Anda di halaman 1dari 11

PRESENTASI KASUS

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Disusun oleh:

Marta Simanjuntak

112018037

FK UKRIDA

Dipresentasikan pada tanggal 28 Maret 2019

Moderator :

dr. Fx Hanny Suwandhani, Sp. KK

KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

Periode 18 Maret 2019 s/d 20 April 2019

0
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian

DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

JAKARTA

Telah dipresentasikan tanggal 28 Maret 2019

Disusun oleh:

Dola Lonita

112018051

Jakarta, 28 Maret 2019


Moderator

dr. FX. Hanny Suwandhani, SE, Sp.KK

1
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Tn. MAK
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI
Alamat : Jl. Pendidikan I Cijantung JAK-TIM
Status pernikahan : Belum menikah

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Autoanamnesis, tanggal 21 Maret 2019.

Keluhan Utama : Benjolan kecil pada daerah kemaluan sejak 2 minggu


SMRS

Keluhan Tambahan : Tidak ada.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSPAD Gatot Soebroto dengan
keluhan timbul benjolan-benjolan kecil pada bagian kemaluan pasien sejak 2
minggu SMRS. Benjolan yang muncul satu persatu. Pasien mengatakan setiap ganti
celana dalam merasakan gatal pada bagian kemaluan, dan jika benjolan dipecahkan
terlihat seperti jerawat dan saat di tekan keluar massa berwarna putih seperti
komedo.
Pada awal timbul satu benjolan pada daerah skrotum kanan pasien 6 bulan SMRS
dan sejak 2 minggu SMRS pasien baru menyadari benjolan naik ke daerah atas
kemaluan pasien dan timbul lebih dari satu benjolan. Pasien memiliki riwayat
bergonta-ganti pasangan sejak 1 tahun terkahir.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami sakit kulit sebelumnya, pasien tidak memiliki
riwayat alergi baik makanan maupun obat.

2
III. STATUS GENERALIS
Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x /menit, reguler
Pernapasan : 20 x /menit
Suhu : 36ºC
Kepala : Normocephali, pertumbuhan rambut merata.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
THT : Normotia, tidak ada sekret pada telinga dan hidung, faring
tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.
Leher : Kelenjar tiroid dan KGB tidak teraba pembesaran.
Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler, tidak ada murmur dan
tidak ada gallop
Paru : Gerak napas kedua dada simetris, tidak ada ronki dan tidak
ada wheezing
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, jari kelingking kiri tidak ada.

IV. STATUS VENEREOLOGIKUS


 Lokasi : Regio Genitalia
Efloresensi : Tampak gambaran papul miliar hipopigmentasi, dengan
adanya lekukan di tengah papul (delle).

3
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 -

VI. RESUME
Pasien laki-laki, Tn, MAK 23 tahun, datang ke poli kulit kelamin RSPAD
dengan keluhan timbul benjolan-benjolan kecil pada bagian kemaluan pasien sejak
2 minggu SMRS. Benjolan yang muncul satu persatu. Pasien mengatakan setiap
ganti celana dalam merasakan gatal pada bagian kemaluan, dan jika benjolan
dipecahkan terlihat seperti jerawat dan saat di tekan keluar massa berwarna putih
seperti komedo.
Pada awal timbul satu benjolan pada daerah skrotum kanan pasien 6 bulan SMRS
dan sejak 2 minggu SMRS pasien baru menyadari benjolan naik ke daerah atas
kemaluan pasien dan timbul lebih dari satu benjolan. Pasien memiliki riwayat
bergonta-ganti pasangan sejak 1 tahun terkahir.
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36ºC. Pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas dalam batas
normal. genitalia didapatkan hasil efloresensi berupa gambaran papul miliar
hipopigmentasi, dengan adanya lekukan di tengah papul (delle).

DIAGNOSIS KERJA
 Moluskum Kontagiosum

VII. DIAGOSIS BANDING


-

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


 Pewarnaan dengan Giemsa
 Pemeriksaan Histopatologi

IX. PENATALAKSANAAN
- Mengeluarkan masa yang mengandung badan moluskum.

4
XI. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : Bonam


 Quo ad functionam : Bonam
 Quo ad sanationam : Bonam

5
TINJAUAN PUSTAKA
MOLUSKUM KONTAGIOSUM

I. Definisi
Moluskum Kontagiosum adalah kondisi papular jinak dari kulit, yang sering
ditularkan secara seksual pada orang dewasa. Ini disebabkan oleh virus moluskum
kontagiosum (MCV), anggota dari family poxvirus.1
Lesi-lesi moluskum kontagiosum disebabkan oleh poxvirus. Penampakan yang khas
adalah seperti mutiara, papula merah muda dengan umbilikasi sentral yang berisi sumbat.
Lesi bias timbul di setiap tempat di tubuh, tetapi biasanya terdapat di daerah kepala, leher,
dan badan. Sering bergerombol, dan bisa juga terjadi reaksi eksema ringan di sekelilingnya.
Lesi-lesi ini bisa hilang spontan, sehingga pada bayi dan anak-anak kecil lebih baik dibiarkan
saja.2

II. Epidemiologi
Penyakit ini terutama menyerang anak, kadang-kadang juga orang dewasa, dan pasien
dengan imunokompremais. Jika pada orang dewasa digolongkan dalam penyakit infeksi
menular seksual (IMS). Secara klinis perlu dibedakan dengan herpes simpleks fase awal.
Transmisinya dapat melalui kontak kulit langsung, otoinokulasi, atau melalui benda yang
terkontaminasi, misalnya handuk, baju, kolam renang dan mainan.3
Karakteristik epidemiologic dari MK dibatasi oleh beberapa factor. Pada kebanyakan
pasien, lesi menyebabkan beberapa masalah namun ada yang dapat sembuh sendiri sehingga
kemungkinan besar pasien yang terinfeksi tidak mencari bantuan medis.4

Infeksi MK jarang terjadi pada bayi usia di bawah 1 tahun diduga disebabkan oleh
transmisi imunitas dari ibu. Puncak insiden dilaporkan 2 hingga 5 tahun. Kecurigaan bahwa
MK juga termasuk IMS didukung dengan bukti tidak langsung meliputi lokasi lesi ( contoh:
inguinal, genital dan pubis), riwayat kontak berulang, adanya lesi MK pada pasangan
seksualnya dan usia puncak kejadian ( 20-29 tahun ) yang mirip dengan IMS lainnya.4

III. Patogenesis

6
Virus MCV berukuran besar, dan termasuk dalam golongan pox virus yang berbentuk
bata. Terdapat 4 subtipe MCV namun memberikan gambaran klinis yang serupa, sekitar 76-
97% kasus yang banyak dijumpai adalah MCV tipe 1. Masa inkubasi berlangsung selama 2-7
minggu.4
MCV memiliki tropisme jaringan yang paling terbatas dari poxvirus. Infeksi dapat
terjadi hanya pada epidermis, dan diseminasi tidak terjadi bahkan pada host yang sangat
imunokompromais, seperti pada vaccinia. MCV memiliki predileksi untuk epitel folikuler
dan maka dari itu tidak umum pada lokasi yang tidak berambut seperti pada telapak tangan,
telapak kaki, dan mukosa.1

IV. Transmisi
Transmisi terjadi melalui kontak langsung dengan kulit atau membrane mukosa yang
terinfeksi, atau melalui muntahan. Penularan melalui handuk, kolam renang, alat-alat olah
raga juga pernah dilaporkan. Penularan dengan cara autoinokulasi dan koebnerization juga
sering pada anak-anak. Transmisi MCV secara primer akibat kontak kulit ke kulit baik
melalui rute seksual maupun non-seksual meningkat seiring faktor kehangatan dan
kelembapan.4

V. Manifestasi Klinis
Infeksi MK memiliki masa inkubasi sekitar 7 hari hingga 6 bulan. Periode inkubasi
rata-rata 2-3 bulan. Kebanyakan pasien asimtomatik sehingga diagnosis dibuat secara
incidental karena masalah kulit lainnya. Minoritas kasus, pasien mengeluhkan adanya gatal
atau nyeri.
Lesi dimulai dari papul kecil yang tumbuh hingga diameter 3-5 mm. terkadang
membesar hingga 3cm mwnghasilkan “giant molluscum”. Papul sewarna kulit atau merah
muda memiliki permukaan yang mengkilat, halus, padat dan berbentuk kubah (dome-shaped)
bening, dengan umbilikasi sentral (delle-umbilicated) yang sangat khas dimana material
kaseosa dapat dikeluarkan apabila lesi ditekan. Host normal biasanya dapat meiliki 10-20 lesi
namun pada pasien imunokompromais dapat memiliki ratusan lesi. 4
Area yang sering terkena adalah daerah lipatan ( aksila, fossa popliteal, pantat), dan
area genital serta perianal (pada kasus yang disebabkan karena infeksi menular seksual). Pada
anak-anak yang tinggal di daerah tropis, lesi sering dijumpai pada daerah wajah, badan, dan
ekstremitas atas, sering dengan distribusi linear yang menyarankan autoinokulasi dengan

7
garukan: lesi pada telapak tangan, telapak kaki, dan membrane mukosa jarang. Lesi dapat
berkelompok atau berbentuk linear (disebabkan koebnerizatio).4

VI. Pemeriksaan Penunjang


- Pewarnaan dengan Giemsa5
Gambaran pewarnaan dengan Giemsa: di bawah mikroskop, ‘badan moluskum’
berbentuk telur, berdinding licin homogeny, diameter sampai 25µ.
- Pemeriksaan histopatologis5
Gambaran histopatologi: proliferasi sel-sel stratum spinosum membentuk lobuli.
Lobuli dipisahkan septa jaringan ikat, didalamnya terdapat ‘badan moluskum’ berupa
sel-sel bulat atau lonjong yang mengalami degenerasi keratohialin.5

VII. Diagnosis
Diagnosis klinis MK berdasarkan klinis berupa papul khas, berwarna mutiara,
berumbilikal dengan pusat kaseosa yang ditemukan pada daerah wajah, tungkai, ekstremitas,
atau genital. Penggunaan lensa pembesar (lup) dapat membantu dalam melihat umbilikasi.
Pada kasus atipikal diagnosis dapat dikonfirmasi dengan studi sitology atau pemeriksaan
histopatologi.4

VIII. Diagnosis Banding


Moluskum kontagiosum paling sering salah terdiagnosis sebagai kutil (veruka
vulgaris) atau kutil kelamin atau keratoakantoma. Pertimbangan lain dalam diagnosis banding
meliputi siringoma, veruka plana, liken planus, nevus epithelial dan intradermal, adenoma
sebasea, histiositoma, epitelioma sel basal, infeksi herpes simplex vireus (HSV), varicella
zoster virus (VZV), dan granuloma piogenikum. Pada pasien dengan infeksi HIV, karsinoma
sel basal dan infeksi jamur diseminata (missal missal Cryptococcus, Penicillium,
histoplasmosis) juga harus dipertimbangkan.4

IX. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan masa yang mengandung badan moluskum.
Untuk mengeluarkan massa tersebut, dapat dipakai alat, antara lain ekstraktor komedo, jarum
suntik, atau kuret. Cara lain yang dapat digunakan adalah elektrokauterisasi atau bedah beku
dengan CO2 , dan N2. Sebelum tindakan dapat diberikan anestesi local, misalnya krim yang
mengandung lidokain/prilokain.3
8
Terapi lain yaitu dengan asam salisilat, asam trikloroasetat 25-35%.4

X. Prognosis dan Pencegahan


Penyembuhan spontan dapat terjadi, namun dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari trauma pada daerah yang terkena. Risiko
autoinokulasi dapat dikurangi dengan cara membersihkan semua infeksi MK.4
Rekomendasi pencegahan terkait penularan secara seksual meliputi penghindaran
penggunaan barang bersama seperti bak mandi, handuk mandi dan spons. Pemeriksaan
pasangan seksual direkomendasikan di masa lalu namun ridak adanya bukti yang mendukung
sehingga saat ini tidak direkomendasikan lagi. Distribusi luas dari MK membuat kondom
tidak mampu mereduksi risiko transmisi.4

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Holmes King K., Sparling P. F., Stamn Walter E., etc. Sexually Transmitted Diseases.
Fourth Edition. United States Of America, Mc-Graw-Hill; 2008.
2. Graham-Brown Robin, Burns Tony. Dermatologi: catatan kuliah. Erlangga: Jakarta;
2005.h.27.
3. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
ketujuh. Badan Penerbit FKUI: Jakarta; 2015.h.124.
4. Murlistyarini Sinta, Prawitasari Suci, Setyowatie Lita,. Dkk. Intisari Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin. UB Press: Malang; 2018.h.53-4.
5. Siregar R. S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC: Jakarta;
2004.h.79.

10

Anda mungkin juga menyukai