Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2622-948X

Vol. 9,No. 2 Desember 2019 p-ISSN : 1693-6868

Analisis Kemampuan Petugas Ispa Dalam Penemuan Kasus


Pneumonia Balita Di Puskesmas Kota Medan
Tahun 2018

An Analysis On The Capacity Of ISPA Personnel In Finding Pneumonia Case In Balita At


Puskesmas In Medan, In 2018

Atika Arif Siregar1, Tarsayad Nugraha2, Aisyah Simanjorang3


1.3
Bagian Promkes S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Indonesia
2
Bagian Promkes S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat , Universitas Negeri Medan, Indonesia
Email Penulis Korespondensi (1),atikasiregar@gmail.com

Abstract

Introduction: There were 7,575 cases of pneumonia suffered by balita (below 5 year-
old children) in Medan in 2017, but only 592 cases which were found. Objective: The objective
of the study was to find out the capacity of ISPA personnel in finding pneumonia case in balita
at the Puskesmas in Medan, in 2018. Method: The study used descriptive quantitative method
with cross sectional design. It was dine in September, 2018. The population was 39 ISPA
personnel, and the samples were taken by using total population technique. Result: The result
of chi square statistic test showed that the intellectual capacity of ISPA personnel was at p-
value=0.017, their emotional capacity was at p-value=0.018, and their physical capacity was at
p-value=0.002. Conclusion: There was the correlation of intellectual capacity, emotional
capacity, and physical capacity of ISPA personnel with the finding of pneumonia cases in balita
at the Puskesmas in Medan, in 2018.
Keywords: Capacity of ISPA Personnel, Pneumonia

Abstrak

Pendahuluan; Pada tahun 2017 di Kota Medan angka perkiraan kasus pneumonia atau
sasaran balita yang mengalami pneumonia sebesar 7.575 kasus, namun yang ditemukan
sebesar 592 kasus. Tujuan; untuk mengetahui kemampuan petugas dalam penemuan kasus
pneumonia balita di Puskesmas Kota Medan Tahun 2018. Metode; jenis penelitian yang
digunakan kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada
bulan September tahun 2018 dengan jumlah populasi sebanyak 39 petugas ISPA dan
pengambilan sampel menggunakan total populasi. Hasil; hasil uji statistic menggunakan uji chi-
square menujukkan bahwa kemampuan intelektual petugas ISPA dengan nilai p-value=0,017,
kemampuan emosional petugas ISPA dengan nilai p-value=0,018 dan kemampuan fisik petugas
ISPA dengan nilai p-value=0,002. Kesimpulan; ada hubungan kemampuan petugas ISPA dalam
penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas Kota Medan tahun 2018.
Kata Kunci :Kemampuan petugas ISPA, pneumonia

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Article History :
Sumbitted 09 Oktober 2019, Accepted 23 Desember 2019, Published 23 Desember 2019 144
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

PENDAHULUAN walaupun insiden penemuan sasaran sudah


WHO memperkirakan insidens diturunkan oleh Kementerian yang
pneumonia anak balita di negara berkembang sebelumnya berkisar 10% menjadi 2,99% dari
sebesar 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun, jumlah balita. (Subuh, 2015).
dimana 8,7% (13,1 juta) di antaranya Berdasarkan Rencana Strategis
merupakan pneumonia berat dan perlu rawat- (Renstra) Kementerian Kesehatan indikator
inap. Di negara maju terdapat 4 juta kasus yang diharapkan 50% puskesmasnya dapat
setiap tahun hingga total di seluruh dunia ada melaksanakan penemuan kasus dan tata
156 juta kasus pneumonia anak balita(Said, laksana pneumonia balita di kabupaten/kota
2010). sesuai dengan standar(Subuh, 2015).
Data WHO mencatat Indonesia masuk Penurunan penemuan kasus
dalam 10 besar negara dengan kematian pneumonia ini disebabkan oleh kurangnya
akibat pneumonia tertinggi yakni setidaknya dukungan pemerintah daerah dalam upaya
2-3 anak meninggal setiap jam. (Sutriyanto, mengendalikan penyakit pneumonia dan
2017). Angka perkiraan kasus pneumonia atau akibat rendahnya kepatuhan petugas
sasaran balita yang mengalami pneumonia di kesehatan dalam menjalankan Standar
Indonesia pada tahun 2017 sebesar 965.559 Operasional Prosedur, petugas sudah dilatih
kasus, namun jumlah yang ditemukan sebesar dan dimengerti namun belum amu merubah
447.431 kasus (46,34%). sikap dalam tatalaksana pneumonia serta
Di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) kekurangn logistik disamping itu belum
tahun 2017 angka perkiraan kasus pneumonia maksimalnya sosialisasi kepada masyarakat
atau sasaran balita yang mengalami tentang tanda-tanda penyakit pneumonia
pneumonia sebesar 41.908 kasus, namun yang pada balita serta bahayanya bila tidak segara
ditemukan sebesar 5.398 kasus ditangani(Wahyuningsih, Puspitaningrum dan
(12,88%)(Indonesia, 2018) dan Kota Medan Anggraini, 2014).
Tahun 2017 angka perkiraan kasus pneumonia Dalam upaya penanggulangan
atau sasaran balita yang mengalami pneumonia, Departemen Kesehatan telah
pneumonia sebesar 7.575 kasus , namun menyiapkan sarana kesehatan (seperti
jumlah yang ditemukan sebesar 592 kasus puskesmas pembantu/ Pustu, Puskesmas,
(7,8%)(Medan, 2018). Rumah Sakit) untuk mampu memberikan
Hasil data tersebut menunjukkan pelayanan penderita ISPA, pneumonia dengan
bahwa pada beberapa tahun terakhir terjadi cepat dan tepat(Septiari, 2012).
penurunan cakupan pneumonia balita di Puskesmas juga berperan sebagai
Sumatera Utara. Cakupan penemuan penyedia data atau sumber data utama
pneumonia balita tetap tidak mencapai target penemuan kasus penderita pneumonia balita

145
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Agar dilakukan pada satu titik waktu(Swarjana,
kegiatan surveilans dapat berjalan sesuai 2015)
dengan harapan maka diperlukan adanya Penelitian ini dilakukan di seluruh
manajemen sistem surveilans yang baik, yang Puskesmas di Kota Medan. Populasi dalam
terdiri dari input, proses, dan penelitian adalah seluruh petugas ISPA yang
output(Choiriyah dan Anggraini, 2015). bertugas di seluruh Puskesmas Kota Medan
Pelaksanaan pencegahan dan sebanyak 39 petugas ISPA dan sampel yang
pengendalian pneumonia sejauh ini belum digunakan adalah total populasi.
merata dan masih tidak terkoordinasi. Hanya Instrumen pengumpulan data
54% anak dengan pneumonia di negara menggunakan lembar observasi tatalaksana
berkembang yang dilaporkan dibawa ke pneumonia balita yang sesuai dengan format
penyedia layanan kesehatan yang berkualitas tatalaksana pneumonia balita dari
dan hanya 19% anak balita dengan tanda- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
tanda klinis pneumonia mendapatkan Analisis data menggunakan analisis univariat
antibiotik. (Kusbiyantoro, 2010). untuk menggambarkan distribusi frekuensi
Hasil observasi dengan 5 petugas ISPA karakteristik responden dan distribusi variabel
di Puskesmas Kota Medan diperoleh 4 kemampuan petugas ISPA dan analisis bivariat
petugas ISPA tidak mampu melaksanakan menggunakan uji chi-square untuk melihat
tatalaksana pneumonia balita dan 1 petugas korelasi antara variabel independen dan
ISPA mampu melaksanakan tatalaksanan variabel dependen(Muhammad, 2015).
pneumonia balita. Dari permasalahan diatas, HASIL
maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih Adapun hubungan antara variabel
jauh tentang analisis kemampuan petugas independen dan variabel dependen dapat
ISPA dalam penemuan kasus pneumonia balita dilihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1
di Puskesmas Kota Medan tahun 2018. didapatkan variabel kemampuan intelektual
petugas ISPA dalam penemuan kasus
METODE pneumonia balita adalah kemampuan
Desain penelitian yang digunakan intelektual petugas ISPA tidak mampu
dalam penelitian kuantitatif deskriptif dengan sebanyak 20 orang (51,3%) dengan tidak
pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian menemukan kasus sebanyak 15 orang (38,5%)
ini adalah untuk menjelaskan fenomena dan menemukan sebanyak 5 orang (12,8%)
melalui angka-angka penggambaran sementara kemampuan intelektual petugas
fenomena yang diteliti dan juga ISPA mampu sebanyak 19 orang (48,7%)
menggambarkan besarnya masalah yang dengan tidak menemukan kasus sebanyak 6
diteliti dan pada proses pengumpulan datanya orang (15,4%) dan menemukan kasus

146
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

sebanyak 13 orang (33,3%). Hasil uji statistik petugas ISPA dalam penemuan kasus
menunjukkan bahwa nilai p-value pneumonia balita sebesar 0,018. Kemampuan
kemampuan intelektual petugas ISPA dengan fisik petugas ISPA dalam penemuan kasus
penemuan kasus pneumonia balita sebesar pneumonia balita kemampuan fisik petugas
0,017. Kemampuan emosional petugas ISPA ISPA tidak mampu sebanyak 18 orang (46,2%)
dalam penemuan kasus pneumonia balita dengan tidak menemukan kasus sebanyak 15
adalah kemampuan emosinal petugas ISPA orang (38,5%) dan menemukan kasus
tidak mampu sebanyak 22 orang (56,4%) sebanyak 3 orang (7,7%) sementara
dengan tidak menemukan kasus sebanyak 16 kemampuan fisik petugas ISPA mampu
orang (41,0%) dan menemukan kasus sebanyak 21 orang (53,8%) dengan tidak
sebanyak 6 orang (15,4%) sementara menemukan kasus sebanyak 6 orang (15,4%)
kemampuan emosional petugas ISPA mampu dan menemukan kasus sebanyak 15 orang
sebanyak 17 orang (43,6%) dengan tidak (38,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
menemukan kasus sebanyak 5 orang (12,8%) nilai p-value kemampuan fisik petugas ISPA
dan mampu menemukan kasus sebanyak 12 dengan penemuan kasus pneumonia balita
orang (30,8%). Hasil uji statistic menunjukkan sebesar 0,002.
bahwa nilai p-value kemampuan emosional
Tabel 1. Tabulasi Silang Kemampuan Intelektual, Emosional dan Fisik Petugas ISPA dengan
Penemuan Kasus Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Medan Tahun 2018

Variabel Dependen
Variabel Penemuan Kasus Pneumonia Balita Total P-Value
No
Independen Tidak Menemukan Menemukan
N % N % N %
Kemampuan Intelektual Petugas ISPA
0,017
1 Tidak Mampu 15 38,5 5 12,8 20 51,3
2 Mampu 6 15,4 13 33,3 19 48,7
Kemampuan Emosional Petugas ISPA
1 Tidak Mampu 16 41,0 6 15,4 22 56,4 0,018
2 Mampu 5 12,8 12 30,8 17 43,6
Kemampuan Fisik Petugas ISPA
1 Tidak Mampu 15 38,5 3 7,7 18 46,2 0,002
2 Mampu 6 15,4 15 38,5 21 53,8
beberapa kriteria kemampuan yang menurut
PEMBAHASAN Muchlas dibagi menjadi 3 yaitu: kemampuan
Kemampuan petugas ISPA merupakan intelektual, kemampuan emosional dan
keahlian atau daya kekuatan petugas ISPA kemampuan fisik(Robbins, 2001).
dalam melakukan aktivitas pekerjaan dengan Kemampuan intelektual merupakan
cepat, tepat dan tanggap yang berkaitan kemampuan seseorang dalam menunjukkan
dengan peningkatan kualitas kerjanya. Ada aktivitas-aktivitas mental (Robbins, 2001).

147
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

Kemampuan intelektual berpengaruh motivasi kerja, kepemimpinan kepala


terhadap kemampuan petugas dalam puskesmas, ketersediaan media cetak dan
melakukan tatalaksana penemuan kasus yang media penyuluhan(Marlinawati, 2015).
erat kaitannya dengan pengetahuan petugas Kemampuan emosional terkait dengan
dan bagaimana cara petugas tersebut mampu kondisi emosi petugas baik dari lingkungan
menyampaikan pesan dua arah terhadap pribadi petugas bakan ditempat kerja. Kondisi
pasien bahkan mampu untuk menggali emosional petugas dapat tergambar dari
informasi mengenai kondisi penyakit ISPA mimik dan gesture bahkan suara petugas,
yang anak derita, sehingga mempermudah sehingga pasien dan keluarga pasien merasa
hasil penemuan kasus berdasarkan data tidak nyaman dalam memberikan beberapa
subjektif dan objektif pasien sesuai dengan informasi yang dibutuhkan terkait dengan
pemeriksaan penilaian dari gestur tubuh anak kondisi penyakit balita. Hal tersebut
dengan prinsip lihat, raba dan dengar. Petugas disebabkan karena faktor dari kondisi adanya
tidak melakukan tatalaksana penemuan kasus beban ganda pekerjaan seperti petugas ISPA
pneumonia secara berurutan sesuai dengan merangkap pekerjaan lain, karena program
format sop penemuan kasus pneumonia, tidak ISPA sendiri masih belum berdiri sendiri,
mampu untuk mengklasifikasikan penemuan sehingga sering digabungkan dengan program
kasus terkait dengan petugas tidak melakukan lainnya. Penelitian ini sejalan dengan Resti
penghitungan napas dengan benar tahun 2011 menunjukkan bahwa cakupan
menggunakan ARI sound timer dan langsung penemuan kasus rendah disebabkan oleh
menyerahkan tindakan kepada dokter di kinerja petugas yang kurang maksimal dalam
puskesmas untuk menegakkan diagnosa yang melakukan kegiatan penemuan kasus. Hal ini
menyebabkan masalah pada pelaporan sesuai juga disebabkan kurangnya tenaga kesehatan
dengan penemuan kasus. yang ada di puskesmas sehingga
Hasil analisis statistik menunjukkan mengakibatkan petugas harus merangkap
bahwa ada hubungan antara kemampuan pekerjaan pekerjaan lain sehingga
intelektual dengan penemuan kasus menghambat kegiatan penemuan kasus
pneumonia balita berdasarkan tatalaksana (Handayani, 2012). Hasil analisis statistik
pneumonia. Penelitian ini sejalan Lina tahun menunjukkan bahwa ada hubungan antara
2015 menyatakan bahwa faktor-faktor yang kemampuan emoional petugas ISPA dengan
mempengaruhi penemuan kasus pneumonia penemuan kasus pneumonia balita
balita adalah penyusunan rencana program, berdasarkan tatalaksana pneumonia.
kegiatan program, pencatatan dan pelaporan, Penelitian ini sejalan dengan Lina tahun 2015
faktor petugas kesehatan (pelatihan, menyatakan bahwa faktor-faktor yang
pengetahuan dan lama kerja petugas), mempengaruhi penemuan kasus pneumonia

148
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

balita adalah penyusunan rencana program, program, kegiatan program, pencatatan dan
kegiatan program, pencatatan dan pelaporan, pelaporan, faktor petugas kesehatan
faktor petugas kesehatan (pelatihan, (pelatihan, pengetahuan dan lama kerja
pengetahuan dan lama kerja petugas), petugas), motivasi kerja, kepemimpinan
motivasi kerja, kepemimpinan kepala kepala puskesmas, ketersediaan media cetak
puskesmas, ketersediaan media cetak dan dan media penyuluhan(Marlinawati, 2015).
media penyuluhan(Marlinawati, 2015). Ketiga kemampuan ini harus ada di
Kemampuan fisik berkaitan dengan dalam petugas ISPA itu sendiri sebab terkait
kedua kemampuan ini, baik kemampuan dengan SDM dalam melakukan tatalaksana
intelektual dan kemampuan emosional penemuan kasus peneumonia, sebab SDM
bersinergi kepada kemampuan fisik. merupakan bagian dari input dalam standar
Seseorang yang sedang mengalami gangguan pelayanan penemuan pneumonia balita.
kemampuan fisik terkait dengan stamina Penelitian Dining tahun 2012 tentang evaluasi
tubuh, baik akibat kelelahan, adanya pelaksanaan standar pelayanan minimal pada
kecacatan pada tubuh, misalnya gangguan program penemuan penderita pneumonia
penglihatan, pendengaran dan lain balita. Hal ini menunjukkan bahwa input
sebagainya. Petugas ISPA juga tidak memiliki program akan mempengaruhi proses program,
kemampuan lain untuk menunjang proses program akan mempengaruhi output
kemampuan fisiknya, sehingga petugas tidak program. Salah satu cara untuk mencapai
menemukan kasus yang diharapkan. Ditambah target capaian maka Puskesmas harus
lagi beberapa kebijakan Puskesmas yang memiliki input dan melaksanakan proses
kurang mengevaluasi program ISPA tersebut, sesuai petunjuk teknis(Radina dan Damayanti,
sehingga pencapaian target sasaran tidak 2013).
ditemukan. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh
SIMPULAN
petugas ISPA menyerahkan tanggung jawab
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
dokter untuk menegakkan diagnosa dan tidak
menggunakan uji chi-square menunjukkan
adanya kerjasama yang baik antara dokter
ada hubungan antara kemampuan intelektual,
dengan petugas ISPA, misalnya petugas ISPA
emosional dan fisik petugas ISPA dalam
menyarankan untuk menghitung napas namun
penemuan kasus pneumonia balita di
dokter tidak mau dan hanya mengandalkan
Puskesmas Kota Medan tahun 2018.
stetoskop, sehingga kasus pneumonia tidak
sesuai target penemuan. Penelitian ini sejalan
UCAPAN TERIMA KASIH
Lina tahun 2015 menyatakan bahwa faktor-
Terima kasih peneliti ucapkan kepada
faktor yang mempengaruhi penemuan kasus
Dinas Kesehatan Provinsi/Kota Medan
pneumonia balita adalah penyusunan rencana

149
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

beserta Puskesmas di seluruh Kota Medan dalam Penelitian Bidang Kesehatan dan
dan Petugas ISPA di seluruh Kota Medan yang Umum. Bandung: Citapustaka Media
ikut berpartisipasi dan membantu dalam Perintis.
proses penyelesaian penelitian ini. Radina, D. F. dan Damayanti, N. A. (2013)
‘Evalausi Pelaksanaan Standar Pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
Minimal Pada Program Penemuan
Choiriyah, S. dan Anggraini, D. N. (2015)
Penderita Pneumonia Balita. 1’, Epub
‘Evaluasi Input Sistem Surveilans
December.
Penemuan Penderita Pneumonia Balita Di
Robbins, S. P. (2001) Perilaku Organisasi.
Puskesmas’, Unnes Journal of Public
Jakarta: Pretince Hall.
Health, 4(4).
Said, M. (2010) ‘Pengendalian pneumonia
Handayani, R. P. (2012) ‘Gambaran Kegiatan
anak-balita dalam rangka pencapaian
Penemuan Kasus Pneumonia pada Balita
MDG4’, Buletin Jendela Epidemiologi, 3,
di Puskesmas Se-Kota Semarang Tahun
pp. 16–21.
2011’, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Septiari, B. B. (2012) Balita cerdas dan Pola
Universitas Diponegoro. Diponegoro
Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha
University, 1(2).
Medika.
Indonesia, K. K. R. (2018) Health Statistics.
Subuh, M. (2015) Pedoman Tatalaksana
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Pneumonia Balita. Jakarta: Kementerian
Indonesia.
Kesehatan Republik Indonesia.
Kusbiyantoro (2010) ‘Strategi
Sutriyanto, E. (2017) Pneumonia Jadi
Mempertahankan Cakupan Pneumonia
Penyebab Kematian Utama Bayi Berusia di
untuk Menurunkan Angka Kesakitan dan
Bawah Dua Tahun. 2017, Tribunkesehatan.
Kematian Balita di Kabupaten Kebumen
(Accessed: 12 May 2019).
Suatu Best Practice’, Kementerian
Swarjana, I. K. (2015) Metodologi Penelitian
Kesehatan, September, pp. 27–36.
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Marlinawati, L. S. (2015) ‘Faktor-faktor yang
Wahyuningsih, H. S., Puspitaningrum, D. dan
mempengaruhi penemuan kasus
Anggraini, N. N. (2014) ‘Hubungan
pneumonia balita di Puskesmas Kota
Persepsi Ibu tentang Peran Serta Tenaga
Tangerang Selatan Tahun 2015’. UIN
Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan
Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas
Pneumonia pada Ibu Balita Usia 0–5
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2015.
Tahun di Puskesmas Ngesrep Kota
Medan, D. K. K. (2018) Rekapitulasi Data
Semarang’, Jurnal Kebidanan, 3(1), pp.
Pneumonia Balita Tahun 2017. Medan.
24–29.
Muhammad, I. (2015) Pemamfaatan SPSS
Choiriyah, S. dan Anggraini, D. N. (2015)

150
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

‘Evaluasi Input Sistem Surveilans December.


Penemuan Penderita Pneumonia Balita Di Robbins, S. P. (2001) Perilaku Organisasi.
Puskesmas’, Unnes Journal Of Public Jakarta: Pretince Hall.
Health, 4(4). Said, M. (2010) ‘Pengendalian Pneumonia
Handayani, R. P. (2012) ‘Gambaran Kegiatan Anak-Balita dalam Rangka Pencapaian
Penemuan Kasus Pneumonia Pada Balita MDG4’, Buletin Jendela Epidemiologi, 3,
Di Puskesmas Se-Kota Semarang Tahun Pp. 16–21.
2011’, Jurnal Kesehatan Masyarakat Septiari, B. B. (2012) Balita Cerdas dan Pola
Universitas Diponegoro. Diponegoro Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha
University, 1(2). Medika.
Indonesia, K. K. R. (2018) Health Statistics. Subuh, M. (2015) Pedoman Tatalaksana
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Pneumonia Balita. Jakarta: Kementerian
Indonesia. Kesehatan Republik Indonesia.
Kusbiyantoro (2010) ‘Strategi Sutriyanto, E. (2017) Pneumonia Jadi
Mempertahankan Cakupan Pneumonia Penyebab Kematian Utama Bayi Berusia
Untuk Menurunkan Angka Kesakitan Dan Di Bawah Dua Tahun. 2017,
Kematian Balita Di Kabupaten Kebumen Tribunkesehatan. (Accessed: 12 May
Suatu Best Practice’, Kementerian 2019).
Kesehatan, September, Pp. 27–36. Swarjana, I. K. (2015) Metodologi Penelitian
Marlinawati, L. S. (2015) ‘Faktor-Faktor Yang Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Mempengaruhi Penemuan Kasus Wahyuningsih, H. S., Puspitaningrum, D. dan
Pneumonia Balita Di Puskesmas Kota Anggraini, N. N. (2014) ‘Hubungan
Tangerang Selatan Tahun 2015’. UIN Persepsi Ibu tentang Peran Serta Tenaga
Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 2015. Pneumonia pada Ibu Balita Usia 0–5
Medan, D. K. K. (2018) Rekapitulasi Data Tahun Di Puskesmas Ngesrep Kota
Pneumonia Balita Tahun 2017. Medan. Semarang’, Jurnal Kebidanan, 3(1), pp.
Muhammad, I. (2015) Pemamfaatan SPSS 24–29.
Dalam Penelitian Bidang Kesehatan Dan
Umum. Bandung: Citapustaka Media
Perintis.
Radina, D. F. dan Damayanti, N. A. (2013)
‘Evalausi Pelaksanaan Standar Pelayanan
Minimal Pada Program Penemuan
Penderita Pneumonia Balita. 1’, Epub

151

Anda mungkin juga menyukai