Pitiriasis Rosea
oleh:
Preseptor:
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Batasan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pitiriasis Rosea berasal dari kata pityriasis yang berari skuama halus dan
rosea yang berarti berwarna merah muda. 4
Pitiriasis Rosea adalah erupsi kulit yang dapat sembuh sendiri, berupa plak
berbentuk oval, soliter dan berskuama pada trunkus (herald patch) dan umumnya
asimptomatik.3 Menurut Andrew (2006), pitiriasis rosea adalah peradangan kulit
berupa eksantema yang ditandai dengan lesi makula-papula berwarna kemerahan
(salmon colored) berbentuk oval, circinate tertutup skuama collarette, soliter dan
lama kelamaan menjadi konfluen.2 Ketika lesi digosok menurut aksis panjangnya,
skuama cenderung terlipat melewati garis gosokan (hanging curtain sign).2
2.2 Epidemiologi
Pitiriasis Rosea terjadi pada seluruh ras yang ada di dunia. Prevalensi
Pitiriasis Rosea adalah 0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada wanita per total
penduduk dunia dengan usia antara 10-34 tahun.1
Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda
dengan rentang usia antara 15-40 tahun. 50% kasus mengenai usia di bawah 20
tahun. Jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia.2
2.3 Etiologi
Watanabe et al melakukan penelitian dan mempercayai bahwa Pitiriasis
Rosea disebabkan oleh virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus
( HHV )-6 dan -7 pada sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi,
kemudian mengidentifikasi virus pada sampel serum penderita.3 Jadi, Pitiriasis
Rosea ini merupakan reaksi sekunder dari reaktivasi virus yang didapatkan pada
masa lampau dan menetap pada fase laten sebagai sel mononuklear.1 Pitiriasis
Rosea juga dapat disebabkan oleh obat-obatan atau logam, misalnya arsenik,
4
bismut, emas, methopromazine, metronidazole, barbiturat, klonidin, kaptopril dan
ketotifen.1,3 Hipotesis lain menyebutkan peranan autoimun, atopi dan predisposisi
genetik dalam kejadian Pitiriasis Rosea.7
Herald Patch
5
skuama
Pada lebih dari 69% penderita ditemui adanya gejala prodromal berupa
malaise, mual, hilang nafsu makan, demam, nyeri sendi, dan pembengkakan
kelenjar limfe.4 Setelah timbul lesi primer, 1-2 minggu kemudian akan timbul
lesi sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan ditemukan 2 tipe lesi. Lesi
terdiri dari lesi dengan bentuk yang sama dengan lesi primer dengan ukuran
lebih kecil ( diameter 0,5 – 1,5 cm ) dengan aksis panjangnya sejajar dengan
garis kulit dan sejajar dengan kosta sehingga memberikan gambaran
Christmas tree. Lesi lain berupa paul-papul kecil berwarna merah yang tidak
berdistribusi sejajar dengan garis kulit dan jumlah bertambah sesuai dengan
derajat inflamasi dan tersebar perifer. Kedua lesi ini timbul secara bersamaan.2
6
Gambar 4. Gambaran menyerupai pine tree
2. Gejala atipikal
Terjadi pada 20% penderita Pitiriasis Rosea. Ditemukannya lesi yang tidak
sesuai dengan lesi pada Pitiriasis Rosea pada umunya. Berupa tidak
ditemukannya herald patch atau berjumlah 2 atau multipel. Bentuk lesi lebih
bervariasi berupa urtika, eritema multiformis, purpura, pustul dan vesikuler.3
Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila, inguinal, wajah, telapak
tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat diagnosis dari
Pitiriasis Rosea menjadi lebih sulit untuk ditegakkan sehingga diperlukan
pemeriksaan lanjutan.
7
Gambar 5. Diagram skematik plak primer ( herald patch ) dan distribusi tipikal plak sekunder
sepanjang garis kulit pada trunkus dalam susunan Christmas tree3
8
lesi melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, dari tes laboratorium VDRL
(+).9
b. Tinea korporis
Adalah lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofit Trichophyton
rubrum pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala
klinisnya adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan pinggir
berskuama dan penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan dengan Pitiriasis
Rosea adalah pada Tinea korporis, skuama berada di tepi, plak tidak
berbentuk oval, dari pemeriksaan penunjang didapatkan hifa panjang pada
pemeriksaan KOH 10%.9
9
c. Dermatitis numuler
Adalah dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa yang ditandai
dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin ( numuler ) dan dapat
ditutupi oleh krusta. Kulit sekitarnya normal. Predileksinya di ekstensor.
Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Dermatitis Numuler, lesi
berbentuk bulat, tidak oval, papul berukuran milier dan didominasi vesikel
serta tidak berskuama.2
d. Psoriasis gutata
Adalah jenis psoriasis yang ditandai dengan eupsi papul di trunkus
bagian superior dan ekstremitas bagian proksimal. Perbedaan dengan
Pitiriasis Rosea adalah pada Psoriasis gutata, aksis panjang lesi tidak sejajar
dengan garis kulit, skuama tebal.2
10
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Umumnya untuk menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea tidak dibutuhkan
pemeriksaan penunjang. Namun dalan hal diagnosis susah ditegakkan, kita
membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding lain.
Dapat dilakukan pemeriksaan serologis RPR (Rapid Plasma Reagin) dan FTA-
Abs (Fluoresent Treponemal Antibody Absorbed) untuk skrining sifilis. Dapat juga
dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% untuk membedakan dengan
Tinea Korporis. 8
2.7 Terapi
1. Umum
Walaupun Pitiriasis Rosea bersifat self limited disease ( dapat sembuh sendiri
), bukan tidak mungkin penderita merasa terganggu dengan lesi yang muncul.
Untuk itu diperlukan penjelasan kepada pasien tentang :
- Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama
- Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian menetap
selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2 minggu.
Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis Rosea berlangsung
hingga 3-4 bulan
- Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah dengan
mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang
mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat menyebabkan lesi
menjadi bertambah berat.
2. Khusus
- Topikal
Untuk pengobatan yang bersifat simtomatik, untuk gatalnya dapat
diberikan obat topical berupa bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol
½ - 1%.
11
- Sistemik
Pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa
gatal.4 Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat diberikan
kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau asetonid
20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler.7
- Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis yang
dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.2 Pemakaian sinar radiasi
ultraviolet B atau sinar matahari alami dapat mengurangi rasa gatal dan
menguranngu lesi.2
- Penggunaan sinar B lebih ditujukan pada penderita dengan lesi yang luas,
karena radiasi sinar ultraviolet B (UVB) dapat menimbulkan
hiperpigmentasi post inflamasi.2
2.8 Prognosis
Prognosis baik karena penyakit dapat sembuh spontan, biasanya dalam waktu
3 – 8 minggu. Beberapa kasus menetap sampai 3 bulan. Pitiriasis rosea jarang
kambuh, tetapi dapat terjadi kekambuhan pada 2% kasus.9
12
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur/Tgl Lahir : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No RM RS : 13.50.24
Alamat : Padang
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Minang
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Bercak merah yang terasa gatal pada leher, dada, perut, punggung dan tungkai
sejak 2 minggu yang lalu.
Awalnya muncul bercak merah pada perut sebelah kanan yang semakin
meluas hingga leher, dada, punggung dan tungkai sejak 2 minggu yang lalu,
terasa gatal hingga mengganggu tidur.
2 minggu yang lalu, pasien demam disertai meriang selama 3 hari.
13
Pasien mengganti baju 2x sehari, ketika berkeringat pasien tidak langsung
mengganti baju.
Pasien menyangkal adanya kontak dengan hewan, berkebun, dan penggunaan
barang seperti pakaian, handuk, secara bersamaan dengan keluarga.
Riwayat Pengobatan
Pasien memakai bedak kocok kaladin 2 minggu yang lalu untuk mengurangi
rasa gatal, namun tidak ada perubahan pada keluhan pasien.
Riwayat Keluarga/Atopi
14
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Nadi : 81x/menit.
Nafas : 18x/menit.
Status Dermatologikus
Distribusi : Terlokalisir.
Susunan : Diskret
Batas : Tegas
15
Ukuran : Lentikular - Numular
Gambar 2.1
pitiriasis rosea pada Gambar 2.2 pitiriasis rosea leher, dada,
dan perut pasien pada perut pasien
16
RESUME
Pasien perempuan usia 58 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP.
Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan utama bercak merah yang terasa gatal pada
leher, dada, perut, punggung dan tungkai sejak 2 minggu yang lalu.
Awalnya muncul bercak merah pada perut sebelah kanan yang semakin
meluas hingga leher, dada, punggung dan tungkai sejak 2 minggu yang lalu, terasa
gatal hingga mengganggu tidur. Dua minggu yang lalu, pasien demam disertai
meriang selama 3 hari. Pasien mengganti baju 2x sehari, ketika berkeringat pasien
tidak langsung mengganti baju. Pasien menyangkal adanya kontak dengan hewan,
berkebun, dan penggunaan barang seperti pakaian, handuk, secara bersamaan dengan
keluarga.
DIAGNOSIS KERJA
Pitiriasis Rosea
DIAGNOSIS BANDING
Tinea Korporis
17
PEMERIKSAAN ANJURAN
DIAGNOSIS
Pitiriasis Rosea.
PENATALAKSANAAN UMUM
Menjelaskan kepada pasien bahwa pitiriasis rosea bersifat self limited disease
(dapat sembuh sendiri), pasien dapat terganggu dengan lesi yang muncul.
Untuk itu diperlukan penjelasan kepada pasien mengenai:
- Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama
- Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian menetap
selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2 minggu.
Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis Rosea berlangsung
hingga 3-4 bulan
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit (tujuan
pengobatan, hasil yang diharapkan, lama dan cara penggunaan obat)
Penatalaksanaan yang penting pada pitiriasis rosea adalah dengan mencegah
bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang mengandung wol,
air, sabun, dan keringat dapat menyebabkan lesi menjadi bertambah berat.
Menjelaskan kepada pasien untuk selalu kontrol kerumah sakit.
PENATALAKSANAAN KHUSUS
- Cetirizine 1 x 10 mg
- Asiklovir 3 x 400 mg selama satu minggu
18
PROGNOSIS
Pro : Ny. Y
Umur : 58 Tahun
Alamat : Padang
19
BAB IV
DISKUSI
Pasien perempuan usia 58 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP.
Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan utama bercak merah yang terasa gatal pada
leher, dada, perut, punggung dan tungkai sejak 2 minggu yang lalu. Identitas pasien
ini sesuai denganyang tertulis dalam Fitzpatrick bahwa Pitiriasis Rosea pada wanita
lebih banyak daripada laki-laki. Keluhan utama sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa Pitiriasis Rosea adalah kelainan kulit yang muncul lesi berwarna eritema di
area yang tertutup baju. Pasien yang merasakan gatal hingga mengganggu tidur juga
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa 25% pasien pitiriasis rosea merasakan
gatal berat. Area predileksi pasien juga sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
area predileksi Pitiriasis Rosea adalah di badan, dan paha. Ditemukannya erupsi kulit
yang berupa plak berbentuk oval, soliter dan berskuama pada trunkus atau herald
patch, sesuai dengan gambaran lesi pertama pada pitiriasis rosea.
Pada pasien dirasakan gejala berupa demam disertai meriang selama 3 hari
pada 2 minggu hal ini sesuai dengan gejala prodromal pada pitiriasis rosea (lemas,
mual, tidak nafsu akan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe).
Dalam kasus ini diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, gejala klinis,
dan hasil pemeriksaan fisik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
kasus Pitiriasis Rose dapat ditegakkan langsung berdasarkan temuan klinis dan
pemeriksaan fisik.
Pada kasus ini pasien mendapatkan terapi berupa antihistamin untuk gatalnya,
yaitu ceterizine 10 mg. Pasien juga mendapat terapi oral berupa asiklovis 400 mg per
hari selama 1 minggu sebagai terapi awal perjalanan penyakit yang disertai dengan
flu-like symtomps atau keterlibatan kulit yang luas.
Pada pasien Pitiriasis Rosea, edukasi merupakan hal yang sangat penting
diberikan. Edukasi yang dapat diberikan pada pasien ini adalah menjelaskan bahwa
penyakit ini dapat sembuh sendiri bergantung sistem imun pasien. Sehingga perlu
20
diberikan edukasi pada pasien agar selalu menjaga kesehatan dan menyarankan
pasien agar selalu menjaga pikirannya. Selain itu juga menjelaskan pada pasien
bahwa penyakit ini tidak menular, sehingga pasien tidak perlu minder dan tetap
bergaul seperti biasa.
Untuk lesi yang sekarang dialami pasien juga perlu dijelaskan bahwa lesi tersebut
dapat hilang sendiri tanpa meninggalkan bekas, sehingga pasien tidak perlu khawatir
akan timbulnya kecacatan kosmetik akibat penyakit yang diderita pasien. Perlu
diingatkan pada pasien jika merasa gatal pada kulitnya agar tidak digaruk. Karena
dengan menggaruk area kulit yang gatal dapat menyebabkan luka yang nanti dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi sekunder. Selain itu bekas luka itu nanti juga
dapat meyebabkan kecacatan kosmetik.
Prognosis baik karena penyakit dapat sembuh spontan, biasanya dalam waktu
3 – 8 minggu. Beberapa kasus menetap sampai 3 bulan. Pitiriasis rosea jarang
kambuh, tetapi dapat terjadi kekambuhan pada 2% kasus.
21
DAFTAR PUSTAKA
6. Chuh, A et al. 2004. Pityriasis Rosea – evidence for and against at infectious
disease. Cambridge University Press :Cambridge Journal 132:3:381-390.
22