 03 Bandar Buat 11 18 29 9 12 21 72,41

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


4 SDN 31 Bandar Buat 11 12 23 10 11 21 91,30
5 SDN 05 Bandar Buat 13 15 28 8 9 17 60,71
6 SDN 10 Bandar Buat 31 25 56 23 23 46 82,14
7 SDN IT Bandar Buat 25 21 46 18 13 31 67,39
8 SDN 08 Padang Besi 17 10 27 14 10 24 88,89
9 SDN 06 Padang Besi 13 15 28 12 14 26 92,85
10 SDN 16 Padang Besi 12 16 28 12 14 26 92,85
11 SDN 12 Padang Besi 15 13 28 13 11 24 85,71
12 SDN 17 Batu Gadang 27 16 43 18 15 33 76,74
13 SDN 13 Batu Gadang 43 41 84 31 35 66 78,57
14 SDN 14 Kotolalang 18 12 30 15 10 25 83,33
15 SDN 15 Kotolalang 16 15 31 12 14 26 83,87
16 SDN 22 Kotolalang 7 5 12 4 5 9 75
17 SDN 04 Tarantang 14 14 28 13 12 25 89,28
18 SDN 19 Baringin 29 27 56 22 25 47 83,92
19 SDN 20 Indarung 38 45 83 36 43 79 95,18
20 SDN 11 Indarung 15 12 27 14 11 25 92,59
21 SDN 07 Indarung 15 13 28 11 12 23 82,14
22 SD SEMEN PADANG I 21 22 43 16 18 34 79,06
23 SDN 02 Indarung 15 12 27 12 10 22 81,48
24 SD SEMEN PADANG II 12 11 23 10 9 19 82,60
JUMLAH 476 444 920 376 378 754 82
Berdasarkan tabel 3.10 dapat diketahui bahwa cakupan BIAS Campak MR
di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2018 tidak tercapai sesuai dengan jumlah
sasaran, yaitu 754 anak telah diimunisasi dari total sasaran 920 anak (82%).

Tabel 3.11 Laporan Bulanan Hasil Imunisasi MR Baduta Puskesmas Lubuk Kilangan
periode Januari – Mei 2019

Bulan Sasaran Bayi Imunisasi Campak/MR Imunisasi Campak/MR


Booster
LK PR JML LK % PR % LK % PR %
Januari - 492 486 978 250 50,8 238 48,9 115 23,3 101 20,7
Juni 2019 % % % %
Tabel 3.11 menjelaskan bahwa cakupan imunisasi Campak/MR dan
Booster pada baduta di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan pada periode
Januari – Mei 2019 masih belum tidak tercapai sesuai dengan jumlah sasaran,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


yaitu 488 anak telah diimunisasi campak/MR dari sasaran 978 anak (49,89%) dan
216 anak telah diimunisasi campak/MR booster dari sasaran 978 anak (22,05%).

Tabel 3.12 Masalah dan Rencana Tindak Lanjut Imunisasi MR di Puskesmas


Lubuk Kilangan tahun 2018

No Program Sasaran Target Pencapaian Masalah Rencana Tindak


Lanjut
1. Imunisasi 12514 95% 7959 orang Muncul 1. Bersama
MR orang (63,6%) hoax program
mengenai promosi
vaksin MR kesehatan dan
yang tidak lintas sektor
halal meningkatkan
sehingga kegiatan
masyarakat penyuluhan
tidak mau imunisasi MR
anaknya kepada
divaksin. masyarakat
2. Menyesuaikan
perpanjangan
waktu
kampanye
imunisasi MR
sesuai ketetapan
pemerintah
hingga
Desember 2018.
Berdasarkan tabel 3.12 dapat diketahui bahwa capaian imunisasi MR yang
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2018 tidak
tercapai sesuai dengan target pemerintah, yaitu 7959 anak telah diimunisasi dari
total sasaran 12514 anak (63,6%) dengan permasalahan berupa maraknya hoax
mengenai kehalalan vaksin MR sehingga masyarakat menolak kegiatan kampanye
imunisasi MR.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pelaksanaan Imunisasi MR di Puskesmas Lubuk


Kilangan
Imunisasi measles rubella (MR) dilaksanakan untuk mencapai eliminasi
campak dan pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020.
Imunisasi MR bertujuan untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap
campak dan rubella secara cepat, memutus transmisi virus campak dan rubella,
menurunkan angka kesakitan campak dan rubella, dan menurunkan angka
kejadian CRS. Kampanye imunisasi MR dilaksanakan untuk seluruh anak usia 9
bulan sampai <15 tahun dan diberikan tanpa melihat status imunisasi maupun
riwayat penyakit campak dan rubella sebelumnya. Pelaksanaannya dilakukan
dalam dua fase, yaitu fase pertama dilaksanakan pada bulan Agustus-September
2017 di seluruh Jawa dan fase kedua dilaksanakan pada bulan Agustus-September
2018 di seluruh Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku,
dan Papua. Sesuai dengan fase kedua yang ditetapkan pemerintah, kampanye
imunisasi MR di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan mulai dilaksanakan
pada bulan Agustus 2018 hingga September 2018. Pelayanan imunisasi MR di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan di pos-pos pelayanan
imunisasi yang ditentukan, yaitu sekolah seperti PAUD, TK, SD/MI/sederajat,
dan SMP/MTs/sederajat serta fasilitas kesehatan seperti posyandu, puskesmas,
dan rumah sakit.
Pelaksanaan imunisasi MR yang dilakukan terbagi menjadi dua program
yaitu program BIAS dan kampanye imunisasi MR yang dicanangkan oleh
pemerintah. Program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) merupakan program
pelayanan imunisasi campak lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada
bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran semua anak kelas 1, 2, dan 5 SD di
seluruh Indonesia. Program tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat yang
harus dilaksanakan di seluruh Indonesia sebagai bentuk pelaksanaan dari
kewajiban pemerintah melindungi hak anak untuk dilindungi dan dipenuhi sesuai

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


dengan Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 dan Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Sebelum kampanye imunisasi MR dilaksanakan, Puskesmas Lubuk
Kilangan mengadakan pertemuan dengan lintas sektor, kader, dan pihak sekolah
pada Maret 2018. Pertemuan ini bertujuan untuk sosialisasi mengenai imunisasi
MR serta koordinasi pelaksanaannya kepada pihak-pihak tersebut. Setelah itu,
pihak puskesmas menyebarkan jadwal kampanye imunisasi MR kepada sekolah-
sekolah pada bulan Juli 2018. Pelaksanaan kampanye imunisasi MR dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahapan pertama berupa pemberian imunisasi MR di
seluruh sekolah sepanjang bulan Agustus 2018. Kemudian, tahapan kedua adalah
pemberian imunisasi MR untuk anak-anak diluar sekolah usia 9 bulan – <15
tahun di pos-pos pelayanan imunisasi seperti Posyandu, Polindes, Poskesdes,
Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya sepanjang bulan September 2018. Pada tahapan pertama, terdapat tiga
sekolah yang mencapai target cakupan imunisasi MR yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, yaitu SDN 20 Indarung, SDN 21 Bandar Buat, dan SMP 38
Tarantang. Ketiga sekolah ini selanjutnya mendapatkan sertifikat penghargaan
dari Dinas Kesehatan Kota Padang. Berdasarkan keterangan pemegang program,
cakupan imunisasi MR di Provinsi Sumatera Barat masih dibawah target dari
yang ditetapkan pemerintah, yaitu adalah 37,2% dari target 95% sehingga
kampanye imunisasi MR di Sumatera Barat akhirnya diperpanjang hingga
Desember 2018. Namun hingga akhir tahun 2018, berdasarkan data laporan
tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2018, cakupan imunisasi MR di
wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan masih belum mencapai target
pemerintah, yaitu 63,6% dari total sasaran 12514 anak.
Pencatatan dan pelaporan imunisasi MR dilakukan dengan menggunakan
buku laporan imunisasi MR yang dibagi khusus per wilayah kerja Puskesmas dan
laporan kampanye imunisasi MR yang ditulis oleh petugas imunisasi berdasarkan
pelaksanaan imunisasi di sekolah-sekolah. Dalam pengadaan vaksin MR, pihak
petugas meminta vaksin MR ke Dinas Kesehatan Kota Padang.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


4.2 Permasalahan Imunisasi MR di Puskesmas Lubuk Kilangan
Cakupan imunisasi measles rubella (MR) di Puskesmas Lubuk
Kilangan pada tahun 2018 masih belum mencapai target yang ditetapkan
pemerintah, yaitu 63,6% dari target 95%. Menurut pemegang program, kampanye
imunisasi MR awalnya berjalan sesuai dengan target. Kampanye imunisasi MR
pertama kali diadakan di SDN 20 Indarung dengan capaian cakupan imunisasi
sebesar 96,41%. Namun setelah kampanye imunisasi MR pertama, mulai
berkembang hoax mengenai vaksin MR yang tidak halal sehingga sebagian besar
masyarakat menolak untuk mendapatkan vaksin MR. Semenjak hoax tersebut
muncul, cakupan imunisasi MR di berbagai sekolah dan fasilitas kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan sebagian besar tidak mencapai target.

4.3 Usaha yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi Permasalahan Imunisasi


MR di Puskesmas Lubuk Kilangan
Usaha-usaha yang dapat penulis usulkan untuk mengatasi permasalahan
imunisasi MR di Puskesmas Lubuk Kilangan sebagai berikut.
1. Melakukan evaluasi dan identifikasi permasalahan pelaksanaan kampanye
imunisasi MR di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan pada bulan
Agustus – September 2018.
2. Mengadakan pertemuan lintas program dan lintas sektor dalam
mendiskusikan permasalahan terkait pelaksanaan imunisasi MR di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
3. Bersama bidang promosi kesehatan menggalakkan penyuluhan mengenai
imunisasi MR sehingga masyarakat paham akan manfaat vaksin MR dan
hoax mengenai vaksin MR yang telah berkembang dapat diberantas.
4. Bersama lintas sektor, berkerjasama dalam pengawasan pelaksanaan
imunisasi MR di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
Berdasarkan diskusi dengan pemegang program, permasalahan
pelaksanaan kampanye imunisasi MR telah disampaikan dalam lokakarya mini
triwulan dan telah mendapat umpan balik dari kepala puskesmas, bidang promosi
kesehatan, dan lintas sektor untuk turun langsung dalam melakukan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai imunisasi MR. Selain itu, oleh karena hingga bulan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


September 2018 target cakupan imunisasi MR fase II belum tercapai, Kemenkes
memperpanjang kampanye imunisasi MR di luar pulau Jawa hingga Desember
2018.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


BAB 5
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
a) Pelaksanaan imunisasi MR di Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun
2018 belum mencapai target pemerintah, yaitu 63,6% dari 95%.
b) Permasalahan utama terkait rendahnya cakupan imunisasi MR di
Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2018 adalah munculnya hoax
mengenai vaksin MR yang tidak halal sehingga sebagian besar masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan menolak vaksin MR.
c) Upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Lubuk Kilangan dalam
menangani masalah tersebut adalah menggalakkan penyuluhan mengenai
imunisasi MR bersama lintas sektor dan melanjutkan kampanye imunisasi
MR hingga Desember 2018 sesuai ketetapan pemerintah.

5.2.Saran
a) Melakukan evaluasi dan identifikasi masalah terkait penyebab rendahnya
cakupan imunisasi MR di Puskesmas Lubuk Kilangan serta mendiskusikan
permasalahan tersebut bersama lintas program dan lintas sektor.
b) Bekerja sama dengan bidang promosi kesehatan dan lintas sektor untuk
melakukan penyuluhan melalui berbagai media terkait imunisasi MR
kepada masyarakat.
c) Melakukan pendataan hasil pelaksanaan kampanye imunisasi MR tahun
2018 dan melanjutkan pemberian imunisasi MR pada tahun 2019 sesuai
dengan program pemerintah.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI (2017). Imunisasi Campak - Rubella (MR). http://www.


idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/imunisasi-campak-rubella-mr. – Diakses 26
Juni 2019.
2. WHO (2017). Status Campak dan Rubella saat ini di Indonesia.
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_measles_s
tatus.pdf?ua=1. – Diakses 26 Juni 2019.
3. Kutty P. Measles. VP D Surveillance Manual 6th ed. 2013.
4. McGee P. Measles, mumps, and rubella. Diversity and Equality in Health and
Care. 2013; (10): 123-5.

5. Ditjen P2P. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR).
Jakarta: Kemenkes RI; 2016.
6. Nazme NI, Hoque MM, Hussain M. Congenital Rubella Syndrome: An
Overview of Clinical Presentations in Bangladeshi Chlidren. Delta Med
College. 2014; (2): 42-47.
7. Depkes RI (2017). Imunisasi Measles Rubella Lindungi Kita.
www.depkes.go.id – Diakses 26 Juni 2019.
8. MMR VIS – Indonesia (2012). Vaksinasi MMR. http: // immunize.org/vis –
Diakses 26 Juni 2019.
9. Puskesmas Lubuk Kilangan. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan
Tahun 2018. Padang: Puskesmas Lubuk Kilangan; 2019.
10. Peter G. Immunization practices. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson
HB, editor. Nelson textbook of pediatrics. 18 ed. Pennsylvania: Saunders.
2003. 
p.1174-84. 

11. Ranuh IGN. Imunisasi upaya pencegahan primer. Dalam: Ranuh IGN,
Suyitno 
H., Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto,
Soedjatmiko, editor. Pedoman imunisasi di Indonesia. Ed. 3. Jakarta: Satgas
Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h.2-8. 

12. Matondang CS, Siregar SP. Aspek imunologi imunisasi. Dalam: Ranuh IGN,
Suyitno H., Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


13. WHO. Immunization against diseases of public health importance.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs288/en/index.html - diakses 27
Juni 2019. 

14. Assistant Secretary of Legislation Department of Health and Human Services

USA. Statement on risk vs benefit of vaccinations by David Satcher, M.D.,
PH.D. http://www.hhs.gov/asl/testify/t990803a.html - diakses 27 Juli 2019.
15. Centers of Disease Control and Prevention Department of Health and Human
Services. Parents’ guide to childhood immunization. https://www.cdc.gov -
diakses 27 Juli 2019.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33

Anda mungkin juga menyukai