Anda di halaman 1dari 35

Mini Project

PROFIL KEPATUHAN
KUNJUNGAN PASIEN
TUBERCULOSIS DI
PUSKESMAS PACIRAN
dr. Fifit Tridellya
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah utama kesehatan global yang
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas, terutama di negara
berpenghasilan rendah dan menengah.
Total Number of Cases

45%
Di ASIA TENGGARA salah satunya INDONESIA

Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China,
Philipina, dan Pakistan.
Kepatuhan minum obat merupakan faktor kunci
keberhasilan pengobatan. Sejumlah pasien dibanyak
negara menghentikan pengobatan sebelum tuntas
karena berbagai alasan.
TARGET PENGOBATAN
45,27% YAITU 67 PASIEN
DENGAN TARGET 148
PASIEN
Pengobatan TB memerlukan waktu yang lama hingga 6 bulan.
Pengobatan yang seringkali menyebabkan ketidakpatuhan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan pasien TB
yang menjalani pengobatan di Puskesmas, Lamongan periode
Februari-Maret 2023.
Rumusan Masalah
Bagaimana pola kepatuhan kunjungan pasien
Tuberculosis di puskesmas Paciran?

Tujuan Penelitian
Mengetahui pola kepatuhan kunjungan pasien
Tuberculosis di puskesmas Paciran
TINJAUAN
PUSTAKA
Kepatuhan
adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap
intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk
terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan,
pengobatan, kontrol rutin atau menepati janji pertemuan
dengan dokter kepada pasien.
Faktor-faktor yang Berpengaruh

Faktor predisposisi Faktor pendukung


atau pendorong
Sikap, keyakinan, prilaku
Ling. Fisik, sarana,
fasilitas kesehatan
Faktor penguat
Dukungan keluarga,
teman, guru
TUBERCULOSIS
Penyakit TB paru adalah penyakit infeksi menular langsung
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
KLASIFIKASI

LOKASI ANATOMI KEPEKAAN UJI OBAT

TB Paru dan ekstra paru monoresisten, poliresisten, Multi Drug


resistance ( TB MDR), Extensive drug
TB dengan HIV
RIWAYAT PENGOBATAN resistant (TB XDR), Rifampicin resistant Kasus TB dengan HIV negatif,
(TB RR) Kasus TB dengan HIV positif,
Kasus baru, kasus dengan riw pengobatan (kasus
Kasus TB dengan status HIV tidak
baru, kasus loss to follow up (setelah pengobatan
diketahui
>28 hari), kasus kambuh, kasus gagal pengobatan,
kasus riwayat pengobatan tidak diketahui)
PATOFISIOLOGI
ALUR
DIAGNOSIS
GEJALA

BATUK PENURUNAN BB

DEMAM

LEMAS SESAK
TATALAKSANA
TAHAPAN
Tahap awal : diberikan pada 2 bulan awal untuk menurunkan jumlah kuman. Pada umumnya dengan pengobatan secara
teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama.

Tahap lanjutan : bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten
sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan.
Pemantauan Obat
• Pemeriksaan sputum BTA dilakukan pada akhir bulan kedua untuk kasus baru dan
akhir bulan ketiga untuk kasus pengobatan ulang.
• Pemeriksaan bulan kelima atau akhir pengobatan
Efek Samping
KERANGKA KONSEP
Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang dilakukan secara prospektif.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari -
Maret 2023.

Populasi dan Sampel

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien yang telah terdiagnosis Tuberculosis di Puskesmas Paciran.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi : 1. Terdiagnosa oleh dokter menderita Tuberculosis 2. Mendapat terapi OAT 3. Pasien dengan rekam medis
lengkap (nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan alamat) di Puskesmas Paciran Kriteria eksklusi : 1. Pasien yang
bukan merupakan warga Kecamatan Paciran 2. Tidak memiliki catatan rekam medis di Puskesmas Paciran
Pengambilan Data dan Instrumen
Penyuluhan

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang


diambil dari rekam medis pasien di Puskesmas
Paciran. Pengambilan data diawali dari perizinan ke
kepala bagian rekam medis.

Penyuluhan PROMKES yang diberikan berupa


program “Ketuk Pintu” yang dijalankan bersama
kader dan tenaga Kesehatan puskesmas setiap ada
kunjungan pasien yang berobat ke puskesmas. Pada
PKM Paciran sudah ada program promkes, hanya
saja kurang maksimal.
Kerangka Kerja Penelitian
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Hasil Penelitian
PEMBAHASAN

JENIS KELAMIN
USIA
Menurut Kemenkes RI kasus BTA+ pada laki-laki
Hal ini sesuai dengan penelitian Kolappan C
hampir 1,5 kali lebih besar dibandingkan kasus
dkk yang melaporkan bahwa penuaan
BTA+ pada perempuan. Penyebabnya dapat
berhubungan erat dengan angka kejadian TB,
dikarenakan laki-laki memiliki beban kerja yang
terutama untuk kelompok yang berusia diatas
berat, istirahat yang kurang, serta kebiasaan merokok
45 tahun. Selain itu, survei lain yang diadakan
dan minum alkohol sehingga laki-laki lebih rentan
di puskesmas Tuminting Manado tahun 2012
terkena penyakit TB paru (Erawatyningsih dkk,
secara konsisten melaporkan bahwa pravalensi
2009). Hal ini kurang sesuai dikarenakan saampel
TB lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih
yang didapat pada bulan februari kasus baru
tua (Laily dkk, 2015).
jumlahnya terlalu sedikit sehingga dengan teori
kurang sesuai.
Profil Kepatuhan Pasien TB di PKM Paciran Berdasarkan
Jenis Kelamin

Profil kepatuhan ditinjau dari jenis kelamin, menunjukkan pasien patuh lebih banyak pada jenis kelamin
Perempuan yakni sebanyak 5 orang (100%). Hal ini sesuai dengan Penelitian Wulandari (2015) dan
Rahmi et al (2019) dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa pada laki-jumlah penderita lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan, hal ini disebabkan karena laki-laki mempunyai tanggung jawab
menafkahi keluarga sehingga lebih sering berada diluar rumah.
Profil Kepatuhan Pasien TB di PKM Paciran Berdasarkan
Usia

Profil kepatuhan ditinjau dari usia, menunjukkan pasien usia remaja dan dewasa (100%) patuh berobat
ke PKM Paciran. Sedangkan pasien dewasa memiliki hasil persentase yang lebih rendah adalah pasien
lansia tidak patuh dalam berobat (33,3%). Hasil ini bisa terjadi karena kurangnya sampel yang ada.
Namun, dari literature lain mengatakan bahwa pasien berusia produktif lebih patuh untuk berobat,
dikarenakan daya ingat masih baik sehingga dalam hal berobat, kontrol atau meminum obat secara rutin
atau sesuai dengan jadwal yang ditentukan bisa terlaksana dengan baik.
Profil Kepatuhan Pasien TB di PKM Paciran Berdasarkan
Pekerjaan

Profil kepatuhan ditinjau dari Pekerjaan, menunjukkan pasien patuh pada pasien yang bekerja maupun
tidak bekrja. Rata-rata pekerjaan pasien ini ialah wiraswasta. Kesibukan bekerja dalam rangka
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga menyebabkan penderita sulit menyesuaikan program
pengobatan dengan kegiatan sehari-hari dan lupa minum obatnya (Amril, 2002 dalam Astuti, 2010).
Profil Kepatuhan Pasien TB di PKM Paciran Berdasarkan
Jarak Tempat Tinggal dengan Puskesmas

Profil kepatuhan ditinjau dari Jarak Tempat Tinggal ke Puskesmas, menunjukkan pasien patuh lebih
banyak pada pasien yang berjarak < 3 Km 5 pasien (100%). Hal ini tselaras dengan penelitian Niven
(2002) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat adalah faktor yang
mendukung (enabling factor), yang terdiri atas tersedianya fasilitas kesehatan, kemudahan untuk
menjangkau sarana kesehatan serta keadaan sosial ekonomi dan budaya. Jarak tempat tinggal ke tempat
pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pasien dalam menyelesaikan pengobatan. Apabila tempat
tinggal tidak berada dalam dalam wilayah pelayanan kesehatan akan memperbesar risiko untuk tidak
menyelesaikan pengobatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian, bisa disimpulkan bahwa sebagian besar 85,72% pasien
Puskesmas Paciran patuh terhadap pengobatan. Berdasarkan jenis kelamin, secara
keseluruhan pasien patuh banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Berdasarkan
pekerjaan, sebagian besar pasien yang patuh memiliki tidak memiliki pekerjaan
sedangakan yang bekerja sedikit tidak patuh. Dan berdasarkan jarak rumah dengan
puskesmas pasien, pasien yang jarak rumahnya dekat patuh dalam pengobatan.
Namun, pasien yang jarak tempuh rumah dengan puskesmas agak jauh, tidak
sepenuhnya tidak patuh.
Implementasi rencana pemecahan masalah yag diberikan berupa Penyuluhan
PROMKES “Ketuk Pintu”. Dikarenakan jadwal pengambilan obat yg tidak
sama penyuluhan dari seluruh responden dilakukan di poli TB, home visit dan
social media untuk mempermudah edukasi kepada pasien. Dimana
harapannya, implementasi yang diberikan akan membantu pasien untuk lebih
patuh berobat dan memberikan edukasi tentunya baik pada pasien maupun
keluarga dan lingkungan disekitar pasien.

Anda mungkin juga menyukai