Kulit adalah organ tunggal terbesar dari tubuh, biasanya menyumbang 15% -20% dari total berat badan.
Juga dikenal sebagai integumen atau lapisan kulit, kulit terdiri dari epidermis: lapisan epitel yg berasal
ektodermal, dan dermis: lapisan jaringan ikat mesodermal.
Di antara dermis dan epidermis, terdapat irregular junction: proyeksi yang disebut papilla dermal yang
berinvaginasi ke epidermal untuk memperkuat adhesi dari dua lapisan.
Di bawah dermis terletak jaringan subkutan atau hipodermis (Gr. Hypo, di bawah + kulit): lapisan jaringan
ikat longgar yang biasanya berisi bantalan adiposit.
Jaringan subkutan mengikat kulit secara longgar ke jaringan di bawahnya dan berhubungan dengan fasia
superfisial gross anatomy.
Epidermis terdiri dari stratified squamous keratinized epithelium yang terdiri dari sel-sel yang disebut
keratinosit.
Terdapat 3 jenis sel lain yg berlimpah di epidermis: melanosit penghasil pigmen, sel Langerhans sebagai APC,
dan sel epitel taktil yang disebut sel Merkel.
Lapisan epidermis bentukannya berbeda pada “thick” dan “thin” skin. Contoh yang tebal itu di telapak
tangan dan telapak kaki, sedangkan yang tipis di tempat lain pada tubuh.
Sebutan "tebal" dan "tipis" mengacu pada ketebalan lapisan epidermis, yang bervariasi dari 75
hingga 150 μm untuk kulit tipis dan dari 400 hingga 1.400 μm (1,4 mm) untuk kulit tebal. Ketebalan
kulit total (epidermis plus dermis) juga bervariasi sesuai lokasi.
Sebagai contoh, kulit pada bagian punggung sekitar 4 mm, sedangkan kulit kepala sekitar 1,5 mm.
Seperti semua epitel, epidermis skuamosa berlapis tidak memiliki mikrovaskulatur, sel-selnya menerima
nutrisi dan O2 melalui difusi dari dermis.
Epidermis terdiri dari 4/5 lapisan keratinosit: (4 untuk thin skin. 5 untuk thick skin)
1. Stratum Basale
Lapisan tunggal sel basofilik kuboidal atau kolumnar pada membran basal di persimpangan
dermal-epidermal
Hemidesmosom di membran sel basal menghubungkan sel-sel ke lamina basal, dan
desmosom mengikat sel-sel lapisan ini di permukaan lateral dan atas.
Stratum basale dicirikan oleh aktivitas mitosis yang intens
Stratum basale juga menyelubungi folikel rambut kontinu dengan epidermis
Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari, tergantung pada usia, wilayah tubuh, dan
faktor lainnya.
Fitur penting dari semua keratinosit dalam stratum basale adalah Cytoskeletal keratins,
filamen berdiameter sekitar 10 nm.
Selama diferensiasi, sel-sel bergerak ke atas dan jumlah dan jenis filamen keratin meningkat
Di lapisan ini terdapat Merkel cells dan Melanocytes
2. Stratum Spinosum
Merupakan lapisan paling tebal di epidermal ridges
Terdiri dari sel-sel polyhedral yang umumnya memiliki inti pusat dengan nucleoli dan
sitoplasma yang secara aktif mensintesis keratin.
Stratum spinosum tepat di atas lapisan basal, beberapa sel mungkin masih membelah dan
zona gabungan ini kadang-kadang disebut stratum germinativum.
Filamen keratin berkumpul di sini menjadi bundel yang terlihat secara mikroskopis yang
disebut tonofibril
Pada kulit yang lebih tebal kayak sol punya stratum spinosum yang lebih tebel dengan
tonofibril dan desmosom lebih banyak.
Langerhans cells banyak disini
3. Stratum granulosum
terdiri dari tiga hingga lima lapisan sel pipih, yang menjalani proses diferensiasi terminal
keratinisasi
Sitoplasma dipenuhi dengan keratohyaline granules utk struktur sitoplasma
pembentukan keratin
Selain itu terdapat lamellar granules yang mengandung lipid gunanya untuk eksositosis,
menghasilkan lapisan yang impermeabel yang kaya lipid di sekitar sel. SKIN’S BARRIER
AGAINST WATER LOSS
4. Stratum Lucidum (hanya ada di thick skin)
Terdiri dari lapisan tipis, transparan, yang berisi keratinosit eosinofilik
Nukelus dan organel telah hilanh dan sitoplasma yang sebagian besar terdiri dari keratin
filamen yang padat
Proteksi dari radiasi UV
5. Stratum corneum
Terdiri dari 15-20 lapisan squamous, keratinized cells
tonofibril menjadi sangat padat dengan filaggrin dan protein lain dalam keratohyaline
granules
pada akhir keratinisasi, sel-sel hanya mengandung protein fibrilar amorf dikelilingin lapisan
lipid
Sel-sel yang sudah keratinisasi atau cornified akan terus menerus terlepas dari surface
epidermis karena desmosom dan selubung lipid sel” ini break down
Primary barrier against pathogen
Proteksi dari abrasi
Constant friction callus
MELANOSIT
Warna kulit itu hasil dari beberapa faktor: kandungan melanin dalam keratosit, karoten dan jumlah
pembuluh darah di dermis.
o Eumelanins adalah pigmen coklat atau hitam yang diproduksi oleh melanosit. Melanosit sel
khusus epidermis yang ditemukan di antara sel-sel lapisan basal dan antara folikel rambut.
o Pheomelanin kalo pigmen merah
Melanosit turunan neural crest yang bermigrasi ke
lapisan embrionik stratum basale, di mana akhirnya setiap
lima atau enam keratinosit basal terdapat satu melanosit
Melanosit memiliki pewarnaan pucat sel tubuh bundar
yang melekat oleh hemidesmosom ke lamina basal, tetapi
tidak memiliki ikatan dengan keratinosit tetangga.
o Ekstensi sitoplasma panjang , tidak teratur
menembus epidermis, berjalan di antara sel-sel
lapisan basal dan spinous kira” satu melanosit bisa
invaginasi 5-10 keratinosit.
Sintesis melanin:
1. Tyrosinase mengubah tyrosine menjadi 3,4-
dihydroxyphenylalanine (DOPA), yang kemudian
diubah lebih lanjut dan dipolimerisasi menjadi
berbagai bentuk melanin
2. Pigmen melanin terikat dengan matriks struktur sel dan terakumulasi dalam vesikel sampai
membentuk elips sekitar 1 μm yang lama disebut melanosom
3. Melanosom kemudian diangkut melalui kinesin ke ujung extension sitoplasma.
4. Keratinosit tetangganya memfagositosis ujung sitoplasma ini, mengambil melanosom, dan
mengangkutnya dengan dynein menuju nukleusnya.
5. Melanosom terakumulasi dalam keratinosit sebagai penutup nukleus sebelum keratinisasi
menyerap dan menghamburkan sinar matahari, melindungi DNA sel-sel dari efek radiasi, dan
mutagenik radiasi UV.
6. Meskipun melanosit menghasilkan melanosom, keratinosit mengandung lebih banyak melanosom
daripada melanosit
Melanosit orang-orang khatulistiwa, di mana kebutuhan akan perlindungan terhadap
matahari paling besar, menghasilkan melanin lebih cepat dan mengakumulasinya lebih
banyak di keratinosit.
Sedangkan orang di daerah-daerah dengan sinar matahari yang jauh lebih sedikit seperti
Eropa Utara, kan kecil radiasi UV yang menembus kulit jadinya tidak menopang sintesis
vitamin D3 yang memadai. Makanya melaninnya lebih sedikit supaya ningkatin penetrasi
UV buat sintesis vitD
7. Fisiologi tanning:
Menggelapkan melanin yang sudah ada sebelumnya
Akselerasi sintesis melanin dan akumulasi melanin di epidermis karena pengaruh radiasi UV
yang meningkat
LANGERHANS CELLS
Antigen-presenting cells : Langerhans cells, derivat dari monocytes, represent 2%-8% of the cells in
epidermis and banyak berada di stratum spinosum.
Sitoplasmanya berekstensi diantara keratinosit di semua layer
Sel-sel Langerhans mengikat, memproses, dan membawa antigen pada limfosit T
o Karna ada sel ini, Mikroorganisme tidak dapat menembus epidermis tanpa mengaktifasi sel-sel
langerhans ini dan memicu respons imun.
MERKEL CELLS
Disebut juga epithelial tactile cells reseptor sensorik dengan ambang batas rendah untuk merasakan
sentuhan lembut
Banyak terdapat di kulir yang sensitif seperti ujung jari dan pangkal folikel rambut
Merkel sel ini bereratan dengan keratinosit dengan desmosom
o Terdapat di thick dan thin skin
o Bentuk selnya mirip dengan keratinosit, tapi mengandung sedikit melanin
Ciri khas merkel cells:
o Golgi-derived dense-core granules banyak di basolateral surface dimana disana ada sinaps
dengan unmyelinated afferent fibers di sinaps ini neurotransmitter di release karena sentuhan
ringan
DERMIS
Dermis lapisan jaringan ikat yang mendukung epidermis dan mengikat epdiermis ke jaringan subkutan
Ketebalan dermis bervariasi sesuai wilayah tubuh (maksimum 4 mm di punggung)
Permukaan dermis sangat tidak teratur dan memiliki banyak proyeksi (papilla dermal)
o Di bagian yang banyak tekanan papila dermal dan epidermal ridges memperkuat dermal
Basement membrane: terletak diantara stratum basale dan dermis
Nutrisi untuk keratinosit diffuse dari dermal vaskulatur ke avascular epidermis lewat basement membrane
Dermis memiliki dua sublayer dengan batas yang tidak jelas:
1. Thin papilary layer yang meliputi papilla dermal, terdiri dari jaringan ikat longgar, dengan serat
kolagen tipe I dan III, fibroblas dan sel mast yang tersebar, sel dendritik, dan leukosit. Di lapisan ini,
fibril kolagen tipe VII anchor ke lamina basal, membantu mengikat dermis ke epidermis
2. Reticular layer much thicker, terdiri dari jaringan ikat padat yang tidak teratur (terutama
kumpulan kolagen tipe I), dengan lebih banyak fiber dan lebih sedikit sel daripada lapisan papiler.
Juga ada elastic fiber memberikan elastisitas pada kulit.
Di antara kolagen dan serat-serat elastis terdapat banyak proteoglikan yang kaya akan dermatan
sulfat.
Kedua layer dermis ini banyak terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfatik:
1. Microvascular subpapillary plexus Di antara lapisan dermal papiler dan retikularis terdapat
pleksus subpapillary mikrovaskuler, dimana cabang kapiler meluas ke papilla dermal dan
membentuk jaringan kapiler nutrisi yang kaya, tepat di bawah epidermis.
2. Deep plexus pembuluh darah dan limfatik yang lebih besar terletak di dekat antarmuka dermis
dan lapisan subkutan
o Selain fungsi nutrisi, pembuluh darah kulit memiliki fungsi termoregulasi, yang melibatkan banyak
anastomosis yang terletak di antara dua pleksus ini.
Decrease blood flow in the papillary layer to minimize heat loss in cold conditions
Increase this flow to facilitate heat loss when it is hot
o The dermis is also richly innervated.
SUBKUTAN
Lapisan subkutan terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar ke organ-organ yang
berdekatan, sehingga memungkinkan kulit untuk slide di atasnya.
Lapisan ini, juga disebut hipodermis atau fasia superfisial, mengandung adiposit yang bervariasi dalam
jumlah di berbagai wilayah tubuh dan bervariasi dalam ukuran sesuai dengan keadaan gizi
Pembuluh darah yang luas pada lapisan subkutan meningkatkan penyerapan obat”an (rapid uptake)
SENSORY RECEPTORS
Rambut struktur keratin yang memanjang yang terbentuk dari invaginasi epidermis yang disebut folikel
rambut
Warna, ukuran, bentuk, dan tekstur rambut bervariasi sesuai dengan usia, latar belakang genetik, dan bagian
tubuh.
Semua kulit memiliki setidaknya rambut minimal kecuali kulit pada telapak tangan, sol, bibir, glans penis,
clitoris, dan labia minora.
Terminal dilation pada folikel rambut Hair bulb. Di sini ada dermal papila yang isinya capillary network
untuk sustain folikel rambut
Keratinosit pada hair bulb ini sama dengan yang ada di stratum basale dan spinosum epidermis.
o Keratinosit disini divide rapidly di matrix lalu melalui proses keratinization, melanin accumulation
dan terminal differentiation
o Melanosit dalam matriks rambut bakal kasih melanosom ke dalam sel epitel yang nantinya akan
berdiferensiasi untuk membentuk rambut.
o Berbeda dengan epidermis di mana semua keratinosit menimbulkan stratum korneum, keratin
rambut lebih keras dan lebih kompak daripada stratum corneum
o Pada bagian rambur” yang tebal keratinized cells akan membentuk medulla di akar rambutnya
o Medulla ini bakal diselubungi sama cortex lalu diselubungi lagi sama cuticle squamous cells
Yang memisahkan folikel rambut dari dermis adalah lapisan hialin aseluler, membran dasar yang menebal
yang disebut glassy membrane
Di bagian dermis sekitar folikel rambut terdapat Otot pili arrector, bundel kecil sel otot polos, memanjang
dari titik tengah selubung fibrosa ke lapisan papiler dermal
o Kontraksi otot-otot ini menarik poros rambut ke posisi yang lebih tegak, biasanya ketika dingin
dalam upaya untuk menjebak lapisan udara hangat di dekat kulit.
o Di beberapa bagian tubuh kontraksi otot pili arrector terlihat menghasilkan benjolan kecil pada
permukaan kulit dermisnya terangkat goosebumps
Rambut tumbuh dengan rates yang berbeda” sesuai wilayah tubuh. Siklus pertumbuhan rambut memiliki
tiga fase”
1. Anagen Aktivitas mitosis dan pertumbuhan
2. Catagen Periode pertumbuhan terhambat
3. Telogen Periode inaktif rambut bisa rontok
Setelah fase” ini selesai epidermal stemcells akan menghasilkan sel” progenitor untuk matriks rambut lagi
KUKU
Proses keratinisasi yang serupa juga menghasilkan kuku, yang merupakan lempengan keras keratin pada
permukaan dorsal setiap phalanx distal
Bagian proksimal kuku adalah nail root dan ditutupi oleh lipatan kulit diatasnya: stratum korneum epidermal
meluas sebagai cuticle, atau eponikium.
Di bawah kuku itu nail bed: yang terdiri dari stratum basale sama spinosum doang tidak berperan apa” dalam
pembentukan kuku
Akar kuku terbentuk dari matriks kuku di mana sel membelah(Dorsal nail matrix & Ventral nail matrix), bergerak
secara distal, dan menjadi keratin dalam proses yang agak mirip dengan pembentukan rambut tetapi tanpa
butiran keratohyaline. 3 mm / bulan untuk kuku jari tangan dan 1 mm / bulan untuk kuku kaki.
Bagian paling distal (yang warnanya putih) disebutnya hyponychium
KELENJAR KULIT
SEBACEOUS GLANDS
SKIN REPAIR
itching/pruritus merupakan sensasi iritasi, tidak nyaman dan geli yang sering terjadi pada gangguan
dermatologis maupun non-dermatologis.
Tipe-tipe gatal dibagi menjadi:
Localized itch: berlangsung sementara setelah stimulus dihilangkan, sifatnya spontan. Dikonduksi
oleh myelinated, radpidly conducting delta A fibers.
Diffuse itch: terjadi pada suatu area dan tidak bersifat spontan. Gatal yang patologis, dikonduksi oleh
unmyelinated slow conducting C fibres (pain fibres)
Patofisiologi:
Mediator gatal : histamine, peptide products of proteases, tachykinin, opioid peptides &
naxonolone, prostaglandins and related eicosanoids, platelet activating factor
1. Itch transmitting fibers akan melanjutkan stimulus ke dorsal horn dari grey matter spinal cord
2. Stimulus melewati sinaps ke secondary neuron yang bersebrangan masuk ke contralateral
spinothalamic tract
3. Stimulus sampai ke thalamus
4. Tertiary neuron menyampaikan stimulus ke cerebral cortex bagian anterior cingulated cortex
(Broadmann area 24) yang menerjemahkan sensasi gatal
5. Selain itu, premotor cortical juga berperan sebagai rasa ingin menggaruk
Neural Sensory Pathway
Pain and temperature sensation of free nerve endings (Spinothalamic / Anterolateral Pathway)
- Anterior spinothalamic tract membawa sinyal sentuhan kasar dan tekanan, sedangkan lateral
spinothalamic tract membawa sinyal nyeri dan perubahan suhu
1. Melalui dorsal root stimulus masuk ke spinal cord sampai kepada 1st neuron
2. Stimulus akan melanjutkan perjalanan ke 2nd neuron yang berada di sisi lain spinal cord lalu dibawa ke
thalamus
3. 3rd neuron memproyeksi stimulus dari thalamus ke primary somatosensory cortex yang letaknya
bersebrangan dengan lokasi stimulasi
Dermatitis Kontak
Peradangan kulit Peradangan kulit kronis, Peradangan Peradangan akut pada tungkai
berupa dermatitis gatal, sirkumskrip, kronis yang bawah yang disebabkan
kronik residif, disertai ditandai dengan kulit tebal berbentuk seperti insufisiensi dan hipertensi vena
gatal dan mengenai dan garis kulit tampak koin/agak lonjong yang bersifat kronis
bagian tubuh tertentu menonjol (likenifikasi), spt denngan
(wajah bayi/fleksural kulit kayu akibat garukan efloresensi
ekstremitas pd anak2) berulang2 berupa
TERUTAMA PADA papulovesikel
LIPATAN” TUBUH yang mudah
pecah sehingga
membasah
(oozing)
Bayi dan anak-anak. Pada anak Orang dewasa, >50 tahun
Derajat keparahan: laki-laki 50-65
score for atoptic Perempuan 30-50 tahun tahun insufisiensi vena bisa krn
dermatitis (SCORAD) trauma, surgery, atau
Perempuan 15-25 thrombosis. Sering pada wanita
tahun (akibat peningkatan tekanan
vena kaki saat hamil)
Jarang pada
anak2, biasanya
anak2 <5 tahun
Multifaktor, berkaitan Pruritus yang dapat Belum diketahui Teori hipoksia/teori stasis:
erat dengan penyakit disebabkan oleh gagal insufisiensi vena menyebabkan
atopi lainnya (asma ginjal kronis (uremic Sebagian besar aliran balik (backflow) darah
bronkial, rhinitis syndrome), obstruksi tidak memiliki dari vena profunda ke vena
alergik, urtikaria, dan saluran empedu, limfoma riwayat atopi superfisial pada tungkai bawah
hay fever.) Hodgkin, hipertiroidia, pengumpulan (pooling)
dermatitis atopic, DKA, Pasien usia lanjut darah dalam vena superfisial
Internal genetic, gigitan serangga, dan kelembaban tekanan oksigen menurun
psikologis aspek psikologi (emosi) kulit menurun hipoksia
menyebabkan likenifikasi
dan prurigo nodularis Focus infeksi Teori selubung fibrin: endapan
internal (infeksi fibrin perikapiler kerusakan
gigi, saluran jaringan
napas atas dan Peningkatan tekanan vena
bawah), tambalan insufisiensi vena
gigi peningkatan tekanan hidrostatis
yangmengandung permeabilitas pembuluh
merkuri darah kapiler dalam dermis
meningkat ekstravasasi
Peningkatan titer fibrinogen selubung fibrin
antibody perikapiler O2 dan nutrisi
antistreptolisin tidak dapat masuk ke dermis
(ASTO) hipoksia
Kulit sekitar
normal,
penyembuhan
dimulai dari
tengah
menyerupai lesi
dermatomikosis
Lesi satu/multiple
tersebar pada
ekstremitas
bilateral/simetris
Kronik
hyperkeratosis
dan akantosis
menyerupai liken
simpleks kronik
Gambaran klinis Patch test
positive thdp
colophony,
nitrofurazon,
neomisin sulfat,
dan nikel sulfat
IgE normal
Ada erupsi krim Anti pruritus (antihistamin Komplikasi Clindamycin/gentamycin cream
hidrofilik urea 10% dan efek infeksi sekunder abx untuk infeksi sekunder
hidrokortison 1% sedative/tranquilizer), bakteri
CTM, kortikosteroid topica antibiotic Kompres lesi hingga kering
Sangat basah (high, ultrahigh)/intralesi,
produk ter (anti- Basah kompres Kortikosteroid topical sedang
inflammasi) takrolimus dan untuk gatal dan inflamasi
pimekrolimus
Krim topical doxepin 5% Edema: kaki di angkat ke
maksimum 8 hari Krim permukaan jantung selama 30
menit 3-4 kali sehari
Kortikosteroid Varises: kaos kaki/pembalut
dosis menengah- elastis
kuat
The prick/puncture method involves a skin testing device pricked through a droplet of
allergenic extract. Various skin test devices and extracts are commercially available.
The wheal and flare is read in 15-20 minutes. It is measured in millimeters and
compared with a positive control (histamine) wheal and flare and a negative control
(usually glycerinated saline).
A positive test is considered as a wheal equal to or larger to the histamine control
The sensitivity and specificity of skin testing is dependent on the allergens used. The
accuracy of skin testing with commercial, standardized aeroallergen extracts exceeds
85% in terms of sensitivity and specificity.
As there is a small risk of anaphylaxis, skin testing should not be performed on
patients at risk for complications if they experience anaphylaxis. This includes
pregnancy and unstable medical conditions, such as unstable asthma or reduced lung
function, recent stroke, or recent cardiac event.
Oral and nasal antihistamines should be stopped 3-7 days before skin testing.
Intradermal testing typically involves injecting 0.01-0.02 mL of antigen into the
dermis via a 27-gauge syringe to create a 2- to 3-mm intracutaneous bleb, similar to
an intracutaneous tuberculosis test. The extracts are diluted to 100-1000 times less
than the dilution used for skin tests. The wheal is measured after 10-20 minutes. A
response is considered positive if the wheal is 7 mm or greater (see the image
below).
Semakin besar wheal bukan semakin parah alerginya. Tapi lebih sensitif aja kalo
keparahan liat dari gejalanya.
In Vitro Testing
In vitro tests assess antigen-specific IgE by testing the patient’s serum.
In vitro testing can be performed on patients with affected skin, such as
dermatographism or atopic dermatitis, risk for anaphylaxis.
However, these tests are expensive compared with skin testing.
Current methods include enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
A solid-phase immunoassay has an allergen bound to a matrix. The patient’s serum is
added and the antibodies bind to the allergen. All serotypes (IgG, IgM, IgA, and IgE)
will bind if they recognize the allergen. A secondary anti-IgE antibody is used to
identify if IgE is bound. The report is a quantitative value in kIUA/L or in arbitrary
divisions into classes I-VI. Asymptomatic sensitization is common below class III (<
3.5 kIUA/L).
The panel chosen should be based on the patient's clinical history, as with skin testing.
The accuracy of immunoassays varies with the system being used and the quality of
the allergen. There is good predictive value (>90%) for pollens of grass, trees, dust
mites, and cats, whereas less accurate results may be obtained from venoms, weeds,
latex, dogs, and molds. [7, 8] If results are equivocal, further evaluation can be done by
means of skin testing and, if indicated, a challenge to the allergen.
Patch Testing
Patch testing is used to determine the causative agent for chronic eczematous
conditions contributing to a delayed-type hypersensitivity reaction.
An example is allergic contact dermatitis to jewelry containing nickel. There also is a
role for patch testing with food allergies in eosinophilic esophagitis and some drug
allergies.
In patch testing, the allergen is placed on the upper back under an occlusive
bandage and removed in 48 hours.
The skin is reassessed at 72-96 hours for erythema, papules, and vesicles under the
area of contact
The most common patch techniques are the individual Finn chamber or the thin-layer
rapid-use epicutaneous (TRUE) test. The TRUE test contains 26 preloaded ready-to-use
testing strips with chemicals found in cosmetics, occupational settings, and topical
medications.
URTICARIA
Urticaria appears as raised, well-circumscribed areas of erythema (redness) and edema (swelling) involving the
dermis and epidermis that are very pruritic (itchy)
Acute urticaria can be caused by:
o allergic reactions to foods, drugs, cosmetics, or soaps; infections; insect bites, stings, or exposure;
environmental factors; latex; undue skin pressure, cold, or heat; emotional stress; and exercise, among
other factors.
It may be acute (< 6 wk) or chronic (>6 wk).
Urticaria may be confused with a variety of other dermatologic diseases that are similar in appearance and are
also pruritic; usually, however, it can be distinguished from these diseases by an experienced clinician.
Patof
Urticaria (hives) results from the release of histamine, bradykinin, leukotriene C4, prostaglandin D2, and other
vasoactive substances from mast cells and basophils in the dermis. These substances cause extravasation of fluid
into the dermis, leading to the urticarial lesion. The intense pruritus (itchiness) of urticaria is a result of histamine
released into the dermis. Histamine is the ligand for two membrane-bound receptors, the H1 and H2 receptors,
which are present on many cell types. The activation of the H1 histamine receptors on endothelial and smooth
muscle cells leads to increased capillary permeability. The activation of the H2 histamine receptors leads to arteriolar
and venule vasodilation.
Sx
Information regarding history of previous urticaria and duration of rash and itching is useful for categorizing urticaria
as acute, recurrent, or chronic. For chronic or recurrent urticaria, important considerations include previous
causative factors and the effectiveness of various treatments, as follows :
Precipitants, such as heat, cold, pressure, exercise, sunlight, emotional stress, or chronic medical conditions
Other medical conditions that can cause pruritus (usually without rash), such as diabetes mellitus, chronic
renal insufficiency, primary biliary cirrhosis, or other nonurticarial dermatologic disorders
Family and personal medical history of angioedema - Characteristics of angioedema include vasodilation and
exudation of plasma into the deeper tissues more so than with simple urticaria; angioedema can occur with
and without the wheals (hives) of simple urticaria and presents clinically as subcutaneous swelling that is
generally nonpitting and nonpruritic; it can affect the mouth as well as the mucosal surfaces of the
respiratory and GI tracts, manifesting as hoarseness and GI upset; it can be a feature of anaphylaxis if the
throat is involved, leading to airway compromise
For acute urticaria, the main consideration involves possible precipitants, such as the following :
Recent illness
Medication use
IV radiocontrast media
Travel
Foods
New perfumes, hair dyes, detergents, lotions, creams, or clothes
Exposure to new pets (dander), dust, mold, chemicals, or plants
Pregnancy (usually occurs in last trimester and typically resolves spontaneously soon after delivery)
Contact with nickel, rubber, latex, industrial chemicals, and nail polish
Sun or cold exposure
Exercise
Alcohol ingestion
TX
Prinsip pemberian obat itu di vaskular bukan kulit
Acute urticaria may rarely progress to life-threatening angioedema or anaphylactic shock in a very short period,
although anaphylactic shock is usually of rapid onset with no urticaria or angioedema. Prehospital measures may
include the following when there is concern for anaphylactic shock:
If associated angioedema is present, IM epinephrine
If associated bronchospasm is present, nebulized albuterol
Other measures may be appropriate, such as continuous ECG, blood pressure and pulse oximetry
monitoring; administering intravenous crystalloids if the patient is hypotensive; and administering oxygen.
Diphenhydramine or hydroxyzine, if available
Management of urticaria is focused on treating the symptoms and typically is not altered by underlying etiology. The
mainstay is avoidance of further exposure to the antigen causing urticaria. Pharmacologic treatment options include
the following:
Antihistamines, primarily those that block H1 receptors with low sedating activity, such as fexofenadine,
loratadine, desloratadine, cetirizine, and levocetirizine are first-line therapy ; these are preferred over
diphenhydramine and hydroxyzine; H2 antihistamines, such as cimetidine, famotidine, and ranitidine, may
have a role when used in combination with H1 antihistamines, although the benefit is unclear kalo ga
membaik tambahin dosis, atau tambahin gol ke 2
Doxepin
Omalizumab
Epinephrine (controversial in acute urticaria)
Methotrexate, colchicine, dapsone, indomethacin, and hydroxychloroquine (for urticarial vasculitis)
Topical 5% doxepin cream or capsaicin (refractory cases)
RUNNY NOSE
WATERY EYES
ENLARGED LIPS
ANAPHYLACTIC SHOCK