Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN MINI PROJECT

INVESTIGASI KONTAK PROGRAM TUBERKULOSIS PARU


DENGAN METODE PENCARIAN KASUS SECARA AKTIF
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIGONDANG

Disusun Oleh
dr. Nadira Safa Jasmine

Pendamping
dr. Rulistina Prabawani

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS KALIGONDANG
KABUPATEN PURBALINGGA
PERIODE 4 AGUSTUS 2022 – 3 FEBRUARI 2023
LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
PERIODE AGUSTUS 2022 – AGUSTUS 2023

Judul : INVESTIGASI KONTAK PROGRAM TUBERKULOSIS PARU


DENGAN METODE PENCARIAN KASUS SECARA AKTIF DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KALIGONDANG

Penyusun :
dr. Nadira Safa Jasmine

Pendamping :
dr. Rulistina Prabawani

Kaligondang, Januari 2023


Pendamping,

dr. Rulistina Prabawani

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyerang berbagai organ
dalam tubuh manusia, contohnya paru-paru, tulang, dan kelenjar. TB masih
menjadi masalah utama di berbagai negara, terutama negara berkembang seperti
Indonesia. TB menjadi peringkat ke-2 dari penyebab kematian akibat penyakit
infeksi menular setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).1 Jumlah
prevalensi TB di Indonesia sebanyak 1.017.290 kasus berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018). Jawa Tengah menempati tempat ke-3 kasus
TB terbanyak di Indonesia setelah Jawa Barat dan Jawa Timur dengan jumlah
132.565 kasus. Sementara menurut Badan Pusat Statistik Jawa Tengah pada tahun
2021 angka penemuan kasus TBC per 100.000 penduduk di Kabupaten
Purbalingga mencapai 102 kasus.2,3
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak pandemi
COVID-19 dengan pola penyebaran yang masih menunjukkan peningkatan dan
telah berdampak ke seluruh provinsi. Respon terhadap pandemi ini mengharuskan
adanya penyesuaian terhadap pelayanan program kesehatan lainnya termasuk
pelayanan TBC yang dijalankan di fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam hal ini,
Kementerian Kesehatan Indonesia menekankan bahwa pelayanan fasilitas
kesehatan untuk pasien TBC tidak boleh dihentikan di tengah pandemi COVID-19
demi mencegah meningkatnya angka putus obat yang akan berdampak kepada
peningkatan resistensi obat dan penularan tuberkulosis.4
Pengendalian penyakit TBC selama pandemi COVID-19 di Indonesia
memiliki beberapa hambatan akibat pergeseran fokus pelayanan pada
pengendalian dan pelayanan COVID-19. Berdasarkan survey pada Mei 2020 yang
dilakukan Kementerian Kesehatan Bersama STPI dan organisasi lainnya, cakupan
pelayanan TBC di Indonesia mengalami penurunan dari 67% menjadi 28%.
Sedangkan temuan kasus turun menjadi 50%, sangat jauh dari angka yang

3
ditargetkan pada tahun 2020 sebanyak 80%.5 Kesulitan ini juga turut dialami oleh
Puskesmas Kaligondang. Program Penanggulangan TB yang merupakan salah
satu bagian dari Program Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
sudah berjalan, namun mengalami hambatan terutama sejak pandemi COVID-19
sehingga capaian angka temuan TB beberapa desa di wilayah Kecamatan Kaligondang
belum berhasil mencapai target yang ditentukan. Berdasarkan data capaian
penemuan kasus TBC dari 10 desa di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang pada
triwulan 2 tahun 2022, terdapat 1 penderita TB di desa Arenan, 1 penderita TB di
desa Sidanegara, 1 penderita TB di desa Pagerandong, 1 penderita TB di desa
Penolih, 3 penderita TB di desa Selanegara, dan 4 penderita di desa Selakambang.
Sedangkan, tidak ditemukan kasus TB aktif di desa Kaligondang, desa Sidareja,
desa Sinduraja, dan desa Cilapar. Oleh karena itu, kami mengangkat topik ini
untuk meningkatkan efektivitas dan keberhasilan dari Program Pencarian Suspek
TB di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang mendasari dilakukannya kegiatan mini project ini yaitu
berdasarkan data dari ketua program TBC didapatkan capaian penemuan suspek
TB per bulan September 2022 baru mencapai 170 orang dari target 428 orang atau
sekitar 39,7%.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi masalah rendahnya angka temuan kasus suspek TB di
wilayah kerja Puskesmas Kaligondang.
2. Untuk mencari upaya penyelesaian masalah atau alternatif agar dapat
meningkatkan angka temuan kasus suspek TB di wilayah kerja Puskesmas
Kaligondang.

1.4 Manfaat
a. Manfaat untuk Puskesmas Kaligondang
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

4
Kaligondang mengenai bahaya tuberkulosis.
2. Meningkatkan angka temuan kasus suspek TB hingga mencapai target
yang telah ditentukan.

b. Manfaat untuk Dokter Internsip


1. Merupakan kesempatan untuk menambah pengalaman serta menerapkan
ilmu kedokteran terutama Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi di lingkup
kerja sesama tenaga kesehatan maupun di masyarakat.
3. Meningkatkan kemampuan analisa dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah dalam dunia kesehatan.
4. Meningkatkan keilmuan dan pengalaman klinis mengenai penyakit
tuberkulosis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tuberkulosis


Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi bakteri menahun dan
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
Tuberculosis) yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi, sebagaian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus
limfe.6,7

2.2 Tuberkulosis dan Riwayat Alamiah


2.4.1 Cara Penularan Tuberkulosis

Sumber penularan penyakit tuberculosis yaitu melalui pasien TB BTA


positif. Pada saat batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Dalam satu kali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak dan dalam satu kali bersin dapat memproduksi hingga
1 juta percikan dahak. Sedangkan, dosis yang diperlukan terjadinya suatu infeksi
TB adalah 1 sampai 10 basil. Kasus yang paling infeksius adalah penularan dari
pasien dengan hasil pemeriksaan sputum positif, dengan hasil 3+. Pasien dengan
hasil pemeriksaan sputum negatif bersifat tidak terlalu infeksius. Kasus TB ekstra
paru hampir selalu tidak infeksius, kecuali bila penderita juga memiliki TB paru.
Individu dengan TB laten tidak bersifat infeksius, karena bakteri yang
menginfeksi mereka tidak bereplikasi dan tidak dapat melalukan transmisi ke
organisme lain.8
Umumnya penularan terjadi di dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman TB. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya
penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin

6
berpotensi lebih menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang
terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.6,7

2.4.2 Risiko Sakit Tuberkulosis

Dari semua penderita yang terpapar atau memiliki kontak dengan pasien TB
hanya sekitar 10% yang akan menjadi sakit TB. Berdasarkan ARTI 1%,
diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan
10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50
diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Kelompok dengan risiko tertinggi
terinfeksi adalah anak-anak dibawah usia 5 tahun dan lanjut usia.6-8
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang terinfeksi dan menjadi
penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya kondisi
immunodeficiency seperti HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). Infeksi HIV
mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular
immunity) dan merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi TB untuk
menjadi sakit TB (TB Aktif). Sekitar 50-60% orang dengan HIV-positif yang
terinfeksi TB akan mengalami penyakit TB aktif. Bila jumlah orang terinfeksi
HIV meningkat, maka jumlah pasien TB diperikirakan akan meningkat, dengan
demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula. Hal ini juga dapat
terjadi pada kondisi medis lain di mana sistem imun mengalami penekanan seperti
pada kasus silikosis, diabetes melitus, dan penggunaan kortikosteroid atau obat-
obat imunosupresan lain dalam jangka panjang.6,8

2.2 Epidemiologi
Tuberkulosis merupakan satu dari 10 penyebab kematian di dunia dan
merupakan penyebab utama agen infeksius. Pada tahun 2017, TB menyebabkan
sekitar 1,3 juta kematian (rentang, 1,2- 1,4 juta) di antara orang dengan HIV
negatif dan terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang, 266.000-
335.000) pada penderita dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus
TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per
100.000 penduduk.9

7
Secara global, insiden TB per 100.000 penduduk turun sekitar 2% per tahun.
Regional yang paling cepat mengalami penurunan di tahun 2013- 2017 adalah
regional WHO Eropa (5% per tahun) dan regional WHO Afrika (4% per tahun).
Di tahun tersebut, penurunan yang cukup signifikan (4-8% per tahun) terjadi di
Afrika Selatan misalnya Eswatini, Lesotho, Namibia, Afrika Selatan, Zambia,
Zimbabwe), dan perluasan pencegahan dan perawatan TB dan HIV, dan di Rusia
(5% per tahun) melalui upaya intensif untuk mengurangi beban TB.9

Gambar 2.1. Epidemiologi TB di Indonesia

Berdasarkan laporan Global Tuberculosis Report 2020 terdapat 7,1 juta


orang dengan kasus baru TB dilaporkan pada tahun 2019 yaitu sedikit meningkat
dari 7,0 juta pada 2018 tetapi terjadi peningkatan besar dari 6,4 juta pada 2017.
Indonesia menempati urutan kedua setelah India, dengan prevalensi pada tahun
2018 sebesar
1.027.290. Total kasus TB anak yang dirawat pada tahun 2018-2019 adalah 1,04
juta. Jumlah kasus TB anak di Indonesia pada 2018 sebanyak 61.059 dan tahun
2019 sebanyak 63.111 (Total kasus TB Anak tahun 2018-2019 sebanyak
124.170).9,10
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, Banten menempati
urutan ke-5 dengan prevalensi 48.621 kasus TB setelah Jawa Barat, Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. Sementara jumlah kasus TB di Kota
Tangerang Selatan berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 yaitu 677

8
per 100.000 penduduk.2,3

2.3 Tanda dan Gejala Tuberkulosis


Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
serta batuk berdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang tanpa sebab yang jelas lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut dapat
dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis
kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia
saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke faskes dengan gejala
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.8

2.4 Diagnosis Tuberkulosis


Semua suspek TB akan dilakukan pemeriksaan 2 spesimen dahak yaitu
Sewaktu - Pagi (SP). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan mikroskopis dahak. Pada program TB
nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, hasil biakan dan uji
kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sesuai indikasinya. Tidak
dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan hasil pemeriksaan foto thoraks
saja. Hasil foto thoraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
Paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.8

9
Gambar 2. 2 Alur diagnosis TB Paru

2.4.1 Diagnosis TB pada Anak


Penegakan diagnosis TB pada anak didasarkan pada 4 hal, yaitu:6
1. Konfirmasi bakteriologis TB
2. Gejala klinis yang khas TB

10
3. Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberculin positif atau kontak erat dengan
pasien TB)
4. Gambaran foto toraks sugestif TB

Gambar 2.3. Alur Diagnosis TB Paru Anak6

11
Tabel 2.1. Sistem skor gejala dan pemeriksaan penunjang TB pada anak

Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak TB Tidak Laporan BTA (+)
jelas keluarga,
BTA (-) /
BTA tidak
jelas / tidak
tahu
Uji Tuberculin Negatif Positif (≥ 10 mm atau
(Mantoux) ≥ 5 mm pada
imunokompromais)
Berat badan / BB/TB <90% Klinis gizi
Keadaan Gizi atau BB/U buruk atau
<80% BB/TB
<70% atau
BB/U
<60%
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Pembesaran ≥1 cm, jumlah
kelenjar limfe >1, tidak nyeri
coli, aksila,
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto toraks Normal/ Sugestif TB
tidak
jelas
Jumlah

Parameter sistem skoring:6


1. Kontak dengan pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti tertulis hasil

12
laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa diperoleh dari TB 01 atau
dari hasil laboratorium
2. Penentuan status gizi:
a. Berat badan dan panjang/tinggi badan dinilai saat pasien datang (moment
opname)
b. Dilakukan dengan parameter BB/TB atau BB/U. penentuan status gizi untuk
anak usia ≤ 6 tahun merujuk pada buku KIA Kemenkes 2016, sedangkan
untuk anak usia > 6 tahun merujuk pada standar WHO 2005 yaitu grafik IMT/U
c. Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1-2
bulan.6

2.4.2 Diagnosis TB Ekstra Paru


Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (pleuritis TB), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang
(gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari
jaringan tubuh yang terkena.8

2.5 Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis


2.5.1 Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak dilakukan untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 2 spesimen dahak
yang dikumpulkan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi:
a. S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
b. P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.9

13
2.5.2 Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M. tuberculosis pada penanggulangan TB
khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka
terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan
identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam
beberapa situasi:
1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.9

2.5.3 Pemeriksaan Tes Resistensi


Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu
melakukan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar
internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu (Quality Assurance) oleh
laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan tersebut
memberikan simpulan yang benar sehinggga kemungkinan kesalahan dalam
pengobatan MDR dapat di cegah.9
WHO merekomendasikan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan minimal
terhadap rifampisin dan isoniazid pada kelompok pasien berikut:
1. Semua pasien dengan riwayat pengobatan OAT. Hal ini dikarenakan TB
resistan obat banyak ditemukan terutama pada pasien yang memiliki riwayat
gagal pengobatan sebelumnya.
2. Semua pasien dengan HIV yang didiagnosis TB aktif. Khususnya mereka yang
tinggal di daerah dengan prevalensi TB resistan obat yang tinggi.
3. Pasien dengan TB aktif yang terpajan dengan pasien TB resistan obat.
4. Semua pasien baru di daerah dengan kasus TB resistan obat primer >3%.
5. Pasien baru atau riwayat OAT dengan sputum BTA tetap positif pada akhir
fase intensif. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan sputum BTA pada bulan
berikutnya.8

14
2.6 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis
2.6.1 Klasifikasi berdasarkan organ tubuh terinfeksi (anatomical site)
Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
 Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(perikardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
 Pasien dengan TB paru dan TB ekstraparu diklasifikasikan sebagai TB
paru.9

2.6.2 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis


Keadaan ini terutama ditujukan pada TB Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif.
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
2) Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien
dengan HIV negatif.9

15
2.6.3 Klasifikasi Berdasarkan Pengobatan Sebelumnya
a. Kasus Baru
Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa positif atau
negative.

b. Kasus yang sebelumnya diobati


1) Kasus kambuh
Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
2) Kasus setelah putus berobat
Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
3) Kasus setelah gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
c. Kasus Pindahan
Kasus yang dipindahkan ke register lain untuk melanjutkan pengobatannya.
d. Kasus Lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.9

2.7 Tatalaksana Tuberkulosis


2.7.1 Tujuan dan Prinsip Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Jenis, sifat
dan dosis OAT yang akan dijelaskan pada bab ini adalah yang tergolong pada lini
pertama. Secara ringkas OAT lini pertama dijelaskan pada tabel dibawah ini:

16
Tabel 2.2. Jenis, Sifat, dan Dosis OAT Lini Pertama9

2.7.2 Prinsip Pengobatan Tuberkulosis


Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan
OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
A. Tahap awal (intensif)
1) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
B. Tahap Lanjutan
1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan8

17
2.7.3 Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
a. Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia:
1) Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
2) Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Disamping kedua kategori ini,
disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
3) Kategori Anak: 2HRZ/4HR
4) Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin,
Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu
pirazinamid and etambutol.
b. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri
dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
pasien.
c. Paket Kombipak. Paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT
ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang
mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,
dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu
(1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.8

2.7.4 Panduan Obat Lini Pertama


a. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
1) Pasien baru TB paru BTA positif.
2) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
3) Pasien TB ekstra paru9

Tabel 2.3. Dosis Panduan OAT KDT untuk Kategori 1

18
Tabel 2.4. Dosis Panduan OAT Kombipak untuk Kategori

b. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
1) Pasien kambuh
2) Pasien gagal
3) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel 2.5 Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 2

Tabel 2.6 Dosis untuk Paduan OAT Kombipak Kategori 2

Catatan:

19
1) Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
2) Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan
khusus.
3) Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4ml. (1 ml = 250 mg).

c. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 2.7. Dosis KDT untuk Sisipan

Tabel 2.8. Dosis Kombipak untuk Sisipan

2.7.5 Pengobatan TB Anak


Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup
adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun
pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter
terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis
yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang
berarti, OAT tetap dihentikan.6

Kategori Anak (2RHZ/4RH)


Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan

20
dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap
intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan
anak.
Keterangan:
1) Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
2) Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
3) Anak dengan BB > 33 kg, dirujuk ke rumah sakit.
4) Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
5) OAT KDT dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.

Tabel 2.9. Dosis OAT Kombipak pada Anak

Tabel 2.10. Dosis OAT KDT pada Anak

Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) Tuberkulosis untuk Anak


Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat
dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan
menggunakan sistem skoring. Bila hasil evaluasi dengan sistem skoring didapat
skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10
mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat
imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan
selesai.8

21
BAB III
ANALISIS MASALAH

Sampai saat ini, Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia, walaupun upaya penanggulangannya masih
terus dilaksanakan. Program TB paru merupakan salah satu bagian dari program
di Puskesmas Kaligondang dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
menular. Program ini telah dan masih terlaksana yang sekarang dijalankan oleh
penanggungjawab program yaitu seorang perawat serta 2 orang kader TB
Kecamatan Kaligondang.
Program TB memiliki beberapa indikator untuk menilai hasil pencapaian
kinerja upaya penanggulangan TB. Indikator utama digunakan untuk menilai
pencapaian strategi nasional penanggulangan TB. Adapun indikatornya adalah:
1. Cakupan pengobatan semua kasus TB yang diobati (case detection rate/CDR)
2. Angka notifikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati
per 100.000 penduduk
3. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
4. Cakupan penemuan kasus resistan obat
5. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat
6. Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV

3.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan data Perjanjian Kinerja dan Capaian Kinerja Program TB
Puskesmas Kaligondang per bulan September 2022 yaitu :

No Indikator Mutu Target Pencapaian Masalah


Penemuan
Suspek
79 Kasus 14 Kasus
1. Penemuan baru kasus TB Masih
(58,33)% (17,7%)
kurang

22
Dapat dilihat bahwa penemuan kasus suspek TB Paru belum mencapai
target. Sehingga diputuskan untuk memasukkan indikator presentase penemuan
penderita TB Paru BTA positif sebagai prioritas sebuah masalah.
Berdasarkan Capaian Kegiatan TBC per September 2022 Puskesmas
Kaligondang, didapatkan data capaian sebagai berikut:
SUSPEK KASUS POSITIF
No Wilayah
Target Capaian Prosentase Target Capaian Prosentase
Kaligondan
1. 428 170 39,7% 79 14 17.7%
g

Tabel 3.1. Capaian Kegiatan TBC per Bulan September 2022 Puskesmas
Kaligondang

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa wilayah kerja Puskesmas


Kaligondang belum dapat memenuhi target minimal kasus suspek TB. Pada data
tersebut Puskesmas Kaligondang baru mendapatkan kasus target TB sebanyak
170 suspek TB dari target 428 dengan prosentase 39,7%. Sehingga prioritas
masalah mini project ini yaitu prosentase penemuan suspek TB di wilayah
Puskesmas Kaligondang.

23
24
3.1. Penyusun Rencana Penerapan

RENCANA USULAN KEGIATAN SKRINING TB PUSKESMAS KALIGONDANG TAHUN 2022

PENANGGUNG
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TEMPAT WAKTU ANGGARAN INDIKATOR
JAWAB

Koordinasi dengan ketua Koordinasi Poli TB 2 September


1 Pak Budi - Dokter internship
program TB di Puskesmas pelaksaan program Puskesmas 2022

Pembuatan media promkes Mempermudah 18 Oktober Terbentuknya media


2 Rp 50.000 Dokter internship
pamflet penyuluhan 2022 promkes TB

Pertemuan dengan kader Sosialisasi dan Balai desa 24 Oktober Kader mengerti
3 Kader TB - Dokter internship
TB koordinasi kegiatan Selakambang 2022 materi dan tugasnya

Terbentuknya form
Mempermudah 1 November
4 Pembuatan form skrining - - Rp 5.000 skrining anak dan Dokter internship
proses skrining 2022
dewasa

Menemukan
Menemukan suspek
suspek TB lain dari Rumah masing- November Pemegang Program
5 Investigas kontak Kontak Erat TB - TB lain dari kontak
hasil investigas masing suspek 2022 TB
erat
kontak erat

25
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Skrining dini Tuberkulosis ini dilakukan secara langsung yaitu


melalui kegiatan investigasi kontak, yaitu melalui pengisian form skrining TB.
Pelaksanaan diawali koordinasi dengan perangkat desa yaitu Kepala Desa
Selakambang pada 4 November 2022 di Kantor Balai Desa Selakambang. Pada
pertemuan disampaikan bahwa tim puskesmas ingin melakukan investigasi kontak
terhadap keluarga pasien TB di desa Selakambang. Dari hasil pertemuan Kepala
Desa Selakambang merespon baik serta mendukung rencana kegiatan skrining
dini TB.
Kegiatan selanjutnya yaitu koordinasi terhadap para kader TB. Kemudian
memberitahukan kader TB tentang form skrining dini TB untuk investigasi
kontak. Tugas kader TB ini diantaranya.
1. Melakukan penyuluhan mengenai TB kepada masyarakat,
2. Melakukan skrining dini TB,
3. Melakukan koordinasi dengan bidan desa bila ada warga yang hasil
skriningnya mengarah ke TB,
4. Memberikan pot sputum serta menjelaskan cara pengumpulan dahaknya
kepada suspek TB
5. Melakukan follow up terhadap para suspek TB yang diberikan pot, untuk
diserahkan ke Puskesmas Kaligondang.
6. Bila hasil sputum suspek TB (+), kader berkoordinasi dengan pihak
puskesmas atau kader TB Kecamatan untuk melakukan investigasi kontak.

26
TABEL PELAKSANAAN KEGIATAN MINI PROJECT SKRINING DINI TB

JUMLAH PENANGGUNG CAPAIAN


NO KEGIATAN SASARAN TEMPAT WAKTU ANGGARAN INDIKATOR
PESERTA JAWAB

Koordinasi dengan
Poli TB 2 Septmber
1 ketua program TB di Pak Budi - - Dokter internship Tercapai
Puskesmas 2022
Puskesmas

Seluruh
Pembuatan media suspek 18 Oktober Terbentuknya media
2 Percetakan Rp 50.000,- Dokter internship Tercapai
promkes pamflet investigasi 2022 promkes TB
kontak TB

Pertemuan dengan Balai Desa 24 Oktober Kader mengerti


3 Kader TB 2 orang - Dokter internship Tercapai
kader TB Selakambang 2022 materi dan tugasnya

Koordinasi dengan
Dokter Poli Umum 30 Oktober Tebentuknya form
4 pembimbing - Dokter Internship Tercapai
Rulistina Puskesmas 2022 skrining TB
Internship

Seluruh
Pembuatan form suspek 1 November Terbentuknya form
5 Percetakan Rp. 5.000,- Dokter internship Tercapai
skrining investigasi 2022 skrining TB
kontak TB

6 Pertemuan dengan Kepala Desa Masing- 4-10 - Perangkat desa Dokter internship Tercapai
perangkat desa Selakambang, masing Balai November mengizinkan kegiatan

27
Sidanegara,
Sidareja, desa 2022
Sinduraja

4-10 Menemukan suspek Ditemukan


Kontak Erat Pemegang
7 Investigas kontak - - November - TB lain dari kontak kasus
TB Program TB
2022 erat TB(+)

28
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

5.1 Monitoring
Kegiatan skrining TB dilakukan di tiap rumah pasien TB aktif. Kegiatan
diawali dengan koordinasi dengan perangkat desa tiap wilayah yang akan di
kunjungi. Pada kegiatan investigasi kontak kali ini, desa yang dikunjungi adalah
desa Pagerangdong, Sidanegara, Arenan, Sidareja, dan Sinduraja.
Kegiatan investigasi kontak TB juga dilakukan dengan mengisi form
skrining yang sudah dibuat, untuk mempermudah proses skrining. Dari hasil form
dilakukan penilaian, bila hasil form ada keluarga yang memiliki gejala-gejala
yang mengarah ke penyakit TB maka ia akan dinilai sebagai suspek TB.
Selanjutnya, para suspek TB akan diberikan edukasi kembali mengenai
Tuberkulosis, pemeriksaan serta pengobatannya. Suspek TB juga dimotivasi
untuk melakukan pemeriksaan dahak.
Setelah dilakukan edukasi serta suspek TB setuju untuk melakukan
pemeriksaan dahak, suspek TB akan diberikan pot sputum, serta dijelaskan untuk
mengumpulkan dahak, jika saat ini suspek tidak dapat melakukan pengeluaran
dahak karena tidak batuk, maka suspek kemudian diedukasi tentang cara
pengeluaran dahak dan pot dahak akan diambil esok hari. Dahak yang sudah
ditampung kemudian dikirim ke Puskesmas untuk diperiksa dahaknya.
Dilakukan follow-up terhadap hasil pemeriksaan TCM terhadap sputum
suspek TB yang sudah dikirimkan ke puskesmas. Hasil pemeriksaan akan
diberitahukan oleh kader kepada para suspek TB. Bila hasil pemeriksaan (+) TB,
maka penderita TB tersebut diarahkan untuk ke Puskesmas Kaligondang agar
mendapatkan pengobatan.
Dari hasil kegiatan investigasi kontak TB di wilayah kerja Puskesmas
Kaligondang yang telah dilakukan pada bulan November 2022 didapatkan 33
orang suspek TB, yaitu :

29
Mengumpulkan
Identitas Gejala
pot dahak

30
Tn. MR (61th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Pagerandong 2/1 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Nn. TS (17th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Pagerandong 2/1 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Demam >1bulan tanpa sebab jelas, sesak Ya
Ny. K (49 ),
th
nafas, nyeri dada, penurunan nafsu makan,
Pagerandong 2/1 pernah terDX TBC, Kontak serumah
dengan pasien TB
An. G (8th), Penurunan nafsu makan, Kontak serumah Ya
Pagerandong 2/1 dengan penderita TB
Batuk berdahak >2 minggu, gejala demam Ya
Tn. SM (49 ),
th
>1bulan, sesak nafas, penurunan nafsu
Pagerandong 1/3 makan, malaise > 1 bulan, Kontak
serumah dengan penderita TB
Ny. S (43th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Pagerandong 1/3 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Ny. S (54th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 3/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Tn. FM (31th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 3/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Ny. HA (31th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 3/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
An. MZ (4th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 3/6 (BTA+)
Ny. DS (33th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 3/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
An. AU (12th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 3/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Keringat malam (tidak sedang aktivitas), Ya
Tn. WY (40th),
nyeri dada, Kontak serumah dengan
Sidanegara 2/6
penderita TB
Ny. ES (38th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 2/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Nn. RA (18th), Keringat malam (tidak sedang aktivitas), Ya
Sidanegara 2/6 Kontak serumah dengan penderita TB
Batuk berdahaak >2 minggu, penurunan Ya
Tn. PP (53th), BB drastis, Keringat malam, sesak nafas,
Sidanegara 2/5 penurunan nafsu makan, malaise, Kontak
dengan penderita TB (tetangga)
Ny. K (51th), Kontak dengan penderita TB cukup lama Ya
Sidanegara 2/5 (tetangga)

31
Tn. MM (63th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 2/5 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Ny. S (60th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidanegara 2/5 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Batuk berdahak > 2minggu, keringat Ya
Tn. MK (76 ),
th
malam, Kontak serumah dengan penderita
Sidareja 16/6 TB (minimal 1 malam dalam 3 bulan
terakhir)
Ny. S (68th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidareja 16/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Ny. S (47th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidareja 16/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Nn. TH (18th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidareja 16/6 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Tn. MR (59th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidareja 8/3 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Ny. S (56th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sidareja 8/3 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
An. NR (13th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sinduraja 3/4 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Ny. ES (32th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
SInduraja 3/4 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Tn. AS (53th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Sinduraja 3/4 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
An. AK (5th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Arenan 2/7 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Ny. P (28th), Kontak serumah dengan penderita TB Ya
Arenan 2/7 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
Batuk berdahak >2minggu, keringat Ya
Tn. HK (26th),
malam, sesak nafas, nyeri dada, pernah
Pagerandong 2/1
terDX TBC
Tidak, suspek
sudah cek
Ny. D (35th), Kontak serumah dengan penderita TB dahak 3
Sidareja 8/3 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir) minggu
sebelum IK
Tidak,menola
An. SC (16th), Kontak serumah dengan penderita TB
k memberikan
Pagerandong 2/1 (minimal 1 malam dalam 3 bulan terakhir)
dahak

Para suspek TB kemudian diberikan pot sputum dan dilakukan skrining TB

32
dengan pengisian form. Setelah pot sputum diserahkan ke puskesmas selanjutnya
dilakukan follow-up terhadap hasil pemeriksaan dahak para suspek TB.

5.2 Evaluasi
Dari 32 suspek TB yang berhasil terjaring pada kegiatan skrining dini TB,
sebanyak 2 orang yaitu Tn. HK (Pagerandong 2/1) serta Ny. K (Pagerandong 2/1)
didapatkan hasil positif pada pemeriksaan TCM dahak. Sehingga kedua pasien
dianjurkan untuk melakukan pengobatan di Puskesmas Kaligondang.
Berikut rincian data para suspek TB dari hasil skrining dini TB di desa
Kaligondang :

Pemeriksaan
Identitas Gejala Hasil
Dahak
Kontak serumah dengan penderita
Tn. MR (61th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Pagerandong 2/1 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Nn. TS (17th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Pagerandong 2/1 dilakukan
bulan terakhir)
Demam >1bulan tanpa sebab jelas,
Ny. K (49th), sesak nafas, nyeri dada, penurunan Sudah
Positif TB
Pagerandong 2/1 nafsu makan, pernah terDX TBC, dilakukan
Kontak serumah dengan pasien TB
An. G (8th), Penurunan nafsu makan, Kontak Sudah
Negatif TB
Pagerandong 2/1 serumah dengan penderita TB dilakukan
Batuk berdahak >2 minggu, gejala
demam >1bulan, sesak nafas,
Tn. SM (49th), Sudah
penurunan nafsu makan, malaise > Negatif TB
Pagerandong 1/3 dilakukan
1 bulan, Kontak serumah dengan
penderita TB
Kontak serumah dengan penderita
Ny. S (43th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Pagerandong 1/3 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Ny. S (54th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidanegara 3/6 dilakukan
bulan terakhir)
Tn. FM (31th), Kontak serumah dengan penderita Sudah Negatif TB
Sidanegara 3/6 TB (minimal 1 malam dalam 3 dilakukan

33
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Ny. HA (31th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidanegara 3/6 dilakukan
bulan terakhir)
An. MZ (4th), Kontak serumah dengan penderita Sudah
Negatif TB
Sidanegara 3/6 TB (BTA+) dilakukan
Kontak serumah dengan penderita
Ny. DS (33th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidanegara 3/6 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
An. AU (12th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidanegara 3/6 dilakukan
bulan terakhir)
Keringat malam (tidak sedang
Tn. WY (40th), Sudah
aktivitas), nyeri dada, Kontak Negatif TB
Sidanegara 2/6 dilakukan
serumah dengan penderita TB
Kontak serumah dengan penderita
Ny. ES (38th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidanegara 2/6 dilakukan
bulan terakhir)
Keringat malam (tidak sedang
Nn. RA (18th), Sudah
aktivitas), Kontak serumah dengan Negatif TB
Sidanegara 2/6 dilakukan
penderita TB
Batuk berdahaak >2 minggu,
penurunan BB drastis, Keringat
Tn. PP (53th), Sudah
malam, sesak nafas, penurunan Negatif TB
Sidanegara 2/5 dilakukan
nafsu makan, malaise, Kontak
dengan penderita TB (tetangga)
Ny. K (51th), Kontak dengan penderita TB cukup Sudah
Negatif TB
Sidanegara 2/5 lama (tetangga) dilakukan
Kontak serumah dengan penderita
Tn. MM (63th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidanegara 2/5 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Ny. S (60th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidanegara 2/5 dilakukan
bulan terakhir)
Batuk berdahak > 2minggu,
Tn. MK (76th), keringat malam, Kontak serumah Sudah
Negatif TB
Sidareja 16/6 dengan penderita TB (minimal 1 dilakukan
malam dalam 3 bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Ny. S (68th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidareja 16/6 dilakukan
bulan terakhir)
Ny. S (47th), Kontak serumah dengan penderita Sudah Negatif TB

34
TB (minimal 1 malam dalam 3
Sidareja 16/6 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Nn. TH (18th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidareja 16/6 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Tn. MR (59th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidareja 8/3 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Ny. S (56th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sidareja 8/3 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
An. NR (13th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sinduraja 3/4 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Ny. ES (32th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
SInduraja 3/4 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Tn. AS (53th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Sinduraja 3/4 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
An. AK (5th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Arenan 2/7 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
Ny. P (28th), Sudah
TB (minimal 1 malam dalam 3 Negatif TB
Arenan 2/7 dilakukan
bulan terakhir)
Batuk berdahak >2minggu,
Tn. HK (26th), Sudah
keringat malam, sesak nafas, nyeri Positif TB
Pagerandong 2/1 dilakukan
dada, pernah terDX TBC
Kontak serumah dengan penderita
Ny. D (35th), Tidak
TB (minimal 1 malam dalam 3 -
Sidareja 8/3 dilakukan
bulan terakhir)
Kontak serumah dengan penderita
An. SC (16th), Tidak
TB (minimal 1 malam dalam 3 -
Pagerandong 2/1 dilakukan
bulan terakhir)

Sebagian besar yang sudah dilakukan skrining TB adalah orang – orang


yang memiliki kontak erat dengan pasien TB aktif.
Setelah dilakukan intervensi terhadap pencarian aktif kasus TB di wilayah
kerja Puskesmas Kaligondang dan juga penemuan suspek yang dilakukan di Poli

35
Umum Puskesmas Kaligondang, didapatkan hasil capaian penemuan suspek TB di
wilayah kerja Puskesmas dengan rincian pada bulan November sebagai berikut :

Diagram Penemuan Suspek TB di Wilayah Puskesmas


Kaligondang sampai Bulan November 2022
70
60 64
61
50
40
40
30
20 25
20 19
10 12 13
6 6 8
0
Jan-22 Feb-22 Mar-22 Apr-22 May-22 Jun-22 Jul-22 Aug-22 Sep-22 Oct-22 Nov-22

Suspek

Bila dilihat dari diagram capaian penemuan suspek TB di wilayah kerja


Puskesmas Kaligondang bahwa sampai bulan November tahun 2022 ditemukan
sebanyak 270 kasus suspek TB dari target 428 suspek TB sampai periode bulan
November 2022 dengan prosentase 63,08%.

36
B AB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai hasil kinerja dan evaluasi
puskesmas serta berbagai analisis yang telah dilakukan, telah dilaksanakan
kegiatan Penyuluhan TB serta investigasi kontak TB di wilayah kerja Puskesmas
Kaligondang. Dari hasil investigasi kontak TB di wilayah kerja Puskesmas
Kaligondang didapatkan 33 suspek TB, 2 diantaranya sudah melakukan
pemeriksaan dahak dan hasil pemeriksaan positif TB.
Pengisian form skrining dini TB sudah berjalan cukup baik, setiap suspek
yang ditanya cukup kooperatif dan mampu mejawab pertanyaan dengan baik,
namun ada sedikit kendala terhadap form skrining anak – anak,
Kemungkinan penyebab masalah :
 Beberapa parameter, seperti uji tuberkulin (mantoux) dan foto toraks yang
tidak ada, sehingga form skrining anak – anak tidak dapat diakui hasilnya.
Kecuali jika dari parameter lain sudah memenuhi kriteria (skor >5) maka

form skrining anak dapat digunakan.


Dari hasil perhitungan suspek TB di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang
per bulan November 2022 sudah mencapai 270 orang suspek atau sekitar 63,08%
dari target 428 orang suspek. Bila kegiatan skrining dini TB dapat berjalan dengan
optimal maka jumlah target suspek TB di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang
dapat terpenuhi.

6.2 Saran
Saran untuk pengembangan kegiatan yang telah dilakukan:
 Penambahan jumlah kader TB, bila perlu dari semua kelompok usia agar
skrining dini TB bisa dilakukan lebih mudah
 Kegiatan skrining dini TB juga dilakukan di kegiatan masyarakat seperti
pertemuan posyandu, pertemuan posbindu dan lain sebagainya
 Tim puskesmas turut serta dalam kegiatan investigasi kontak TB.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Tuberkulosis. Pusat Data dan Informasi


Kesehatan RI. 2018
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional 2018.
Jakarta: Lembaga Penerbit dan Pengembangan Kesehatan. 2019.
3. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Jumlah Kasus Penyakit Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Penyakit di Provinsi Jawa Tengah, 2019.
Diakses dari https://jateng.bps.go.id/statictable/2020/07/20/1875/jumlah-
kasus-penyakit-menurut-kabupaten-kota-dan-jenis-penyakit-di-provinsi-jawa-
tengah-2019.html
4. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI. Protokol Tata Laksana Pasien TB Dalam Masa Pandemi
COVID- 19. 2020.
5. STOP TB Partnership Indonesia. Notulensi Talkshow Daring “Setiap
Detik Berharga: Penanggulangan Tuberkulosis Pasca Satu Tahun Pandemi
COVID- 19” hal.1. 2021
6. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB
Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2016.
7. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes RI No. 67 Tahun 2016 Tentang
Penanggulangan Tuberkulosis. 2016.
8. Kementerian Kesehatan RI. 2019, Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2016. Pedoman Diagnosis dan Tata
laksana Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: PDPI.
10. World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report. 2020.
11. STOP TB Partnership Indonesia. Diseminasi Online “Tuberkulosis dan
COVID-19”. 2020.
Diakses dari: https://www.stoptbindonesia.org/informasi- tbc-covid-19

38
LAMPIRAN

Lampiran 1. Form Skrining TB Anak

Form Skrining TB Paru Anak usia 1-5 tahun dengan Metode


Penemuan Pasien TB Secara Aktif Puskesmas Kaligondang

Nama : BB :
Usia : Alamat :

Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Laporan keluarga,
BTA (-)
Kontak TB BTA (+)
Tidak Jelas atau BTA tidak
jelas/tidak tahu
(+) (≥10mm,
atau ≥5mm
(-) pada keadaan
Uji Tuberkulin (Mantoux)
Imunokom-
promais
Klinis gizi buruk atau
BB/TB
BB/TB
< 90%
<70% atau
Berat badan/ keadaan gizi atau BB/U <
BB/U
80%
<60%
Demam yang
tidak diketahui ≥ 2 minggu
penyebabnya ≥3
Batuk kronik
mi
Pembesaran ≥ 1 cm, Lebih
kelenjar limfe dari 1
leher, ketiak, Kelenjar,
lipat paha tidak nyeri

Ada
Pembengkakan tulang /
pembeng-
sendi panggul, lutut, jari
kakan

Normal
kelainan
Foto toraks Gambaran
tidak
sugestif TB
jelas

TOTAL SKOR ………

*Skor >5 : probable TB


Hasil skrining TB :
 Normal
 Rujuk ke Puskesmas Kaligondang
Kaligondang, ……………………..
Petugas

(……………………….)

39
Lampiran 2. Form Skrining TB Dewasa

Form Skrining TB Paru dengan Metode Penemuan


Pasien TB Secara Aktif Puskesmas Kaligondang

Nama : ……………………………… Usia : …………


No. Telp : ……………………………… BB : …………
Alamat : ……………………………… Jenis Kelamin (L/P)

PERTANYAAN
GEJALA UTAMA YA TID
BATUK BERDAHAK SELAMA > 2 MINGGU
PENURUNAN BERAT BADAN DRASTIS
BERKERINGAT SAAT MALAM (TIDAK SEDANG
GEJALA DEMAM > 1 BULAN TANPA SEBAB YANG JELAS
BERAKTIVITAS)
GEJALA TAMBAHAN
BATUK BERDARAH
SESAK NAFAS
NYERI DADA
PENURUNAN NAFSU MAKAN
MALAISE (MUAL, NYERI BADAN, LEMAS) > 1 BULAN
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
PERNAH TERDIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU TAHUN:
RIWAYAT
…………..PENGOBATAN SELAMA ± 6 BULAN
TUNTAS /TIDAK TUNTAS
SELAMA : …………………..… BULAN
ALASAN TIDAK TUNTAS :

RIWAYAT KONTAK
KONTAK SERUMAH DENGAN PENDERITA TB (MINIMAL 1
MALAM DALAM 3 BULAN TERAKHIR)
KONTAK DENGAN PENDERITA TB (LINGKUNGAN KERJA,
FASILITAS UMUM) CUKUP LAMA DALAM 3 BULAN
TERAKHIR
RIWAYAT PEMERIKSAAN TAMBAHAN
HASIL PEMERIKSAAN BTA/DAHAK ( +/- )
HASIL RONTGEN PARU MENGARAH KE TB
Hasil skrining TB :
 Normal
 Rujuk ke Puskesmas Kaligondang
 Pemberian Pot Sputum (tanggal ……………………)

Kaligondang, ...........................
Petugas
(……………………)
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai