PITIRISIA ROSEA
Disusun Oleh:
Saharudin
N 111 21 011
PEMBIMBING KLINIK
dr. Seniwati Ismail, Sp. KK., FINSDV
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Saharudin
No. Stambuk : N 111 21 011
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Pitiriasis Rosea
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan refarat ini untuk menguraikan mengenai Pitiriasis
Rosea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pitiriasis rosea ialah erupsi kulit akut yang sembuh sendiri, dimulai
dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian
disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan tungkai atas yang
tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu
3-8 minggu.5
Pityriasis rosea dimulai dengan plak erimatosa seperti medali, yang
disebut patch herald. Patch herald adalah patch ovoid, erimatosa sedikit lebih
menonjol dengan diameter 5-10 mm dengan tepi skuamosa berwarna. Lesi
skunder berbentuk pohon natal ketika diatur sepanjang garis langer di bagian
belakang.10
Gatal bervariasi, dengan gatal sedang sampai berat. Gejala prodromal
dan permasalahan saluran nafas atas, seperti sakit tenggorokan, kelemahan,
kehilangan nafsu makan, dan demam ringan terjadi selama masa erupsi.10
2.2 Epidemiologi
Perkiraan kejadian Pitiriasis Rosea sekitar 0,5–2% pada kelompok usia
10–35 tahun. Penyakit ini membatasi diri dan sebagian besar kasus, erupsi
membaik dalam waktu 2-8 minggu. Insidennya adalah 170 kasus per 100.000
orang per tahun. Beberapa penelitian melaporkan bahwa prevalensi laki-laki
dan perempuan sama, sedangkan penelitian lain melaporkan bahwa wanita
lebih sering. Angka kejadian tertinggi Pitiriasis Rosea terjadi selama musim
dingin.6-7
2.3 Etiologi
Etiologi belum diketahui, tetapi berdasarkan gambaran klinis dan
epidemiologis diduga disebabkan oleh infeksi. Berdasarkan bukti ilmiah,
diduga Pitiriasis Rosea merupakan eksantema virus yang berhubungan
dengan reaktivasi Human Herpes Virus (HHV)-7 dan HHV-6.5
Pitiriasis Rosea dapat terjadi setelah pemberian obat, misalnya bismut,
arsenik, barbiturat, metoksipromazin, kaptopril, klonidin, interferon,
ketotifen, ergotamin, metronidazol, inhibitor tirosin kinase; dan telah
dilaporkan timbul setelah pemberian agen biologik, misalnya adalimumab.
Walaupun beberapa erupsi obat dapat menyerupai pitiriasis rosea, tetapi tidak
ada bukti yan meyakinkan bahwa pitiriasis rosea dapat disebabkan oleh obat.
Terdapat pula laporan erupsi menyerupai pitiriasis rosea yang timbul setelah
vaksinasi difteri, cacar, pneumokokus, virus Hepatitis B, BCG, dan virus
influenza H1 N1 4.
2.4 PATOGENESIS
Patogenesis pityriasis rosea masih belum diketahui secara langsung.
Berdasarkan sejarah, pityriasis rosea diduga disebabkan oleh agen infeksi,
dikarenakan kemiripan ruamnya yang diakibatkan oleh virus, jarang didapat
kasus berulang diduga karena respon imun yang bertahan lama setelah
pertama kali terinveksi, kejadiannya terjadi pada musim-musim tertentu, dan
timbul gejala seperti flu pada beberapa pasien.2
Dari beberapa bukti ilmiah yang didapatkan bahwa pityriasis rosea
merupakan kelainan kulit akibat reaktivasi Human Herpes Virus HHV-7 dan
HHV-6. RNA pada HHV-7 dan HHV-6, serta protien pada HHV-7 dan HHV-
6 didapatkan pada leukosist-leukosit yang menyebar pada periascular pasien
pityriasis rosea dan tidak di temukan pada orang sehat maupun pasien
penyakit peradangan kulit yang lain. DNA HHV-7 dan HHV-6 ditemukan
pada saliva pasien pityriasis rosea yang tidak didapatkan pada infeksi primer
HHV 7 dan HHV 6. Data ini menguatkan pernyataan bahwa pityriasis rosea
merupakan sistemik reaktivasi dari HHV 6 dan HHV 7.2
2.5 Gejala Klinis
Pityriasis rosea klasik dimulai dengan kemunculan lesi berbentuk bulat
atau oval, dengan diameter 2-5 cm, kadang-kadang ditutupi oleh sisik halus
(herald patch). Gejala yang biasa di dapati berupa sakit kepala dan demam.
Beberapa hari kemudian (5-15 hari) lesi skunder mulai muncul (herald patch)
tetapi lebih kecil di bagian batang tubuh. Pruritis biasanya ringan atau tidak
ada, erupsi berlangsung 4-6 minggu. Umumnya hanya muncul sekali seumur
hidup, lesi muncul antara usia 10-35 tahun.9
Pityriasis rosea Lesi tersebar pada daerah fleksura (aksila, lipatan paha),
inversus wajah, leher, dan daerah akral (telapak tangan dan telapak
kaki), tampa mempengaruhi batang tubuh
Pityriasis rosea Lesi terbatas pada ekstremita, dengan plak skuamosa yang
pada ektremitas khas, batang tubuh tidak terpengaruh.
Pityriasis rosea Edem yang teraba, lesi eritematosa dengan sisik collarette
urtikaria perifer mengikuti garis belahan kulit
Pityriasis Biasa terjadi pada anak laki-laki berusia 9 tahun dengan lesi
folikuler rosea bersisik folikuler yang dominan, tersusun dalam konfigurasi
annular. Lesi awal terdiri dari plak pruritus terutama terletak
di perut, paha dan selangkangan, lima hari kemudian erupsi
folikel mulai timbul pada bagaian sentral dan collaratte
prifer, berkembang pada batang posterior. Gejala prodromal
termasuk sakit tenggorokan, malaise dan demam ringan
Pityriasis rosea Banyak terdapat lesi vesikuler disekitar plak berbentuk
vesikuler bulat. Vesikel berdiameter 2-6 mm dan mulai terasa gatal.
Terjadi pada anak-anak dan orang dewasa.
Pityriasis rosea Pityriais rosea dengan keluhan gatal, nyeri dan sensai
akibat iritasi terbakar bersentuhan dengan keringat
2. Pemeriksaan fisik
Gambaran klinis diawali dengan timbulnya lesi primer berupa
makula/plak sewarna kulit/merah muda/salmon-colored/hiperpigmentasi
yang berbatas tegas, umumnya berdiameter 2-4 cm1,2 dan berbentuk
lonjong atau bulat. Bagian tengah lesi memiliki karakteristik skuama
halus, dan pada bagian dalam tepinya terdapat skuama yang lebih jelas
membentuk gambaran skuama kolaret.8
Gambar 4. Gambaran Herald patch
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran
yang khas, sama dengan lesi yang pertama hanya lebih kecil, susunannya
sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat
pridileksi pada batang tubuh, lengan atas bagian proksimal dan tungkai
atas.5
Lesi primer biasanya terletak di bagian badan yang tertutup baju, tetapi
kadang-kadang ditemukan di leher atau ekstremitas proksimal seperti paha
atas atau lengan atas. Lesi primer jarang ditemukan di wajah, penis atau
kulit kepala berambut.8
Lesi sekunder berupa makula/plak merah muda3 , multipel, berukuran
lebih kecil dari lesi primer, berbentuk bulat atau lonjong, yang mengikuti
Langer lines sehingga pada punggung membentuk gambaran christmas-
tree pattern.
Dermatitis seboroik
Pada dermatitis seberoik tidak ditemukan herald patch, lesi
berkembang perlahan, paling banyak dibadan bagian atas, leher, dan skalp,
warna lebih gelap, skuama lebih tebal dan berminyak. Kelainan akan
menetap bila tidak diobati.5
2.9 Tatalaksana
Nonmedikamentosa8
Tidak ada
Medikamentosa8
Prinsip: penyakit dapat sembuh spontan, penglihatan bersifat simtomatis.
Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai
berikut:
1. Topikal
Bila gatal sangat mengganggu:
Larutan anti pruritus seperti calamine lotion.
Kortikosteroid topikal.
2. Sistemik
Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin seperti
setirizin 1x10 mg per hari.
Kortikosteroid sistemik.
Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari.
Asiklovir1,4 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari6 diindikasikan
sebagai terapi pada awal perjalanan penyakit yang disertai flu-like
symptoms atau keterlibatan kulit yang luas.
Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB)
dengan dosis tetap sebesar 250 mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4
minggu.
2.10 Pognosis
Qou ad vitam : ad bonam
Penyakit pityriasis rosea tidak memiliki komplikasi yang serius
Qou ad functionam : ad bonam
Lesi umumnya mengalami resolusi spontan dalam waktu 4-10 minggu, dan
sebagian kecil bertahan hingga 3 bulan. Lesi hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi pasca inflamasi dapat terjadi.
Qou ad sanationam : dubia ad bonam
Pityriasis rosea dapat rekuren, tetapi jarang terjadi.8
BAB III
KESIMPULAN
Pityriasis rosea dimulai dengan plak erimatosa seperti medali, yang disebut
patch herald. Patch herald adalah patch ovoid, erimatosa sedikit lebih menonjol
dengan diameter 5-10 mm dengan tepi skuamosa berwarna. Pityriasis rosea paling
umum terjadi pada remaja.
Penyebab pityriasis rosea belum diketahui, tetapi berdasarkan gambaran
klinis dan epidemiologis diduga disebabkan oleh infeksi. Berdasarkan bukti
ilmiah, diduga Pitiriasis Rosea merupakan eksantema virus yang berhubungan
dengan reaktivasi Human Herpes Virus (HHV)-7 dan HHV-6. 5 Pitiriasis Rosea
dapat terjadi setelah pemberian obat, misalnya bismut, arsenik, barbiturat,
metoksipromazin, kaptopril, klonidin, interferon, ketotifen, ergotamin,
metronidazol, inhibitor tirosin kinase.
Gejala klasik pityriasis rosea dimulai dengan kemunculan lesi berbentuk
bulat atau oval, dengan diameter 2-5 cm, kadang –kadang ditutupi oleh sisik halus
(herald patch). Gatal berfariasi, dengan gatal sedang sampai berat. Gejala
prodromal dan permasalahn saluran pernapasan atas, seperti sakit tenggorokan,
kelemahan, kehilangan nafsu makan, dan demam ringan. Beberapa hari kemudian
(5-15 hari) lesi skunder mulai muncul berbentuk pohon natal ketika diatur
sepanjang garis langer dibagian belakang. Pruritis biasanya ringan atau tidak ada,
erupsi berlangsung selama 4-6 minngu. Umumnya hanya muncul sekali seumur
hidup, lesi muncul, antara usia 10-35 tahun. Terapi yang diberikan pada pityriasis
rosea dapat dipilih sesuai indikasinya :
1. Topikal
Bila gatal sangat mengganggu:
Larutan anti pruritus seperti calamine lotion.
Kortikosteroid topikal.
2. Sistemik
Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin seperti
setirizin 1x10 mg per hari.
Kortikosteroid sistemik.
Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari.
Asiklovir1,4 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari6 diindikasikan sebagai
terapi pada awal perjalanan penyakit yang disertai flu-like symptoms atau
keterlibatan kulit yang luas.
Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan
dosis tetap sebesar 250 mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu.
DAFTAR PUSTAKA