Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERISI


KABUPATEN INDRAMAYU

EVALUATION OF PREVENTION AND PROGRAMS TUBERCULOSIS


MANAGEMENT IN THE REGION PUSKESMAS WORK IS TERISI
IN INDRAMAYU DISTRICT

Setyo Dwi Widyastuti, Muhamad Fauzi, Indah Sari


Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, STIKes Indramayu
Jalan Wirapati Sindang Indramayu, 45222, Indonesia
Email: niamulwafa70@gmail.com

ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tubercolusis. Penemuan kasus tuberkulosis di Kabupaten
Indramayu dari tahun 2019 sampai 2021 menunjukan trend menurun selama tiga
tahun pengamatan, tetapi angka kesembuhan TB tahun 2019 sebanyak 91,9%
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2020 yang terlaporkan tercatat sebanyak
70,8%. Pada tahun 2021 jumlah kasus TB di Kabupaten Indramayu ditemukan
sebanyak 1.647 kasus. Pelaksanaan program P2TB terdapat beberapa kendala
diantaranya yaitu pemegang program TB yang merangkap tugas, pelaporan dari
Puskesmas ke Dinas Kesehatan yang belum optimal, penyuluhan dari pihak
Puskesmas terkait program TB kurang maksimal dilakukan, dan Pengawas Minum
Obat (PMO) yang belum berfungsi secara optimal. Metode penelitian
inimenggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Informan penelitian ini berjumlah 8 informan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kegiatan Promosi kesehatan masih belum optimal. Sumber daya manusia
sudah sesuai standar, ketersedian logistik dan dana sudah mencukupi. Pencatatan
dan pelaporan masih terhambat oleh jaringan dan penguasaan petugas kesehatan
terhadap sistem informasi. Peran serta masyarakat belum dilakukan secara optimal.
Pada proses pelaksanaan program P2TB menunjukan bahwa Perencanaan program
di Puskesmas sudah baik. Pelaksanaan Program P2TB dilakukan dengan kunjungan
kontak serumah penderita TB dan Kunjungan praktik mandiri, dan Pengawasan
yang dilakukan sudah optimal. Hasil capaian menunjukan bahwa penemuan
penderita belum mencapai target yang ditetapkan. Pada tahun 2021 target yang
ditentukan sebanyak 175 adapun capaiannya hanya 51 Kasus yang ditemukan.
Simpulan dalam penelitian ini dilihat dari pelaksanaan program P2TB di puskesmas
masih kurang maksimal dan disarankan agar dapat meningkatkan kualitas
pelaksanaan program untuk mendapatkan hasil yang sesuai target.

Kata Kunci : Evaluasi Program Tuberkulosis

19 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease caused by infection with the bacterium
Mycobacterium tubercolusis. The discovery of tuberculosis cases in Indramayu
Regency from 2019 to 2021 showed a downward trend during three years of
observation, but the TB recovery rate in 2019 was 91.9% this recovery rate
decreased when compared to 2020 which was reported to be recorded as much as
70.8%. In 2021, the number of TB cases in Indramayu Regency was found to be
1,647 cases. This research method uses qualitative research methods with a case
study approach. The informants of this study totaled 8 informants. The method of
data collection is carried out with case studies. The results showed that health
promotion activities are still not optimal. Human resources are up to standard,
logistics availability and funds are sufficient. Recording and reporting are still
hampered by the network and health workers' control of the information system.
Community participation has not been carried out optimally. In the process of
implementing the P2TB program, it was shown that the program planning at the
Puskesmas was good. The implementation of the P2TB Program is carried out with
visits to household contacts of TB sufferers and independent practice visits, and the
supervision carried out is optimal. The results of the achievements show that the
findings of sufferers have not reached the target set. In 2021, the target set is 175,
while the achievement is only 51 cases found. The conclusion in this study can be
seen from the implementation of the P2TB program at the puskesmas is still not
optimal. Therefore, it is recommended that it can improve the quality of program
implementation to get targeted results.

Keywords : Tuberculosis Program Evaluation

PENDAHULUAN tuberkulosis yang ditemukan pada tahun


World Health Organization 2019 yaitu sebesar 568.987 kasus. Kasus
(WHO) menyatakan bahwa penyakit TB TB di Provinsi Jawa Barat dilaporkan
merupakan salah satu dari 10 penyebab sebanyak 79.840 kasus, menurun
kematian di seluruh dunia. Tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar
sekitar 10 juta orang menderita penyakit 109.896 kasus. Penemuan kasus di
TB dan 1,2 juta meninggal dunia. Kabupaten Indramayu tahun 2021
Penyakit TB masih menjadi pembunuh jumlah kasus TB di Kabupaten
nomor dua di dunia setelah penyakit Indramayu ditemukan sebanyak 1.647
HIV/AIDS. Diperkirakan sepertiga kasus. Puskesmas yang memiliki kasus
penduduk dunia sudah terinfeksi bakteri TB tertinggi adalah Puskesmas Terisi
Mycobacterium tubercolusis secara sebanyak 51 kasus dan Puskesmas
laten. TB menjadi salah satu penyakit dengan kasus TB terendah adalah
yang pengendaliannya komitmen global Puskesmas Bongas sebanyak 2 kasus.
dalam MDGs (WHO, 2021). kesembuhan TB tahun 2019 sebanyak
Pada tahun 2020 jumlah kasus 91,9% angka kesembuhan ini menurun
tuberkulosis di Indonesia yang bila dibandingkan dengan tahun 2020
ditemukan sebanyak 351.936 kasus, yang terlaporkan tercatat sebanyak
menurun bila dibandingkan kasus 70,8%.

20 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
Tingginya kasus TB di Indonesia menjadikan alasan peneliti untuk
dipengaruhi oleh berbagai faktor, melakukan penelitian mengenai
pertama: waktu pengobatan relatif lama “Evaluasi Program Pencegahan dan
(6-8 bulan) menjadi penyebab penderita Penanggulangan Tuberkolusis di
TB sulit sembuh karena pasien TB Wilayah Kerja Puskesmas Terisi
berhenti berobat (Drop out); kedua: Kabupaten Indramayu”.
masalah TB diperberat dengan adanya
peningkatan infeksi HIV/AIDS yang METODE PENELITIAN
berkembang cepat dan munculnya Metode penelitian ini
permasalahan TB-MDR (Multi Drugs menggunakan metode penelitian
Resistant: kebal terhadap bermacam kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
obat); ketiga: adanya penderita TB laten; Penelitian kualitatif merupakan metode
keempat: masih kurangnya keterlibatan penelitian yang dapat digunakan untuk
lintas program dan lintas sektor dalam meneliti pada kondisi obyek yang
penanggulangan TB baik kegiatan alamiah dimana peneliti sebagai
maupun pendanaan serta belum semua instrumen kunci, teknik pengumpulan
masyarakat dapat mengakseslayanan TB data dilakukan secara triangulasi
khususnya di Daerah Terpencil, (gabungan), analisis data bersifat
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan induktif, dan hasil penelitian kualitatif
daerah risiko tinggi seperti daerah bersifat untuk memahami makna,
kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri, memaknai keunikan, mengontruksi
lokasi permukiman padat; dan yang fenomena, dan menemukan hipotesis.
kelima: faktor sosial seperti besarnya Studi kasus adalah suatu serangkaian
angka pengangguran, rendahnya tingkat kegiatan ilmiah yang dilakukan secara
pengetahuan, dan pendapatan per kapita, intensif, terinci dan mendalam tentang
kondisi sanitasi, papan, sandang dan suatu program, peristiwa, dan aktivitas,
pangan yang tidak memadai yang baik pada tingkat perorangan,
berakibat pada tingginya risiko sekelompok orang, lembaga, atau
masyarakat terjangkit TB. organisasi untuk memperoleh
Meskipun terjadi penurunan kasus pengetahuan mendalam tentang peristiwa
baru TB, tetapi tidak cukup cepat untuk tersebut.
mencapai target Strategi END TB tahun Informan penelitian ini berjumlah
2020, yaitu pengurangan kasus TB 8 informan dan metode pengumpulan
sebesar 20% antara tahun 2015–2020. data dilakukan dengan wawancara
Pada tahun 2015–2019 penurunan mendalam. Tempat penelitian di
kumulatif kasus TB hanya sebesar 9%. Puskesmas Terisi dan Dinas Kesehatan
Begitu juga dengan kematian akibat TB, Kabupaten Indramayu dan dilaksanakan
jumlah kematian pada tahun 2019 pada bulan Juni 2022 sampai bulan Juli
sebesar 1,4 juta. Secara global kematian 2022. Alat yang digunakan dalam
akibat TB per tahun menurun secara pengumpulan data penelitian yaitu buku
global, tetapi tidak mencapai target catatan, voice recorder, dan camera.
Strategi END TB tahun 2020 sebesar
35% antara tahun 2015–2020. HASIL
(Kemenkes, 2020). Input
Berdasarkan uraian tersebut,

21 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
Kegiatan Pengendalian TB monitoring dan evaluasi yang dilakukan
Kegiatan penanggulangan dalam bentuk capaiancapaian program,
tuberkulosis dalam program P2TB di kinerja program di Puskesmas, dan
Puskesmas Terisi terdapat kendala pada permasalahan yang ada setiap setahun
pelaksanaan promosi kesehatan dimana sekali, bersamaan dengan dilakukannya
akibat Pandemi Covid-19 menyebabkan supervisi ke semua Puskesmas. Jejaring
petugas kesehatan sulit untuk melakukan kerja yang dilakukan pemegang program
penyuluhan ke masyarakat, sulit TB bersama dengan BP Umum, Poned,
melaksanakan rapat koordinasi, KIA serta BP lain yang terkait untuk
ketersediaan media komunikasi yang penjaringan kasus TB. Serta Kemitraan
belum mencukupi, dan kesadaran pasien yang dilakukan dengan lintas program
TB untuk memeriksakan sakit batuknya yaitu menjalin kerjasama dengan Rumah
ke puskesmas masih kurang. Sakit. Kerjasama dengan lintas sektor
yaitu dengan kuwu dalam
Sumber Daya penanggulangan TB.
Sumber daya manusia di
Puskesmas Terisi sudah sesuai standar Peran Serta Masyarakat
karena semua petugas puskesmas terlibat Peran serta masyarakat dalam
dalam pelaksanaan program P2TB akan penanggulangan Tuberkulosis belum
tetapi perlu pengaktifan kader kembali. dilakukan secara optimal karena masih
Ketersedian logistik di Puskesmas Terisi rendah kesadaran masyarakat untuk
sudah memenuhi kebutuhan pasien dan memeriksakan sakit batuknya ke
obat selalu tersedia dan sesuai standar Puskesmas, tidak mau melakukan tes
sehingga cukup lengkap. Ketersediaan dahak. Stigma negatif tentang TB masih
dana dan alokasinya dalam pelaksanaan ada di lingkungan masyarakat yang
program P2TB sudah mencukupi dengan dikaitkan dengan tradisi karena
sumber dari BOK dan APBD. pengetahuan tentang penyakit TB
kurang.
Sistem Informasi
Pencatatan dan pelaporan yang Proses
dilakukan oleh petugas Puskesmas Perencanaan program P2TB di
kepada Dinas Kesehatan menggunakan Puskesmas sudah optimal yaitu terdapat
aplikasi SITB (Sistem Informasi perencanaan kegiatan program P2TB
Tuberkulosis) tanpa menghilangkan seperti kegiatan penanggulangan TB
laporan-laporan manual. Sistem
yaitu kunjungan kontak serumah pasien
informasi pelaporan sudah sesuai TB, sosialisasi, kegiatan surveilans,
standar, akan tetapi pada saat penemuan dan penanganan kasus,
pelaksanaanya terdapat beberapa kendala
monitoring dan evaluasi serta
seperti sinyal, dan petugas yang sepuhpenyusunan anggaran dan supervisi.
kurang mengerti dengan pelaporan Dalam pelaksanaan program TB itu tidak
secara online. ada penyusunan staff yang dilakukan
dari Dinas Kesehatan ataupun dari
Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Puskesmas karena sudah ditentukan dari
Kemitraan. Pusat berdasarkan Permenkes RI Nomor
Koordinasi dilakukan dengan cara 67 Tahun 2016. Standar Ketenagaan TB

22 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
di Puskesmas adalah puskesmas dengan tidak mengetahui tentang TB dan
laboratorium yang mampu melakukan penanggulangannya. Selain itu
pemeriksaan mikroskopis dahak dan menyebabkan petugas kesehatan sulit
menerima rujukan: kebutuhan minimal untuk melakukan rapat koordinasi,
tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 advokasi dan kerjasama dengan
dokter, 1 perawat/petugas TB, dan 1 pemangku kebijakan. Penyuluhan TB ini
tenaga laboratorium. perlu dilakukan karena masalah TB
Pelaksanaan Program P2TB banyak masalah pengetahuan dan
dilakukan dengan kunjungan kontak perilaku masyarakat. (Faradis & Indarjo,
serumah penderita TB dan kunjungan 2018).
dokter praktik mandiri (DPM). Berdasarkan hasil penelitian
Penanggulangan TB diselenggarakan diketahui bahwa kegiatan surveilans TB
melalui kegiatan: promosi kesehatan, dilakukan melalui SITB (Sistem
surveilans TB, pengendalian faktor Informasi Tuberkulosis) yang
risiko, penemuan dan penanganan kasus didalamnya terdapat informasi tentang
TB, pemberian kekebalan, dan indeks kasus TB dan pasien terduga TB
pemberian obat pencegahan. yang memeriksakan dirinya langsung ke
Pengawasan yang dilakukan Dinas Puskesmas. Selain itu petugas juga
Kesehatan dengan bentuk pertemuan melakukan pemeriksaan kontak serumah
evaluasi pertiga bulan sekali dalam dan pencarian suspek secara aktif.
setahun, dan Dinas Kesehatan Pelaksanaan surveilans TB masih
melakukan pengawasan berbasis aplikasi terdapat kendala yaitu terdapat
yang bisa dilihat setiap waktu, adapun penolakan dari pasien, pasien yang yang
pengawasan yang dilakukan oleh kepala mau dikunjungi kadang-kadang tidak ada
puskesmas terhadap pemegang program dirumah, dan masyarakat yang terduga
TB dilakukan setiap hari, adapun petugas suspek TB disuruh pemeriksaan dahak di
TB melakukan pengawasan terhadap Puskesmas tidak datang ke puskesmas,
penderita melalui PMO. serta masih banyak masyarakat yang
berstigma negatif tentang penyakit TB
Output dan rasa malu jika dinyatakan sakit
Data hasil capaian program sehingga kepedulian masyarakat untuk
penanggulangan TB, penemuan terbuka akan kesehatannya dengan
penderita belum mencapai target yang petugas kesehatan masih rendah
ditetapkan. Pada tahun 2021 target yang terutama terkait dengan sakit batuk yang
ditentukan dari Dinas Kesehatan terduga tanda gejala penyakit TB.
Kabupaten Indramayu 175 adapun Surveilans TB dilakukan untuk
capaiannya hanya 51 Kasus yang memperoleh gambaran yang akan
ditemukan. digunakan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian program
PEMBAHASAN Penanggulangan TB. Surveilans TB
Input ditujukan untuk meningkatkan
Kegiatan Pengendalian TB kewaspadaan dini dan tindakan respon
Akibat pandemi covid-19 petugas terhadap terjadinya peningkatan TB
kesehatan sulit melakukan penyuluhan resistan obat. Penyelenggaraan
ke masyarakat sehingga masyarakat Surveilans TB dilakukan pengumpulan

23 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
data secara aktif dan pasif baik secara TB berasal dari warga terduga TB yang
manual maupun elektronik. Sejalan melakukan pemeriksaan ke Puskesmas.
dengan penelitian Ersanti dkk. (2016), Secara aktif yaitu penemuan kasus TB
diketahui bahwa pengumpulan data baik berasal dari pencarian aktif. Penanganan
di Dinas Kesehatan maupun di kasus TB oleh petugas TB di Puskesmas
Puskesmas dilakukan secara pasif, yaitu dimulai dari penegakan diagnosis
data diperoleh dari laporan rutin fasilitas melalui pemeriksaan dahak pada pasien
kesehatan maupun sumber pelapor terduga TB yang dengan tes
lainnya (Ersanti, Nugroho, & Hidajah, mikrospkopis dan uji Tes Cepat
2016). Molekuler (TCM) di Rumah Sakit
Pengendalian faktor resiko Bayangkara dan RSUD. Penemuan kasus
penyakit TB telah dilakukan baik TB ditentukan setelah dilakukan
didalam maupun diluar Puskesmas penegakan diagnosis, penetapan
Terisi. Pengendalian faktor risiko TB klasifikasi dan tipe pasien TB.
ditujukan untuk mencegah, mengurangi Penanganan kasus dalam
penularan dan kejadian penyakit TB. Penanggulangan TB dilakukan melalui
Pengendalian faktor risiko TB kegiatan tata laksana kasus untuk
dilakukan dengan membudayakan memutus mata rantai penularan dan/atau
perilaku hidup bersih dan sehat, pengobatan pasien. Sesuai dengan
membudayakan perilaku etika berbatuk, penelitian yang dilakukan oleh Faizah
melakukan pemeliharaan dan perbaikan dkk. (2019) diketahui bahwa proses
kualitas perumahan dan lingkungannya penemuan suspek TB ketika sudah
sesuai dengan standar rumah sehat, ditemukan biasanya langsung disarankan
peningkatan daya tahan tubuh, periksa ke Puskesmas, atau dilaporkan
penanganan penyakit penyerta TB, ke Puskesmas sehingga oleh Tim TB
penerapan pencegahan dan pengendalian akan dilakukan kunjungan rumah. Pada
infeksi TB di Fasilitas Pelayanan tahap awal akan dilakukan pemeriksaan
Kesehatan dan di luar Fasilitas dahak, pasien diminta mengumpulkan
Pelayanan Kesehatan. Setiap pasien TB dahak sewaktu-pagi (SP). hasil
disarankan ketika berbatuk harus pemeriksaan sudah ada dilanjutkan
menutup mulut dengan sapu tangan dan dengan diberikan OAT sesuai dengan
jangan membuang dahaknya di hasil pemeriksaan (Faizah & Raharjo,
sembarangan tempat, tetapi 2019).
membudayakan etika berbatuk belum Pemberian kekebalan yang
sepenuhnya dilakukan di masyarakat dilakukan yaitu pemberian imunisasi
walaupun sudah selalu di promosikan, BCG pada bayi dan kepada anak usia
karena masyarakat belum menyadari dibawah 5 tahun yang melakukan kontak
bahaya penularan penyakit TB tersebut erat dengan pasien TB dan PP INH
ketika berbatuk (Purba, Elfida et all. diberikan kepada ODHA yang tidak
2019). memiliki penyakit TB. Vaksin BCG
Hasil penelitian kegiatan (Bacille Calmette-Guérin) adalah vaksin
penemuan kasus TB di Puskesmas Terisi hidup yang dilemahkan yang berasal dari
dilakukan secara pasif dan aktif sesuai Mycobacterium bovis. Pemberian
dengan Permenkes Nomor 67 Tahun vaksinasi BCG berdasarkan Program
2016. Secara pasif yaitu penemuan kasus Pengembangan Imunisasi diberikan pada

24 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
bayi 0-2 bulan. Pemberian vaksin BCG tenaga laboratorium. Pemegang program
pada bayi > 2 bulan harus didahului TB juga melakukan kerjasama dengan
dengan uji tuberkulin. Petunjuk kader TB, akan tetapi 2 kader tersebut
pemberian vaksinasi BCG mengacu pada tidak aktif melakukan skrining TB
Pedoman Program Pemberian Imunisasi dimasyarakat. Kurangnya jumlah kader
Kemenkes. Secara umum perlindungan dengan beban tugas yang banyak dan
vaksin BCG efektif untuk mencegah wilayah yang luas mengakibatkan
terjadinya TB berat seperti TB milier dan pelaksanaan penemuan kasus TB,
TB meningitis yang sering didapatkan penyuluhan kesehatan, pencatatan dan
pada usia muda. Vaksinasi BCG ulang pelaporan menjadi kurang optimal. Hal
tidak direkomendasikan karena tidak ini sesuai dengan penelitian Pratama dkk
terbukti memberi perlindungan (2019), bahwa Jumlah petugas yang
tambahan. sedikit, dan pekerjaan yang banyak
Berdasarkan hasil penelitian menjadi permasalahan dalam melakukan
pemberian pengobatan pencegahan penemuan kasus secara aktif dan
terhadap ODHA yang diberikan pelaksanaan program menjadi tidak
kombinasi pengobatan yaitu dengan optimal (Pratama, Muchti Y et all,
pemberian obat ARV dan OAT (Obat 2019).
Anti Tuberkulosis) dan petugas Kebutuhan OAT disediakan oleh
kesehatan memberikan imunisasi BCG Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu,
pada anak usia dibawah lima tahun. kemudian akan didistribusikan ke
Sebagai salah satu upaya pencegahan TB Puskesmas sesuai dengan kebutuhan
aktif pada ODHA, pemberian setiap Fasilitas Kesehatan Tingkat
pengobatan pencegahan dengan Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan
Isoniazid (PP INH) dapat diberikan pada Tingkat Lanjutan (FKTL). Distribusi
ODHA yang tidak terbukti TB aktif dan OAT untuk setiap FKTP dilakukan jika
tidak ada kontraindikasi terhadap INH. ada permintaan ke Dinas Kesehatan
Dosis INH yang diberikan adalah 300 Kabupaten Indramayu sesuai dengan
mg per hari dengan dosis maksimal 600 jumlah kasus TB yang ditemukan. Obat
mg per hari, ditambah Vitamin B6 25 mg Anti Tuberkulosis (OAT) di Puskesmas
per hari selama 6 bulan. Terisi tersedia dalam jumlah yang cukup
dan jenis sesuai dengan kebutuhan
Sumber Daya pasien TB. OAT untuk pasien TB
Hasil penelitian menunjukkan disimpan dalam ruangan khusus
bahwa pelaksana program P2TB di penyimpanan obat, bersamaan dengan
Puskesmas Terisi dilaksanakan oleh persediaan obat-obatan untuk
semua petugas tetapi kader TB di pengobatan lainnya. Ketersediaan obat
wilayah kerja Puskesmas Terisi tidak dan perbekalan kesehatan (logistik TB)
aktif. SDM dalam Program P2TB di merupakan bagian terpenting dalam
Puskesmas Terisi sudah sesuai dengan keberhasilan Program Penanggulangan
Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 TB. Sejalan dengan penelitian Suarayasa
bahwa kebutuhan minimal tenaga dkk. (2019), menyatakan bahwa logistik
pelaksana terlatih untuk pelaksanaan penanggulangan TB mulai dari bahan
program P2TB di Puskesmas terdiri dari diagnosis dan obat disediakan melalui
1 dokter, 1 perawat/petugas TB, dan 1 program penanggulangan TB dari dana

25 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
APBN. Penyediaannya dilakukan sesuai keluarga pasien TB, jadwal rutin pasien
permintaan dinas kesehatan kabupaten TB melakukan pemeriksaan dahak dan
Sigi (Surayasa, Ketut et all, 2019). pengambilan OAT di Puskesmas. Hal
Berdasarkan hasil penelitian tersebut memudahkan pemegang
pendanaan untuk pelaksanaan program program dalam memantau keteraturan
P2TB di Puskesmas Terisi sudah pengobatan dan efek samping yang
mencukupi dan dana tersebut berasal dari dikeluhkan oleh pasien TB. Hambatan
Dana BOK dan APBN. Sesuai yang dialami oleh pemegang program
Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2019 TB dalam menggunakan SITB yaitu
bahwa dana Bantuan Operasional seperti sinyal, dan petugas yang udah
Kesehatan (BOK) merupakan salah satu “sepuh” kurang mengerti dengan
sumber pendanaan untuk menunjang pelaporan secara online.
operasional pelayanan di Puskesmas
yang bersumber dari APBN untuk Sistem Informasi
kegiatan non fisik. Pembiayaan Program Sistem Informasi yang dimaksud
TB dapat diidentifikasi dari berbagai dalam Permenkes RI Nomor 67 Tahun
sumber mulai dari anggaran pemerintah 2016 yaitu data untuk program
dan dari berbagai sumber lainnya, Penanggulangan TB diperoleh dari
sehingga semua potensi sumber dana sistem pancatatan dan pelaporan TB.
dapat dimobilisasi. Mobilisasi alokasi Pencatatan dan pelaporan TB mulai dari
sumber dana secara tepat, baik di tingkat FKPTP, FKPTL, Dinas Kesehatan
pusat maupun daerah harus dilaksanakan Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan
melalui komitmen pembiayaan Kota Provinsi kepada Dinas Kesehatan
pemerintah pusat dalam Anggaran Kota Pusat menggunakan aplikasi SITB
Pendapatan dan Belanja Nasional (Sistem Informasi Tuberkulosis). Sejalan
(APBN) dan peningkatan pemerintah dengan penelitian dari Setiawan (2017),
daerah dalam Anggaran Pendapatan dan setelah sistem informasi pencatatan
Belanja Daerah (APBD)dan penerimaan pengobatan manual dikembangkan
dana hibah. Puskesmas dalam menjadi berbasis website dengan
melaksanakan program P2TB dengan pemrograman menggunakan PHP
metode DOTS memiliki biaya dengan sistem operasi MS Windows.
penyelenggaraan pengobatan paru paling Petugas menjadi lebih mudah dalam
kecil sehingga terbukti Puskesmas memantau jadwal pengobatan pasien
merupakan pelayanan kesehatan yang karena pasien sudah terbagi berdasarkan
paling efektif untuk penanganan TB Paru tanggal pengobatan, baik dalam jadwal
(Ulya & Thabrany, 2017). minum obat, jadwal pengambilan obat
Hasil penelitian dengan petugas maupun jadwal pemeriksaan dahak
TB di Puskesmas Terisi diketahui bahwa ulang. Selain itu dalam mengirim pesan
setiap ditemukan pasien TB dari yang petugas lebih mudah karena nomor
melakukan pemeriksaan di Puskesmas handphone pasien sudah tersimpan
akan dilakukan pencatatan pada formulir dalam basis data (Setiawan, 2017).
pasien TB yang diinputkan ke SITB dan
tanpa menghilangkan laporan secara Koordinasi, Jejaring Kerja, dan
manual. Sistem tersebut terdapat Kemitraan.
informasi identitas pasien TB, nomor HP Berdasarkan hasil penelitian,

26 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
koordinasi yang dilakukan antara Dinas Berdasarkan hasil penelitian
Kesehatan dengan pemegang program diketahui bahwa peran serta masyarakat
TB di Puskesmas yaitu adanya dalam pelaksanaan program P2TB masih
monitoring dan evaluasi dalam bentuk belum optimal. Hal ini dikarenakan
capaian-capaian program, kinerja masih banyak masyarakat yang belum
program di Puskesmas, dan terbuka tentang penyakitnya terutama
permasalahan-permasalahan yang ada sakit batuk kepada petugas kesehatan,
setiap setahun sekali. Bersamaan dengan masih banyak masyarakat yang malu
dilakukannya supervisi ke semua apabila sakit batuknya diketahui
Puskesmas program P2TB dan dengan penyakit TB sehingga menolak pada saat
dilakukannya supervisi di semua dilakukan wawancara terkait
Puskesmas. Monitoring dan evaluasi kesehatannya dan dianjurkan untuk
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan tes dahak ke
Kabupaten Indramayu kepada petugas Puskesmas tetapi banyak yang tidak
TB di Puskesmas dilaksankan setiap 3 melaksanakanya dan terbatasnya
bulan. Jejaring kerja yang dilakukan informasi tentang penderita TB
pemegang program TB bersama dengan dilingkungan masyarakat, dan
BP Umum, Poned, KIA serta BP lain Pengetahuan masyarakat tentang
yang terkait untuk penjaringan kasus TB. penyakit TB masih rendah dan stigma
Adapun Kemitraan yang dilakukan oleh negatif masyarakat terkait penyakit TB
petugas Puskesmas dengan lintas masih tinggi. Sejalan dengan penelitian
program yaitu menjalin kerjasama Yuniar dkk (2017), kurangnya
dengan Rumah Sakit dan Dinas pengetahuan tentang TB dan nilai-nilai
Kesehatan Kabupaten Indramayu. budaya setempat seperti memandang
Kerjasama dengan lintas sektor yaitu penderita TB jangan sampai diketahui
dengan camat, lurah, Dinas Pendidikan oleh banyak pihak karena anggapan TB
dan sekolah untuk mendapatkan merupakan penyakit yang memalukan
dukungan yang baik dalam (Yuniar, Isma et all, 2017).
penanggulangan TB. Akan tetapi,
kerjasama lintas sektor dengan sektor Proses
industri,perusahaan,tempat kerja kurang Perencanaan program P2TB di
optimal karena masih banyak instansi Puskesmas sudah baik karena sudah ada
instansi yang belum berperan dalam perencanaan kegiatan program P2TB
penanggulangan TB. Supervisi yang seperti kegiatan penanggulangan TB
dilakukan secara rutin oleh pihak Dinas yaitu kunjungan kontak serumah pasien
Kesehatan kepada kinerja petugas di TB, sosialisasi, kegiatan surveilans,
Puskesmas dapat memberikan manfaat penemuan dan penanganan kasus,
atau perbaikan petugas dalam monitoring dan evaluasi serta
melaksanakan penemuan dan pengobatan penyusunan anggaran dan supervisi.
kasus TB, sehingga proporsi berkinerja Perencanaan tersebut memiliki tujuan
baik lebih banyak dibandingkan petugas yaitu untuk menurunkan angka kesakitan
yang menyatakan jarang supervisi dalam dan ke kematian yang diakibatkan oleh
bekerja (Husein & Sormin, 2012). TB. Proses perencanaan Penanggulangan
TB dilaksanakan dengan langkahlangkah
Peran Serta Masyarakat yaitu analisis situasi untuk melihat

27 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
kesenjangan dari capaian dan target yang menjalankan tugas sendiri.
telah ditetapkan, identifikasi masalah dan Pengawasan yang dilakukan Dinas
menentukan prioritas, menetapkan tujuan Kesehatan dengan pertemuan evaluasi
dan menentukan alternatif mencapai dilaksanakan pertiga bulan sekali dalam
tujuan, melakukan analisis untuk setahun, dan Dinas Kesehatan
memilih kegiatan prioritas, menyusun melakukan pengawasan berbasis aplikasi
rencana kegiatan atau operasional yang bisa dilihat setiap waktu, adapun
berdasarkan hasil analisis keadaan, petugas TB melakukan pengawasan
masalah dan prioritas, serta perencanaan terhadap penderit melalui Pengawas
dan penganggaran Penanggulangan TB. Minum Obat. Pembinaan dan
Berdasarkan informasi yang didapatkan pengawasan dalam penanggulangan TB
dari Informan dalam pelaksanakan bertujuan menjamin Pelaksanaan
program TB itu tidak ada penyusunan program penanggulangan TB dapat
staff yang dilakukan dari Dinas berjalan sesuai tujuan program,
Kesehatan ataupun dari Puskesmas Peningkatan kemampuan petugas
karena sudah ditentukan dari Pusat penanggulangan TB, dan Peningkatan
berdasarkan Permenkes RI Nomor 67 kemampuan pemantauan wilayah
Tahun 2016. Standar Ketenagaan TB di setempat.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Fasilitas Kesehatan Tingkat Output
Pertama Rujukan Mikroskopis TB Berdasarkan data hasil capaian
(FKTPRM), adalah puskesmas dengan program penanggulangan TB, penemuan
laboratorium yang mampu melakukan penderita belum mencapai target yang
pemeriksaan mikroskopis dahak dan ditetapkan. Pada tahun 2021 target yang
menerima rujukan: kebutuhan minimal ditentukan dari Dinas Kesehatan
tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 Kabupaten Indramayu sebanyak 175
dokter, 1 perawat/petugas TB, dan 1 adapun capaiannya hanya 51 Kasus yang
tenaga laboratorium. ditemukan. Hal ini membuktikan bahwa
Dalam Pelaksanaan Program P2TB pelaksanaan penemuan penderita TB di
berdasarkan informasi yang didapatkan Pukesmas Terisi belum maksimal. Hal
dari Informan langkah-langkah ini sebabkan oleh banyak faktor yaitu
pelaksanaan program P2TB yang bisa adanya Pandemi Covid-19 menyebabkan
dilakukan yaitu kunjungan kontak petugas kesehatan sulit untuk melakukan
serumah penderita TB dan Kunjungan penyuluhan ke masyarakat, sulit
praktik mandiri. Pada pelaksanaan melaksanakan rapat koordinasi, serta
sosialiasi kepada masyarakat terdapat sulit melakukan advokasi dan kerjasama
kendala pandemi yaitu tidak bisa dengan pemangku kebijakan.
melakukan perkumpulan dimasyarakat, Pelaksanaan surveilans terdapat kendala
selain itu kendalanya terkadang dokter yang dialami oleh petugas kesehatan
praktik mandiri tidak melaporkan adanya yaitu terdapat penolakan dari pasien,
pasien yang bergejala TB, dan pasien yang yang mau dikunjungi
masyarakat enggan dikunjungi jika pihak kadang kadang tidak ada dirumah, dan
petugas kesehatan terlalu banyak dalam masyarakat yang terduga suspek TB
mengunjungi rumah makanya petugas disuruh pemeriksaan dahak di
TB disituasi pandemi sekarang ini hanya Puskesmas tidak datang, masih

28 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
rendahnya kesadaran masyarakat untuk diteliti dalam penelitian penanggulangan
memeriksakan sakit batuknya ke TB.
Puskesmas, tidak mau melakukan tes
dahak dan stigma negatif tentang TB DAFTAR PUSTAKA
masih ada di lingkungan masyarakat Ayuningtyas, D. (2018). Analisis
yang dikaitkan dengan tradisi karena Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan
pengetahuan tentang penyakit TB Aplikasi. Bandung: Rajawali.
kurang. Aditama, W., Zulfikar, Z., & Baning, R.
(2013). Evaluasi Program
SIMPULAN Penanggulangan Tuberkulosis Paru
Pelaksanaan program di Kabupaten Boyolali. Kesmas:
penanggulangan TB di Puskesmas Terisi Jurnal Kesehatan Masyarakat
belum terlaksana dengan baik dilihat dari Nasional (National Public Health
segi input, proses, dan output. Hal ini Journal), 7(6), 243-250.
sebabkan oleh banyak faktor yaitu Adyaningrum, N., Suryawati, C., &
adanya Pandemi Covid-19 menyebabkan Budiyanti, R. T. (2019). Analisis
petugas kesehatan sulit untuk melakukan Pengawasan Menelan Obat Pasien
penyuluhan ke masyarakat, sulit Tuberkulosis (TB) dalam Program
melaksanakan rapat koordinasi, serta Penanggulangan TB di Puskesmas
sulit melakukan advokasi dan kerjasama Sempor II Kabupaten Kebumen.
dengan pemangku kebijakan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Pelaksanaan surveilans terdapat kendala (Undip), 7(4), 542-555.
yang dialami oleh petugas kesehatan Faizah, I. L., & Raharjo, B. B. (2019).
yaitu terdapat penolakan dari pasien, Penanggulangan Tuberkulosis Paru
pasien yang yang mau dikunjungi dengan Strategi DOTS (Directly
kadang-kadang tidak ada dirumah, dan Observed Treatment Short Course).
masyarakat yang terduga suspek TB HIGEIA (Journal of Public Health
disuruh pemeriksaan dahak di Research and Development), 3(3),
Puskesmas tidak datang, masih 430-441.
rendahnya kesadaran masyarakat untuk Faradis, N. A., & Indarjo, S. (2018).
memeriksakan sakit batuknya ke Implementasi Kebijakan Permenkes
Puskesmas, tidak mau melakukan tes Nomor 67 Tahun 2016 tentang
dahak dan stigma negatif tentang TB Penanggulangan Tuberkulosis.
masih ada di lingkungan masyarakat HIGEIA (Journal of Public Health
yang dikaitkan dengan tradisi karena Research and Development), 2(2),
pengetahuan tentang penyakit TB 307-319.
kurang. Hayati, D., & Musa, E. (2016).
Hubungan Kinerja Pengawas
SARAN Menelan Obat Dengan Kesembuhan
Saran untuk penelitian selanjutnya Tuberkulosis di UPTD Puskesmas
yaitu dapat melakukan penelitian sejenis Arcamanik Kota Bandung. Jurnal
di tempat lain tentang pelaksanaan Keperawatan BSI, 4(1).
penanggulangan tuberkulosis, agar dapat Hetty Ismainar, S. K. M. (2015).
menggali informasi lebih dalam dengan Administrasi Kesehatan Masyarakat:
menambahkan indikator lain yang belum bagi Perekam Medis dan

29 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
Informatika Kesehatan. Deepublish. Paru di Puskesmas Kota Manado.
Husein, R. D., & Sormin, T. (2016). Jurnal Kedokteran Komunitas dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan Tropik, 3(2).
dengan Kinerja Petugas Program TB Pratama, M. Y., Gurning, F. P., &
Paru Terhadap Penemuan Kasus Suharto, S. (2019). Implementasi
Baru di Kabupaten Lampung Penanggulangan Tuberkulosis di
Selatan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Puskesmas Glugur Darat Kota
Sai Betik, 8(1), 52-59. Medan. Jurnal Kesmas Asclepius,
Kemenkes RI (2016). Peaturan Menteri 1(2), 196-205.
Kesehatan Republik Indonesia Profil Kesehatan (2020). Dinkes Jawa
Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Barat.
Penanggulangan Tuberkulosis. Profil Kesehatan (2020). Dinkes
Jakarta : Kemenkes. Kabupaten Indramayu.
Marahmah, M. (2020). Implementasi Purba, E., Hidayat, W., & Silitonga, E.
Program Penanggulangan TB Paru (2019). Analisis Implementasi
dengan Strategi Directly Observed Kebijakan Penanggulangan TB
Treatment Shortcourse di Puskesmas dalam Meningkatkan Kualitas Hidup
Panyabungan Jae Kabupaten Penderita TB Paru di Puskesmas
Mandailing Natal (Doctoral Tigabaru Kabupaten Dairi Tahun
dissertation, Universitas Islam 2018. Jurnal Ilmiah Simantek, 3(3).
Negeri Sumatera Utara). Rahman, F., Adenan, A., Yulidasari, F.,
Naser, M. N., & Utami, F. P. (2017). Laily, N., Rosadi, D., & Azmi, A. N.
Evaluasi Program Bimbingan Karier (2017). Pengetahuan dan Sikap
Discrepancy Model Dalam Masyarakat Tentang Upaya
Meningkatkan Kualitas Kinerja Pencegahan Tuberkulosis. Media
Konselor. In Prosiding Seminar Kesehatan Masyarakat Indonesia
Bimbingan Dan Konseling (Vol. 1, Universitas Hasanuddin, 13(2), 183-
No. 1, pp. 292-302). 189.
Nugraini, K. E., Cahyati, W. H., & Rohman, A. (2017). Dasar-Dasar
Farida, E. (2015). Evaluasi Input Manajemen. Malang: Inteligensia
Capaian Case Detection Rate (CDR) Media.
TB Paru dalam Program Setiawan, A., Jati, S. P., & Agushybana,
Penanggulangan Penyakit TB Paru F. (2017). Sistem Pemantauan
(P2TB) Puskesmas tahun 2012 Pengobatan Pasien TB Paru di
(Studi Kualitatif di Kota Semarang). Puskesmas Kabupaten Kudus. Jurnal
Unnes Journal of Public Health, Manajemen Kesehatan Indonesia,
4(2). 5(3), 11-18.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Suarayasa, K., Pakaya, D., & Felandina,
Aplikasi Asuhan Keperawatan Y. (2019). Analisis Situasi
Berdasarkan Diagnosa Medis & Penanggulangan Tuberkulosis Paru
Nanda. Malang: Media Action. di Kabupaten Sigi. Healthy
Pongoh, M. E., Palandeng, H. M., & Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan
Rombot, D. V. (2015). Gambaran Tadulako), 5(1), 6-12.
Perilaku Tenaga Kesehatan Tondong, M. A. P., Mahendradhata, Y.,
Terhadap Pengobatan Tuberkulosis & Andono Ahmad, R. (2014).

30 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)
Evaluasi implementasi public
private mix pengendalian
tuberkulosis di Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
tahun 2012.
Tuharea, R., Suparwati, A., & Sriatmi,
A. (2014). Analisis Faktor-Faktor
yang berhubungan dengan
Implementasi Penemuan Pasien TB
Paru dalam Program
Penanggulangan TB di Puskesmas
Kota Semarang. Jurnal Managemen
Kesehatan Indonesia, 2.
Ulya, F., & Thabrany, H. (2019).
Efektivitas Biaya Strategi DOTS
Program Tuberkulosis antara
Puskesmas dan Rumah Sakit Swasta
Kota Depok. Jurnal Ekonomi
Kesehatan Indonesia, 3(1).
WHO (2020) Global Tuberculosis
Report World Health Organization
2020.
Yuniar, I., Sari, K. P., & Yudha, H. T.
(2017). Analisa situasi tuberkulosis
(TB) di Kabupaten Kebumen. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
13(1).

31 Jurnal Kesehatan Indra Husada


Volume 11 nomor 1 (Januari-Juni 2023)

Anda mungkin juga menyukai