Anda di halaman 1dari 9

Miracle Journal of Public Health (MJPH), Vol. 5 No.

1 Juni 2022
DOI: 10.36566/mjph/Vol5.Iss1/278
Website : https://journal.fikes-umw.ac.id/index.php/mjph
e-ISSN: 2622-7762

Kajian Sistem Surveilans Epidemiologi Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kabupaten


Bombana

A Study of Epidemiological Surveillance System for Pulmonary Tuberculosis at the Public


Health Center Bombana Regency

Bari Azis Bethan


UPTD Puskesmas Kabaena Selatan
(barybethan36@gmail.com, 082190788234)

ABSTRAK
Capaian angka penemuan penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Kabupaten Bombana Tahun 2020 hanya
21,8% sehingga belum mencapai target nasional. Hal ini salah satunya karena terdapat permasalahan
terhadap sistem surveilans Tuberkulosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran ketenagaan
Surveilans Tuberkulosis serta sistem input tenaga pelaksana, sarana-prasarana, metode, dan pendanaan di
Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari tenaga surveilans TB Puskesmas dan tenaga surveilans
Tuberkulosis sebanyak 22 orang. Pengumpulan data melalui wawacara dan observasi dokumen. Analisis data
dilakukan secara deskriptif serta penyajian naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 puskesmas
terdapat 40,91% tenaga surveilans Tuberkulosis berlatar epidemiologi, 90,91% puskesmas dengan SDMK
sesuai panduan. Puskesmas memiliki sarana-prasarana lengkap sebesar 81,82%, serta 95,45% puskesmas
telah melaksanakan metode surveilans Tuberkulosis sesuai standar dan 100% puskesmas pendanaannya baik.
Kesimpulan penelitian ini yakni sarana-prasarana lengkap, serta pelaksanan dan pendanaan sudah cukup
baik, tenaga surveilans sesuai panduan namun masih kurang dari jenis tenaga pelaksana. Saran kepada pihak
puskesmas agar melakukan perekrutan tenaga surveilans berlatar belakang epidemiologi.
Kata kunci: Epidemiologi, tuberkulosis, surveilans

ABSTRACT
The achievement rate of finding patients with Pulmonary Tuberculosis in Bombana Regency in 2020
only 21,8%, so it has not reached the national target. This is partly because there are problems with the TB
surveillance system. This was because there were problems with the TB surveillance system. This study
aimed to determine the description of TB surveillance personnel, health human resources input system,
infrastructure/facilities, methods, and funding at the Public Health Center (PHC) in the Bombana Regency.
The type of study was descriptive. The sample in this study consisted 22 of the TB surveillance personnel at
the PHC and TB surveillance personnel. Data collection used interviews and documentation. The data
analysis was done descriptively. The results showed that from 22 PHC there were 40.91% tuberculosis
surveillance personnel with an epidemiological background, 90.91% PHC with human resource according
to the guidelines. PHC have complete infrastructure of 81.82%, and 95.45% of PHC have implemented
tuberculosis surveillance methods according to standards and 100% of PHC have good funding. The
conclusion of this research is that the facilities are complete, as well as the implementation and funding are
quite good, the surveillance staff is according to the guidelines but still less than the type of implementing
staff. Suggestions to the puskesmas to recruit surveillance personnel with an epidemiological background.
Keywords: Epidemiology, tuberculosis, surveillance

Article Info:
Received: 12 Maret 2022 Revised form: 15 Maret 2022 Accepted: 9 April 2022 Published online:Juni 2022

11
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19

PENDAHULUAN Sedangkan pada tahun 2019 jumlah kasus


Tuberkulosis paru ialah infeksi menular Tuberkulosis yang ditemukan sebanyak 566.623
dimana bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang kasus. Hasil survei prevalensi Tuberkulosis dari
menjadi agen penyebabnya. Hampir sepertiga 2015-2019, prevalensi TB akibat dari
masyarakat di dunia diketahui sudah terinfeksi bakteriologis di Indonesia sebanyak 759/100.000
Tuberklosis, serta Sebagian besar negara masih penduduk dengan usia 15 tahun ke atas, serta
banyak penderitanya yang tidak berhasil prevalensi TB BTA (+) sebanyak 257/100.000
disembuhkan karena tidak dapat mengendalikan penduduk dengan usia 15 tahun ke atas.4
TBC.1 Morbiditas akibat Tuberkulosis sampai saat Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
ini masih sangat tinggi, terlebih lagi dengan Tenggara menunjukkan dari 17 Kabupaten/Kota
penularan TB yang sangat mudah menular karena yang ada di Sulawesi Tenggara, kasus BTA
transmisinya yang melalui udara. Maka dari itu, positif yang tertinggi adalah di Kabupaten buton
penanganan Tuberkulosis haruslah cepat serta dengan jumlah 829 (26,7%) kasus BTA Positif
hati-hati jika diperoleh kasus pada suatu daerah.2 dan kasus yang terendah terdapat di Kota Bau-
Berdasarkan data dari WHO bahwa setiap Bau dengan jumlah 30 (0,9%) kasus BTA Positif.
tahun terdapat 10 juta orang terserang Sedangkan kasus TB Paru BTA positif di
Tuberkulosis (TBC) kasus baru di seluruh dunia. Kabupaten Bombana menduduki urutan 10 besar
Indonesia sendiri menjadi negara terbanyak penyakit tertinggi di Sulawesi Tenggara dengan
keempat di dunia dengan akumulasi kasus TBC jumlah kasus sebanyak 256 kasus TB paru BTA
baru. Tterdapat 6 negara dengan kasus baru positif.5
sebesar 60% yakni Afrika Selatan, Pakistan, Data dari Dinkes Kabupaten Bombana
Nigeria, Tiongkok, Indonesia, serta India. menunjukkan bahwa selama 2 tahun terakhir
Diperkirakan mortalitas yang diakibatkan dari kasus Tuberkulosis paru BTA positif mengalami
penyakit Tuberkulosis sejumlah 1,3 juta kematian peningkatan. Pada tahun 2017 ditemukan
ditambah dengan 1,7 juta kematian akibat sebanyak 150 kasus BTA Positif. Pada tahun 2018
Tuberkulosis dengan bawaan HIV. Sampai pada dengan jumlah penderita TB paru positif sebanyak
detik ini, penyakit Tuberkulosis tetap menjadi 212 kasus BTA Positif.6
salah satu dari 10 penyakit yang menyebabkan Berdasarkan pengambilan data awal di Dinas
kematian tertinggi di seluruh dunia.3 Kesehatan Kabupaten Bombana Selama dua tahun
Dalam 3 tahun terakhir, kasus Tuberkulosis di terakhir capaian angka penemuan penderita
Indonesia mengalami tren, karena jumlah kasus Tuberkulosis paru BTA positif Kabubapen
TB yang terus-menerus meningkat tiap tahun. Bombana belum dapat mencapai target nasional.
Dimana tahun 2017 jumlah kasus Tuberkulosis Pada tahun 2018 hanya mencapai tager sebesar
yang ditemukan sebesar 425.089 kasus, pada 40,8%, pada tahun 2019 target capaian meningkat
tahun 2018 ditemukan sebesar 543.874 kasus. menjadi 46,5%. Sedangkan pada tahun 2020

12
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19

periode Januari sampai September mencapai dilaksanakan pada tanggal 01-22 Februari 2021 di
21,8% kasus Tuberkulosis paru BTA positif yang Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana. Populasi
dilaporkan dari 22 puskesmas ke Dinas Kesehatan dalam penelitian ini adalah petugas surveilans TB
Kabupaten Bombana melalui Laporan Kegiatan di 22 puskesmas yang terlibat dalam sistem
Surveilans TB.7 surveilans TB di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas
Dalam membantu pencapaian program Kesehatan Kabupaten Bombana. Sampel
pengendalian TB, sangat penting untuk memiliki penelitian sebanyak 22 petugas surveilans.
data/informasi epidemiologi penyakit TB. Adapun data yang dikumpulkan terkait data
Surveilans TB berperan dalam memberikan Ketenagaan survelans TB serta sistem input man
informasi yang valid kepada pihak manajemen (tenaga pelaksana), material (sarana dan
agar dapat memutuskan kegiatan yang tepat guna prasarana), method (tata laksana) dan money
mengantisipasi dan mengendalikan penyakit TB. (pendanaan) di Puskesmas. Pengumpulan data
Dan juga mengambil bagian dalam membantu dilakukan melalui wawancara serta observasi
pengembahan kasus lebih lanjut, dan pemeriksaan dokumen. Analisis data dilakukan dengan analisis
program P2TB. Agar program surveilans dapat deskriptif, kemudian penyajian data ke dalam
terlaksana sesuai harapan, maka penting untuk bentuk tabel serta narasi.
memiliki administrasi kerangka kerja surveilans
yang baik, termasuk surveilans TB, input, proses, HASIL
serta output. Sistem Input terdiri atas Man, Distribusi responden berdasarkan ketenagaan
8
Money, Material, serta Method. surveilans TB puskesmas pada tabel 1
Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik menunjukkan jumlah tenaga surveilans TB
melakukan penelitian mengenai Kajian Sistem puskesmas sebanyak 22 orang, jumlah tenaga
Surveilans Epidemiologi Tuberkulosis Paru BTA surveilans TB puskesmas yang merupakan latar
(+) di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan belakang pendidikan Epidemiologi sebanyak 9
Kabupaten Bombana. Dimana penelitian ini orang (40,91%), jumlah tenaga surveilans TB
bertujuan untuk mengetahui gambaran ketenagaan puskesmas yang merupakan latar belakang
Surveilans TB serta sistem input tenaga pendidikan SKM (non epidemiologi) sebanyak 5
pelaksana, sarana-prasarana, metode, dan orang (22,73%), jumlah tenaga surveilans TB
pendanaan di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas puskesmas yang merupakan latar belakang
Kesehatan Kabupaten Bombana pendidikan Perawat sebanyak 6 orang (27,27%)
dan jumlah tenaga surveilans TB puskesmas yang
BAHAN DAN METODE merupakan latar belakang Pendidikan Bidan 2
Penelitian ini ialah penelitian deskriptif untuk orang (9,09%).
menyelidiki, menggambarkan, serta menganalisis
terkait sistem surveilans TB. Penelitian ini telah

13
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19

Tabel 1. Distribusi Puskesmas Berdasarkan puskesmas (18,18%) yaitu Puskesmas Matausu,


Ketenagaan Surveilans TB Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tontonunu, Puskesmas Kabaena
Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana
Jenis Ketenagaan N % Timur dan Puskesmas Kabaena Tengah.
Epidemiologi 9 40,91 Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
SKM Non Epidemiologi 5 22,73 Method (Metode) dan Money (Dana) di
Perawat 6 27,27 Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Bidan 2 9,09 Kabupaten Bombana
Non Nakes 0 0
Metode dan Pendanaan
Jumlah 22 100 N %
Surveilans TB
Sumber: Data Primer, 2021 Metode Pelaksanaan Kegiatan Surveilan TB
Baik 21 95,45
Tidak Baik 1 4,55
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Jumlah 22 100
Kriteria Men (Manusia/Tenaga/SDMK) dan
Pendanaan Kegiatan Surveilans TB
Material (Sarana Prasarana) di Puskesmas
Baik 22 100
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Tidak Baik 0 0
Bombana
Jumlah 22 100
Kriteria N %
Sumber: Data Primer, 2021
SDMK
Sesuai Panduan 20 90,91
Distribusi puskesmas berdasarkan Method
Tidak sesuai panduan 2 9,09
Jumlah 22 100 (Metode) pada tabel 3 menunjukkan bahwa 21
Sarana-Prasarana Puskesmas (95,45%) sudah melaksanakan
Lengkap 18 81,82
Tidak Lengkap 4 18,18 kegiatan surveilans TB namun masih terdapat 1
Jumlah 22 100 puskesmas (4,55%) yang belum melaksanakan
Sumber: Data Primer, 2021
kegiatan Surveilans TB sesuai dengan Standar
Distribusi responden berdasarkan Men
Operasional Pelaksanaan (SOP) yaitu Puskesmas
(Manusia/Tenaga) pada tabel 2 menunjukkan
Matausu. Sedangkan berdasarkan Money (Dana)
bahwa dari 22 puskesmas, terdapat 20 puskemas
pada tabel 3 menunjukkan bahwa 22 Puskesmas
(90,91%) dengan Kriteria Sumber Daya Manusia
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Kesehatan (SDMK) yang sudah sesuai dengan
Bombana mendapatkan Anggaran Bantuan
Panduan Penanggulangan TB Nasional,
Operasional Kesehatan (BOK). Dan dalam
sedangkan 2 puskesmas (9,09%) lainnya belum
anggaran tersebut sudah terbagi pembiayaan
sesuai dengan pedoman yaitu Puskesmas Matausu
anggaran kegiatan Surveilans TB.
dan Puskesmas Kabaena Timur dikarenakan 2
puskesmas tersebut masih kekurangan tenaga
PEMBAHASAN
dokter dan petugas TB. Distribusi puskesmas
Ketersediaan tenaga surveilans terlatih belum
berdasarkan Material (sarana-prasarana) pada
sesuai dengan Menteri Kesehatan RI tentang
tabel 2 menunjukkan bahwa Puskesmas yang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan sebaiknya
memiliki sarana-prasarana lengkap berjumlah 18
setiap Puskesmas harus memiliki satu tenaga
puskesmas (81,82%) dan Puskesmas yang tidak
surveilans dan memperoleh pelatihan mengenai
memiliki sarana-prasarana lengkap berjumlah 4

14
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19

sistem surveilans penyakit menular dari Dinkes pendidikanmya, serta pelatihan-pelatihan yang
Kota dan atau dinas kesehatan provinsi.9 Namun dihadiri oleh mereka.11
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Dari 22 Puskesmas, terdapat 20 puskemas
masih terdapat tenaga surveilans yang belum dengan Kriteria Sumber Daya Manusia Kesehatan
pernah mendapat pelatihan mengenai surveilans (SDMK) yang sesuai dengan Panduan
penyakit menular khususnya Penyakit TB. Hal ini Penanggulanag TB Nasional, sedangkan 2
dikarenakan pihak Dinkes Kesehatan Kabupaten puskesmas yang belum sesuai dengan pedoman
Bombana belum pernah melaksanaan pelatihan yaitu Puskesmas Matausu dan Puskesmas
terkait dengan sistem surveilans penyakit menular Kabaena Timur di karenakan 2 Puskesmas
untuk petugas surveilans puskesmas selama tahun tersebut masih kekurangan tenaga dokter dan
2019, yang pernah dilakukan hanya sosialisasi dan petugas TB. Hal ini belum sesuai dengan
refreshing terkait pelaksanaan kegiatan Surveilans Pedoman Nasional Pengendalian TB karena
TB pada akhir tahun 2020. harusnya terdapat 1 dokter, 1 perawat, 1 tenaga
Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap TB, 1 Tenaga Laboratorium.12
sistem manajemen surveilans TB. Kemudian Aksesibilitas petugas laboratorium dan tenaga
terdapat juga programmer surveilans TB yang laboratorium puskesmas yang disiapkan belum
memegang tanggung jawab program tambahan, sesuai dengan Panduan Penanggulangan TB.
hal ini tentu saja berpengaruh terhadapi Dimana harusnya terdapat 1 tenaga teknis serta 1
pencapaian kinerja program surveilans TB. tenaga non teknis. Tetapi, hasil yang didapatkan
Dimana diketahui bahwa dari 22 puskesmas, dalam penelitian hanya terdapat 1 tenaga teknis.
terjadi perombakan program di akhir tahun 2020 Selain itu juga, terdapat salah satu dari
sehingga didapatkan hasil bahwa programmer puskesmas, dimana petugas laboratoriumnya sama
surveilans TB Puskesmas masih ada yang sekali belum mandapatkan pelatihan terkait
berstatus penanggung jawab program Surveilans pemeriksaan mikroskopis TB.
TB baru. Meski demikian, dalam tiga kurun tahun ini,
Sumber daya manusia ialah elemen utama Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana
pada sebuah asosiasi dalam menentukan cara, memberikan pelatihan kepada petugas
pengembangan organisasi dan menentukan laboratorium puskesmas yaitu on the job training
pencapaian upaya dan manajemen kesehatan.10 (OJT). Namun berdasarkan salah satu puskesmas,
Salah satu cara mengetahui mutu suatu pelayanan diketahui petugas laboratoriumnya telah
kesehatan adalah dengan melihat keadaan tenaga mengikuti pelatihan penyegaran program TB,
atau staf di bidang medis. Keadaan tenaga namun pelatihan tersebut belum lengkap dalam
kesehatan pada pelayanan kesehatan dapat penanggulangan TB. Salah satu upaya dalam
diketahu dengan melihat jumlah, dasar mengembangkan sumber daya manusia kesehatan
program TB adalah dengan memberikan

15
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19

pembekalan kepada petugas P2TB, sehingga pelaksana program penanggulanagn TB di


dapat tersedia tenaka kesehatan yang kempeten puskesmas ialah Panduan Nasional Pelayanan
serta professional di bidang penanggulangan TB. Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Panduan
Keberadaan sarana-prasarana juga menjadi itu terdapat 1 buah dengan keadaan yang masih
hal yang sangat penting dalam melakukan dapat digunakan. Oleh karena itu, adanya panduan
surveilans TB. Dimana sarana-prasarana penanggulangan TB dapat menunjang proses
kesehatan tersebut harus selalu dapat diakses serta pelaksanaan program P2TB.
dalam jumlah yang memadai. Sarana-prasaran Penggunaan instrumen pada pelaksanaan
tersebut anatar lain yaitu, ketersediaannya P2TB berbentuk formulir terbagi atas 13 formulir.
ruangan laboratorium sesuai standar, ketersediaan Adapun formulir TB yang digunakan pelaksana
nya buku pedoman penaggulangan TB, program TB pada tingkatan puskesmas antara lain
ketersediaannya formular TB yang cukup, serta TB01, TB02, TB03, TB04, TB05, TB06, TB09,
ketersediaan perangkat surveilans yang lengkap.13 serta TB10. Bersumber pada hasil riset yang
Dalam program Penanggulangan TB, dilakukan, didapatkan bahwa 22 puskesmas
memerlukan laboratorium TB yang menjadi senantiasa ada dan menyiapkannya dengan jumlah
fasilitas penunjang utama ketika melakukan tata yang memadai.
laksana pada pasien TB. Dengan terdapatnya Perangkat surveilans adalah sekumpulan
pelayanan periksa dahak di laboratorium ataupun sebagian peralatan/perlengkaan yang
puskesmas, diharapkan dapat meningkatkan angka dipakai dalam menunjang kegiatan surveilans
penemuan kasus TB di puskesmas-puskesmas. pada tingkatan puskesmas. Berdasar pada hasil
Berdasarkan hasil penelitian, masih ada 2 penelitian masih terdapat 4 puskesmas yaitu
puskesmas yang tidak memiliki ruangan Puskesmas Matausu, Puskesmas Tontonunu,
laboratorium sesuai dengan Permenkes 43 tahun Puskesmas Kabaena Timur, dan Puskesmas
2019 yaitu puskesmas Matausu dan Puskesmas Kabaena Tengah yang tidak memiliki prangkat
Kabaena Timur. dikarenakan Puskesmas tersebut surveilans yang cukup. Sedangkan untuk
masih dalam proses persiapan akreditasi. Hal ini menunjang keberhasilan kegiatan program
tentu akan menghambat semua proses kegiatan surveilans diperlukan perangkat surveilans dalam
penemuaan kasus TB BTA (+). melaksanakan surveilans P2TB. Dimana di
Menurut Azwar, pedoman merupakan puskesmas sendiri perangkat surveilans yang
pernyataan sistematis yang digunakan untuk dapat diakses seperti komputer dengan software
membantu para pengelola dalam pengambilan yang lengkap seperti Microsoft Excell serta
keputusan serta pada pelaksanaan kegiatan.14 SIMPUS, perlengkapan komunikasi seperti
Berdasar pada hasil penelitian, 22 puskesmas telepon ataupun handphone (HP) dengan penyedia
sudah memiliki panduan dalam tata laksana internet yang telah disiapkan tiap-tiap puskesmas.
pengendalian TB. Pedoman yang dipakai oleh

16
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19

Methode ialah ketentuan, strategi, serta pengaruh terhadap suatu kualitas pelayanan
ataupun metode kerja yang mengendalikan kesehatan dalam memberikan pelayanan kepasa
jalannya penerapan suatu kegiatan, sehingga bisa masyarakat.
berjalan sesuai dengan yang ingin dicapai. Dalam Hasil penelitian didapatkan bahwa sumber
penerapan surveilans temuan suspek TB di dana pada pelakasaan program TB di puskesmas
puskesmas Kabupaten Bombama, terdapat sistem bersumber pada dana BOK dimana di dalamnya
input metode yang di dalamnya termasuk meliputi terdapat distribusi dana guna pelaksanaan
memberikan pelatihan kepada petugas P2TB penanggulangan TB di puskesmas. Hal ini sudah
puskesmas dengan tujuan tercapainya target sesuai dengan Pedoman Surveilans Epidemiologi
temuan suspek TB. Dimana target sendiri ialah Penyakit serta Pedoman Teknis Pemakaian Dana
adalah tolak ukur dengan wujud angka ataupun BOK. Sebab TB ialah masalah kesehatan yang
presentasi yang wajib dicapai oleh puskesmas menjadi prioritas dalam upaya kesehatan baik itu
sebelum akhir tahun.15 promotif maupun preventif, yang mana
Salah satu dari indikator sebuah puskesmas mempunyai pengaruh besar dalam kaitannya
tersebut sudah dapat melakukan program dengan pencapaian MDGs puskesmas serta
pengendalian TB yaitu dengan adanya sasaran jajaran staf Puskesmas.16
penemuan kasus baru TB di puskesmas. Dari hasil
penelitian, 22 puskesmas tersebut telah KESIMPULAN DAN SARAN
mempunyai target temuan suspek TB yang wajib Berdasarkan pada hasil penelitian dapat
puskesmas dicapai setiap tahun. Dimana target disimpulkan bahwa hampir semua puskesmas di
yang diterapkan puskesmas mengikuti target wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
nasional yakni 70% dari seluruh masyarakat. 22 Bombana terkait sistem surveilans Tuberkulosis
Puskesmas suda melaksanakan Kegiatan Paru telah memiliki sarana-prasarana lengkap,
Surveilans TB namun masih terdapat 1 Puskesmas pelaksanan dan pendanaan sudah cukup baik,
yang belum melaksanakan Kegiatan Surveilans tenaga surveilans sesuai panduan namun masih
TB sesuai dengan Standar Oprasional Pelaksanaan kurang dari jenis tenaga pelaksana yang berlatar
(SOP) yaitu Puskesmas Matausu. Dikarenakan epidemiologi. Berdasarkan hal tersebut, maka
Puskesmas tersebut tidak memiliki tenaga petugas peneliti memberikan saran kepada pihak
TB serta tidak memiliki Ruang Laboratorium pemerintah Kabupaten Bombana terkhusus Dinas
sesuai Permenkes 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Bombana dan puskesmas agar
Pelayanan Kesehatan (Puskesmas). melakukan perekrutan tenaga surveilans berlatar
Dana (money) juga menjadi salah satu belakang epidemiologi. Bagi peneliti selanjutnya
komponen yang penting dalam menunjang agar mengembangkan penelitian Kajian Sistem
pelaksanaan kegiatan ataupun program. Input Surveilans Epidemiologi TB Paru BTA (+)
Tersedianya dana yang cukup memberikan

17
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19

dengan menambah variabel penelitian terkait Tentang Penanggulangan Tuberkolosis.


faktor proses dan output. Jakarta; 2016.
9. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
UCAPAN TERIMA KASIH Menteri Kesehatan 45 tahun 2014 Tentang
Dengan hormat, penulis menyampaikan Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.
ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Jakarta; 2014.
Kesehatan Kabupaten Bombana beserta seluruh 10. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
stafnya atas ketersediaan waktu dan lokasinya Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
selama studi. Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Jakarta; 2019.
DAFTAR PUSTAKA 11. Novanty F, Ningrum DNA. Evaluasi Input

1. Buton J, Ali L. Faktor Risiko Kejadian Sistem Surveilans Penemuan Suspek

Penyakit Tuberkulosis Paru BTA Positif Tuberkulosis (TB) di Puskesmas Wilayah

Diwilayah Kerja Puskesmas Wajo Kota Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Bau-Bau. Miracle J Public Health. Magelang. Unnes Journal Public Health.

2018;1(2):46–57. 2016;5(2):120–129.

2. World Health Organization. Global 12. Fauzan A, Djunaidi G. Metodologi

Tuberculosis Report 2017. Geneva; 2017. Penelitian Kualitatif. Malang: UIN Malang

3. World Health Organization. Global Press; 2008.

Tuberculosis Report 2019. Geneva; 2019. 13. Ersanti AM, Nugroho A, Hidajah AC.

4. Kementerian Kesehatan RI. Profil Gambaran kualitas sistem surveilans TB di

Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta; Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik

2020. berdasarkan pendekatan sistem dan

5. Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara. Profil penilaian atribut. Journal Information

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara System Public Health. 2017;1(2):9–15.

Tahun 2018. Kendari: Dinas Kesehatan 14. Azwar S. Penyusunan Skala Psikologi.

Provinsi Sulawesi Tenggara; 2019. Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2018.

6. Dinkes Kabupaten Kolaka. Profil Kesehatan 15. Katiandagho D. Pengembangan Sistem

Kabupaten Kolaka 2020. Kolaka: Dinas Surveilans Penyakit TB Paru di Puskesmas

Kesehatan Kabupaten Kolaka; 2021. Gunungpati Kota Semarang Tahun 2011.

7. Dinkes Kabupaten Bombana. Laporan Jurnal Kesehatan Lingkungan.

Kegiatan Surveilans TB. Bombana: Dinas 2013;3(1):355–368.

Kesehatan Kabupaten Bombana; 2019. 16. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan

8. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Strategi

Menteri Kesehatan No 67 tahun 2016

18
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19

Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun


2011-2014. Jakarta; 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai