PUSKESMAS BINONG
Girvan Gunawan
01071170126
PEMBIMBING
dr. Patricia Untoro
BAB I - ILUSTRASI KASUS
Data Pasien
Nama Pasien :S
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Binong, Tangerang
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status : Sudah menikah
Tanggal pemeriksaan : Selasa, 12 Maret 2019
Anamnesa
Wawancara medis dilakukan secara autoanamnesa yang dilakukan pada hari Selasa,
12 Maret 2018 di Puskesmas Binong pada pukul 9.20 pagi.
Keluhan Utama
Bercak kemerahan pada tungkai atas dan punggung sejak 3 minggu yang lalu.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran dan Tanda Vital
Status dermatologis:
• Regio brachii sinistra: multiple plaque erythema berbatas tegas dengan ukuran milier
sampai lentikuler tersebar, sebagian ditutupi skuama berwarna putih dan halus.
• Regio vertebralis : multiple plaque erythema berbatas tegas dengan ukuran milier sampai
lentikuler tersebar, penyebaran lesi membentuk segitiga (christmas tree appearance),
terlihat beberapa herald patch
Resume:
Pasien, laki-laki berusia 24 tahun, datang ke Puskesmas Binong dengan keluhan utama
bercak kemerahan pada tungkai atas sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu. Pada anamnesis pasien
mengaku awalnya timbul satu bercak kemerahan di lengan kiri bagian atas, berbentuk oval dengan
sisik halus yang mengelilingi bercak. Bercak tersebut disertai dengan rasa gatal. Bercak kemerahan
bertambah banyak pada lengan kiri, sampai ke punggung dengan ukuran yang lebih kecil. Awalnya
keluhan juga disertai dengan lemas, mual, tidak nafsu makan, demam serta nyeri sendi yang
merupakan gejala prodromal. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kelainan kulit pada regio brachii
sinistra, dan regio vertebralis. Lesi multiple, memiliki batas yang tegas, berukuran milier sampai
lentikuler, berbentuk oval, sebagian ditutupi dengan skuama berwarna putih dengan permukaan
halus. Herald patch disertai dengan christmas tree appearance juga ditemukan pada regio vertebralis
pasien.
TATALAKSANA
• Medikamentosa :
- Cetirizine 10mg 1x1 selama 7 hari
- Betametasone cream 0,1% 2x1 pagi dan sore setelah mandi selama 7 hari
- Vitamin B kompleks 2x1
• Non medikamentosa :
- Menjaga kebersihan pakaian
- Menjaga kebersihan tempat tidur
- Mandi dengan air hangat
- Berjemur pagi hari
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanationam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pitiriasis rosea ialah penyakit akut, kelainan kulit berupa timbulnya papuloskuamosa
yang dapat hilang dengan sendirinya, umumnnya menyerang anak-anak dan dewasa muda yang
sehat, walaupun sebenarnya dapat ditemukan pada semua umur. Kurang lebih 75% kasus
pitiriasis rosea didapatkan pada usia antara 10-35 tahun. Prevalensi terjadinya pitiriasis rosea
lebih banyak ditemukan pada golongan sosioekonomi masyarakat kelas menengah danyang
kurang mampu. Insidens pada pria dan wanita hampir sama.
ETIOLOGI
Dalam suatu penelitian, partikel HHV-6, HHV-7, telah terdeteksi pada 70% pasien
penderita pitiriasis rosea. Partikel- partikel virus ini ditemukan dalam jumlah banyak diantara
serat-serat kolagen dan pembuluh- pembuluh darah pada lapisan dermis atas dan bawah.
Partikel virus ini juga berada selang-seling diantara keratinosit dekat dengan perbatasan dermis
dengan epidermis.1
GAMBARAN KLINIS
Kurang lebih pada 20-50% kasus, bercak merah pada pitiriasis rosea didahului dengan
munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus respiratorius bagian atas atau
gangguan gastrointestinal. Sumber lain menyebutkan kira-kira 5% dari kasus pitiriasis rosea
didahului dengan gejala prodormal berupa sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran
pencernaan, demam, malaise, dan artralgia.
Lesi utama yang paling umum ialah munculnya lesi soliter berupa makula eritem atau
papul eritem pada batang tubuh atau leher, yang secara bertahap akan membesar dalam
beberapa hari dengan diameter 2-10 cm, berwarna pink salmon, berbentuk oval dengan skuama
tipis.
Lesi yang pertama muncul ini disebut dengan Herald patch / Mother plaque / Medalion.
Insidens munculnya Herald patch dilaporkan sebanyak 12-94%, dan pada banyak penelitian
kira-kira 80% kasus pitiriasis rosea ditemukan adanya Herald patch. Jika lesi ini digores pada
sumbu panjangnya, maka skuama cenderung untuk melipat sesuai dengan goresan yang dibuat,
hal ini disebut dengan “Hanging curtain sign”. Herald patch ini akan bertahan selama satu
minggu atau lebih, dan saat lesi ini akan mulai hilang, efloresensi lain yang baru akan
bermunculuan dan menyebar dengan cepat.2
Bentuknya bervariasi dari makula berbentuk oval hingga plak berukuran 0,5-2 cm
dengan tepi yang sedikit meninggi. Warnanya pink salmon (atau berupa hiperpigmentasi pada
orang-orang yang berkulit gelap) dan ditemukan beberapa lesi berbentuk anular dengan bagian
tengahnya yang tampak lebih terang.
Pada pitiriasis rosea gejalanya akan berkembang setelah 2 minggu, dimana gejala
mencapai puncaknya. Karenanya akan ditemukan lesi-lesi kecil kulit dalam stadium yang
berbeda. Fase penyebaran ini secara perlahan-lahan akan menghilang setelah 2-4 minggu.
Erupsi kulit akan menghilang secara spontan setelah 3-8 minggu. Namun pada beberapa
kasus dapat juga bertahan hingga 3-5 bulan. Lesi-lesi ini muncul terutama pada batang tubuh
dengan sumbu panjang sejajar pelipatan kulit. Tampilannya tampak seperti pohon natal yang
terbalik (inverted christmas tree appearance). Hal ini membingungkan karena susunan lesi yang
muncul membentuk garis yang mengarah ke bawah dari columna vertebra bila dilihat dari
belakang, namun jika dilihat dari depan maka garisnya mengarah ke atas dari sentral abdomen.
Hal ini nampak tidak sesuai jika kita bandingkan dengan arsitektur dari pohon natal
sebenarnya. Tapi bagaimanapun, terlepas dari tampilan lesi yang mirip dengan pohon natal,
terbalik ataupun tidak, tidak diragukan lagi Herald patch merupakan lesi patognomonik dari
pitiriasis rosea.3
Lokasinya juga sering ditemukan di lengan atas dan paha atas. Lesi-lesi yang muncul
berikutnya jarang menyebar ke lengan bawah, tungkai bawah, dan wajah. Namun sesekali bisa
didapatkan pada daerah tertentu seperti leher, sela paha, atau aksila. Pada daerah ini lesi berupa
bercak dengan bentuk sirsinata yang bergabung dengan tepi yang tidak rata sehingga sangat
mirip dengan Tinea corporis. Gatal ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya saat
timbul gejala.
Gatal merupakan hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya bisa menjadi parah pada 25%
pasien. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan basah, berkeringat, atau akibat dari
pakaian yang ketat. Akan tetapi, 25% penderitanya tidak merasakan gatal. Relaps dan rekurensi
jarang sekali ditemukan.4
DIAGNOSIS
Pitiriasis rosea merupakan diagnosa klinis. Tidak ada tes laboratorium yang
membantu dalam membuat diagnosa. Hasil biopsi lesi kulit yang dilakukan hanya
menampakkan terjadinya inflamasi nonspesifik. Harus diingat bahwa sifilis sekunder juga
termasuk dalam erupsi papuloeritroskuamosa dan dapat sulit dibedakan dari pitiriasis rosea
jika hanya berdasarkan penemuan klinis. Oleh karena itu, menanyakan riwayat hubungan
seksual penting jika diagnosa pitiriasis rosea masih diragukan. Pada pasien dengan
riwayatadanya penyakit hubungan seksual atau bekerja sebagai PSK yang membuat mereka
termasuk dalam faktor risiko, pemeriksaan serologis untuk sifilis perlu untuk dilakukan.5
TATALAKSANA
Pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa gatal, sebagai
contoh cetirizine, loratadine, atau fexofenadine. Untuk gejala yang berat dengan serangan
akut dapat diberikan kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau
asetonid 20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler. Penggunaan eritromisin masih
menjadi kontroversial. Eritromisin oral pernah dilaporkan cukup berhasil pada penderita
Pitiriasis Rosea yang diberikan selama 2 minggu. Dari suatu penelitian menyebutkan bahwa
73% dari 90 penderita pitiriasis rosea yang mendapat eritromisin oral mengalami kemajuan
dalam perbaikan lesi. Eritomisin diduga mempunyai efek sebagai anti inflamasi.7
Karena HHV-6 dan HHV-7 diduga berperan dalam timbulnya ptiriasis rosea,
pengobatan dengan antivirus dapat memberikan manfaat. Asiklovir dapat diberikan untuk
mempercepat penyembuhan. Dosis yang dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.8
PROGNOSIS
Pasien dengan bercak kemerahan pada tungkai atas sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya
timbul bercak kemerahan di lengan kiri bagian atas, berbentuk oval dengan sisik halus yang
mengelilingi bercak. Bercak tersebut disertai dengan rasa gatal. Bercak kemerahan bertambah
banyak pada lengan kiri, sampai ke punggung. Keluhan juga disertai dengan lemas, mual, tidak
nafsu makan, demam serta nyeri sendi yang merupakan gejala prodromal. Hasil pemeriksaan
fisik ditemukan kelainan kulit pada regio brachii sinistra, dan regio vertebralis. Lesi multiple,
memiliki batas yang tegas, berukuran milier sampai lentikuler, berbentuk oval, sebagian
ditutupi dengan skuama berwarna putih dengan permukaan halus. Herald patch disertai dengan
christmas tree appearance juga ditemukan pada regio vertebralis pasien.
Untuk penanganannya, pasien diberikan Cetirizine 1x1, Betametasone cream 2x1,
Vitamin B kompleks 2x1. Cetirizine merupakan obat golongan antihistamin dengan memblok
H1 reseptor yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala alergi, keluhan seputar hidung
tersumbat, bersin, mata berair, serta ruam pada kulit. Betametason merupakan kortikosteroid
topikal yang mempunyai sifat antiinflamasi, serta antipruritik yang cocok diberikan untuk
gejala gatal yang dirasakan pasien. Vitamin B kompleks juga terbukti memiliki manfaat yang
baik untuk kulit. Dengan menstimulasi migrasi dari fibroblast dan proliferasi dan keratinocyte,
pemerian vitamin B bertujuan untuk mempercepat proses wound healing.
Banyak kelainan kulit yang memiliki gejala dan ciri yang hampir mirip dengan yang
dialami pasien. Namun dengan ciri yang khas terutama pada Herald Patch-nya, diagnosis
penyakit yang diderita pasien merupakan Pityriasis rosea. Sifilis stadium II dapat menyerupai
pitiriasis rosea, namun biasanya pada sifilis sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan,
telapak kaki, membran mukosa, mulut, serta adanya kondiloma lata atau alopesia. Tidak ada
keluhan gatal (99%). Ada riwayat lesi pada alat genital. Tes serologis terhadap sifilis perlu
dilakukan terutama jika gambarannya tidak khas dan tidak ditemukan Herald patch.
Psoriasis Gutata kelainan kulit yang terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi
(plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhan sering eritem yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar
kelainan bervariasi, jika seluruhnya atau sebagian besar lentikuler disebut sebagai psoriasis
gutata. Umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis
influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda.
Herald patch atau bercak yang besar pada pitiriasis rosea dapat menyerupai tinea
corporis. Tinea corporis juga memiliki lesi papuloeritemaskuamosa yang bentuknya anular,
dengan skuama, dan central healing. Namun pada tepinya bisa terdapat papul, pustul,
skuama, atau vesikel. Bagian tepi lesi yang lebih aktif pada infeksi jamur ini menunjukkan
adanya hifa pada pemeriksaan sitologi atau pada kultur, yang membedakannya dengan
pitiriasis rosea. Tinea corporis jarang menyebar luas pada tubuh. Berikut diagnosis-diagnosis
banding pityriasis rosea yang bisa jadi pertimbangan:
REFERENSI
1. Broccolo F, Drago F, Careddu AM, et al. Additional evidence that pityriasis rosea is associated with
reactivation of human herpesvirus-6 and -7 . J Invest Dermatol. 2005
2. James, William D., Timothy G.B, Dirk M. Epityriasis Rosea.In: JamesWD Berger TG, Eston DM.
Andrews’ diseases of the skin, 10th ed. WBSaunders Company, Canada.2006
3. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea. In: Dermatology in General MedicineFitzpatrick’s. The McGraw-
Hill Companies, Inc. 2008
4. Chuh, A et al. 2004.Pityriasis Rosea – evidence for and against at infectious disease. Cambridge
University Press :Cambridge Journal
5. McPhee, S J, Maxine A P. 2009.Current Medical Diagnosis and Treatment forty eighth edition. Mc
Graw Hill Companies:USA
6. Interventions for pityriasis rosea. A. A. T. Chuh, B. L. Dofitas, G. G. Comisel, L. Reveiz, V. Sharma,
S. E. Garner, F. Chu. Cochrane Database Syst Rev. 2007 Apr 18
7. Erythromycin in pityriasis rosea: A double-blind, placebo-controlled clinical trial.J Am Acad
Dermatol. 2000
8. Drago F, Vecchio F, Rebora A. Use of high-dose acyclovir in pityriasis rosea. J Am Acad Dermatol
9. Drago F, Rebora A. Treatments for pityriasis rosea. Skin Therapy Lett. 2009 Mar. 14