Anda di halaman 1dari 11

IJPHN 1 (1) (2021) 31-41

Indonesian Journal of Public Health and Nutrition


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN

Implementasi Penemuan Kasus TB Paru dalam Penanggulangan Tuberkulosis di


Puskesmas Karangmalang Kota Semarang

Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Latar Belakang: Angka penemuan kasus (CDR) Tuberkulosis di Puskesmas Karangma-
Submitted 1March 2021 lang dari tahun 2016 hingga tahun 2018 selalu menjadi yang terendah di Kota Sema-
Accepted 6 March 2021 rang. Rendahnya angka penemuan kasus dapat diartikan dengan rendahnya kinerja para
Published 31 March 2021
pelaksana dalam pelaksanaan penemuan kasus TB Paru di Puskesmas Karangmalang.
Keywords: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi penemuan kasus TB Paru di
TB Control, Puskesmas Karangmalang.
Pulmonary TB Case Metode: Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan jenis penelitian studi
Discovery, Implementation kasus. Informan dipilih secara purposive sampling yang terdri dari 5 informan utama
dan 4 informan triangulasi. Pengambilan data menggunakan wawancara mendalam ke-
DOI mudian data dianalisis data dan disajikan dalam bentuk narasi.
https://doi.org..... Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa standar dan sasaran kebijakan jelas, kes-
iapan sumberdaya baik, kuantitas kader TB kurang, komunikasi dan koordinasi antar
organisasi baik, penyebaran informasi terkait Tuberkulosis kepada masyarakat kurang,
belum adanya SOP penemuan kasus TB Paru, pemahaman dan kinerja para pelaksana
masih kurang, dan peran serta masyarakat perlu ditingkatkan.
Kesimpulan: Pelayanan dan pelaksaaan penemuan kasus TB masih perlu dioptimalkan.

Abstract
Bacground: CDR of Tuberculosis at Karangmalang Primary Health Care from 2016 to
2018 was has always been the lowest in Semarang City. The low CDR can be interpreted by
the low performance of the implementers in implementation Pulmonary TB case discovery
at Karangmalang PHC. This research aimed to knew the implementation of Pulmonary TB
case discovery at Karangmalang PHC.
Methods: This research used qualitative design with research type is case study. The in-
formants were selected by purposive sampling were consisted of 5 main informants and 4
triangulation informants. Data were collected using in-depth interviews and then the data
were analyzed and presented in narrative form.
Results: The results showed that standards and targets of policy were clear, resource readi-
ness was good, the quantity of TB cadres was lacking, communication and coordination
between organizations was good, the dissemination of information related to tuberculosis
to the community was lacking, there was no SOP for Pulmonary TB case detection, the
understanding and performance of the implementers was still lacking, and community par-
ticipation needs to be increased.
Conclusion: The service and implementation of TB case discovery still needs to be opti-
mized.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Correspondence Address: pISSN XXXX-XXXX
Email : sitilutfiyah.ulfa@gmail.com eISSN XXXX-XXXX

31
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

Pendahuluan pemberdayaan dan kerja sama dengan


Tuberkulosis (TB) adalah suatu masyarakat. Untuk meningkatkan cakupan
penyakit menular langsung yang disebabkan penemuan terduga TB, pada tahun 2018
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, pemerintah berinovasi mengubah strategi
penyakit ini sebagian besar menyerang pada penemuan pasien TB, tidak hanya “secara
bagian Paru (Pitaloka, 2020). Tuberkulosis pasif-intensif ” tetapi juga melalui “penemuan
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat aktif dan masif berbasis keluarga dan
yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, masyarakat” dengan tetap memperhatikan dan
dan kematian yang tinggi sehingga mempertahankan layanan yang bermutu sesuai
perlu dilakukan upaya penanggulangan. standar. Sejalan dengan penelitian Fox (2018)
Penanggulangan Tuberkulosis dilaksanakan yang menyatakan bahwa penemuan kasus
dengan menggunakan strategi Directly secara aktif (Active Case Finding) disertai
Observed Treatment Short-course (DOTS) dengan penemuan kasus pasif (Passive Case
yang dilaksanakan di seluruh Unit Pelayanan Finding) lebih efektif, daripada penemuan
Kesehatan (UPK) termasuk puskesmas. Salah kasus pasif saja.
satu strategi utama dalam penanggulangan Tinggi rendahnya angka penemuan
Tuberkulosis adalah penemuan kasus kasus TB Paru dipengaruhi oleh kinerja seluruh
Tuberkulosis. Penemuan kasus TB merupakan pengelola program P2TB (Penanggulangan
langkah pertama dalam kegiatan Program Penyakit TB) yang didukung oleh semua
Penanggulangan TB (P2TB). Dengan pihak terkait, pengelolaan yang lebih spesifik,
memaksimalkan penemuan kasus TB secara kedisiplinan dalam penerapan semua standar
dini akan dapat menurunkan kesakitan dan prosedur operasional yang ditetapkan, juga
kematian akibat TB, serta penularan TB di perlu adanya koordinasi antar unit pelayanan
masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan dalam bentuk jejaring serta penerapan standar
pencegahan penularan TB yang paling efektif diagnosa dan terapi yang kuat (Walikota
di masyarakat (Faradis, 2018) Semarang, 2017). Rendahnya penemuan kasus
Angka penemuan kasus baru TB BTA Tuberkulosis di Puskesmas Karangmalang
positif (Case Detection Rate = CDR) di dapat diartikan dengan rendahnya kinerja para
Puskesmas Karangmalang dari tahun 2016 pelaksananya.
sebesar 5,4% (7 kasus), tahun 2017 sebesar 9,4% Berdasarkan pemaparan TB di Puskesmas
(9 kasus), hingga tahun 2018 sebesar 5,4% (5 Karangmalang oleh Pemegang Program TB, ada
kasus), menjadikan Puskesmas Karangmalang beberapa permasalahan yang memungkinkan
sebagai puskesmas dengan penemuan kasus menjadi penyebab rendahnya angka penemuan
terendah di Kota Semarang. Angka penemuan kasus di Puskesmas Karangmalang, diantaranya
kasus baru (Case Detection Rate = CDR) adalah kurangnya jumlah kader dalam penjaringan
jumlah semua kasus baru TB yang ditemukan suspek di wilayah Puskesmas Karangmalang
dan diobati dibanding jumlah kasus TB yang dan kurangnya alat peraga dalam penyuluhan.
diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. CDR Ketersediaan sumberdaya terutama sumber
Puskesmas Karangmalang tahun 2019 sebesar daya manusia merupakan salah satu faktor
48,6% yaitu 18 kasus baru dari 37 kasus baru keberhasilan kebijakan, sebab sumber daya
yang diperkirakan. Angka tersebut masih belum manusia (SDM) merupakan pelaku aktif yang
mencapai target cakupan 75% Kota Semarang. akan melakukan aktivitas sebagai pelaksana
Sedangkan angka keberhasilan pengobatan TB kebijakan. Penelitian Ratnasari (2019)
BTA positif (Treatment Success Rate = TSR) di mendukung pentingnya kader kesehatan di
Puskesmas Karangmalang tahun 2018 sebesar masyarakat, karena tindakan deteksi kasus TB
77,8% yang masih dibawah target indikator secara aktif lebih efektif dibandingkan dengan
nasional (Dinkes Kota Semarang, 2019). tindakan pasif deteksi.
Penanggulangan Tuberkulosis bukan Permasalahan lainnya, terdapat beberapa
hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi warga yang tidak mau diperiksa apabila
juga perlu adanya dukungan dan keterlibatan terdapat tanda-tanda gejala tuberkulosis, serta
semua elemen masyarakat sebagai bentuk masih adanya stigma buruk untuk penderita

32
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

TB. Kurangnya pengetahuan masyarakat dilakukan di Puskesmas Karangmalang Kota


akan pentingnya peran mereka dalam Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk
menanggulangi TB, hal itu dapat diketahui dari mengetahui implementasi penemuan kasus
tidak semua warga aktif untuk ikut pertemuan TB Paru di Puskesmas Karangmalang Kota
RT/RW jika diadakan penyuluhan TB. Sejalan Semarang, khususnya pada hal-hal terkait
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zarwita standar dan sasaran kebijakan, sumberdaya,
(2019) yang menyebutkan bahwa faktor komunikasi antar organisasi terkait dan
penyebab rendahnya penemuan penderita kegiatan pelaksanaan, karakteristik instansi/
TB Paru adalah keengganan suspek TB untuk badan pelaksana, sikap para pelaksana, serta
memeriksakan diri saat mengalami batuk kondisi lingkungan.
selama 2 minggu karena menganggap itu tidak
berbahaya. Metode
Salah satu hal yang menentukan Jenis penelitian yang digunakan
keberhasilan suatu kebijakan/program adalah dalam penelitian ini menggunakan desain
proses implementasi. Implementasi kebijakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
merupakan serangkaian kegiatan menjadi studi kasus. Penelitian ini menggunakan
tanggung jawab pihak terkait untuk mencapai pendekatan deskriptif untuk menjelaskan dan
tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam menggambarkan (dalam bentuk kata-kata)
kebijakan (Ali, 2018). Terdapat beberapa tentang pelaksanaan penemuan kasus TB Paru
teori terkait implementasi program, salah di Puskesmas Karangmalang sehingga dapat
satunya adalah teori implementasi dari disampaikan hasil penelitian secara mendalam.
Donald Van Meter dan Carl Van Horn. Model Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni s.d
implementasi Van Meter dan Horn tidak Juli 2020 di Puskesmas Karangmalang Kota
hanya menghubungkan antara variabel bebas Semarang. Variabel yang diteliti meliputi
dengan variabel terikat tetapi juga saling (1) standar dan sasaran kebijakan meliputi
berkaitan antarvariabel bebas didalamnya. kejelasan standar program dan sasaran dalam
Menurut Van Meter dan Van Horn, proses implementasi penemuan kasus TB Paru, (2)
implementasi suatu kebijakan tidak lepas dari sumber daya menunjuk kepada ketersediaan
kinerja para pelaksananya. Teori implementasi SDM yang cukup, sarana dan prasarana serta
Van Meter dan Van Horn menjelaskan bahwa sumber dana/ finansial dalam implementasi
kinerja kebijakan dipengaruhi oleh beberapa penemuan kasus TB Paru, (3) komunikasi antar
variabel yang saling berkaitan, variabel- organisasi terkait dan kegitaan pelaksanaan
variabel tersebut yaitu standar dan sasaran meliputi koordinasi antar pelaksana dan
kebijakan, sumberdaya, komunikasi antar kejelasan pesan yang disampaikan dalam
organisasi terkait dan komunikasi kegiatan pelaksanaan penemuan kasus TB Paru,
yang dilaksanakan, karakteristik instansi/ (4) karakteristik instansi/badan pelaksana
badan pelaksana, sikap para pelaksana, dan menunjuk pada karakteristik internal birokrasi
kondisi lingkungan (Van Meter, 1975). meliputi dukungan struktur organisasi dan
Penelitian serupa dilakukan oleh Zarwita kejelasan mekanisme kerja dengan adanya SOP
(2019) dengan judul Analisis Implementasi penemuan kasus TB, (5) sikap para pelaksana
Penemuan Kasus TB Paru dalam Program meliputi respon, kognisi, dan intensitas
Penanggulangan TB Paru di Puskesmas implementor dalam pelaksanaan penemuan
Balai Selasa. Hal yang membedakan adalah kasus TB, serta (6) kondisi lingkungan yang
perbedaan waktu, tempat, dan variabel meliputi dukungan dari lingkungan eksternal
penelitian. Penelitian ini menggunakan terhadap implementasi penemuan kasus TB
variabel dari teori implementasi dari Donald Paru di Puskesmas Karangmalang.
Van Meter dan Carl Van Horn, sedangkan Informan dalam penelitian ini terdiri dari
Zarwita menggunakan variabel input, proses, infoman utama dan informan triangulasi yang
dan output. Selain itu, penelitian Zarwita ditentukan secara purposive sampling, yaitu
dilakukan di Puskesmas Balai Selasa Kabupaten pengambilan subjek didasarkan atas adanya
Pesisir Selatan, sedangkan penelitian ini tujuan tertentu, dan peneliti menganggap

33
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

bahwa informan yang diambil tersebut memiliki penyajian, dan penarikan kesimpulan. Pada
informasi yang diperlukan bagi penelitian yang tahap reduksi data, peneliti membuat transkrip
akan dilakukan. Informan utama penelitian wawancara dan dikategorikan sesuai dengan
ini adalah 2 orang kader TB ‘Aisyiyah, 2 orang variabel dan fokus penelitian. Data yang telah
gasurkes dan seorang pemegang program dikategoikan selanjutnya disajikan dalam
TB di Puskesmas Karangmalang, sedangkan bentuk uraian yang mudah dipahami. Tahap
informan triangulasi untuk keabsahan data terakhir adalah penarikan kesimpulan dari
terdiri dari Kepala Puskesmas Karangmalang, setiap variabel yang diteliti dengan pernyataan
Staf Bidang P2P atau Pengelola Program TB singkat. Penelitian ini memiliki ethical
Paru Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan clearance dengan nomor 079/KEPK/EC/2020.
2 orang pasien baru TB Paru yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Karngmalang. Hasil dan Pembahasan
Teknik pengumpulan data dilakukan Wilayah kerja Puskesmas Karangmalang
dengan observasi, wawancara, dan terdiri dari 4 kelurahan diantaranya Kelurahan
dokumentasi. Sumber data yang digunakan Karangmalang, Bubakan, Polaman, dan
meliputi data primer dan data sekunder. Kelurahan Purwosari dengan jumlah
Data primer diperoleh melalui wawancara penduduk mencapai 12.963 jiwa. Karakteristik
mendalam terhadap informan-informan yang wilayah berupa perkampungan, sebanyak 8.397
telah ditentukan sebelumnya menggunakan penduduk bermata pencaharian sebagai petani
pedoman wawancara. Selain itu, peneliti juga dan sebanyak 198 rumah penduduk yang masih
melakukan observasi dengan mengamati menggunakan kayu/papan (BPS Kota Semarang,
langsung situasi dan kondisi pelaksanaan 2019). Wilayah kerja Puskesmas Karangmalang
penemuan kasus TB Paru di Puskesmas terdapat satu pondok pesantren yaitu Pondok
Karangmalang. Hasil observasi kemudian Pesantren Askhabul Kahfi Polaman. Pondok
dicatat dan didokumentasikan untuk pesantren ini memiliki 5 pendidikan formal
memperoleh data pendukung dari hasil yaitu SMP dan SMK Terpadu Askhabul Kahfi,
wawancara. Data sekunder diperoleh dari MTs Takhasus dan MA Askhabul Kahfi, serta
laporan-laporan, buku, jurnal, serta sumber Perguruan Tinggi Ma’had Aly Askhabul Kahfi.
lain yang relevan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9
Data yang telah diperoleh kemudian orang yang terdiri dari 5 informan utama dan
diolah dan dianalisis menggunakan konsep 4 informan triangulasi. Informan utama dalam
Miles dan Huberman meliputi reduksi data, penelitian ini, sebagai berikut.

Tabel 1 Karakteristik Informan Utama


Usia Pendidikan Lama
No. Informan Jenis kelamin Jabatan
(tahun) terakhir kerja
1 Informan Utama Perempuan 34 D3 Keperawatan Programer TB Puskesmas 2 tahun
1 (IU.1) Karangmalang
2 Informan Utama Laki-Laki 28 S1 Keperawatan + Gasurkes Puskesmas 6 bulan
2 (IU.2) Ners Karangmalang
3 Informan Utama Perempuan 25 S1 Profesi Ilmu Gasurkes Puskesmas 1 tahun
3 (IU.3) Keperawatan Karangmalang
4 Informan Utama Perempuan 46 SMP Kader ‘Aisyiyah Kelurahan 2 tahun
4 (IU.4) Polaman
5 Informan Utama Perempuan 42 SMK Kader ‘Aisyiyah Kelurahan 5 tahun
5 (IU.5) Purwosari

34
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

S1 keperawatan, 1 orang lulusan SMP, yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
dan 1 orang lulusan SMK. Informan utama Karangmalang.
dalam penelitian ini diantaranya seorang Informan triangulasi dalam penelitian
penanggung jawab Program TB Paru Puskesmas ini terdiri atas 4 orang yaitu, seorang Kepala
Karangmalang, 2 orang petugas surveilans Puskesmas Karangmalang, seorang Staf Bidang
(gasurkes) Puskesmas Karangmalang, serta P2P atau pengelola program TB Paru Dinas
2 orang kader TB wilayah kerja Puskesmas Kesehatan Kota Semarang, dan 2 orang pasien
Karangmalang. Kader TB di Kecamatan Mijen baru TB Paru BTA positif. Berikut karakteristik
terdapat 5 orang, 2 diantaranya bertempat informan triangulasi dalam penelitian ini.
tinggal di Kelurahan Polaman dan Purwosari

Tabel 2 Karakteristik Informan Triangulasi


Usia Pendidikan
No. Informan Jenis kelamin Keterangan
(tahun) terakhir
1. Informan Triangulasi Perempuan 49 S1 Profesi Kepala Puskesmas Karangmalang
1 (IT.1) Kedokteran
2. Informan Triangulasi Perempuan 44 S2 Promkes Staf Bidang P2P atau Pengelola
2 (IT.2) Program TB Paru Dinas Kesehatan
Kota Semarang
3. Informan Triangulasi Perempuan 32 SMK Keluarga pasien TB Paru BTA+
3 (IT.3)
4. Informan Triangulasi Laki-laki 65 SD Pasien TB Paru BTA+
4 (IT.4)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui masyarakat, serta skrining masal (Menkes


bahwa informan triangulasi dalam penelitian RI, 2016). Keberhasilan suatu kebijakan
ini. terdiri dari 3 perempuan dan 1 laki-laki tidak terlepas dari kemampuan pelaksana
dengan rentang usia 32-65 tahun dengan dalam menjalankan kebijakan tersebut. Oleh
seorang berpendidikan S1 kedokteran, seorang karena itu, untuk mengetahui sejauh mana
magister kesehatan, seorang lulusan SMK, dan implementasi penemuan kasus TB Paru di
seorang lulusan SD. Puskesmas Karangmalang dapat diukur melalui
Penemuan kasus Tuberkulosis Paru beberapa variabel Teori Van Meter dan Van
merupakan salah satu kegiatan utama dalam Horn.
Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru. Variabel pertama dalam penelitian ini
Program Penanggulangan Tuberkulosis adalah standar dan sasaran kebijakan. Kinerja
atau yang selanjutnya dapat disebut P2TB di diukur dengan pencapaian program yang
Puskesmas Karangmalang telah dijalankan sesuai dengan standar dan tujuan (Sani, 2018).
cukup lama. Namun sampai saat ini, angka Oleh karena itu, implementor harus memahami
penemuan dan keberhasilan pengobatan kasus dengan baik apa yang menjadi standar dan
masih rendah. Kegiatan-kegiatan penemuan sasaran dari suatu kebijakan. Pelaksanaan
kasus TB yang diselenggarakan di Puskesmas program akan gagal jika implementor tidak
Karangmalang meliputi penyuluhan keliling, memahami standar dan tujuan dari program
investigasi kontak, pengambilan dahak, dan tersebut (Djiko, 2018). Para pelaksana
lokakarya mini. Kegiatan tersebut masih belum program TB di Puskesmas Karangmalang
mencakup seluruh kegiatan penemuan kasus sudah seharusnnya memahami standar dan
TB berdasarkan Program Penanggulangan sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan
Tuberkulosis dimana kegiatan penemuan kasus penemuan kasus TB. Para pelaksana program
TB mencakup jejaring dan kolaborasi layanan, TB Puskesmas Karangmalang melakukan
investigasi kontak, penemuan di tempat khusus penemuan kasus TB secara aktif dengan
dan berisiko, penemuan berkala dan berbasis melakukan investigasi kasus dan investigasi

35
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

kontak, sedangkan penemuan kasus TB implementasi penemuan kasus TB Paru di


secara pasif dilakukan dengan penyuluhan Puskesmas Karangmalang antara lain dokter BP,
di fasilitas kesehatan saat pasien TB datang. petugas epidemiologi, gasurkes, penanggung
Akan tetapi, para pelaksana program masih jawab program, petugas laboratorium, dan
belum melaksanakan penemuan di tempat kader TB. Hal tersebut sudah mencukupi
khusus seperti sekolah dan pondok pesantren, kebutuhan minimal SDM di puskesmas
penemuan aktif berbasis keluarga dan berdasarkan Permenkes RI No.67 tahun
masyarakat seperti pemantauan batuk, serta 2016 yang menyebutkan petugas dalam Tim
skrining massal yang ditujukan khusus bagi DOTS minimal terdiri dari 3 orang, yaitu satu
faskes dengan penemuan kasus yang rendah perawat, satu analis, dan satu dokter. Pemegang
(Menkes RI, 2016). program TB di Puskesmas Karangmalang
Sasaran penemuan kasus TB di adalah seorang perawat, petugas laboratorium
Puskesmas Karangmalang sudah jelas, sesuai adalah seorang analis dan satu dokter di bagian
yang tercantum dalam Permenkes RI No.67 pemeriksaan yang masuk dalam Tim DOTS.
tahun 2016 yaitu orang yang memiliki gejala Selain itu, di Puskesmas Karangmalang terdapat
batuk selama 2 minggu atau lebih, juga memiliki 2 petugas surveilans kesehatan (gasurkes) dan
faktor risiko TB seperti kontak erat dengan 2 kader TB dari ‘Aisyiyah yang ikut membantu
pasien TB. Berdasarkan pemegang program, dalam penemuan suspek TB di wilayah kerja
Puskesmas Karangmalang telah menetapkan Puskesmas Karangmalang. Semua petugas Tim
jumlah target sasarannya sendiri dalam jangka DOTS juga telah mendapatkan pelatihan sesuai
waktu satu tahun untuk penemuan kasus TB dengan tugasnya.
Paru di Puskesmas Karangmalang. Target Pelatihan adalah sebuah proses untuk
penemuan kasus TB tahun 2018 sebanyak 37 meningkatkan kompetensi karyawan dan dapat
orang dengan penemuan kasus TB sebanyak melatih kemampuan, keterampilan, keahlian
22 orang maka pencapaian 59%. Adanya dan pengetahuan karyawan guna melaksanakan
target dapat menjadikan motivasi dalam pekerjaan secara efektif dan efisien untuk
kinerja pelaksana, juga sebagai tolak ukur mencapai tujuan disuatu perusahaan (Haryati,
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi 2019). Semakin banyak pelatihan yang diikuti
serta melakukan perbaikan kinerja pelaksana. karyawan akan berdampak pada kemampuan
Sejalan dengan penelitian Minardo (2015) yang kayawan dalam melaksanakan pekerjaan,
menyebutkan bahwa tangggung jawab dalam karena semakin sering karyawan mengikuti
menyelesaikan pekerjaan kurang karena beban pelatihan maka kemampuan kerja karyawan
pekerjaan yang banyak, bekerja tanpa target, akan semakin bertambah dan meningkat
dan motivasi. (Ratnasari, 2018).
Variabel kedua yaitu sumberdaya yang Meskipun petugas Tim DOTS telah
terdiri dari kuantitas dan kualitas sumber mendapatkan pelatihan dan ketersediaan SDM
daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, sudah sesuai dengan kebutuhan minimal,
serta sumber dana. Pelaksanaan program namun beberapa petugas masih merasa perlu
TB harus memiliki tim TB, karena program adanya staf tambahan khususnya petugas
tidak bisa berjalan sendiri oleh penanggung lapangan. Salah satu kader TB mengaku
jawab program saja. Kuantitas dan kualitas hanya satu kader TB yang aktif melakukan
staf yang menjalankan program dalam suatu kunjungan ke rumah-rumah warga untuk
kebijakan sangatlah penting, karena jumlah skrining, investigasi kontak, dan investigasi
staf yang kurang atau tidak berkualitas akan kasus TB. Kurangnya tenaga atau staf sangat
menggurangi kapasitas pelaksanaan. Kegagalan mempengaruhi keberhasilan dari program,
yang sering terjadi dalam implementasi misalnya untuk penemuan kasus sendiri
program salah satunya disebabkan oleh SDM menjadi kurang maksimal. Hal tersebut serupa
yang tidak mencukupi, memadai, ataupun dengan penelitian Iswari (2018) menyebutkan
tidak kompeten di bidangnya (Isma, 2018). bahwa semakin tinggi jumlah keikutsertaan
Berdasarkan hasil penelitian, sumber kader maka semakin meningkat hasil temuan
daya manusia (SDM) yang terlibat dalam suspek TB.

36
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

Selain sumber daya manusia, sarana petugas di dalam Puskesmas Karangmalang


dan prasarana juga sangat dibutuhkan dalam sudah cukup baik. Untuk penyebaran informasi,
implementasi suatu program. Sarana adalah Puskesmas Karangmalang mengadakan
segala sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk briefing setiap Senin setelah apel pagi.
mencapai tujuan tertentu, sedangkan prasarana Puskesmas Karangmalang juga mengadakan
merupakan segala sesuatu yang digunakan lokakarya mini (lokmin) berupa pemaparan
sebagai penunjang dalam melaksanakan suatu capaian kinerja dan target-targetnya sebagai
kegiatan (Pitaloka, 2020). Ketersedian fasilitas monitoring dan evaluasi program yang
atau sarana dan prasarana di Puskesmas dilakukan setiap bulan sekali. Akan tetapi,
Karangmalang dalam pelaksanaan penemuan tidak semua petugas dapat mengikuti briefing
kasus TB Paru sudah cukup memadai dan pagi karena terdapat petugas yang memiliki
sesuai yang tercantum dalam Permenkes RI jadwal jaga yang berbeda, ada yang jaga pagi,
No. 67 tahun 2016. Sarana dan prasarana jaga siang, dan jaga malam. Walau demikian,
tersebut antara lain tersedia ruang DOTS, informasi tetap diusahakan agar tersampaikan
laboratorium, formulir-formulir penunjang kepada semua petugas.
seperti formulir daftar terduga TB (TB.06), Koordinasi antara kader TB dengan
formulir pemeriksaan dahak (TB.05), register gasurkes juga sudah baik. Baik kader TB
laboratorium TB untuk faskes mikroskopis dan ataupun gasurkes dapat saling berkoordinasi
TCM (TB.04), dan register kontak TB (TB.16), dengan komunikasi via WhatsApp. Akan tetapi,
juga telah tersedia alat dan bahan laboratorium hanya satu kader TB yang saling berkoordinasi
sesuai standar seperti pot dahak, kaca sediaan, oleh gasurkes. Berdasarkan pengakuan kader
lidi, kotak penyimpanan kaca sediaan, dan TB Purwosari, beliau merasa takut keliling
lampu spiritus (Menkes RI, 2016). rumah warga karena kondisi pandemi
Sumber daya lainnya yang dibutuhkan Covid-19 sekarang ini, sehingga beliau tidak
dalam implemenasi suatu program adalah dana. melakukan tugasnya seperti investigasi kontak
Sumber dana dalam implementasi penemuan selama adanya pandemi ini. Komunikasi yang
kasus TB Paru di Puskesmas Muntilan I dilakukan Puskesmas Karangmalang dengan
berasal dari Bantuan Operasional Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang, mengenai
(BOK). Ketersediaan dana dalam program pelaksanaan penemuan kasus TB sudah cukup
penanggulangan TB khususnya penemuan baik. Komunikasi dapat dilakukan pada saat
kasus masih minim dan belum memadai. Hal workshop yang diadakan Dinas Kesehatan Kota
ini menyebabkan pelatihan yang didapat oleh Semarang atau menghubungi pihak dinkes jika
petugas TB hanya sekali saja. Pelatihan yang diperlukan.
pernah diperoleh hanya pembekalan awal saat Untuk penyampaian informasi/
menjadi gasurkes (Handayani, 2018). Padahal, komunikasi dengan pasien pun sudah baik.
semakin sering petugas mengikuti pelatihan Pasien mengaku sudah cukup jelas dengan apa
yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan yang disampaikan oleh pemegang program,
meningkatkan kinerja petugas itu sendiri seperti pencegahan yang dilakukan agar
(Marjaya, 2019). tidak menularkan penyakit TB kepada orang
Variabel ketiga yaitu komunikasi antar terdekat, keluarga, atau tetangga. Pemegang
organisasi terkait dan kegiatan berlangsung. program juga menjelaskan akibat jika tidak
Komunikasi di dalam dan antar organisasi rutin mengkonsumsi OAT sehingga dapat
sangat menentukan keberhasilan pencapaian menjadikan semangat bagi pasien dalam
tujuan dari implementasi suatu program, baik mengkonsumsi OAT secara rutin. Hal tersebut
dalam meneruskan pesan ke bawah dalam suatu selaras dengan penelitian yang menyebutkan
organisasi atau dari satu organisasi ke organisasi bahwa edukasi tentang Tuberkulosis oleh
lainnya (Isma, 2018). Konsistensi informasi petugas kesehatan dapat mempengaruhi
yang disampaikan sangat diperlukan agar tidak kepatuhan minum OAT pada pasien TB
terjadi kebingungan antara pihak-pihak yang (Diefenbach-Elstob, 2017).
terlibat dalam pelaksanaannya (Budhiyanto, Walaupun komunikasi puskesmas
2019). Komunikasi dan koordinasi antar dengan pasien sudah cukup baik, namun

37
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

pasien mengaku belum mengetahui informasi dalam proses pembuatan. Alasannya karena
tentang TB sebelumnya. Ketidaktahuan beliau masih terbilang baru menjadi pemegang
informasi tentang penyakit Tuberkulosis bagi program TB di Puskesmas Karangmalang
pasien TB mengartikan bahwa kurang aktif sekitar hampir 2 tahunan sejak tahun 2018 lalu.
dan kurang menyeluruhnya para pelaksana Adanya SOP pada suatu kegiatan
dalam menyebarluaskan informasi tentang dapat mempengaruhi kinerja para pelaksana
penyakit Tuberkulosis. Kurangnya aktivitas agar bertindak sesuai dengan job desc dan
komunikasi mencerminkan rendahnya standar yang ada. Selaras dengan penelitian
kepedulian implementor terhadap pelaksanaan Torongkang (2019) yang menyebutkan bahwa
implementasi. Hal ini sejalan dengan penelitian tujuan adanya SOP yaitu untuk menjelaskan
Rustam (2018) yang menyatakan bahwa secara rinci bagaimana seluruh SDM yang ada
lemahnya aktivitas komunikasi mencerminkan bertindak sesuai dengan standar yang ada dan
rendahnya kepedulian terhadap pelaksaaan job descnya, sehingga nantinya akan muncul
implementasi kebijakan. arus kerja yang teratur dan efektif.
Variabel keempat adalah karakteristik Variabel yang kelima adalah sikap
instansi/badan pelaksana. karakteristik atau para pelaksana. Sikap para pelaksana
ciri dari badan pelaksana dalam suatu program diartikan sebagai kecenderungan, keinginan,
harus berkarakteristik keras dan ketat pada atau kesepakatan para pelaksana untuk
aturan serta taat pada sanksi hukum yang melaksanakan kebijakan. Tiga elemen yang
berlaku (Isma, 2018). Puskesmas Karangmalang mempengaruhi kemampuan dan kemauan
telah membentuk Surat Keputusan (SK) Tim para pelaksana dalam mengimplementasikan
DOTS untuk mendukung para pelaksana kebijakan yaitu pengetahuan dan pemahaman,
program dalam menjalankan tugasnya, namun respon mereka menerima, netral, atau menolak,
Puskesmas Karangmalang tidak memiliki dan intensitas para pelaksana dalam mendukung
struktur organisasi khusus untuk pelaksanaan kebijakan (Kamilah, 2018). Ketiga elemen itu
penemuan kasus TB Paru. Menurut informan, sangat penting, terutama pengetahuan yang
struktur organisasi biasanya dalam lingkup luas dan mendalam bagi para pelaksana dalam
birokrasi atau instansi, bukan dalam suatu memahami implementasi kebijakan yang
program atau kegiatan. diharapkan akan terimplementasikan oleh
Kemudian untuk indikator struktur para pelaksana melalui berbagai kegiatan agar
birokrasi yaitu dengan adanya Standar tercapai tujuan dari kebijakan.
Operasional Prosedur (SOP). SOP adalah salah Implementasi penemuan kasus TB di
satu aspek penting yang perlu dibuat dalam Puskesmas Karangmalang telah didukung oleh
rangka mewujudkan birokrasi yag memiliki kecenderungan yang baik antar pelaksananya.
kriteria efektif, efisien, dan ekonomis pada Hal tersebut dilihat dari sikap mereka
seluruh proses penyelenggaraan administrasi yang berkomitmen melaksanakan kegiatan
pemerintahan (Sulistiani, 2016). Menurut penemuan kasus TB sebagai langkah awal
Irawati (2016), SOP atau prosedur adalah dalam penanggulangan Tuberkulosis. Semua
dokumen yang lebih jelas dan rinci untuk pelaksana baik petugas di dalam fasyankes
menjabarkan metode yang digunakan dalam ataupun petugas lapangan yang keliling ke
mengimplementasikan dan melaksanakan rumah-rumah warga, apabila menemukan
kebijakan dan aktivitas organisasi seperti yang suspek TB yaitu orang yang batuk lebih dari
ditetapkan dalam pedoman. 2 minggu, bertanggung jawab untuk melapor
Singkatnya, SOP merupakan pedoman agar dianjurkan pemeriksaan dahak kepada
tertulis yang dipergunakan untuk mendorong petugas laboratorium.
dan menggerakkan para pelaksana agar Berdasarkan pengakuan pasien
menjalankan kegiatan sesuai tugas dan standar/ TB, semua pelaksana dalam memberikan
tujuan program. Berdasarkan hasil penelitian, pelayanan baik didalam faskes maupun diluar
Puskesmas Karangmalang belum memiliki SOP faskes dilakukan dengan sikap yang baik,
penemuan kasus TB Paru. Pemegang program ramah, tidak dipersulit, memberikan kesan
mengaku SOP penemuan kasus TB Paru masih menyenangkan, dan menjaga privasi pasien.

38
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

Pelaksana yang berkualitas dan ramah terbukti Kondisi lingkungan politik dalam
dapat memotivasi pasien dalam kepatuhan implementasi penemuan kasus TB Paru di
minum OAT (Widjanarko, 2009). Puskesmas Karangmalang berkaitan dengan
Walaupun sikap penerimaan dan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan di
intensitas pelaksana terhadap implementasi wilayah kerja Pukesmas Karangmalang. Selain
penemuan kasus TB sudah baik, tetapi dukungan masyarakat, dukungan tokoh-
pengetahuan dan pemahaman para pelaksana tokoh masyarakat seperti RT, RW, Lurah, dan
terhadap kegiatan-kegiatan dalam strategi Camat juga berpengaruh pada keberhasilan
penemuan kasus TB masih kurang. Masih ada implementasi penemuan kasus TB di
beberapa kegiatan dalam strategi penemuan Puskesmas Karangmalang. Bentuk dukungan
kasus TB yang belum pernah dilakukan, yang dilakukan oleh setiap lurah di wilayah
diantaranya penemuan di tempat khusus dan kerja Puskesmas Karangmalang dengan
berisiko, pemantauan batuk, dan skrining memberikan izin atas setiap kegiatan-kegiatan
masal. Sikap para pelaksana berkaitan dengan dalam penemuan kasus TB Paru. RT dan RW di
standar dan sasaran kebijakan. Implementor setiap kelurahan juga ikut mendukung dengan
dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai mengizinkan petugas kesehatan masuk dalam
standar dan sasaran yang telah ditetapkan. pertemuan masyarakat seperti acara PKK RT/
Variabel yang terakhir yaitu kondisi RW dengan mengisi sosialisasi Tuberkulosis.
lingkungan. Kondisi lingkungan mempunyai Selain itu, diadakan juga pertemuan di
keterkaitan yang penting pada keinginan kecamatan dalam rangka monitoring dan
dan organisasi/badan pelaksana. Sejah mana evaluasi kinerja petugas kesehatan yang telah
lingkungan eksternal turut mendorong dilakukan.
keberhasilan yang telah ditetapkan. Lingkungan Selain dukungan masyarakat dan
eksternal dalam hal ini mencakup lingkungan tokoh-tokoh masyarakat, kondisi lingkungan
sosial, lingkungan politik, dan lingkungan ekonomi juga ikut mempengaruhi keberhasilan
ekonomi. Lingkungan yang tidak kondusif implementasi penemuan kasus Tuberkulosis.
baik sosial, politik, maupun ekonomi dapat Fasilitas rumah yang tidak memadai dan
menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja kondisi lingkungan yang tidak sehat sangat
implementasi kebijakan. Oleh karena itu, upaya berpengaruh terhadap kesehatan penghuni
untuk mengimplementasikan kebijakan harus rumah tersebut. Fasilitas rumah disini tidak
juga memperhatikan kekondusifan kondisi sepenuhnya diartikan dengan kelengkapan
lingkungan eksternal (Djiko, 2018). perabot rumah tangga, tapi lebih menitik
Kondisi lingkungan sosial yang beratkan pada standar kualitas perumahan
mempengaruhi keberhasilan implementasi dalam hubungannya dengan luas lantai,
penemuan kasus TB Paru di Puskesmas jenis lantai, jenis dinding, atap, penerangan,
Karangmalang adalah peran serta masyarakat dan kelembaban. Rendahnya kemampuan
dalam membantu pelacakan dan penemuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan
suspek TB. Menurut pemegang program, pokok menyebabkan keterbatasan kemampuan
masyarakat kooperatif apabila terdapat untuk menjangkau standar kesehatan dalam
pemberitahuan informasi tentang penyakit bentuk rumah sehat sehingga dapat berisiko
Tuberkulosis. Sedangkan pasien TB mengaku terserang penyakit menular (Isma, 2018).
bahwa tidak ada tetangga atau masyarakat yang Kondisi rumah yang belum memenuhi
mengucilkan. Artinya, tidak ada stigma buruk syarat rumah sehat dapat mempengaruhi
yang dialami oleh pasien TB. Hal ini sesuai terjadinya penyakit Tuberkulosis. Wilayah
dengan yang tercantum pada Permenkes RI Puskesmas Karangmalang berupa
No. 67 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa perkampungan dengan 198 rumah penduduk
salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam menggunakan kayu/papan (BPS Kota
mendukung penanggulangan Tuberkulosis Semarang, 2019). Penelitian Indriyani (2016)
dengan tidak menumbuhkan stigma negatif menyebutkan bahwa ada hubungan antara
di masyarakat dan kooperatif membantu kelembaban dan pencahayaan dengan TB Paru.
pelacakan kontak erat pasien. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi pada

39
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

rumah pasien TB, masih terdapat beberapa Angka 2019. Semarang: BPS Kota Semarang.
rumah di Kelurahan Purwosari yang belum Budhiyanto, Rianto, B., & Djanat, V. 2019.
sesuai syarat rumah sehat terutama kelembaban Implementation of Monitoring and Control
dan pencahayaan. Terdapat beberapa rumah Procedure Policies in Mangrove Zone of
Wonorejo District: a Case Study of Surabaya
yang masih memiliki jendela kayu sehingga
Mayor Regulation #65 of 2011. RJOAS
cahaya matahari tidak dapat menembus masuk (Russian Journal of Agricultural and Socio-
ke dalam kamar tidurnya, juga tidak ada lubang Economic Sciences), 85(1), 480–489.
ventilasi udara sehingga sirkulasi udara di Diefenbach-Elstob, T., Plummer, D., Dowi, R.,
dalam kamar menjadi kurang. Situasi ini dapat Wamagi, S., Gula, B., Siwaeya, K., Pelowa,
mempengaruhi kualitas udara (suhu udara, D., Siba, P., & Warner, J. 2017. The social
pencahayaan, kelembapan, serta pengaturan determinants of tuberculosis treatment
dan pertukaran udara) di dalam rumah yang adherence in a remote region of Papua New
berpengaruh terhadap perkembangan bakteri Guinea. BMC Public Health, 17(1), 1–12.
Mycobacterium tuberculosis (Menkes RI, Dinkes Kota Semarang. 2019. Profil Kesehatan Kota
Semarang 2018. Semarang: Dinkes Kota
2011).
Semarang.
Djiko, R., Tangkau, C. H. S. 2018. Implementasi
Kesimpulan Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di
Berdasarkan hasil penelitian dan Kabupaten Halmahera Utara. 109–120.
pembahasan dapat disimpulkan bahwa standar Faradis, N. A., & Indarjo, S. 2018. Implementasi
dan sasaran penemuan kasus TB sudah jelas Kebijakan Permenkes Nomor 67 Tahun
tercantum dalam modul penemuan pasien 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
TB yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. HIGEIA (Journal of Public Health Research
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, para and Development), 2(2), 307–319.
pelaksana tidak melaksanakan beberapa Fox, G. J., Nhung, N. V., Sy, D. N., Hoa, N. L. P., Anh,
L. T. N., Anh, N. T., Hoa, N. B., Dung, N. H.,
kegiatan seperti penemuan kasus di tempat
Buu, T. N., Loi, N. T., Nhung, L. T., Hung,
khusus dan berisiko, pemantauan batuk, dan N. V., Lieu, P. T., Cuong, N. K., Cuong, P. D.,
skrining massal. Kesiapan sumberdaya sudah Bestrashniy, J., Britton, W. J., & Marks, G. B.
tercukupi, namun jumlah petugas lapangan 2018. Household-Contact Investigation for
dan keikutsertaan kader TB dalam penemuan Detection of Tuberculosis in Vietnam. The
kasus TB Paru masih kurang. Komunikasi New England Journal of Medicine, 378(3),
dan koordinasi dalam internal puskesmas 221–229.
maupun dengan dinas kesehatan sudah baik. Handayani, S., Manglapy, Y. M., & Rimawati, E.
Karakteristik instansi/badan pelaksana dalam 2018. Pelatihan Active Case Finding TB pada
pelaksanaan penemuan kasus TB di Puskesmas Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes)
Penyakit Menular. Abdimasku  : Jurnal
Karangmalang masih kurang. Belum adanya
Pengabdian Masyarakat, 1(2), 67–70.
SOP penemuan kasus TB Paru di Puskesmas Haryati, R. A. 2019. Analisis Pelaksanaan Program
Karangmalang. Pengorganisasian TIM TB Pelatihan dan Pengembangan Karyawan:
juga tidak tertulis secara struktur. Sikap para Studi Kasus Pada PT Visi Sukses Bersama
pelaksana dalam pelaksanaan penemuan kasus Jakarta. Widya Cipta - Jurnal Sekretari dan
TB Paru di Puskesmas Karangmalang masih Manajemen, 3(1), 91–98.
kurang optimal. Kondisi lingkungan dalam Indriyani, N., Istiqomah, N., & Anwar, M. C. 2016.
mendukung pelaksanaan penemuan kasus TB Hubungan Tingkat Kelembaban Rumah
Paru di Puskesmas Karangmalang sudah baik. Tinggal dengan Kejadian Tuberkulosis Paru
di Wilayah Kecamatan Tulis Kabupaten
Batang. Unnes Journal of Public Health, 5(3),
Daftar Pustaka
214–220.
Ali, M. M. 2018. Primary Health Care Policy
Irawati, R., & Hardiastuti, E. B. W. 2016. Perancangan
Implementation Performance in Bangladesh:
Standard Operating Procedure (SOP) Proses
Affecting Factors. Journal of Public
Pembelian Bahan Baku, Proses Produksi dan
Administration and Governance, 8(1), 317–
Pengemasan pada Industri Jasa Boga (Studi
352.
Kasus pada PT. KSM Catering & Bakery
BPS Kota Semarang. 2019. Kecamatan Mijen dalam
Batam). Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan

40
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana / Implementasi Penemuan Kasus TB Paru / IJPHN (1) (1) (2021)

Manajemen Bisnis, 4(2), 187–186. Cadres in The Early Detection of New


Isma, S. S. T. 2018. Implementasi Kebijakan Tuberculosis Case in Wonogiri. Jurnal
Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat Kesehatan Masyarakat, 15(2), 235–240.
Ekonomi Lemah di Puskesmas Glugur Darat. Rustam, Sahibo, S. A., & Pariyati. 2018. Implementasi
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Kebijakan Pengelolaan Distribusi Air
Iswari, A. P., & Porusia, M. 2018. Faktor Kinerja Guna Meningkatkan Produksi Padi Sawah
Kader Community TB-HIV Care ‘Aisyiyah di Daerah Irigasi Malonas Kecamatan
Terhadap Penemuan Suspek TB di Surakarta. Dampelas Kabupaten Donggala. Jurnal
URECOL, 24–33. Kolaboratif Sains, 1(1), 1438–1449.
Kamilah, Setiawati, B., & Suwandi. 2018. Sani, N., & Idris, A. R. 2018. Implementation of
Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Linus Programme Based On The Model
dilihat dari Aspek Kecendrungan Pelaksana of Van Meter And Van Horn. MOJES (The
(Implementor) di SMA Negeri 2 Tanjung Malaysian Online Journal of Educational
Kabupaten Tabalong. JAPB. 4(1), 393-409. Science), 1(2), 25–36.
Marjaya, I., & Pasaribu, F. 2019. Pengaruh Sulistiani, A. S. 2016. Standar Operasional Prosedur
Kepemimpinan , Motivasi , dan Pelatihan (SOP) Administrasi Kependudukan dalam
Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Ilmiah Meningkatkan Efektifitas Pelayanan Publik
Magister Manajemen, 2(1), 129–147. di Kecamatan Sambutan. eJournal Ilmu
Menkes RI. 2016. Permenkes RI No. 67 Tahun Pemerintahan, 4(1), 53–63.
2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Torongkang, G., Lengkong, F. D. J., Laloma, A.
Jakarta: Menkes RI. 2019. Pengaruh Implemenntasi Kebijakan
Menkes RI. 2011. Permenkes RI No. 1077 Tahun Standard Operasional Prosedur terhadap
2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Kinerja Pegawai PT. PLN Unit Pelayanan
dalam Ruang Rumah. Jakarta: Menkes RI. Pelanggan Amurang. JAP. 1–6.
Minardo, J., Sriatmi, A., & Arso, S. P. 2015. Analisis Van Meter, D. S., & Van Horn, C. E. 1975. The Policy
Determinan Motivasi Petugas Tuberkulosis Implementation Process: A Conceptual
Paru dalam Penemuan Kasus di Kabupaten Framework. Administration & Society, 6(4),
Semarang (Studi Kasus di Beberapa 445–488.
Puskesmas). Jurnal Manajemen Kesehatan Walikota Semarang. 2017. Perwal Semarang No.
Indonesia, 3(1), 1–10. 39 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi
Pitaloka, W., & Siyam, N. 2020. Penerapan Empat Daerah Penanggulangan Tuberkulosis Kota
Pilar Program Pencegahan dan Pengendalian Semarang Tahun 2017-2021. Semarang:
Infeksi Tuberkulosis Paru. HIGEIA (Journal Walikota Semarang.
of Public Health Research and Development), Widjanarko, B., Gompelman, M., Dijkers, M., & van
4(1), 133–145. der Werf, M. J. 2009. Factors that Influence
Ratnasari M. D., Sunuharyo, B. S. 2018. Pengaruh Treatment Adherence of Tuberculosis
Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Patients Living in Java, Indonesia. Patient
Karyawan Melalui Variabel Mediator Preference and Adherence, 3, 231–238.
Kemampuan Kerja Karyawan (Studi pada Zarwita, D., Rasyid, R., & Abdiana. 2019. Analisis
Karyawan PT. Petrokimia Gresik). JAB, Implementasi Penemuan Pasien TB Paru
58(1), 210–218. dalam Program Penanggulangan TB Paru
Ratnasari, N. Y., Marni, & Husna, P. H. 2019. di Puskesmas Balai Selasa. Jurnal Kesehatan
Knowledge, Behavior, and Role of Health Andalas, 8(3), 689–699.

41

Anda mungkin juga menyukai