1 Juni 2022
DOI: 10.36566/mjph/Vol5.Iss1/278
Website : https://journal.fikes-umw.ac.id/index.php/mjph
e-ISSN: 2622-7762
ABSTRAK
Capaian angka penemuan penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Kabupaten Bombana Tahun 2020 hanya
21,8% sehingga belum mencapai target nasional. Hal ini salah satunya karena terdapat permasalahan
terhadap sistem surveilans Tuberkulosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran ketenagaan
Surveilans Tuberkulosis serta sistem input tenaga pelaksana, sarana-prasarana, metode, dan pendanaan di
Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari tenaga surveilans TB Puskesmas dan tenaga surveilans
Tuberkulosis sebanyak 22 orang. Pengumpulan data melalui wawacara dan observasi dokumen. Analisis data
dilakukan secara deskriptif serta penyajian naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 puskesmas
terdapat 40,91% tenaga surveilans Tuberkulosis berlatar epidemiologi, 90,91% puskesmas dengan SDMK
sesuai panduan. Puskesmas memiliki sarana-prasarana lengkap sebesar 81,82%, serta 95,45% puskesmas
telah melaksanakan metode surveilans Tuberkulosis sesuai standar dan 100% puskesmas pendanaannya baik.
Kesimpulan penelitian ini yakni sarana-prasarana lengkap, serta pelaksanan dan pendanaan sudah cukup
baik, tenaga surveilans sesuai panduan namun masih kurang dari jenis tenaga pelaksana. Saran kepada pihak
puskesmas agar melakukan perekrutan tenaga surveilans berlatar belakang epidemiologi.
Kata kunci: Epidemiologi, tuberkulosis, surveilans
ABSTRACT
The achievement rate of finding patients with Pulmonary Tuberculosis in Bombana Regency in 2020
only 21,8%, so it has not reached the national target. This is partly because there are problems with the TB
surveillance system. This was because there were problems with the TB surveillance system. This study
aimed to determine the description of TB surveillance personnel, health human resources input system,
infrastructure/facilities, methods, and funding at the Public Health Center (PHC) in the Bombana Regency.
The type of study was descriptive. The sample in this study consisted 22 of the TB surveillance personnel at
the PHC and TB surveillance personnel. Data collection used interviews and documentation. The data
analysis was done descriptively. The results showed that from 22 PHC there were 40.91% tuberculosis
surveillance personnel with an epidemiological background, 90.91% PHC with human resource according
to the guidelines. PHC have complete infrastructure of 81.82%, and 95.45% of PHC have implemented
tuberculosis surveillance methods according to standards and 100% of PHC have good funding. The
conclusion of this research is that the facilities are complete, as well as the implementation and funding are
quite good, the surveillance staff is according to the guidelines but still less than the type of implementing
staff. Suggestions to the puskesmas to recruit surveillance personnel with an epidemiological background.
Keywords: Epidemiology, tuberculosis, surveillance
Article Info:
Received: 12 Maret 2022 Revised form: 15 Maret 2022 Accepted: 9 April 2022 Published online:Juni 2022
11
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19
12
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19
periode Januari sampai September mencapai dilaksanakan pada tanggal 01-22 Februari 2021 di
21,8% kasus Tuberkulosis paru BTA positif yang Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana. Populasi
dilaporkan dari 22 puskesmas ke Dinas Kesehatan dalam penelitian ini adalah petugas surveilans TB
Kabupaten Bombana melalui Laporan Kegiatan di 22 puskesmas yang terlibat dalam sistem
Surveilans TB.7 surveilans TB di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas
Dalam membantu pencapaian program Kesehatan Kabupaten Bombana. Sampel
pengendalian TB, sangat penting untuk memiliki penelitian sebanyak 22 petugas surveilans.
data/informasi epidemiologi penyakit TB. Adapun data yang dikumpulkan terkait data
Surveilans TB berperan dalam memberikan Ketenagaan survelans TB serta sistem input man
informasi yang valid kepada pihak manajemen (tenaga pelaksana), material (sarana dan
agar dapat memutuskan kegiatan yang tepat guna prasarana), method (tata laksana) dan money
mengantisipasi dan mengendalikan penyakit TB. (pendanaan) di Puskesmas. Pengumpulan data
Dan juga mengambil bagian dalam membantu dilakukan melalui wawancara serta observasi
pengembahan kasus lebih lanjut, dan pemeriksaan dokumen. Analisis data dilakukan dengan analisis
program P2TB. Agar program surveilans dapat deskriptif, kemudian penyajian data ke dalam
terlaksana sesuai harapan, maka penting untuk bentuk tabel serta narasi.
memiliki administrasi kerangka kerja surveilans
yang baik, termasuk surveilans TB, input, proses, HASIL
serta output. Sistem Input terdiri atas Man, Distribusi responden berdasarkan ketenagaan
8
Money, Material, serta Method. surveilans TB puskesmas pada tabel 1
Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik menunjukkan jumlah tenaga surveilans TB
melakukan penelitian mengenai Kajian Sistem puskesmas sebanyak 22 orang, jumlah tenaga
Surveilans Epidemiologi Tuberkulosis Paru BTA surveilans TB puskesmas yang merupakan latar
(+) di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan belakang pendidikan Epidemiologi sebanyak 9
Kabupaten Bombana. Dimana penelitian ini orang (40,91%), jumlah tenaga surveilans TB
bertujuan untuk mengetahui gambaran ketenagaan puskesmas yang merupakan latar belakang
Surveilans TB serta sistem input tenaga pendidikan SKM (non epidemiologi) sebanyak 5
pelaksana, sarana-prasarana, metode, dan orang (22,73%), jumlah tenaga surveilans TB
pendanaan di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas puskesmas yang merupakan latar belakang
Kesehatan Kabupaten Bombana pendidikan Perawat sebanyak 6 orang (27,27%)
dan jumlah tenaga surveilans TB puskesmas yang
BAHAN DAN METODE merupakan latar belakang Pendidikan Bidan 2
Penelitian ini ialah penelitian deskriptif untuk orang (9,09%).
menyelidiki, menggambarkan, serta menganalisis
terkait sistem surveilans TB. Penelitian ini telah
13
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19
14
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19
sistem surveilans penyakit menular dari Dinkes pendidikanmya, serta pelatihan-pelatihan yang
Kota dan atau dinas kesehatan provinsi.9 Namun dihadiri oleh mereka.11
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Dari 22 Puskesmas, terdapat 20 puskemas
masih terdapat tenaga surveilans yang belum dengan Kriteria Sumber Daya Manusia Kesehatan
pernah mendapat pelatihan mengenai surveilans (SDMK) yang sesuai dengan Panduan
penyakit menular khususnya Penyakit TB. Hal ini Penanggulanag TB Nasional, sedangkan 2
dikarenakan pihak Dinkes Kesehatan Kabupaten puskesmas yang belum sesuai dengan pedoman
Bombana belum pernah melaksanaan pelatihan yaitu Puskesmas Matausu dan Puskesmas
terkait dengan sistem surveilans penyakit menular Kabaena Timur di karenakan 2 Puskesmas
untuk petugas surveilans puskesmas selama tahun tersebut masih kekurangan tenaga dokter dan
2019, yang pernah dilakukan hanya sosialisasi dan petugas TB. Hal ini belum sesuai dengan
refreshing terkait pelaksanaan kegiatan Surveilans Pedoman Nasional Pengendalian TB karena
TB pada akhir tahun 2020. harusnya terdapat 1 dokter, 1 perawat, 1 tenaga
Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap TB, 1 Tenaga Laboratorium.12
sistem manajemen surveilans TB. Kemudian Aksesibilitas petugas laboratorium dan tenaga
terdapat juga programmer surveilans TB yang laboratorium puskesmas yang disiapkan belum
memegang tanggung jawab program tambahan, sesuai dengan Panduan Penanggulangan TB.
hal ini tentu saja berpengaruh terhadapi Dimana harusnya terdapat 1 tenaga teknis serta 1
pencapaian kinerja program surveilans TB. tenaga non teknis. Tetapi, hasil yang didapatkan
Dimana diketahui bahwa dari 22 puskesmas, dalam penelitian hanya terdapat 1 tenaga teknis.
terjadi perombakan program di akhir tahun 2020 Selain itu juga, terdapat salah satu dari
sehingga didapatkan hasil bahwa programmer puskesmas, dimana petugas laboratoriumnya sama
surveilans TB Puskesmas masih ada yang sekali belum mandapatkan pelatihan terkait
berstatus penanggung jawab program Surveilans pemeriksaan mikroskopis TB.
TB baru. Meski demikian, dalam tiga kurun tahun ini,
Sumber daya manusia ialah elemen utama Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana
pada sebuah asosiasi dalam menentukan cara, memberikan pelatihan kepada petugas
pengembangan organisasi dan menentukan laboratorium puskesmas yaitu on the job training
pencapaian upaya dan manajemen kesehatan.10 (OJT). Namun berdasarkan salah satu puskesmas,
Salah satu cara mengetahui mutu suatu pelayanan diketahui petugas laboratoriumnya telah
kesehatan adalah dengan melihat keadaan tenaga mengikuti pelatihan penyegaran program TB,
atau staf di bidang medis. Keadaan tenaga namun pelatihan tersebut belum lengkap dalam
kesehatan pada pelayanan kesehatan dapat penanggulangan TB. Salah satu upaya dalam
diketahu dengan melihat jumlah, dasar mengembangkan sumber daya manusia kesehatan
program TB adalah dengan memberikan
15
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19
16
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19
Methode ialah ketentuan, strategi, serta pengaruh terhadap suatu kualitas pelayanan
ataupun metode kerja yang mengendalikan kesehatan dalam memberikan pelayanan kepasa
jalannya penerapan suatu kegiatan, sehingga bisa masyarakat.
berjalan sesuai dengan yang ingin dicapai. Dalam Hasil penelitian didapatkan bahwa sumber
penerapan surveilans temuan suspek TB di dana pada pelakasaan program TB di puskesmas
puskesmas Kabupaten Bombama, terdapat sistem bersumber pada dana BOK dimana di dalamnya
input metode yang di dalamnya termasuk meliputi terdapat distribusi dana guna pelaksanaan
memberikan pelatihan kepada petugas P2TB penanggulangan TB di puskesmas. Hal ini sudah
puskesmas dengan tujuan tercapainya target sesuai dengan Pedoman Surveilans Epidemiologi
temuan suspek TB. Dimana target sendiri ialah Penyakit serta Pedoman Teknis Pemakaian Dana
adalah tolak ukur dengan wujud angka ataupun BOK. Sebab TB ialah masalah kesehatan yang
presentasi yang wajib dicapai oleh puskesmas menjadi prioritas dalam upaya kesehatan baik itu
sebelum akhir tahun.15 promotif maupun preventif, yang mana
Salah satu dari indikator sebuah puskesmas mempunyai pengaruh besar dalam kaitannya
tersebut sudah dapat melakukan program dengan pencapaian MDGs puskesmas serta
pengendalian TB yaitu dengan adanya sasaran jajaran staf Puskesmas.16
penemuan kasus baru TB di puskesmas. Dari hasil
penelitian, 22 puskesmas tersebut telah KESIMPULAN DAN SARAN
mempunyai target temuan suspek TB yang wajib Berdasarkan pada hasil penelitian dapat
puskesmas dicapai setiap tahun. Dimana target disimpulkan bahwa hampir semua puskesmas di
yang diterapkan puskesmas mengikuti target wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
nasional yakni 70% dari seluruh masyarakat. 22 Bombana terkait sistem surveilans Tuberkulosis
Puskesmas suda melaksanakan Kegiatan Paru telah memiliki sarana-prasarana lengkap,
Surveilans TB namun masih terdapat 1 Puskesmas pelaksanan dan pendanaan sudah cukup baik,
yang belum melaksanakan Kegiatan Surveilans tenaga surveilans sesuai panduan namun masih
TB sesuai dengan Standar Oprasional Pelaksanaan kurang dari jenis tenaga pelaksana yang berlatar
(SOP) yaitu Puskesmas Matausu. Dikarenakan epidemiologi. Berdasarkan hal tersebut, maka
Puskesmas tersebut tidak memiliki tenaga petugas peneliti memberikan saran kepada pihak
TB serta tidak memiliki Ruang Laboratorium pemerintah Kabupaten Bombana terkhusus Dinas
sesuai Permenkes 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Bombana dan puskesmas agar
Pelayanan Kesehatan (Puskesmas). melakukan perekrutan tenaga surveilans berlatar
Dana (money) juga menjadi salah satu belakang epidemiologi. Bagi peneliti selanjutnya
komponen yang penting dalam menunjang agar mengembangkan penelitian Kajian Sistem
pelaksanaan kegiatan ataupun program. Input Surveilans Epidemiologi TB Paru BTA (+)
Tersedianya dana yang cukup memberikan
17
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19
2018;1(2):46–57. 2016;5(2):120–129.
Tuberculosis Report 2017. Geneva; 2017. Penelitian Kualitatif. Malang: UIN Malang
Tuberculosis Report 2019. Geneva; 2019. 13. Ersanti AM, Nugroho A, Hidajah AC.
Tahun 2018. Kendari: Dinas Kesehatan 14. Azwar S. Penyusunan Skala Psikologi.
18
Bary Azis Bethan, MJPH, Vol. 5 No. 1 Juni 2022 Hal: 11 - 19
19