Anda di halaman 1dari 23

Muhamad Faishal Rizki

30101307001
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan nonimunologik
pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen.
Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor
endogen memegang peranan penting pada penyakit ini.
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur,
ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak iritan sulit didapat.
Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun sulit untuk
diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak datang
berobat dengan kelainan ringan
 Faktor Eksogen

Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk :

(1) Sifat kimia bahan iritan: pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi,
ionisasi, bahan dasar, kelarutan ;

(2) Sifat dari pajanan: jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan serentak
dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya ;

(3) Faktor lingkungan: lokalisasi tubuh yang terpajan dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan,
gesekan atau goresan. Kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air
pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan.
 Faktor Endogen

1. Faktor genetic

2. Jenis Kelamin

3. Umur

4. Suku

5. Lokasi kulit

6. Riwayat Atopi
Ada empat mekanisme yang
dihubungkan dengan dermatitis
kontak iritan, yaitu:

 Hilangnya substansi daya ikat


air dan lemak permukaan

 Jejas pada membran sel

 Denaturasi keratin epidermis

 Efek sitotoksik langsung


 Dermatitis kintk iritan akut

Pada DKI, kulit terasa pedih atau panas,


eritema, vesikel atau bulla. Luas kelainanya
sebatas daerah yang terkena dan berbatas
tegas.1,7 Pada beberapa individu, gejala subyektif
(rasa terbakar, rasa tersengat) mungkin hanya
satu-satunya manifestasi.
 Dermatitis kontak akut lambat

Pada dermatitis kontak iritan akut lambat, gejala obyektif tidak muncul hingga 8-24 jam
atau lebih setelah pajanan.1,6,7 Sebaliknya, gambaran kliniknya mirip dengan dermatitis kontak
iritan akut. Contohnya adalah dermatitis yang disebabkan oleh serangga (dermatitis venenata)

 Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif)

Juga disebut dermatitis kontak iritan kumulatif.


Disebabkan oleh iritan lemah (seperti air, sabun, detergen, dll)
dengan pajanan yang berulang-ulang, biasanya lebih sering
terkena pada tangan
 Reaksi iritan

Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat


berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanya
terlokalisasi di dorsum dari tangan dan jari. Biasanya hal ini terjadi
pada orang yang terpajan dengan pekerjaan basah. Reaksi iritasi
dapat sembuh, menimbulkan penebalan kulit

 Reaksi Traumatik (DKI Traumatik)

Reaksi traumatik dapat terbentuk setelah tauma akut pada kulit seperti panas atau laserasi.
Biasanya terjadi pada tangan dan penyembuhan sekitar 6 minggu atau lebih lama. Pada proses
penyembuhan, akan terjadi eritema, skuama, papul dan vesikel. Secara klinik gejala mirip dengan
dermatitis numular.
 Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous

Dermatitis Kontak Iritan Juga disebut reaksi suberitematous. Pada tingkat awal dari
iritasi kulit, kerusakan kulit terjadi tanpa adanya inflamasi, namun perubahan kulit terlihat
secara histologi.

 Subyektif (Sensory ICD)

Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat, rasa
terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan.

 Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)

Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari


mikrotrauma atau gesekan yang berulang. terlihat
menyerupai psoriasis dengan plakat merah menebal
dan bersisik, tetapi tidak gatal.
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis yang akurat. DKI akut lebih mudah diketahui karena
munculnya lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat penyebab
terjadinya. DKI kronis timbul lambat serta mempunyai gambaran klinis yang luas,
sehingga kadang sulit dibedakan dengan DKA.
 Patch Test

Patch test digunakan untuk menientukan substansi yang menyebabkan kontak


dermatitis dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasi yang digunakan harus
tepat. Pemeriksaan patch tes digunakan untuk pasien kronis, dengan dermatitis kontak
yang rekuren.
 Dermatitis kontak alergika

 Dermatitis atopi

 Tinea pedis
Identitas
 Nama : Tn. D
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Umur : 31 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Penjual buah
 Alamat : Gunungpati
 Tinggi badan : 175 cm
 Berat badan : 75 Kg
 Tanggal pemeriksaan : 16 juli 2018
 Keluhan Utama
 Keluhan Subyektif : Gatal
 Keluhan Obyektif : kulit kering dan pecah – pecah di tangan dan kaki
 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh adanya gatal dan kulit kering pecah pecah pada kedua telapak tangan
dan kaki, kurang lebih sudah 5 tahun yang lalu, gatal dan nyeri hilang timbul .awalnya timbul
bercak kemerahan pada telapak kaki yang terasa gatal , lama kelamaan kulit menjadi kering ,
terasa tebal dan pecah pecah, sampai tidak mengeluarkan keringat. ketika keadaan lembab ,
kadang kulit yang pecah pecah akan terasa tambah nyeri. Sebelum menjadi tukang buah , pasien
merupakan seorang montir di bengkel dan sering bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri.
Riwayat Penyakit Dahulu

 Tidak mengalami keluhan serupa sebelumnya

Riwayat Penyakit keluarga/atopi:

 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien

 Riwayat alergi makanan tidak ada

 Riwayat bersin-bersin pagi hari tidak ada

 Riwayat sesak nafas jika terkena debu tidak ada

 Riwayat alergi pada keluarga tidak ada


Riwayat Kebiasaan:

 Pasien dulunya adalah seorang montir di bengkel dan sering bekerja tanpa

menggunakan alat pelindung diri.

Riwayat Alergi obat/ makanan:

 Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat

Sosial ekonomi :

 Biaya pegobatan ditanggung oleh BPJS non PBI kesan : ekonomi cukup
Kaki : hyperkeratosis disertai dengan fissura Tangan : hiperkeratosis dengan , skuama keputihan kasar
Pasien laki laki berusia 31 tahun datang ke poli kulit RS bhakti wira tamtama Semarang
tanggal 16 juli 2018 dengan keluhan gatal dan kulit kering sampai pecah pecah di telapak tangan dan
telapak kaki kurang lebih 5 tahun yang lalu. awalnya timbul kemerahan pada telapak kaki yang terasa
gatal , lama kelamaan kulit menjadi kering, terasa tebal dan pecah pecah, sampai tidak mengeluarkan
keringat. Sebelum menjadi tukang buah, pasien merupakan seorang montir di bengkel dan sering
bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri.

Lesi bertambah nyeri apabila terkena air atau dalam kondisi lembab terutama dibagian
telapak kaki yang mengalami pecah pecah. Sebelumnya belum pernah diobati dan di keluarga tidak ada
yang sakit serupa.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik . pemeriksaan dermatologi
tampak pada Tangan ; hiperkeratosis dengan , skuama keputihan kasar . Kaki ; hyperkeratosis disertai
dengan fissura
Diagnosis Kerja
 Dermatitis kontak iritan kronik (kumulatif)

Diagnosis Banding
 Dermatitis kontak alergika
 Dermatitis atopi
 Tinea pedis
Non Farmakologi

 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang


berhubungan dengan adanya bahan atau substansi yang menmepel dan mengiritasi
kulit.

 Menjaga kulit agar tidak terpajan dengan bahan atau substansi yang di curigai

menjadi penyebab iritasi.

 Jaga kebersihan kulit , dan di sikati secara perlahan lahan dengan sikat halus di

bagian kuit yang kotor terutama bagian telapak kaki yang mengalami fisura.
 Farmakologi
dr. Muhamad Faishal Rizki
Alamat : Jl. Raya 2 Adiwerna ,Tegal

Semarang, 16 juli 2018


R/ Methyilprednisolon tab 4 mg no. XXVII
s. 2.d.d tab 2
R/ Loratadine tab 10 mg no. VII
S. 1. d.d tab 1
R/ Asam salisilat 3%
Vaseline album
Clobetasol propionet
M.f. Cream
S.u.e

Pro : Tn. D
Usia : 31 tahun

Anda mungkin juga menyukai