Oleh :
Nita Damayanti S.
Nita Damayanti
Departemen/KSM Dermatologi dan Venereologi
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada / Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito
Yogyakarta
ABSTRAK
Chronic bullous disease of childhood (CBDC) adalah penyakit bulosa autoimun
yang jarang, non herediter serta biasa muncul pada dekade pertama kehidupan.
Gambaran klinis CBDC berupa bula tegang dengan isi cairan jernih atau hemoragik
dengan tampilan khas membentuk cluster of jewels, rosette atau string of pearls.
Fitur histopatologi berupa celah subepidermal dengan neutrofil atau eosinofil di
sepanjang membran basalis. Pada pemeriksaan direct immunofluoroscence (DIF)
didapatkan deposisi linear homogen IgA pada area membran basalis. Pada sebagian
kecil pasien CBDC memiliki deposit tambahan imunoreaktan lain, paling sering
IgG dan bisa juga didapatkan komponen komplemen ketiga (C3). Tujuan dari
penulisan laporan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman klinisi dan ahli
patologi mengenai penegakan diagnosis CBDC secara klinis serta variasi pada
temuan histopatologi dan deposit immunoglobulin pada DIF. Seorang anak
perempuan berusia 4 tahun 9 bulan mengalami lepuh pada kulit sejak 2 bulan lalu,
disertai gatal dan tanpa keluhan sistemik. Pasien tidak mengalami perbaikan dari
perawatan medis sebelumnya sehingga pasien dirujuk berobat ke RSUP Dr.
Sardjito. Pada status dermatovenereologis tampak bula dinding tegang multipel
berkelompok membentuk pola rosette, suatu pola yang umum ditemukan pada
penyakit CBDC. Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit pasien tampak celah
subepidermal dengan sedikit sebukan sel polimorfonuklear di dalamnya.
Pemeriksaan imunologi berupa DIF pada kulit peri-lesi pasien menemukan
gambaran deposisi IgG, IgA dan C3 pada membran basalis dengan pola linier,
sesuai dengan diagnosis CBDC. Diagnosis CBDC pada lesi bulosa kulit ditegakkan
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan histopatologi berupa gambaran
celah subepidermal dan imunopatologi DIF berupa deposisi linier IgG, IgA dan C3
pada membran basal.
2
Chronic Bullous Disease of Childhood with IgA, IgG and C3 depositions :
Clinical Review, Histopathology, and Direct Immunoflourescence for
Diagnosis
Nita Damayanti
Departement of Dermatology and Venereology
Faculty Of Medicine, Public health and Nursing
Gadjah Mada University / Dr. Sardjito General Hospital Center
Yogyakarta
ABSTRACT
Chronic bullous disease of childhood (CBDC) is a rare non hereditary autoimmune
bullous disease in the first decade of life. Clinical findings described as tense bullae
with clear fluid or hemoragic arranged as cluster of jewels, rosette or string of
pearls. Histopathologic findings are subepidermal cleft with neutrophils or
eosinophils along the basal membrane zone (BMZ). On DIF can be found the linear
IgA at BMZ. In some cases, there is also additional deposition of IgG dan C3. This
paper aims to increase awareness of the clinician and pathologist in comprehend
the diagnosis of CBDC with clinical feature, variant of histopathology and DIF
findings. A 4-years and 9-months-old girl had itchy blisters on her skin since 2-
months ago with no systemic symptoms reported. The patient noted no
improvement from being treated with the previous the medications. Hence, she was
referred to Sardjito hospital. Cutaneous examination revealed multiple tense bullae
confluent to form rosette configuration, the pattern that commonly occurs in CBDC
skin lesions. We found subepidermal blisters with minimal inflammatory cells in
the histopathological examination of the skin of the patient. Direct
immunofluorence (DIF) on peri-lesional skin, exhibited the deposition of linear
IgG, C3, and IgA at the basement membrane, consistent to the diagnosis of CBDC.
The diagnosis of CBDC in bullous lesions was established based on anamnesis,
clinical findings and histopathology findings of subepidermal blisters and linear
IgG, C3, IgA deposition on the basement membrane in the direct
immunofluorescence.
3
PENDAHULUAN
autoimun, jarang, non herediter serta muncul pada dekade pertama kehidupan.1
penyakit ini umumnya ditandai dengan adanya deposisi linear IgA di sepanjang
CBDC, pada tahun 1991, terdapat 25 kasus dalam 3 tahun yang dilaporkan di Afrika
Selatan sementara pada tahun 2008, terdapat 38 kasus dalam 30 tahun yang
RSUP Dr. Sardjito periode 2014-2019, terdapat 8 kasus CBDC. Predileksi etnis
cairan jernih atau hemoragik dengan dasar kulit yang normal atau eritem, disertai
rasa gatal. Bula dapat berkonfluen membentuk gambaran cluster of jewels, rossette
atau kadang dapat ditemukan eosinofil. Gambaran ini menyerupai penyakit bulosa
ditemukan deposit linear IgA pada BMZ. Beberapa laporan kasus CBDC
menyebutkan selain deposit IgA didapatkan penemuan deposit IgG, IgM, dan C3.6,7
4
Makalah ini melaporkan satu kasus jarang pada anak dengan gambaran
klinis serta histopatologi yang mendukung CBDC serta pada pemeriksaan DIF
didapatkan deposisi IgA, IgG dan C3. Laporan kasus ini diharapkan dapat
KASUS
Dermatologi dan Venereologi (DV) RSUP Dr. Sardjito (RSS) dengan keluhan
utama lepuh pada badan yang muncul sejak 2 bulan lalu. Awalnya, pasien mengeluh
sakit kepala dan mengkonsumsi obat sakit kepala yang dijual bebas. Satu hari
kemudian, muncul lepuh pada punggung kaki kiri tanpa diawali adanya bentol atau
terapi salep yang tidak diketahui. Keesokan hari, muncul beberapa lepuh baru pada
dada. Lepuh teraba tegang, tidak mudah pecah serta terasa gatal. Pasien kemudian
berobat ke puskesmas, didiagnosis sebagai alergi obat dan dirawat inap selama 4
hari. Keluhan menetap dengan sebagian lepuh pecah karena garukan dan
menimbulkan keropeng.
Satu bulan kemudian muncul lepuh baru pada kedua tungkai bawah serta
diketahui dan pasien rawat inap selama 8 hari. Selama rawat inap, lepuh bertambah
5
pada hampir seluruh tubuh serta lidah pasien. Pasien kontrol ulang ke RSUD
Purworejo 3 hari yang lalu dengan muncul lepuh baru pada punggung. Pasien
kemudian dirujuk ke poli DV RSS untuk pemeriksaan dan terapi lebih lanjut.
Hari periksa ke poli DV RSS, keluhan lepuh baru masih muncul di dada
mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten seperti roti dan mi. Tidak
Pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien baik, compos mentis, tanda vital
dalam batas normal, tidak teraba pembesaran limfonodi. Berat badan pasien 15 kg
dengan tinggi badan 105 cm. Pemeriksaan dermatologis, pada wajah, kedua tangan,
kedua tungkai, lidah dan badan tampak bula dinding tegang multipel dengan
beberapa bula tersusun rosette. Hampir seluruh tubuh tampak erosi multipel dengan
krusta diatasnya serta terdapat sebagian makula dan patch hipopigmentasi. Pada
pemeriksaan Nikolsky sign dan Asboe Hansen Sign didapatkan hasil negatif.
Diagnosis banding yang diajukan pada kasus ini adalah CBDC, epidermolisis
bulosa aqcuisita (EBA), pemfigoid bulosa (PB), dan dermatitis herpetiformis (DH).
6
Gambar 1. Bula yang membentuk pola rossete pada lengan atas kanan, dan terdapat bula
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah masih dalam batas
normal. Biopsi kulit dilakukan dengan 2 spesimen kulit yaitu pada lesi bula
berdinding tegang dan kulit normal area perilesional. Gambaran histopatologi dari
CBDC. Dilakukan pemeriksaan DIF dengan sampel kulit normal perilesional, dan
didapatkan adanya deposisi linear IgG, C3, dan IgA pada BMZ.
7
Gambar 2. Direct immunofluorescence (DIF) kulit peri-lesi menampilkan deposisi IgG
secara linier di membran basal (kiri) serta deposisi IgA di linier membran basal (kanan)
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah CBDC yang ditegakkan berdasarkan
telah diberikan adalah dapson 1x 50 mg, Kenalog in ora base 2 dd ue pada lesi
Gambar 3. Gambaran histopatologi lesi kulit pasien berupa celah subepidermal (kiri).
Direct immunofluorescence (DIF) kulit peri-lesi menampilkan deposisi C3 secara linier di membran
basal (kanan).
8
PEMBAHASAN
didapat, dengan penemuan klinis bula tegang yang membentuk konfigurasi cluster
of jewels, rosette,atau string of pearls serta deposisi linier IgA di sepanjang BMZ
pada pemeriksaan DIF. Lesi kulit CBDC berupa bula tegang berisi cairan jernih
atau hemoragik, dengan dasar kulit normal atau eritema. Lokasi terutama pada
wajah, ektremitas, badan serta genital, lesi pada mukosa dapat ditemukan hingga
76 % kasus. Penyakit ini terjadi pada anak-anak dengan predileksi usia pada dekade
Penyebab CBDC hingga saat ini belum diketahui namun dikatakan dapat
Target antigen CBDC terletak di membran basal epitel skuamosa. Antigen yang
terutama terlibat dalam patogenesis CBDC adalah 97-kDa (LABD97) dan antigen
sebuah trans membran protein yang berperan menjaga adhesi epidermal. 8,9
memberikan gambaran deposisi linear homogen dari IgA pada BMZ. Beberapa
9
IgG dan C3, hingga saat ini hanya ditemukan 9 % pasien CBDC dengan adanya
Kasus ini merupakan kasus penyakit pada anak dengan manifestasi klinis
terutama di wajah, badan, ekstremitas serta mulut. Hal ini sesuai dengan predileksi
lokasi CBDC. Selain itu bula yang didapatkan merupakan bula tegang yang apabila
didapatkan deposisi linear IgG, C3, dan IgA pada BMZ. Hal ini juga sesuai dengan
CBDC, walaupun pada umumnya CBDC ditandai dengan hanya deposisi linear
IgA saja di BMZ dan terdapat beberapa laporan kasus yang menyebutkan penemuan
autoimun sporadis dengan etiologi yang tidak diketahui. Penyakit ini tidak memiliki
kecenderungan jenis kelamin, umur, ras, etnis, atau geografis. Presentasi klasik
10
EBA adalah adanya vesikel atau bula pada daerah yang mengalami penekanan
seperti telapak kaki, sakrum, siku, dan lutut yang jika sembuh akan membentuk
dengan infiltrat dermal sel inflamasi campuran menyerupai CBDC. Hasil DIF
linier IgG pada dermoepidermal junction, tetapi deposit komplemen, IgA, IgM,
faktor B, dan properdin juga dapat dideteksi. Penyakit EBA dapat disingkirkan
sebagai diagnosis banding karena tidak terdapat predileksi lokasi lesi sesuai dengan
EBA serta pada penyembuhan tidak ditemukan adanya pembentukan jaringan parut
dan milia.11,12
Pemfigoid bulosa (PB) adalah penyakit autoimun kronik residif pada kulit
karakteristik klinis berupa pruritus, urtikaria dan bula yang tegang. Prevalensinya
biasanya pada orang tua dan jarang terjadi pada anak-anak. Pasien PB memberikan
gambaran erupsi bulosa disertai rasa gatal dan jarang melibatkan mukosa serta
dari eosinofil, neutrofil, limfosit, monosit dan makrofag, tetapi secara khas
DIF pada PB akan didapatkan deposisi linear dan homogen antibodi IgG dan/atau
C3 pada BMZ13,14 Secara histopatologi hasil pada pasien ini masih sesuai untuk
diagnosis PB, tetapi secara DIF tidak mendukung untuk PB. Predileksi usia dan
11
lokasi lesi pada kasus ini tidak sesuai dengan pemfigoid bulosa yang sering
mengenai daerah fleksural dan lipatan seperti aksila serta daerah tungkai bawah.
Lesi bula pada pemfigoid bulosa cenderung menyebar walaupun bisa membentuk
formasi berkelompok, tetapi tidak didapatkan gambaran cluster of jewels atau string
berkelompok dan simetris serta disertai rasa sangat gatal. Predileksi lesi adalah
punggung, sakrum, bokong, ekstensor lengan atas, sekitar siku dan lutut. Sebanyak
dan pada DIF ditemukan deposit granuler IgA pada papila dermis.15,16 Sehingga
Pasien CBDC biasanya dapat sembuh sendiri dalam waktu 2 tahun sejak
awal penyakit tersebut, namun dapat juga bertahan hingga pubertas. Penyakit ini
berespons baik terhadap terapi dapson atau sulfapyridine. Sebagian besar pasien
12
dalam beberapa kasus. Imunoglobulin intravena juga dapat diberikan pada pasien
yang tidak respon terhadap terapi dapson. Topikal takrolimus dapat dikombinasikan
Pada pasien ini diberikan terapi sistemik dengan dapson 1x 50 mg, kenalog
in ora base 2 dd ue pada lesi mulut, serta mometasone krim 2 dd ue pada lesi erosi
disarankan kontrol setiap 2 minggu. Prognosis pada penderita ini adalah quo ad
hingga dewasa. Daerah lesi pada CBDC biasanya sembuh dengan meninggalkan
perubahan paska inflamasi seperti hiper dan hipopigmentasi namun tanpa jaringan
parut.3,4
KESIMPULAN
histopatologis tipikal CBDC disertai deposit IgA ,IgG dan C3 pada BMZ. Kasus
ini merupakan kasus jarang, hingga saat ini hanya 9% kasus CBDC dengan deposit
imun IgG, IgA dan C3. Diagnosis pada pasien ditegakkan melalui anamnesis,
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15. Görög A, Németh K, Kolev K, et al. Circulating transglutaminase 3-
immunoglobulin A immune complexes in dermatitis herpetiformis. J Invest
Dermatol. 2016;136(8):1729-1731.
16. Salmi TT, Hervonen K, Kautiainen H, et al. Prevalence and incidence of
dermatitis herpetiformis: a 40-year prospective study from Finland. Br J
Dermatol. 2011;165(2):354-359.
15