Anda di halaman 1dari 51

CASE REPORT

DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF DALAM


LAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN
SUSPEK CAMPAK PADA PASIEN DI PUSKESMAS BANGETAYU
SEMARANG

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk


Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

..

Disusun oleh:
Muhamad Faishal Rizki
30101307001

Pembimbing
Dr. Siti Thomas, M.Kes

HALAMAN JUDUL
KEPANITERAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS BANGETAYU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF DALAM


LAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN
SUSPEK CAMPAK PADA PASIEN DI PUSKESMAS BANGETAYU
SEMARANG
PERIODE 2018

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


Muhamad Faishal Rizki
30101307001

Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim
penilai Puskesmas Bangetayu Kota Semarang.

Telah Disahkan
Semarang, 15 Desember 2018

Kepala Puskesmas Halmahera Pembimbing Bagian


Puskesmas halmahera

dr. Suryanto Setyopriyadi Dr. Siti Thomas, M.Kes

Mengetahui
Kepala Bagian IKM FK Unissula

Dr. Siti Thomas, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
kasus DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF DALAM
LAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN SUSPEK
CAMPAK PADA PASIEN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka


menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Suryanto Setyopriyadi selaku Kepala Puskesmas Bangetayu Semarang.
2. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Halmahera atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenunhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh


dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat
berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus diagnosis holistik dan
terapi komprehensif dalam layanan kedokteran keluarga terhadap kejadian suspek
campak pada seorang anak laki laki usia 18bulan di Puskesmas Bangetayu
Semarang dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Desember 2018

Penulis

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit campak merupakan penyebab utama kematian anak di

antara penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), karena penyakit

ini dapat disertai komplikasi serius, misalnya ensefalitis dan

bronchopneumonia (Kemenkes RI, 2013). Penyakit campak merupakan salah

satu penyakit infeksi yang termasuk dalam prioritas masalah kesehatan,

karena penyakit ini dapat dengan mudah menular sehingga dapat

menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) (Wilopo, 2008).

Campak bila tidak ditangani dengan baik, di khawatirkan virusnya akan

menyerang ke organ tubuh lainnya, bahkan bisa saja virusnya merambat

hingga membuat anak terserang berbagai penyakit lainnya, seperti

meningitis dan radang paru. Bila sudah seperti itu kemungkinan terburuk

adalah kematian pada anak (Yusri, 2011).

Di Indonesia, setiap tahun nya melalui kegiatan surveilans ,dilaporkan

11.000 kasus suspek campak dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukan

12-13% diantaranya adalah campak pasti (lab confirmed). Dari tahun 2010 –

2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak. Jumlah kasus ini

diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka di lapangan, mengingat

masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama di pelayanan

kesehatan swasta serta kelengkapan surveilans yang masih rendah.

(Kemenkes, 2017)

1
2

Menurut Profil Kesehatan kota Semarang, secara umum untuk kausus

campak dari tahun 2012-2017 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2017 kasus

campak berjumlah 143 kasus mengalami kenaikan disbanding tahun 2016

yang hanya berjumlah 106 kasus. Kasus campak yang yang dtemukan

merupakan kasus klinis (belum dengan pemeriksaan laboratorium). (Profil

Kesehatan Dinas Kota Semarang, 2017).

Di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Semarang dari bulan Januari

hingga bulan Desember tahun 2017 didapatkan sebanyak 7 kasus suspek

campak. Tahun 2018, dari bulan Januari hingga bulan November didapatkan

sebanyak 1 kasus suspek campak . Perkembangan kasus suspek campak

didapatkan fluktuatif setiap bulannya. Perkembangan kasus suspek campak

dapat di lihat pada tabel 1.1 dan tabel 1.2.

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Suspek Campak di Puskesmas Bangetayu


Tahun 2017

2.5

1.5

0.5

0
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

Bulan
3

Tabel 1.2 Jumlah Kasus Suspek Campak di Puskesmas Bangetayu


Tahun 2018

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov

Column1

Data tersebut menunjukkan bahwa Sepanjang tahun 2017 sifat dari

penemuan kasus suspek campak bersifat fluktuatif. kasus suspek campak

yang sudah hampir tidak ada sepanjang tahun 2018 namun tiba tiba muncul

satu kasus suspek campak pada bulan November 2018.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami

diagnosis holistik dan terapi komprehensif terhadap pasien suspek campak di

puskesmas Bangetayu Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana diagnosis holistik dan terapi komprehensif dalam layanan

kedokteran keluarga terhadap pasien suspek campak di Puskesmas

Bangetayu Kota Semarang ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


4

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap campak berdasarkan pendekatan HL Blum di

Puskesmas Bangetayu Semarang.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang

mempengaruhi terjadinya campak .

1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan

yang mempengaruhi terjadinya campak.

1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan

kesehatan yang mempengaruhi terjadinya campak.

1.3.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor genetik yang

mempengaruhi terjadinya campak

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat bagi Mahasiswa

1.4.1.1. Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang

ada di lapangan.

1.4.1.2. Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai

penemuan masalah sampai pembuatan plan of action.

1.4.1.3. Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan

tentang ilmu kesehatan masyarakat.

1.4.1.4. Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang

ilmu kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.


5

1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat

1.4.2.1. Masyarakat mengetahui mengenai campak

1.4.2.2. Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan

sehat

1.4.2.3. Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan

1.4.2.4. Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan

terhadap kejadian campak


BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Pengambilan kasus suspek campak dilakukan berdasarkan data

kunjungan pasien terdiagnosis suspek campak di Puskesmas Banget ayu

November 2018. Anamnesis holistik dan kunjungan rumah untuk mengamati

perilaku dan kondisi lingkungan pasien yang dilakukan di Kelurahan

Bangetayu kampung Kwaron 1 rt 05 rw 02 pada tanggal 2 Desember 2018.

Penyebab masalah kesehatan terkait Campak menggunakan pendekatan HL

Blum, Intervensi dilakukan pada tanggal 11 Desember 2018.

2.2. Hasil Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung di rumah pasien, Kelurahan

Semarang, pada Selasa 11 Desember 2018.

2.2.1. Identitas Pasien

Nama : An.A

Jenis Kelamin : laki – laki

Umur : 18 bulan

Agama : Islam

Alamat : Kwaron 1 Rt 05 Rw 02 Bangetayu

Kewarganegaraan : WNI

Cara pembayaran : BPJS

6
7

2.2.2. Anamnesis Holistik

ASPEK 1 Personal

Keluhan Utama Demam kurang lebih 1 minggu

Harapan Pasien sembuh sehingga bisa sehat seperti semula dan

tidak kambuh lagi.

Kekhawatiran Sakit yang dialami bertambah parah.

ASPEK 2 Medis Umum

Anamnesis

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien diantar oleh ibu kandungnya ke Puskesmas Bangetayu

Semarang dengan keluhan demam kurang lebih 1 minggu, demam

mendadak dan dirasakan terus menerus. Awalnya pasien habis pergi

dengan orang tuanya , lalu saat pulang pasien tiba-tiba mengalami

demam mendadak. Ibu pasien mengatakan jika demam reda saat di beri

obat penurun panas , tapi akan demam lagi keesokan harinya. Batuk

pilek disangkal , selain itu juga timbul ruam ruam merah pada

punggung, tangan dan wajah. Mata merah dan berair disangkal, mual

muntah disangkal.

b. Riwayat Penyakit Dahulu dan Alergi

Pasien tidak ada riwayat

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa.


8

d. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang anak laki laki berusia 18 bulan , anak ke 2 dari

dua bersaudara. Ayah bekerja sebagai pekerja di bengkel dan ibu sebagai

ibu rumah tangga. Penghasilan per bulannya tidak menentu , rata rata sekitar

4 juta rupiah. Pasien tinggal dirumah bersama Ayah , ibu dan kakak kandung

pasien. Pasien memiliki fasiitas MCK dirumah namun kurang memadai,

terdapat ventilasi namun kurang memadai, lantai di ruang tamu

menggunakan ubin , diruang tengah ,kamar tidur, menggunakan semen ,

sedangkan di dapur masih menggunakan tanah. Air untuk minum dan

masak menggunakan air isi ulang yang dimasak lagi. Saat ini pasien

menggunakan BPJS untuk pembayaan kesehatannya.

e. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :

Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke puskesmas.

Pasien merupakan anak laki laki yang lahir dari ibu P2A0, Usia tahun,

hamil 39 minggu, lahir secara se ctio caesaria . Lahir langsung menangis,

ketuban pecah saat persalinan, air ketuban jernih. BBL 3100 gram, panjang

badan 54cm , lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat, tidak

ada kelainan bawaan. Pasien tidak dirawat di ruang bayi resiko tinggi.

Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir section caesaria

f. Riwayat Pemeliharaan Prenatal :

Ibu memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan. Mulai saat

mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 7 minggu pemeriksaan

dilakukan 1x/bulan. Saat usia kehamilan memasuki usia kandungan ke-8


9

bulan, pemeriksaan rutin dilakukan 2x/bulan hingga lahir. Selama hamil ibu

telah mendapat suntikan TT 2x Ibu mengaku tidak pernah menderita

penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan dan trauma saat hamil

diakui. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu

disangkal.

Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal dengan trauma

g. Riwayat pemeilharaan Postnatal :

Pemeliharaan postnatal rutin dilakukan di bidan.

Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal cukup.

h. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :

Pertumbuhan :

BB Lahir : 3100 gram

BB sekarang : 8,1 kg

PB lahir : 54 cm

PB : 81 cm

WAZ : gizi kurang

HAZ : Normal

WHZ : kurus

Kesan : gizi kurang , pertumbuhan normal, kurus,

i. Riwayat Imunisasi :

- Hepatitis B : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan

- Polio : 4 kali, usia 0,2,3,4 bulan


10

- BCG : 1 kali, usia 0 bulan

- DTP : 3 kali, usia 2,3,4 bulan

- Campak : 1 kali , usia 9 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap dilakukan di puskesmas,..

j. Riwayat Makan dan Minum Anak :

ASI diberikan sejak lahir sampai usia sekarang berdampingan dengan susu

formula. Setelah usia 12 bulan, selain ASI anak juga mendapat susu formula

dan MP ASI dengan nasi tim. Frekuensi minum susu setiap 2-3 jam sekali

per hari. Beberapa hari sejak sakit nafsu makan pasien menurun.

Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup.

ASPEK 3 Faktor Risiko Internal

1. Pengetahuan

Hasil home visite ke rumah pasien didapatkan

pengetahuan ibu pasien tentang campak, penyebab, cara

penularan, pencegahan, dan penanggulangan campak masih

kurang.

2. Data Perilaku

● Pasien merupakan seorang anak laki laki 18 bulan , diasuh

oleh ibunya , tinggal bersama ayah ibu dan kaka

kandungnya.

● Ibu pasien jarang membuka jendela dan ventilasi rumah.


11

● Status gizi pasien tergolong gizi kurang

● Pasien suka menggigit kuku dan memasukan benda

kedalam mulutnya.

● Ibu pasien belum memperhatikan PHBS anak dengan baik

● Anak sukar makan

● Ibu pasien sudah melakukan cuci tangan saat menyiapkan

makan dan meyuapi pasien tapi tidak menggunakan sabun

ASPEK 4 Faktor Risiko Eksternal

1. Data Kondisi Rumah

Hasil home visite didapatkan rumah pasien terletak di

lingkungan yang padat warga. Pasien tinggal di rumah milik

sendiri. Luas bangunan 96 m2 tinggal bersama ayah ibu dan

1 saudara. Dinding rumah terbuat dari batu bata dan lantai

ubin. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur,

1 kamar mandi dan 1 dapur. Ventilasi ada namun ada

beberapa yang tertutup, jendela jarang dibuka. Sumber air

bersih adalah air PAM. Dapurnya bercampur dengan tempat

penyimpanan barang, terdapat kandang burung dan

kondisinya kurang bersih. Saluran pembuangan limbahnya

tidak terdapat tempat khusus , karena hanya mengalir ke

saluran kecil dan menggenang di belakang rumah.


12

Pembuangan sampah dibagian belakang rumah, tempat

sampah yang didalam rumah tidak dtitutup. Jarak Saptitank

dan sumber air kira-kira meter. Menurut Ceklist Rumah

Sehat, rumah pasien dikategorikan rumah tidak sehat.

2. Data Lingkungan

● Ekonomi

Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga.Pasien sudah terdaftar

dalam BPJS. Ayah pasien bekerja sebagai pekerja bengkel

dengan penghasilan tergolong cukup.

 Sosial Masyarakat

Keluarga pasien berhubungan baik dengan tetangga sekitar

rumah dan sering mengikuti kegiatan di lingkungan tempat

tinggalnya. Rata-rata lingkungan masyarakat pasien adalah

golongan menengah ke bawah, sedikit yang merupakan

orang berada.

3. Program pada Pelayanan Kesehatan

Ibu pasien mengantar pasien ke puskesmas Bangetayu jika

berobat, jarak dari rumah hingga puskesmas Bangetayu

sekitar 1 kilometer dan biasanya diantar- jemput dengan

menggunakan sepeda motor oleh Ayah pasein. Puskesmas

juga cukup aktif dalam menanggulangi kasus suspek

campak, yaitu dengan program surveilens pada kasus suspek

campak dan program imunisasi tiap minggunya.


13

ASPEK 5 Derajat Fungsional

Skala 2 : Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari didalam dan

luar rumah

2.2.3. Anamnesis Keluarga

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan serupa

Gambar 2.1. Genogram

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

: Pasien
14

Riwayat Sosial Ekonomi

Hasil home visite didapatkan rumah pasien terletak di lingkungan

yang padat warga. Pasien tinggal di rumah milik sendiri. Luas bangunan 96

m2 tinggal bersama ayah ibu dan 1 saudara. Dinding rumah terbuat dari batu

bata dan lantai ubin. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur,

1 kamar mandi dan 1 dapur. Ventilasi ada namun ada beberapa yang

tertutup, jendela jarang dibuka. Sumber air bersih adalah air PAM.

Dapurnya bercampur dengan tempat penyimpanan barang, terdapat

kandang burung dan kondisinya kurang bersih. Saluran pembuangan

limbahnya tidak terdapat tempat khusus , karena hanya mengalir ke saluran

kecil dan menggenang di belakang rumah. Pembuangan sampah dibagian

belakang rumah, tempat sampah yang didalam rumah tidak dtitutup. Jarak

Saptitank dan sumber air kira-kira meter. Menurut Ceklist Rumah Sehat,

rumah pasien dikategorikan rumah tidak sehat.

Identitas Keluarga

Tabel 2.1. Data Identitas Anggota Keluarga

No. Anggota Hub. Dgn Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Agama


Keluarga pasien Kelamin terakhir
1 Tn. Hepi Suami Laki-laki 37 th SLTA Swasta Islam
sunaryo
2 Ny. Nur Istri Perempuan 33 th SLTA Ibu rumah Islam
Azizah tangga
3 An. Aulia Anak Perempuan 8 th Belum/tidak Belum/tida Islam
Rahma kandung sekolah k bekerja
4 An. Arfan Anak Laki-laki 18 bln Belum/tidak Belum Islam
(pasien) kandung sekolah /tidak
bekerja
15

2.2.4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dilakukan pada 2 Desember 2018.

Antropometri dan Status Gizi

Umur : 18 bulan

BB : 8,3 kg

PB : 81 cm

Keadaan umum : sadar, aktif, sesak nafas (-), retraksi (-), tidak

sianosis.

TandaVital

HR : 122 x/menit

RR : 28 x/menit

Suhu : 36,5 °C

Tekanan darah :-

Kepala : mesosefal

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, mudah dipilah

Mata : konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-,

mata cekung -/-

Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-)

Telinga : sekret (-)

Mulut : kering (-), sianosis (-)

Selaput mukosa : kering (-), sianosis (-)

Lidah : lidah kotor (-), tremor (-), kering (-)


16

Gigi : karies (-)

Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-)

Leher : simetris, pembesaran KGB (-)

Keadaan tubuh

Sianotik : (-)

Ikterik : (-)

Thorax

Paru

Inspeksi : simetris, retraksi (-) substrernal, pernapasan

abdominal

Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi :-

Auskultasi : Suara dasar vesikuler

Suara Tambahan : ronkhi -/-

hantaran -/-

wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tampak

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS Vlinea mid clavicularis

sinistra

Perkusi : tidak dilakukan


17

Auskultasi : Bj I-II normal, bising (-), gallop (-), irama reguler,

aktivitas cukup, frekuensi jantung 96x/menit.

Abdomen

Inspeksi : cembung, terdapat ruam merah.

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Turgor : kembali cepat

Alat Kelamin

Laki-laki , ambigous (-), dalam batas normal

Ekstremitas Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Ruam merah +/+ +/+

Capillary refill <2″

Oedem -/- -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Darah rutin :

No. Pemeriksaan Hasil Harga normal

1. Hemoglobin 10.4 L: 14-18 P : 12-18

2. Hematocrit 28,7 L : 40-54 P : 36-47

3. Leukosit 11.300 4000 – 10.000


18

4. Trombosit 288.000 150.000 – 400.000

2.3. Diagnosis Holistik

ASPEK 1 Personal

Keluhan Utama Demam 1 minggu terus menerus , muncul ruam-

ruam

Harapan Pasien sembuh sehingga bisa sehat seperti semula

dan tidak kambuh lagi.

Kekhawatiran Sakit yang dialami bertambah parah dan adanya

komplikasi

ASPEK 2 Medis Umum

1. Diagnosis utama : supsek campak


2. Diagnosis komorbid :-
3. Diagnosis komplikasi :-
4. Diagnosis gizi : gizi kurang
5. Diagnosis social ekonomi : Cukup
6. Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
7. Diagnosis Tumbuh Kembang : Pertumbuhan dan perkembangan
baik, sesuai umur

ASPEK 3 Faktor Risiko Internal

 Pasien suka memasukan benda dan jari


kedalam mulut
 Gizi pasien kurang
 Anak sulit makan
19

ASPEK 4 Faktor Risiko Eksternal

 Pengetahuan ibu pasien tentang penyakit


campak yang masih kurang
 Ibu pasien jarang membuka jendela rumah
dan beberapa ventilasi tertutup.
 Rumah pasien dikategorikan rumah tidak
sehat
 PHBS pasien yang kurang di perhatikan
oleh ibu.

ASPEK 5 Derajat Fungsional

Skala 2 : Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari didalam dan

luar rumah

2.4. Usulan penatalaksanaan Komprehensif

A. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya pengetahuan ibu pasien tentang campak, penyebab, cara

penularan, pencegahan, dan penanggulangan campak.

2. Perilaku keluarga yang jarang membuka jendela dan menutup ventilasi

rumah.

3. PHBS anak belum diperhatikan oleh ibu.


20

4. Ibu pasien sudah cuci tangan saat menyiapkan makanan maupun

menyuapi makanan ke pasien namun tidak menggunakan sabun

5. Anak yang sukar makan sehingga gizinya kurang gizi

B. PENDEKATAN HL – BLUM
PERILAKU
HL – BLUM - Pengetahuan ibu pasien
tentang campak, penyebab,
LINGKUNGAN cara penularan ,
– Langit langit rumah ada , kotor, pencegahan serta cara
sukar dbersihkan dan rawan penanggulangan masih
kecelakaan kurang.
– Lantai di ruang tamu sudah - Ibu pasien jarang
menggunakan ubin , tapi di membuka ventilasi rumah
ruang tengah , kamar tidur - Kebiasaan pasien yang
menggunakan semen , di dapur suka mengigit kuku dan
menggunakan tanah. memasukan benda
– Tidak ada lubang asap di dapur kedalam mulut.
– Saluran pembuangan air limbah - Anak sulit makan gizi
tidak ada sehingga menggenang kurang
di belakang rumah. - Ibu pasien sudah cuci
– Tempat sampah di dalam tangan saat menyiapkan
rumah tidak ada penutup makanan dan menyuapi
– makanan ke pasien namun
belum menggunakan sabun

SUSPEK CAMPAK

GENETIK
PELAYANAN KESEHATAN
Tidak ada faktor genetik
Tidak ada masalah
2.5. Plan of Action (POA)

Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Waktu Biaya Pelaksana Indikator


Keberhasilan
Pengetahuan - Edukasi keluarga pasien keluarga -Penyuluhan 11 40.000 Dokter -Keluarga pasien
keluarga pasien tentang campak mengerti tentang pasien dan Desembe muda FK mengtahui
tentang penyakit dan PHBS (cuci pemberianinf r 2018 Unissula tentang penyakit
campak masih tangan dengan ografis campak. Dengan
kurang. sabun) seputar indicator nilai
campak post test diatas 80.
PHBS anak yang
belum -Penyuluhan -keluarga pasien
diperhatikan oleh PHBS dan bisa menirukan
ibu (anak dan ibu tata cara cuci tata cara cuci
belum cuci tangan tangan dengan
tangan dengan dengan sabun baik dan benar
sabun) yang baik dan
benar.

21
22

-pemberian
poster step
cuci tangan
yang baik dan
benar pada
pasien untuk
di temple di
wastafel.

-Pemberian
sabun cuci
tangan dan
handsanitizer
untuk pasien
dan keluarga.
23

Jarang membuka Edukasi tentang Agar keluarga Pemyuluhan 11 10.000 Dokter Keluarga pasien
jendela dan pentingnya pasien mulai mau Keluarga dan desember muda FK mau membuka
ventilasi rumah membuka untuk sering pasien pemberian 2018 Unissula ventilasi dan
ventilasi dan membuka infografis jendela rumah
membrikan ventilasi rumah seputar rumah saat pagi hari.
edukasi rumah dan menata sehat dan
sehat rumah dengan penyakit yang
baik sesuai bisa timbul
ceklist rumah apabila
sehat tatanan rumah
tidak sehat.

Anak yang pilah Edukasi tentang Untuk Ibu Pemberian 14 15.000 Dokter Pada food recall
pilih makanan macam macam memningkatkan pasien edukasi desember muda fk setelah pemberian
dan susah untuk makanan untuk nafsu makan dengan leaflet 2018 unissula edukasi ,ibu
makan. meningkatkan anak dan makanan pasien telah
gizi anak, tata membuat anak makanan memberikan
cara memberikan tidak sulit makan begizi untuk makanan ke anak
makanana pada anak,. sesuai dengan
24

anak agar tidak Mengajarkan ceklist makanan


bosan dan bagaimana bergizi
pemberian cara membuat
makanan formula f100.
tambahan untuk
balita.
2.6. Intervensi

A. Promotif

 Patient centered

 Family oriented

Memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai penyakit

Campak kepada keluarga mulai dari definisi yang benar tentang Diare,

penyebab, cara penularan, cara pencegahan dan pengobatan yang benar

untuk penderita Campak ,penyuluhan tentang pentingnya imunisasi

campak ,PHBS dan rumah sehat, karena anak mengalami gizi kurang

maka kami menambahkan edukasi tentang macam macam makanan

yang bisa meningkatkan gizi dan megedukasi cara membuat formula

f100.

 Community oriented

Memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai penyakit

Campak kepada masyarakat mulai dari definisi yang benar tentang

Campak, penyebab, cara penularan, cara pencegahan dan pengobatan

yang benar untuk penderita Campak serta penyuluhan tentang

pentingnya imunisasi campak, PHBS dan rumah sehat.

B. Preventif

 Patient centered

Dilakukan imunisasi campak lanjutan diusia 2 tahun dan

diberikan makanan tambahan untuk memperbaiki gizi pasien

25
26

 Family oriented

Semua anggota keluarga ikut melaksanakan kegiatan

pencegahan dan memutus mata rantai dari penularan campak,

menerapkan ceklist dari rumah sehat.

 Community oriented

Warga di kwaron 1 ikut melaksanakan kegiatan pencegahan dan

memutus mata rantai dari penularan campak, menerapkan ceklist dari

rumah sehat dan PHBS.

C. Kuratif

 Patient centered

- Pct syrup 3x1.cth

- Vitamin a

 Family oriented

 Community oriented

D. Rehabilitatif

 Patient centered

Memotivasi keluarga pasien untuk rutin memberikan obat pada

pasien dan kontrol ke dokter jika masih ada keluhan.

 Family oriented
27

Dukungan dari keluarga untuk penyakit pasien, agar pasien

minum obat teratur dan menjaga kebersihan lingkungan serta segera

melakukan imunisasi campak lanjutan

 Community oriented

2.7. Pemantauan/ follow up

Kunjungan pertama ke tempat tinggal pasien, dilakukan pada 2

desember 2018. Dalam kunjungan pertama ke rumah pasien, didapatkan

gambaran mengenai perilaku dan lingkungan tempat tinggal pasien.

Pengetahuan pasien tentang campak masih kurang namun preventif

sepertimelakukan imunisasi sudah dilakukan karena ibu pasien sering

terpapar oleh program dari puskesmas. Pasien berusia 18 bulan dan

memiliki kebiasaan menggigiti kuku jari tangan, belum bisa mencuci tangan

sendiri, ibu kurang memperhatikan PHBS dari anak. Ibu pasien juga

mengatakan jika dia jarang membuka ventilasi rumah. Kunjungan ke 2 ke

tempat tinggal pasien dilakukan pada tanggal 11 Desember 2018. Dalam

kunjungan ke 2, dilakukan intervensi berupa pemberian materi penyuluhan

tentang campak dari pengertian, pencegahan hingga pengobatan dari

campak, penyuluhan tentang PHBS dan rumah sehat.

Pada pemantauan dua hari setelah pemberian intervensi ditemukan

bahwa untuk Pengetahuan ibu dan keluarga tentang penyakit campak sudah

meningkat , hal tersebut dibuktikan dari hasil post test yang mendapat nilai

lebih dari 70. Untuk evaluasi intervensi tentang cuci tangan dan PHBS ,
28

sudah dilakukan oleh keluarga pasien , hal teresebut dibukitkan keluraga

pasien mampu mengingat 6 gerakan langkah cuci tangan dan kapan saja

harus cuci tangan menggunakan sabun. Evaluasi dari intervensi tentang

rumah sehat, masih belum dilakukan dengan baik karena pasien masih

belum membuka ventilasi yang tertutup , namun keluarga pasien sudah mau

untuk membuka jendela rumah saat pagi sampai siang hari. Evaluasi dari

intervensi tentang edukasi untuk meningkatkan gizi anak, sduah baik karena

dari hasil food recall , ibu pasien telah memberikan makanan yang telah di

edukasikan oleh pmberi intervensi , namun untuk pemberian f100 tidak

berjalan baik karena anak menolak.


BAB III

PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien An.A, usia 18 bulan,

berat badan 8,3 kg, tinggi badan 81 cm. Untuk menentukan diagnosis

dan penyebab penyakit pada pasien tersebut digunakan anamnesis

holistic yang meliputi 5 aspek yaitu Aspek 1 (personal), Aspek 2

(anamnesis medis umum), Aspek 3 (factor internal), Aspek 4 (faktor

eksternal), Aspek 5 (derjat fungsional). Didapatkan bahwa An.A

mengalami dengan keluhan demam kurang lebih 1 minggu, demam

mendadak dan dirasakan terus menerus. Awalnya pasien habis pergi

dengan orang tuanya , lalu saat pulang pasien tiba-tiba mengalami

demam mendadak. Ibu pasien mengatakan jika demam reda saat di beri

obat penurun panas , tapi akan demam lagi keesokan harinya. Batuk

pilek disangkal , selain itu juga timbul ruam ruam merah pada

punggung, tangan dan wajah. Mata merah dan berair disangkal, mual

muntah disangkal

Untuk mencari faktor-faktor yang menyebabkan kejadian

diare pada pasien digunakan pendekatan HL Blum untuk mengetahui

penyebab masalah kesehatan. Pada pendekatan HL Blum penyebab

masalah kesehatan dapat dilihat berdasarkan 4 faktor (Faktor perilaku,

lingkungan, pelayanna kesehatan, genetik). Faktor risiko terjadinya

campak antara lain dapat disebabkan oleh adanya riwayat kontak

dengan penderita, pemberian ASI yang tidak eksklusif, tidak

29
30

dilakukannya imunisasi campak, pendidikan ibu yang rendah, hunian

yang padat dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat dan penghasilan

keluarga yang rendah. (eka et al 2013).

Menurut pendekatan HL Blum pada An .D terdapat faktor

perilaku yang menyebabkan pasien mengalami suspek campak yaitu

pengetahuan ibu pasien tentang campak, penyebab, cara penularan,

pencegahan, dan penanggulangan campak masih kurang, ibu pasien

kurang memperhatikan PHBS anaknya, gizi anak yang ttergolong urang

dan pasien mempunyai kebiasaan menggigit kuku dan memasukan

benda kedalam mulutnya. Sedangkan dari pelayanan kesehatan dan

genetik tidak ditemukan adanya masalah yang menyebabkan pasien

mengalami diare. Puskesmas cukup aktif dalam memberikan pelayanan

kesehatan. Jarak antara rumah dengan puskesmas dapat dijangkau

pasien dan keluarganya, sehinga penyakit tersebut dapat ditanggulangi.

Untuk mengatasi masalah yang menyebabkan kejadian campak

tersebut maka dibutuhkan terapi yang komprehensif yang terdiri dari

tindakan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif berdasarkan

patient centered, Family focus dan Community oriented.

Tindakan Promotif yang dilakukan adalah melakukan edukasi

atau penyuluhan mengenai penyakit campak mulai dari definisi yang

benar tentang campak, penyebab, cara penularan, cara pencegahan dan

pengobatan yang benar untuk penderita Campak. Faktor risiko

terjadinya campak antara lain dapat disebabkan oleh adanya riwayat


31

kontak dengan penderita, pemberian ASI yang tidak eksklusif, gizi yang

kurang, tidak dilakukannya imunisasi campak, pendidikan ibu yang

rendah, hunian yang padat dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat dan

penghasilan keluarga yang rendah. (eka et al 2013). Untuk usaha

preventif perorangan bisa dilakukan tindakan imunisasi campak saat

usia 9 bulan dan dilakukan imunisasi lanjutan saat usia 2 tahun, dari

kebersihan perorangan bisa dilakukan cuci tangan untuk mencegah

menempelnya virus campak pada tangan. Selain itu, menurut penelitian

Siregar (2002) bahwa ventilasi berpengaruh terhadap kejadian campak

(p value 0,001) dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat memiliki

beresiko 2,8 kali untuk mengalami kejadian campak dibanding ventilasi

yang memenuhi syarat.(Siregar 2002). (eka et al 2013). Pada penelitian

Akkramuzaman et al (2010) dari hasil analisis menunjukkan bahwa

pendidikan ibu berpengaruh terhadap kejadian campak (p value =

0,01).22 Penelitian Miller et al menyatakan bahwa ibu yang

berpendidikan rendah memiliki risiko 1,1 kali untuk mengalami campak

dibandingkan dengan pendidikan tinggi (OR 1,1 ; IK 95% 0,5-

2,6).(Miller et al 1994)

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan sangat

mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari

penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih

tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang

yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru.


32

Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional

terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat

lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.

Tindakan preventif yang dilakukan adalah dengan melakukan

imunisasi secara rutin yaitu saat anak usia 9 bulan dan usia 2 tahun untuk

imunisasi campak lanjutan . dari pasien sudah melakukan imunisasi

dengan baik dan lengkap. Kondisi anak yang sukar unutk makan

membuat gizi anak tergolong kurang sehingga kami membuat suatu

edukasi tentang makanan 4 sehat 5 sempurna,tips agar anak tidak sukar

saat makan dan pemberian makanan tambahan untuk balita. Factor

nutrisi juga harus diperhatikan karena berperan penting pada morbiditas

dan mortalitas campak , disebutkan bahwa anak dengan gizi baik maka

tidak akan mudah terkena campak karena kekebalan tubuh mereka

didukung oleh pemenuhan gizi yang cukup sehingga tidak mudah

terkena infeksi Malnutrisi juga berperan dalam dalam peningkatan

morbiditas dan mortalitas infeski seperti tuberculosis, campak,sepsis

dan meningitis. (Prendergast ,2014).

Untuk tindakan kuratif kasus campak menurut dr. Hendry

Sp.a(k) upayakan hal hal ini pada anak , yaitu beri obat penurun panas

yang aman untuk anak dan berikan makana yang bergizi untuk menjaga

daya tahan tubuh , beri banyak minum agar tidak dehidrasi, istirahat

yang cukup untuk stamina tubuh. Hindari terpapar angina dan jauhkan

anak dengan orang lain atau anak anak lain untuk mencegah penularan
33

penyakit. Jika demam tidak usah mandi dulu , segera bawa ke dokter

untuk dilakukan penanganan yang tepat. (safari ,2013)

Diperlukan pula tindakan rehabilitatif seperti memotivasi pasien

untuk rutin meminum obat dan kontrol ke dokter jika masih ada keluhan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Studi kasus dilakukan pada pasien Ny.D, usia 43 tahun, dengan

diagnosis Diare dengan tanda dehidrasi dapat diambil kesimpulan bahwa dari

diagnostic holistic dan hasil pendekatan H.L. Blum terdapat beberapa faktor

resiko yang menjadikan pasien mengalami diare pada kasus ini:

1. Perilaku

Pengetahuan ibu pasien tentang campak , penyebab, cara penularan,

pencegahan , dan penanggulangannya masih kurang. Ibu Pasien sudah

melaksanakan tindakan preventif (imunisasi campak). Pasien memiliki

kebiasaan menggigiti kuku jari tangan dan PHBS nya kurang diperhatikan

oleh ibu pasien, ibu pasien jarang membuka ventilasi rumah.Selain itu,

kebiasaan anak yang sulit makan menyebabkan anak mengalami gizi kurng.

2. Lingkungan

Tatanan rumah yang tidak sehat

3. Pelayanan kesehatan

Puskesmas cukup aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu upaya

untuk menangani dan mencegah terjadinya campak. Jarak antara rumah

dengan puskesmas dapat dijangkau pasien dan keluarganya, sehinga

penyakit tersebut dapat ditanggulangi.

4. Genetik

Tidak ada faktor genetik yang mempengaruhi diare.

34
35

4.2. Saran

4.2.1. Untuk Keluarga Pasien

 Menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungan sekitar serta

sanitasinya.

4.2.2. Untuk Puskesmas

 Evaluasi masalah kesehatan secara menyeluruh yang

berpengaruh terhadap masalah kesehatan pasien

4.2.3. Untuk Unissula

Bekerjasama dengan puskesmas di sekitar kampus Unissula

untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Akkramuzzaman, S.M. et.al., 2002, Measles Vaccine Effectiveness and Risk Factoes

For Measles in Dhaka, Bangladesh [on line].

Kementerian Kesehatan, 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta

Kidd, Sarah.et.al., 2012. ‘Measles outbreak in Burkina Faso, 2009: A case–control

study to determine risk factors and estimate vaccine effectiveness’ Journal

Vaccine, [on line], vol 30, pp 5000-5008. Dari: http://search.proquest.com. [2

Februari 2015]

Miller, et al. 1994, Risk factor Immunization Againts Measles, Mumps, and Rubella

in Coloardo Two-Years-Olds’, Journal of the American Academy of

Pediatrics, [on line], vol 93, pp 213-219. Dari: http://scholar

Siregar, Komaria. 2010, Faktor risiko Kejadian Penyakit Campak pada Anak Umur

(9bulan – 6 tahun) pada saat kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Bogor,

[Tesis]. Program Pascasatjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, Depok

Wilopo, S.A. 2008. Estimasi Pengaruh Vaksin DPT pada Kematian Anak Analisis

Deskriptif Data Survaians Demografi dan Kematian di Kabupaten

Purworejo. Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 24 No. 3. hal. 139–

150.

36
37

LAMPIRAN 1. Foto Kegiatan

Rumah tampak depan Ruang Tamu

Lingkungan Rumah Kamar Mandi

WC Kamar tidur
38

Jamban Kamar Tidur

Ruang Makan Dapur

Intervensi ( penyuluhan campak, Pengadaan sabun cuci tangan,


rumah sehat da PHBS dan poster cuci tangan ,leaflet
edukasi makanan bergizi untuk tentang makanan bergizi dan
anak dan edukasi cara membuat poster rumah sehat. Dan
formula f 100 pemberian makanan tambahan
balita
39

LAMPIRAN 2. Petunjuk 6 Langkah Cuci Tangan


40

LAMPIRAN 3. Materi Edukasi


41
42
43

LAMPIRAN 4. Checklist Survey PHBS dan Rumah Sehat

Tabel 1. Checklist Survey PHBS

No Indikator Perilaku ya Tidak


1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan V
2 Asi Ekslusif V
3 Penimbangan balita V
4 Gizi keluarga/ sarapan V
5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali V
Kelompok Kesehatan Lingkungan
6 Air bersih V
7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban V
8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempatnya V
9 Lantai rumah kedap air V
Kelompok Gaya Hidup
10 Aktivitas fisik/olahraga V
11 Ada anggota keluarga yang tidak merokok V
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan V
Miras/Narkoba
Kelompok UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK/Dana Sehat V
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN seminggu sekali V
Interpretasi :

Dari hasil di atas didaptkan skor 10 sehingga dapat diklasifikasikan

sebagai keluarga yang memiliki strata PHBS madia.


44

Tabel 2.5.2. Checklist Survey Rumah Sehat

NO KOMPONEN KRITERIA NILAI HASIL


RUMAH YANG PENILAIAN
DINILAI (KK)
1 2 3 4 5
I KOMPONEN 31
RUMAH (bobot)
1. Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor sulit di bersihkan 1 V
dan rawan kecelakaaan
c. Ada, bersih dan tidak rawan 2
kecelakaan
2. Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari 1
anyaman bamboo/ilalang)
b. Semi permanen/setengah 2
tembok/pasangan bata atau
batu yang tidak di
plester/papan yang tidak
kedap air
c. Permanen 3
(tembok/pasangan bata atau
batu yang di plester/papan
kedap air)
3. Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bamboo 1 V
dekat dengan tanah/plester
yang retak/berdebu
c. Diplester 2
/ubun/keramik/papan(rumah
panggung)
4. Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0
b. ada 1 V
5. Jendela ruang keluarga a. tidak ada 0 V
b. ada 1
6 Ventilasi a. tidak ada 0
b. ada, luas ventilasi 1
permanent < 10% dari luas
lantai
c. ada, luas ventilasi 2 V
permanent > 10% dari luas
lantai
7. Lubang asap dapur a. tidak ada 0 V
45

b. ada, luas ventilasi 1


permanent < 10% dari luas
dapur
c. ada, luas ventilasi 2
permanent > 10% dari luas
dapur (asap keluar dengan
sempurna) atau ada
exhauster fan ada peralatan
lain yang sejenis
8. Pencahayaan a. tidak terang, tidak dapat 0
digunakan untuk membaca
b. kurang terang, sehingga 1 V
kurang jelas untuk
membaca normal
c. terang dan tidak silau, 2
sehingga dapat digunakan
untuk membaca dengan
normal
II SARANA SANITASI 25
(bobot)
1. Sarana Air Bersih
a. tidak ada 0
(SGL/SPT/PP/KU/PAH)
b. ada, bukan milik sendiri dan 1
tidak memenuhi syarat
kesehatan
a. ada, milik sendiri dan tidak 2 V
memenuhi syarat
b. ada, bukan milik sendiri dan 3
memenuhi syarat
c. ada, milik sendiri dan 4
memenuhi syarat
2 Jamban (sarana
a. Tidak ada 0
pembuangan kotoran)
b. Ada, bukan leher angsa, 1
tidak tutup, disalurkan ke
sungai/kolam
c. Ada, bukan leher angsa dan 2 V
ditutup (leher angsa),
disalurkan ke sungai/kolam
d. Ada, bukan leher angsa ada 3
tutup, septictank
e. Ada, leher angsa, septictank 4
3 Sarana Pembuangan Aira. Tidak ada, sehingga 0
Limbah (SPAL) tergenang tidak teratur di
halaman rumah
46

b. Ada, diresapkan tetapi 1 V


mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air <10m)
c. Ada, disalurkan ke selokan 2
terbuka
d. Ada, dialirkan ke selokan 3
tertutup (selokan kota)
untuk diolah lebih lanjut
4 Sarana Pembuangan
a. Tidak ada 0
Sampah (tempat
sampah)
b. Ada, tetapi tidak kedap air 1
dan tidak tertutup
c. Ada, kedap air dan tidak 2 V
tertutup
d. Ada, kedap air dan tertutup 3
III PERILAKU 44
PENGHUNI (bobot)
1 Membuka Jendela
a. Tidak pernah dibuka 0
Kamar
b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari dibuka 2
2 Membersihkan rumah
a. Tidak pernah 0
dan halaman
b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari 2 V
3 Membuang tinja bayi a. Dibuang ke 0
dan balita ke jamban sungai/kebun/kolam
sembarangan
b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke 2 V
jamban
4 Membuang sampah pada
a. Dibuang ke 0
tempat sampah sungai/kebun/kolam
sembarangan
b. Kadang-kadang dibuang ke 1
tempat sampah
c. Setiap hari dibuang ke 2 V
tempat sampah
TOTAL HASIL
PENILAIAN
47

Keterangan :

= (Nilai I X Bobot I) + (Nilai II X Bobot II) + (Nilai III X Bobot III)

= (6 X 31) + ( 7 X 25) + (7 X 44)

= 186 + 125 + 308

= 619 (Hasil Penilaian : Rumah Tidak Sehat)

Kriteria : Rumah Sehat : 1068-1200

Rumah Tidak Sehat : < 1068

Anda mungkin juga menyukai